Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Dalam studi keagamaan sering dibedakan antara kata religion dengan kata
“agama”, pada mulanya lebih berkonotasi sebagai kata kerja, yang mencerminkan
ia menjadi himpunan doktrin, ajaran, serta hokum-hukum yang telah baku yang
diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia. Proses pembakuan ini
berlangsung antara lain melalui proses sistematis nilai dan semangat agama, sehingga
sosok agama hadir sebagai himpunan sabda Tuhan yang terhimpun dalam kitab suci
dan literatur keberagamaan karya para ulama. Dalam Islam, umpamanya, telah
terbentuk ilmu-ilmu keagamaan yang dianggap baku seperti ilmu kalam, fiqih dan
tasawuf yang akhirnya masing-masing berkembang dan menjauhkan diri antara yang
1
meskipun berada dalam wadah agama lain. Sebaliknya, ia merasa terganggu oleh
berbagai bentuk formalisasi agama yang berlebihan, karena hal itu, dinilai akan
itu, kita perlu mengetahui kebenaran agama bukan hanya pada tataran ekoterik,
Kebenaran dapat diperoleh dari dua sisi, yaitu kebenaran filosofis dan
tunggal dan tidak majemuk, yang sesuai dengan realitas. Tetapi, pencapai kebenaran
pada setiap orang berbeda. Dalam konteks agama, semua agama; yahudi, Kristen,
Islam, Budha, Hindu termasuk aliran kepercayaan semuanya ingin mencapai realitas
begitu juga Kristen, Yahudi, Budha, Hindu dan Aliran Kepercayaan menyatakan
demikian. Padahal, perbedaan yang terjadi secara hakikat bukan terletak pada realitas
tertinggi. Di sinilah mulai timbul kompliks kebenaran, baik ekstra agama maupun
intra agama.
Kompliks keagamaan yang terjadi di Indonesia saat ini, bukan lagi kompliks
antar agama melainkan yang sangat menyedih adalah kompliks komunitas sesama
agama, realitas tersebut terlihat beberapa tahun belakangan ini. Adanya teror bom
1
Komaruddin Hidayat, Atas Nama Agama: Wacana agama dalam Dialog “bebas”
konflik. Dalam bukunya andito (Ed), Bandung: Pustaka Hidayah, 1998. Hal 41-42.
2
yang mengatas namakan diri kelompok Islam dan membunuh sesame kelompok
tentang penjelasan urgensi studi Islam dalam konteks pemahaman dan penghayatan
keagamaan Islam di Indonesia, asal usul dan pertumbuhan studi Islam di dunia Islam.
Tentunya ketiga pokok bahasan ini akan menghantarkan kita dapat mengetahui
3
BAB II
PEMBAHASAN
satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi
akan lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang agama dengan
sejumlah peran dan fungsi di masyarakat2. Oleh karena itu, secara umum studi Islam
menjadi penting karena agama termsuk Islam memerankan sejumlah peran dan fungsi
di masyarakat.
yang menyangkut usaha perbaikan pemahaman dan penghayatan agama terutama dari
sisi etika dan moralitasnya kurang mendapat tempat memadai. Lebih lanjut, situasi
daripada “isi”. Kondisi seperti itu menyebabkan agama kurang dipahami sebagai
perangkat paradigm moral dan etika yang bertujuan membebaskan manusia dari
4
keagamaan yang cenderung individualistic daripada kesalehan sosial mengakibatan
orang yang bertaqwa adalah orang yang dekat dengan Tuhan; dan dekat dengan yang
Maha suci adalah “suci” orang-orang sucilah yang mempunyai moral yang tinggi5.
sambutan cukup serius dari Masdar F. Mas’udi menyatakan bahwa kesalahan kita
sebagai umat Islam di Indonesia adalah mengabaikan agama sebagai sistem nilai etika
dan moral yang relevan abgi kehidupan manusia sebagai makhluk yang bermartabat
dan berakal busdi. Karena itulah kita tersentak ketika temuan memperlihatkan kepada
dunia sesuatu yang sangat ironi; Negara Indonesia yang penduduknya 100%
beragama, mayoritas beragama Islam (sekitar 80%), dan para pejabatnya rajin
Dari gambaran umat Islam Indonesia di atas, kita dapat mengetahui bahwa
agama Islam di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan dihayati oleh umat Islam.
Oleh karena itu, signifikansi studi Islam di Indonesia adalah mengubah pemahaman
5
masyarakat beragama pada umumnya. Adapun perubahan yang diharapkan adalah
format formalism keagamaan Islam diubah menjadi format agama yang substantif.
Sikap enklusivisme, kita ubah menjadi sikap universalisme, yakni agama yang tidak
diwahyukan untuk manusia. Di samping itu, studi islam diharapkan dapat melahirkan
suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan secara intern dan ekstern. Secara
intern komunitas itu diharapkan mempertemukan dan dapat mencari jalan keluar dari
konflik intra agama-Islam; tampaknya, komplik internal umat Islam yang didasari
dengan organisasi formal keagamaan belum sepenuhnya final. Di samping itu, akhir-
akhir ini kita dihadapkan pada krisis nasional salah satunya krisis kerukunan umat
beragama; pengrusakan dan pembakaran rumah ibadah Kristen dan bahkan tempat
dan Cirebon7. Studi Islam diharapkan melahirkan suatu masyarakat yang hidup
toleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama, sehingga tidak melahirkan Muslim
ekstrim yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan pula; pengrusakan dan
pembakaran masjid dan tempat ibadah lainnya tidak perlu tampak kembali dalam
bingkai pluralitas. Oleh karena itu, dalam situasi hidup keberagamaan di Indonesia,
studi agama terutama Islam, karena merupakan agama yang dianut oleh mayoritas
7
Lihat konflik keagamaan di wilayah III Cirebon pada tahun 2007-2009
6
Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud
Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekah dan Madinah
(hijaz), Basrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam) dan Fistat (Mesir).
Madrasah Mekah dipelopori oleh Mu’as bin Jabal; madrasah Madinah dipelopori oleh
Abu Bakar, Umar, Ustman; madrasah Basrah dipelopori oleh Abu Musa al-Asy’ari
dan Anas bin Malik; madrasah Kufah dipelopori oleh Ali bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Mas’ud; madrasah Damaskus (Syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu
Darda; sedangkan madrasah Fistat (Mesir) dipelopori Abdullah bin Amr bin Ash8.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibu kota Negara Irak
yaitu Bagdad. Di istana Dinasti Bani Abbas pada zaman al-Ma’mun (813-833), putra
Harun al-Rasyid di dirikan Bait al-Hikmah, yang dipelopori oleh Khalifah sebagai
pengetahuan9.
tandingan Bagdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh abdul al-Rahman
III (929-961 M), dari Dinasti Umayah di Spanyol. Di Timur Islam, Bagdad juga
didirikan Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Perdana Menteri Nizham al-
Muluk; dan di Kairo Mesir didirikan Universitas al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti
8
Zaini Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Depag RI. 1986. Hal 71-75
9
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid I, Jakarta: UI Press. 1985.
Hal 68.
7
Fatimah kalangan Syi’ah. Dengan demikian pusat-pusat kebudayaan yang juga
merupakan pusat studi Islam pada zaman kejayaan Islam adalah Bagdad, Mesir dan
Tabel 1
baik di dunia Islam maupun bukan Negara Islam. Di dunia Islam terdapat pusat-pusat
studi Islam seperti Universitas al-azhar di Mesir dan Universitas Ummul Qura di
Arab Saudi. Di Teheran didirikan Universitas Teheran. Di Universitas ini studi Islam
dilakukan dalam satu fakultas yang di sebut Kulliyat Illahiyyat (fakultas agama). Di
(fakultas syariah) yang di dalamnya terdapat program studi Ushuludin, tasawuf, dan
sejenisnya10.
pertama, I periode sebelum tahun 1961, dan kedua periode setelah tahun 1961. Pada
10
Ibid……hal 72
8
periode pertama fakultas-fakultas yang ada di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961 di
Institut agama Islam Negeri (IAIN) dan 39 Sekolah Tinggi Agama Islam negeri
(STAIN). Ada juga sejumlah perguruan tinggi swasta yang secara khusus
menyelenggarakan pendidikan Islam tinggi sebagai salah satu bagian studinya, seperti
(UNISBA).
Negara antara lain; di India, Chicago, Los angles, London dan Kanada. Di Algrach
Universitas India studi Islam di bagi dua; Islam sebagai doktrin dikaji di fakultas
Ushuludin yang mempunyai dua jurusan, yakni jurusan mazhab ahli Sunnah dan
jurusan mazhab Syi’ah. Sedangkan Islam dari aspek sejarah dikaji di fakultas
Humaniora dalam jurusan Islamic Studies. Di Jamiah Millia Islamia, New Delhi,
Islamic Studies program dikaji di fakultas Humaniora yang membawahi juga Arabic
organisatoris studi Islam berada dibawah pusat studi Timur Tengah dan jurusan
Bahasa, dan Kebudayaan Timur Dekat. Di lemabaga ini Kajian Islam lebih
9
Di Amerika studi-studi Islam pada umumnya mengutamakan studi sejarah
Islam, bahasa-bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial. Studi
Islam di Amerika berada di bawah naungan Pusat Studi Timur Tengah dan Timur
Dekat.
dan sejarah Islam; kedua, bahasa Arab; ketiga, bahasa Islam non-Arab seperti Urdu,
Turki dan Persia; dan keempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah dan sosiologi. Di London
studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies (fakultas studi
Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di
hanya berkembang di perguruan tinggi dan Negara-negara Islam saja. Jika melihat
perkembangannya seperti itulah studi Islam sejak zaman awal pembentukan Islam
hingga sekarang.
BAB III
KESIMPULAN
11
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1998. Hal 25.
10
sisi etika dan moralitasnya selama ini masih kurang mendapat tempat yang
memadai.
2. Awal ada studi Islam itu sejak adanya pusat-pusat studi Islam klasik adalah
Mekah da Madinah, Basrah dan Kufah, Damaskus dan Palestina dan Mesir.
Madrasah Mekah dipelopori oleh Mu’as bin Jabal; madrasah Madinah dipelopori
oleh Abu Bakar, Umar, Ustman; madrasah Basrah dipelopori oleh Abu Musa al-
Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kufah dipelopori oleh Ali bin Abi Thalib
dan lain-lain.
dunia Islam maupun bukan negara Islam. Di dunia Islam terdapat pusat-pusat
studi Islam seperti Universitas al-azhar di Mesir dan Universitas Ummul Qura di
Islam dilakukan dalam satu fakultas yang di sebut Kulliyat Illahiyyat (fakultas
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid I, Jakarta: UI Press. 1985.
11
Harun Nasution, Format Baru Gerakan Keagamaan, dalam Atang Abdul Hakim
dan Jaih Mubarok, Metodelogi Studi Islam, Bandung: Rosdakarya,
2002.
Komaruddin Hidayat, Atas Nama Agama: Wacana agama dalam Dialog “bebas”
konflik. Dalam bukunya andito (Ed), Bandung: Pustaka Hidayah, 1998.
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1998.
12
MAKALAH
Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur
pada Program Studi Pendidikan Islam
Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
Dosen :
Dr. Ilman Nafi’a, M.Ag
Oleh:
DEDING SUDARSO
Nim : 505630016
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
CIREBON
2009
13