Está en la página 1de 15

KONSELING LINTAS BUDAYA TUGAS REVISI Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Lintas

Budaya

Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Ketut Dharsana, M.Pd., Kons.

Disusun Oleh : I Made Sumadiyasa ( 1011011103 )

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2013

1.

Definisi Konseling Lintas Budaya menurut KBBI. Pengertian Konseling Lintas Budaya Istilah budaya berasal dari kata budayayang berarti pikiran, akal, budi,adat istiadat, sesuai yang sudah menjadi kebiasaan, sehingga sukar untuk diubah. Kebudayaan itu sendiri berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kesenian, kepercayaan dan adat istiadat ( kamus besar bahasa Indonesia, 1998:149 ). Jika diartikan konseling lintas budaya berarti layanan konseling yang dilaksanakan oleh seorang ahli yang disebut konselor kepada seorang atau beberapa orang yang disebut konseli yang memiliki perbedaan budaya antara konselor dan konseli.

2.

Definisi Konseling Lintas Budaya menurut Bahasa Inggris. Menurut Counseling and Consulting, LLC menyatakan bahwa Crosscultural counseling occurs whenever the cultural heritage of the counselor and the client differ. Because culture impacts how we view the world, including values, beliefs, behaviors, customs, etc., cultural differences must be attended to if counseling is to be effective. Konseling lintas budaya terjadi bila warisan budaya konselor dan klien berbeda. Karena budaya berdampak tentang bagaimana kita memandang dunia, termasuk nilai-nilai, keyakinan, perilaku, kebiasaan, dll., perbedaan budaya harus diperhatikan agar konseling menjadi efektif. Multicultural counseling is defined as a counseling relationship between a counselor and client who adhere to different cultural systems and All counseling is multikultural (Pedersen, P. (1994) dalam A handbook for developing multicultural awareness (2nd ed.)) yang artinya konseling multicultural didefinisikan sebagai hubungan konseling anatara konselor dan klient yang menganut system budaya yang berbeda dan semua konseling adalah multikltural D. W Sue (2001) : Multicultural counseling and therapy can be defined as both a helping role and process that uses modalities and defines goals consistent with the life experiences and cultural values of clients, recognizes client identities to include individual, group and universal

dimensions, advocates the use of universal and culturespecific strategies and roles in the healing process, and balances the importance of individualism and collectivism in the assessment, diagnosis and treatment of client and client systems. Konseling dan terapi multikultural dapat didefinisikan baik sebagai peran dan proses yang menggunakan modalitas dan mendefinisikan tujuan konsisten dengan pengalaman hidup dan nilai-nilai budaya klien, mengakui identitas klien untuk mencakup individu, kelompok dan dimensi universal yang membantu, pendukung penggunaan universal dan culturespecific strategy dan peran dalam proses penyembuhan, dan menyeimbangkan pentingnya individualisme dan kolektivisme dalam penilaian, diagnosis dan pengobatan klien dan sistem klien. Multicultural counseling refers to preparation and practices that integrate multicultural and culture-specific awareness, knowledge, and skills into counseling Arrendondo ( 1998 ) dalam Multicultural Counseling : Context, Theory and Practice, and Competence. Mengacu pada persiapan dan praktek-praktek yang mengintegrasikan kesadaran multikultural dan budaya khusus, pengetahuan, dan keterampilan dalam konseling 3. Definisi mengenai counseling, cross, culture dalam kamus besar bahasa Inggris dan Indonesia. KBBI : : pemberian bimbingan oleh yg ahli kpd seseorang dng

Konseling

menggunakan metode psikologis dsb; pengarahan; (2) pemberian bantuan oleh konselor kpd konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman thd kemampuan diri sendiri meningkat dl memecahkan berbagai masalah; penyuluhan Lintas Budaya : trayek. : bu.da.ya [n] (1) pikiran; akal budi: hasil --; (2) adat

istiadat: menyelidiki bahasa dan --; (3) sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju): jiwa yg --; (4) cak sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah

Kamus Bahasa Inggris. Counseling : Counseling is a professional relationship that empowers diverse individuals, families, and groups to accomplish mental health, wellness, education, and career goals.( counseling.org). Cross : 3 campuran, persilangan. 4 beban.-ks.1 marah, jengkel -kkt.1 menyebrang 2 menyebrangi, melintasi. 3 melintasi. 4 merintangi. 5 bersilang. 6 menarik garis melintang. 7 mengawinkan, menyilangkan. 8 membuat tanda salib. Culture : kb. 1 kesopanan, kebudayaan. 2 pemeliharaan. 3 Biol.: biakan. cultured ks. 1 terpelajar. 2 piaraan. 4. Nama suku yang terdapat di Indonesia. Suku Aceh di Kabupaten Aceh Besar Suku Alas di kabupaten Aceh Tenggara Suku Alor di NTT: Kabupaten Alor Suku Ambon di Kota Ambon Suku Ampana di Sulawesi Tengah Suku Anak Dalam di Jambi Suku Aneuk Jamee di Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya Suku Arab-Indonesia Suku Aru di Maluku: Kepulauan Aru Suku Asmat di Papua Suku Abung di Lampung Suku Bali di Bali terdiri : - Suku Bali Majapahit di sebagian besar Pulau Bali - Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani Suku Balantak di Sulawesi Tengah Suku Banggai di Sulawesi Tengah: Kabupaten Banggai Kepulauan Suku Baduy di Banten Suku Bajau di Kalimantan Timur Suku Banjar di Kalimantan Selatan Suku Batak di Sumatera Utara terdiri :

- Suku Karo di kabupaten Karo - Suku Mandailing di kabupaten Mandailing Natal - Suku Angkola di kabupaten Tapanuli Selatan - Suku Toba di kabupaten Toba Samosir - Suku Pakpak di kabupaten Pakpak Bharat - Suku Simalungun di kabupaten Simalungun Suku Batin di Jambi Suku Bawean di Jawa Timur: Gresik Suku Bentong di Sulawesi Selatan Suku Berau di Kalimantan Timur: kabupaten Berau Suku Betawi di Jakarta Suku Bima NTB: kota Bima Suku Boti di kabupaten Timor Tengah Selatan Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara: Kabupaten Bolaang Mongondow Suku Bugis di Sulawesi Selatan - Orang Bugis Pagatan di Kalimantan Selatan, Kusan Hilir, Tanah Bumbu Suku Bungku di Sulawesi Tengah: Kabupaten Morowali Suku Buru di Maluku: Kabupaten Buru Suku Buol di Sulawesi Tengah: Kabupaten Buol Suku Bulungan di Kalimantan Timur: Kabupaten Bulungan Suku Buton di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau Suku Bonai di Riau: Kabupaten Rokan Hilir Suku Damal di Mimika Suku Dampeles di Sulawesi Tengah Suku Dani di Papua: Lembah Baliem Suku Dairi di Sumatera Utara Suku Dayak terdiri : - Suku Dayak Ahe di Kalimantan Barat - Suku Dayak Bajare di Kalimantan Barat - Suku Dayak Damea di Kalimantan Barat

- Suku Dayak Banyadu di Kalimantan Barat - Suku Bakati di Kalimantan Barat - Suku Punan di Kalimantan Tengah - Suku Kanayatn di Kalimantan Barat - Suku Dayak Krio di Kalimantan Barat: Ketapang - Suku Dayak Sungai Laur di Kalimantan Barat: Ketapang - Suku Dayak Simpangh di Kalimantan Barat; Ketapang - Suku Iban di Kalimantan Barat - Suku Mualang di Kalimantan Barat: Sekadau, Sintang - Suku Bidayuh di Kalimantan Barat: Sanggau - Suku Mali di Kalimantan Barat - Suku Seberuang di Kalimantan Barat: Sintang - Suku Sekujam di Kalimantan Barat: Sintang - Suku Sekubang di Kalimantan Barat: Sintang

5.

Definisi nilai-nilai budaya yang terdapat di masing-masing suku. - Suku Betawi. Seni dan kebudayaan. Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo. Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan "Kalapa" ( Sekarang Jakarta ) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa dimana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu. Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Suku Jawa ( Jawa ), Suku Sunda ( Sunda ), Suku Minang ( Minang ), Suku Batak ( Batak ), dan

Suku Bugis ( Bugis ). Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis. Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayahwilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat.

Bahasa. Sifat campur-aduk dalam dialek Bahasa Betawi ( Betawi ) adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Musik. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Bangsa Arab ( Arab), Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis - Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belandaan. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana, Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir". Tari. Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong, Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain[Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Sifat baik Suku Betawi Orang Betawi menurut H. Irwan, tidak akan iri hati terhadap para pendatang yang sukses. Mereka berpegang bahwa rezeki merupakan anugerah dari Tuhan. Pendatang yang sukses mereka anggap sebagai berkah dari Tuhan. Mereka tidak mau omongin kekayaan para pendatang karena takut melakukan ghibah yang dilarang oleh agama, dan orang betawi mempunyai rasa solidaritas yang tinggi, ada juga sifat orang betawi yang suka blakblakan kalo ngomong, tapi tidak semua orang betawi mempunyai sifat seperti ini. - Suku Dayak. Sistem kepercayaan dan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suku Dayak berkaitan erat sehingga sulit untuk dipisahkan. Kedua hal tersebut samasama berpengaruh pada kehidupan masyarakat Dayak ( Seli,1996 ). Suku Dayak di Kalimantan memiliki sistem kepercayaan yang kompleks dan sangat berkembang ( Alqadrie, 1987 ). Kompleksitas sistem kepercayaan tersebut di dasarkan pada tradisi dalam masyarakat Dayak yang mengandung dua prinsip yaitu: (1) unsur kepercayaan nenek moyang ( ancestral belief ) yang meneknkan pada pemujaan nenek moyang, dan (2) kepercayaan terhadap Tuhan yang satu ( the one God ) dengan kekuasaan tertinggi dan merupkan suatu prima causa dari kehidupan manusia ( Alqadrie, 1990 ). Melihat kenyataan tersebut dapatlah dikatakan bahwa sesungguhnya suku Dayak merupakan rumpun suku bangsa yang unik karena walupun mereka hidup di lingkungan yang serba alami dan tradisional tetapi dapat melahirkan suatu pemikiran yang relgius yang kompleks dan sangat sempurna. Gawai Dayak mempunyai beberapa upacara yang dijalankan di kota dan lamin ( rumah panjang ). Persembahan pelbagai makanan dan tuan di persembahkan kepada dewa padi untuk hasil yang baik. Penyair akan membaca mantera yang khusus untuk upacara ini dan melumur darah ayam jantan pada bahan persembahan.

Setelah upacara ini, perayaan Gawai Dayak akan dimulai secara resmi. Sebatang pokok yang dikenali sebagai 'ranyai' akan didirikan di tengah ruang dan dihiasi dengan makanan dan minuman. Mereka juga akan mengunjungi keluarga dan sahabat yang disebut sebagai 'ngabang'. Pakaian tradisional akan dikenakan, dan perhiasan manik orang ulu akan dikeluarkan untuk dipakai pada hari itu. Perawan Iban juga akan mengenakan perhiasan perak tradisional. Pesta Gawai Dayak ditutup dan berakhir dengan penurunan pokok ranyai tersebut. Sifat baik Suku Dayak. Secara umum sifat dan suku dayak terhadap alam adalah bersahabat, dan dari tempaan alam yang sulit diduga, membentuk sebuah karakter waspada, tidak mampu berpura-pura dan apa adanya. Terhadap orang asing, orang dayak tidak begitu saja percaya. Akan tetapi, apabila kepercayaan telah tumbuh, mereka akan sangatbersahabat dan terbuka. Dalam menjalani kehidupan, menjaga hubungan baik dengan sesama, lebih suka mengalah dan menghindar, - Aceh. Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya. Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia atau binatang sebagai ragam hias. Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan dampak amat buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang telah dilupakan dan benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau hilang. Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa Chamic, cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa-bahasa yang memiliki kekerabatan terdekat dengan bahasa Aceh adalah bahasa Cham, Roglai, Jarai, Rade dan 6 bahasa lainnya dalam

rumpun bahasa Chamic. Bahasa-bahasa lainnya yang juga berkerabat dengan bahasa Aceh adalah bahasa Melayu dan bahasa Minangkabau. Sifat baik Suku Aceh. Orang Aceh memiliki sifat lembut dan selalu mengalah. Semangat rela berkorban, berjuang dan berperang sampai titik darah penghabisan yang ditempa sekian lama itu lantas mengental, mengkristal jadi sebuah budaya yang melekat erat dalam setiap karakter masyarakat Aceh. Loyalitas dan kepatuhan bagi orang Aceh sebenarnya sebuah nilai dengan harga mahal. Sebab, agar orang Aceh menjadi loyal dan patuh, sang pemimpin haruslah jujur, setia kepada rakyatnya, tidak ingkar janji, bijak dalam pelayanan serta percaya kepada rakyat. - Alas. Nama Alas diperuntukan bagi seorang atau kelompok etnis, sedangkan daerah Alas disebut dengan kata Tanoh Alas. Menurut Kreemer (1922:64) kata Alas berasal dari nama seorang kepala etnis ( cucu dari Raja Lambing ), beliau bermukim di desa paling tua di Tanoh Alas yaitu Desa Batu Mbulan. Bahasa Alas, selengkapnya bahasa Batak Alas-Kluet untuk para linguist, dimasukkan dalam kelompok bahasa Batak, walau dari segi budaya dan jati diri orang Alas tidak melihat dirinya sebagai orang Batak. - Aneuk Jamee. Bahasa Minang tetap digunakan dengan berasimilasi dengan bahasa Aceh jadilah bahasa jamee. Tidak banyak perubahan cuma beberapa konsonan dan vokal dan sedikit dialeknya yang berubah. Dari segi bahasa, diperkirakan masih merupakan dialek dari bahasa Minangkabau. Namun, akibat pengaruh proses asimilasi kebudayaan yang cukup lama, kebanyakan dari Suku Aneuk Jamee, terutama yang mendiami kawasan yang didominasi oleh Suku Aceh, misalnya di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Bahasa Aneuk Jamee hanya dituturkan di kalangan orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari ( lingua franca ).

10

- Asmat. Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan. Yi - ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya. Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu. Dambin - Ow atau roh jahat yang mati konyol. Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini : Mbismbu ( pembuat tiang ) Yentpokmbu ( pembuatan dan pengukuhan rumah yew ) Tsyimbu ( pembuatan dan pengukuhan perahu lesung ) Yamasy pokumbu ( upacara perisai ) Mbipokumbu ( Upacara Topeng ) Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu. Sifat baik Suku Asmat. sifat dari masyarakat suku Asmat tidak keras dan pemarah, justru masyarakat disana sangat kreatif dan juga mandiri, salah satu kekreatifitasan

11

masyarakat suku Asmat yang terkenal adalah kerajinan ukiran kayunya, bahkan hasil karyanya terkenal sampai keluar provinsi Papua - Sunda. Meniliki nilai budaya yang tinggi, budaya Sunda dicirikan dengan telah dikenalnya budaya tulis semenjak zaman dahulu. Pesan-pesan para leluhur Sunda tersebut menunjukkan bahwa makna yang dimiliki dari budaya Sunda tergolong kedalam makna nilai yang tinggi dan strategis serta sangat dihormati oleh masyarakatnya. Pesan moral yang awalnya terbatas hanya untuk masyarakat kerajaan Sunda ternyata memiliki nilai yang bersifat universal yang dapat juga dijadikan panutan oleh masyarakat di luar etnis Sunda agar kita selalu bersikap baik memperlakukan alam. Karena secara nurani setiap komunitas makhluk hidup termasuk manusia, siapa dan seberapapun kecilnya selalu membutuhkan tatanan kehidupan yang seimbang, selaras dan harmonis. Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek SundaBanten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja. Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan

pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes tidak dapat membaca atau menulis. Sifat baik Suku Sunda Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan

12

pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman kerajaan Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang . - Bali Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan (patra ). Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina, dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan jati diri ( Mantra, 1996 ). Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia (pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud. Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu (athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada

13

saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam ajaran hukum karma phaladisebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula sebaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang bersangkutan. Sifat baik Suku Bali. Sifat mereka menghargai orang lain, ramah, baik dan santun; meninggalkan kesan dalam hingga kuanggap seperti itulah orang-orang Bali umumnya. ramah, murah senyum, tenggang rasa dan sifat-sifat baik lainnya. - Suku Batak Di daerah Batak terdapat beberapa agama, antara lain: agama Islam, agama Katolik, dan agama Kristen Protestan. Meskipun demikian, konsep-konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup terutama di pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan religi purba ini adalah buku pustaka yang terbuat dari kayu dan ditulis dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat konsep-konsep tentang pencipta, jiwa, roh, dan dunia akhirat. Sifat baik Suku Batak. Gaya bicara yang khas yaitu tegas. Santun dengan aksen Jawa yang lembut sangat berbeda dengan santun dengan aksen Batak. Pemarah. Kalau ini sebenarnya dipunyai semua suku, tetapi sifat ini dominan pada suku Batak. Kalau ada hal yang tidak disukai, orang pada suku Batak tidak segan-segan memarahi si-korban. Namun, kalau telah berlalu, jika yang marah mempunyai hati yang baik, dia akan meminta maaf kembali. Pantang mengalah/menyerah. 6. Perbedaan-perbedaan yang menyebabkan ternjadinya konflik. Keragaman suku bangsa di Indonesia antara lain disebabkan oleh : - perbedaan ras asal, - perbedaan lingkungan geografis, - perbedaan latar belakang sejarah, - perkembangan daerah,

14

- perbedaan agama atau kepercayaan, - perbedaan kebudayaan, ( berupa gagasan, kebiasaan atau pun benda ), - kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri. Bagaimana kita bisa bersikap menghormati keragaman suku bangsa yang ada di tanah air? Kita bisa mengembangkan sikap berikut ini. - Menerima suku-suku bangsa lain dalam pergaulan sehari-hari. Dalam pergaulan di masyarakat, kita tidak hanya bertemu orang satu suku bangsa. - Menambah pengetahuan kita tentang suku-suku lain. Mempelajari suku bangsa lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggal mereka. - Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan suku-suku bangsa lain. Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan martabat yang sama. Keragaman suku bangsa merupakan kenyataan bangsa kita. Inilah kekayaan bangsa kita. Kalau kita tidak menghormati suku bangsa sendiri, kita tidak akan menjadi bangsa yang kuat. Kita tidak boleh hanya membanggakan suku bangsa kita sendiri dan merendahkan suku bangsa lain. Kalau kita tidak menghormati keanekaragaman suku bangsa, tidak akan tercipta kedamaian dalam hidup bersama. Tidak adanya saling menghormati antarsuku bangsa akan menimbulkan konflik. Contohnya banyak. Antara lain konflik di Poso, konflik di Sambas, dan konflik di Maluku. Livia, Virgio. 2012. Keragaman Suku Bangsa di Indonesia. Diakses pada 16 September 2013 dari http://virgiolivia.blogspot.com/.

15

También podría gustarte