Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
01 Pendahuluan 2
02 Bibliologi 6
03 Inspirasi ( Pengilhaman ) Alkitab 12
04 Inerransi ( Ketidak-keliruan ) Alkitab 17
05 Otensitas & Kredibilitas Alkitab 19
06 Kanonitas Alkitab 23
07 Apocrypha 32
08 Terjemahan-terjemahan Alkitab 36
09 Beberapa Data Berkaitan Dengan Alkitab 42
10 Kesaksian Gulungan Laut Mati 43
11 Bagaimana Alkitab Sampai Kepada Pembacanya 46
12 Keunikan Alkitab Dibandingkan Kitab Suci Yang Lain 47
13 Isue-isue Kontemporer Tentang Status Alkitab 53
14 Manfaat Alkitab Dalam Kehidupan Manusia 66
Daftar Pustaka 68
1
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Untuk jangka waktu yang cukup lama, Teologi telah diakui sebagai ratu dari segala
ilmu pengetahuan dan Teologi Sistimatika sebagai mahkotanya.
Istilah “teologi” diturunkan dari kata Yunani “theos”, yang berarti “Allah”, dan
“logos”, yang berarti “uraian”, “perkataan”, atau “pengajaran”. Dengan
demikian, teologi dapat diartikan “pengajaran tentang penyataan Allah dan
karya-karya-Nya”. Sedangkan kata “sistimatika” berasal dari kata kerja Yunani
“sunistano”, yang berarti “berdiri bersama” atau “mengorganisir”, karena itu,
Teologi Sistimatika menekankan sistimatisasi/pengaturan teologi.
1. Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, (Chicago, Ill.: Moody Press) 1996.
2
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
1. Sumber-sumber Primer
2. Sumber-sumber Sekunder
3
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Akal budi ( pertimbangan yang sehat ), ketika dipandu oleh Roh Kudus,
adalah juga suatu sumber teologi. Akal budi, bagaimana pun, harus tunduk
kepada Allah, lebih daripada berusaha untuk mendefinisikannya
d. Rumpun Teologi
Adapun bidang kajian teologi yang sangat luas itu, pada umumnya terbagi
menjadi empat rumpun, yakni :
4
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
5
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
2. Bibliologi
Alkitab adalah Sumber Teologi yang paling menentukan. Gereja yang benar
sepanjang sejarahnya senantiasa memandang Alkitab selaku wujud penyataan ilahi
dan bahwa pencatatan penyataan yang terdapat di dalamnya itu asli, dapat
dipercaya, berkenaan dengan kanon, diilhami secara adikodrati. Bibliologi meneliti
Alkitab untuk melihat kebenaran dari kepercayaan tersebut.
Istilah “Bibliologi” secara etimologis merupakan gabungan dari dua kata Yunani,
yaitu : “Biblos” ( yang menunjuk pada tanaman Papirus yang tumbuh di rawa-rawa
atau tepi sungai, khususnya di sepanjang sungai Nil ) diterjemahkan : “kitab”,
“buku” atau “gulungan” dan “Logos” diterjemahkan “uraian”, “perkataan”, atau
“pengajaran”. Dengan demikian, Bibliologi adalah pengajaran tentang Alkitab.
Sedangkan istilah “Alkitab” diambil dari sebuah kata Arab, “Al-kitab”, artinya
“wahyu yang tertulis”.Istilah ini dalam bahasa Inggris disebut “Bible”, berasal dari
kata “Biblia”, artinya “kitab-kitab”, yang bagi orang-orang Kristen mula-mula,
berbahasa Latin, dipakai untuk menyebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Sebutan lainnya dalam bahasa Inggris adalah “Scripture”, berasal dari kata Yunani
6
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Istilah Yunani lainnya yang dipakai pada “Kitab Suci” adalah “hiera grammata”,
yang secara harfiah berarti “huruf-huruf suci”. Dalam Perjanjian Baru, istilah ini
hanya sekali digunakan dan khusus untuk menyebutkan “Kitab Suci”. Tulisan-
tulisan itu bukan tulisan biasa melainkan “diilhamkan Allah” ( 2 Timotius 3:16 ).
Umat Kristen tidak akan meragukan lagi bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Lebih
jauh, pengakuan semacam ini sudah lama dikumandangkan oleh para Reformator yang
menyatakan “Sacra Scriptura Verbum Dei”, yang artinya “Kitab Suci adalah Firman
Allah”. Bahkan, kemudian pengakuan ini bersifat oikumenis setelah konferensi di New
Delhi ( 1961 ) dari Dewan Gereja-gereja Se-Dunia menjadikan pengakuan ini sebagai
asasnya.
Apa alasan umat Kristen menyatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah ? Sebab
seluruh isi Alkitab, dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu, diinspirasikan oleh Roh
Allah dan memberitakan tentang Yesus Kristus. Namun, serentak itu pula semua gereja
di seluruh dunia mengakui bahwa Alkitab itu ditulis oleh manusia, bukan langsung
diturunkan dari langit. Apa yang ditulis di dalamnya bukan didiktekan oleh Allah
kepada para penulisnya. Alkitab adalah kumpulan dari 66 kitab, yang ditulis oleh 40
orang penulis, yang hidup pada masing-masing jamannya, yang masing-masing
menggunakan bahasa jamannya; yang cara penulisannya dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk sastra dari jamannya - bangsanya - dan lingkungannya.
Pengakuan “Kitab Suci Adalah Firman Allah” sekali-kali tidak bermaksud untuk
menyangkal segi insani Alkitab. Umat Kristen mengakui dengan sepenuhnya bahwa
Alkitab itu sebuah kitab manusia. Serentak itu pula umat Kristen mengakui
sebagaimana Alkitab itu sendiri menyatakannya, bahwa para penulis Alkitab itu adalah
mereka yang dipakai dan didorong dari dalam oleh Roh Kudus, sehingga apa yang
dituliskan oleh mereka adalah pemberitaan yang berotoritas dan tetap berotoritas
tentang keselamatan bagi segala bangsa dalam segala abad ( bandingkan dengan Kisah
Para Rasul 1:16, 2 Petrus 1:21, 2 Timotius 3:16 ). Dengan demikian, dapatlah
disimpulkan di sini bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang dituliskan dengan
bahasa manusia yang digerakkan oleh Roh Kudus !!!
Kedua segi Alkitab ini ( segi insani & segi ilahi ) terpaut erat satu sama lain dalam
setiap halaman Alkitab. Setiap orang yang mempelajari Alkitab harus tetap
memperhitungkan kedua segi ini !
7
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
2.2.1. Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita mendengar suara Allah
yang berbicara kepada manusia. Hal ini dapat terlihat dari penyataan-penyataan
Tuhan dalam Alkitab.
[2] Kitab-kitab Para Nabi & Mazmur adalah Firman Allah berdasarkan
pengakuan :
[3] Injil & Pengajaran Para Rasul adalah Firman Allah sebagaimana diterima
oleh Gereja mula-mula, misalnya oleh Ireneus & Athanasius.
8
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[2] Nubuat tentang keruntuhan Yerusalem dan kehancuran bait Allah serta
kebangkitan Israel, Lukas 21:20-33. Nubuat itu telah digenapi :
a> Pada tahun 70 M., Yerusalem dikepung oleh jendral Titus dan
dihancurkan pula bait Allah, serta negara Israel lenyap.
b> Pada tanggal 14 Mei 1948 negara Israel kembali muncul sebagai negara
merdeka.
[1] Meskipun Alkitab terdiri atas 66 kitab, yang ditulis oleh 40 orang penulis,
yang tentunya berbeda tempat dan latar belakang, di dalam periode waktu
lebih dari 1.500 tahun, namun isi beritanya menjurus kepada pokok yang
sama, yaitu rencana keselamatan manusia melalui Kristus.
[2] Perjanjian Baru mengandung kutipan 600 bagian dari Perjanjian Lama.
[3] Semuanya ini membuktikan bahwa para penulis Alkitab dipimpin ( diilhami )
oleh Roh yang sama; ibarat seorang Arsitek yang merencanakan serta
melaksanakan sebuah bangunan ( perumahan ). Bandingkan dengan karya
Allah di dalam membangun bait Allah, yang ditulis dalam 1 Raja-raja 6:7 ---
membangun gedung tanpa adanya suara ribut, menunjukkan bahwa bahan-
bahan bangunannya telah dipersiapkan secara tepat oleh para tukang yang
ahli namun tentu saja dipimpin oleh seorang Arsitek yang hebat.
[1] Pembagian Waktu : sebelum manusia mengetahui bahwa di bumi ini terdapat
perbedaan waktu, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa tatkala Ia datang
kedua kali kelak, di satu tempat bisa malam, sementara di tempat lain bisa
pagi atau siang ( Lukas 17:34-36 ).
9
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[2] Bahwa Bumi itu bulat sudah dinyatakan oleh nabi Yesaya pada tahun 800 sM
( Yesaya 40:22 ), sebelum Columbus menyatakannya pada abad XV.
[3] Bumi ini melayang di kehampaan telah dinyatakan oleh Ayub dan baru
diteguhkan kebenarannya kurang lebih pada tahun 1960 setelah pesawat dari
bumi mengelilingi ruang angkasa.
[4] Prof. Taten menghadapi tantangan dari para ahli NASA bahwa dunia ini
kehilangan waktu 24 jam ( Kesaksian Mutakhir : “The Sun Did Stand
Still” ). Hal ini dibuktikannya dengan :
Banyak buku-buku yang dikarang oleh manusia, namun sedikit sekali yang
bertahan hingga sekarang ini. Misalnya :
[1] Luzirus membuat 142 buku yang berisi tentang sejarah Roma. Ditulis antara
tahun 59 sM sampai 17 M. Sampai saat ini tinggal 35 buku yang masih bisa
dikenali dan ada 20 buku yang memuat buku III dan IV.
[2] Bagi sejarah Indonesia, surat “Supersemar” adalah data historis Orba yang
amat penting, namun hanya dalam kurun waktu 1/4 abad sudah tidak dapat
ditemukan lagi.
Akan tetapi, Alkitab sampai saat ini masih memiliki kurang lebih 500 naskah
Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, baik lengkap maupun sebagian-sebagian
Yang sudah ditemukan dan masih terus diketemukan.
10
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[3] Lenin & Stalin berkata, “Dalam kurun waktu 80 tahun, Rusia tak akan
mengenal Tuhan dan Alkitab”. Yang terjadi adalah sebelum 80 tahun, masih
70 tahun komunis sudah tumbang dan kini statistik mengatakan bahwa
banyak orang Rusia yang mencari Tuhan.
2.3. Banyak Para Musuh Alkitab Yang Membakar & Berusaha Memusnahkan
Alkitab, Akhirnya Bertobat.
2.4. Di Dunia Ini Tidak Ada Satu Buku Yang Dimusuhi & Dikasihi Melebihi
Alkitab
Banyaknya musuh dan yang mencintai Alkitab tidak tertandingi oleh kitab apa pun
juga di bumi ini.
Alkitab adalah buku yang paling banyak diterjemahkan, dicetak, dan yang paling
laris dibandingkan dengan buku-buku yang lain. Alkitab telah dicetak
1.330.231.815 buah dan tiap tahun sekitar 30 juta copy dijual & dibagikan.
11
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Ajaran Inspirasi ( pengilhaman ) bukanlah sesuatu yang dipaksakan oleh para teolog
terhadap Alkitab, melainkan merupakan pengajaran Alkitab sendiri; suatu
kesimpulan yang didapat dari data-data yang ada di dalamnya.
Dalam 2 Timotius 3:16 disebutkan bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Ada pun tujuan dari pengilhaman adalah untuk mengajar, menegur, menyatakan
kesalahan, memperbaiki kelakuan dan melatih orang dalam kebenaran, agar
orang percaya siap, cakap atau mampu dan diperlengkapi dengan sempurna dalam
setiap segi kehidupannya. Pendek kata, Alkitab datang dari Allah untuk
menunjukkan kepada kita bagaimana kita harus hidup.
2
Lihat Karl Bath, Church Dogmatics. Trans. G.T. Thompson (New York: Scribener's Sons, 1936), hal.
504. Bandingkan dengan pernyataan John Albert Bengel bahwa: "Scripture was divinely inspired not
merely while it was being written God breathing throught the writters, but also while it was being read.
God breathing trought the Scripture". William Childs Robinson, "The Inspiration of Holy
Scripture", Christianity Today 13, No. 1 (Oct 11, 1968), hal. 7.
12
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Ayat ini memberitahukan dengan jelas bagaimana Allah memakai penulis insani
untuk menghasilkan Alkitab. Roh Kudus mendorong ( "feromenoi" ) atau
mengangkat mereka. Kata "feromenoi" ini harus dibedakan dengan pimpinan
Roh Kudus ( a;gontai , "agontai" ), sebagaimana disebutkan dalam Roma 8:4,
yang diberikan kepada setiap orang beriman. Didorong oleh Roh Kudus,
"feromenoi" di sini menunjuk kepada suatu tindakan Roh Kudus secara khusus.
Pemakaian kata kerja yang sama dalam Kisah Para Rasul 27:15 ( evfero,meqa ,
"eferometha" ) menerangi pemikiran kita mengenai apa yang dimaksudkan
dengan “mendorong, mengangkat, menggerakkan” para penulis. Sama seperti
kapal yang dihanyutkan, dibawa atau diseret angin, Allah memimpin dan
menggerakkan para penulis untuk menghasilkan kitab-kitab dalam Alkitab.
Meskipun angin itu suatu kekuatan besar yang menggerakkan/menghanyutkan
kapal, para awak kapal itu tidak tidur dan tidak pasif. Demikianlah Roh Kudus
adalah Pribadi yang memimpin, yang mengarahkan para penulis, namun mereka
juga memainkan peranan sendiri secara aktif dalam menuliskan Alkitab.
Namun ayat ini juga memiliki nilai penting lainnya. Ayat ini menyatakan bahwa
kemauan para penulis tidak mengarahkan penulisan Alkitab ( ouv ga.r
qelh,mati avnqrw,pou – ou gar thelemati anthropou ). Dengan demikian,
nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia. Penyataan ini mengandung
penjelasan penting mengenai ketidak-keliruan Alkitab. Kemauan manusia,
termasuk kemauan untuk berbuat salah, tidak menghasilkan Alkitab, melainkan
Roh Kudus yang tidak pernah keliru itulah yang menghasilkan Alkitab. Memang
para penulis itu aktif dalam penulisan, namun apa yang mereka tuliskan dipimpin
bukan oleh kemampuannya yang mungkin salah, melainkan oleh Roh Kudus yang
adalah benar dan tidak bisa salah.
Pendek kata, 2 Petrus 1:21 menyatakan bahwa Allah memakai manusia dan
memberikan kepada kita sebuah Alkitab yang seluruhnya benar.
Di sini Paulus menyatakan bahwa wahyu Allah datang kepada kita dalam kata-
kata. Ini menjawab persoalan bahwa pengilhaman hanya berhubungan dengan
pikiran Allah yang ingin kita mengetahuinya, namun tidak menyangkut kata-kata
bagaimana pikiran itu dinyatakan. Pandangan demikian tidak mengharuskan untuk
mempercayai ketidak-keliruan teks, karena bisa saja seseorang mempunyai
13
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
pikiran-pikiran yang benar dari Allah yang dibungkus dalam kata-kata manusia
yang tidak luput dari kesalahan. Namun Paulus menegaskan bahwa pesan dari
Allah datang melalui kata-kata dalam teks. Dengan demikian, ayat ini mengajarkan
bahwa kata-kata yang dipakai dalam Alkitab adalah diilhami.
<a> Ia berkonsultasi terlebih dahulu dengan para saksi mata dari kehidupan &
pelayanan Yesus.
<b> Ia memakai kisah tertulis yang ada mengenai pelayanan Yesus.
<c> Ia menyelidiki dengan teliti & memilihnya dari bahan-bahan itu.
<d> Ia menyusun dengan teratur & membukukannya.
<e> Roh Kudus menggerakkan & memimpinnya dalam penulisan itu sehingga
semua tulisannya teliti & benar.
14
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Dengan demikian, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa bahan tulisan yang
beraneka ragam ini menunjukkan bahwa Allah kadangkala mewahyukan secara
adikodrati dan langsung; ada kalanya Ia mengijinkan para penulis untuk menyusun
pesan-Nya dengan memakai kebebasan untuk berekspresi. Namun Allah
menghembuskan semua hasil akhir tulisan itu, dengan memimpin para penulis itu
dengan berbagai cara untuk menyampaikan pesan-Nya dengan kata-kata dalam Alkitab.
Pengilhaman adalah Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu
menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia.
Mengacu pada definisi tersebut di atas, maka ada beberapa kata kunci berkaitan
dengan pengilhaman, yaitu :
[1] Kata “mengawasi” memberikan peluang adanya warna warni hubungan antara
Allah dengan para penulis dan bahan yang beragam. Pengawasan-Nya
kadangkala langsung dan ada kalanya tidak langsung, namun selalu meliputi
penjagaan agar para penulis menulisnya dengan teliti dan benar.
[2] Kata “menyusun” menunjukkan bahwa para penulis bukanlah penulis steno
yang pasif, yang sekedar mencatat apa yang Allah diktekan, melainkan justru
sebagai penulis yang aktif menyusun.
15
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Bagaimana dengan Perjanjian Baru ? Yesus pergi dari satu desa ke desa lainnya
untuk mengajar. Sudah pasti Ia mengulangi banyak hal ketika Ia berjalan dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Akibatnya, Ia meninggalkan suatu kumpulan
pengajaran, serta berjanji kepada para murid-Nya, “Roh Kudus ... akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” ( Yohanes
14:26 ). Kumpulan pengajaran ini diteruskan oleh para rasul kepada Gereja ( Kisah
Para Rasul 2:42 ). Roh Kudus memimpin para penulis kitab-kitab Injil untuk
memilih dari kumpulan pengajaran tersebut materi yang akan bermanfaat bagi
orang-orang yang kepadanya kitab Injil itu ditulis. Sebagai contoh, Lukas
mengatakan kepada kita bahwa ia “menyelidiki segala peristiwa ini dengan
seksama” ( Lukas 1:3 ), kita dapat yakin bahwa ia melakukan hal ini karena
digerakkan oleh Roh Kudus. Jadi, pada jaman para rasul, proses penyataan ini
sedang berlangsung. Kristus merupakan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian
Lama. Generasi-generasi yang akan datang memerlukan catatan tentang kelahiran-
Nya dari seorang perawan, ajaran-ajaran-Nya, kematian & kebangkitan-Nya ( yang
ditulis dalam kitab-kitab Injil ); kisah tentang pendirian Gereja dengan pola-pola
normatif untuk seluruh jaman Gereja ( terdapat dalam Kisah Para Rasul ); sebuah
penjelasan tentang arti dari kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, dengan
bantuan praktis bagi gereja-gereja ( tercatat dalam Surat-surat Kiriman ) dan
sekilas pandang tentang akhir jaman ( tercatat dalam kitab Wahyu ).
Para rasul mengakui ketepatan suatu Perjanjian Baru. Hal ini dibuktikan oleh ayat-
ayat, seperti 2 Petrus 3:15-16. Perhatikan ungkapan “tulisan-tulisan yang lain”.
Di sini terdapat kesaksian yang jelas kepada kepercayaan Petrus pada dasawarsa
ke-7 abad pertama bahwa Paulus sedang menulis materi yang setingkat dengan
kitab suci Perjanjian Lama. Paulus juga menyatakan di beberapa tempat bahwa ia
mempunyai Firman dari Tuhan, yaitu perkataan Yesus, untuk menyokong apa yang
ia tulis ( Lihat 1 Korintus 11:23, 1 Tesalonika 4:1-2,15 ). Namun sekali pun ia
tidak selalu mengatakan hal ini, itu bukan berarti bahwa apa yang ditulisnya tidak
diilhamkan Roh Kudus ( bandingkan dengan 1 Korintus 7:12 ).
16
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Alkitab mengajar kita bahwa Roh Kudus bekerja sedemikian rupa pada para nabi
dan rasul sehingga kata-kata dalam naskah pun penuh dengan kuasa.
Apabila kata-kata itu tidak diilhamkan, maka orang-orang dengan leluasa dapat
mengubahnya agar sesuai dengan gagasan mereka. Oleh karena itu, pengilhaman
sangat perlu untuk melindungi kebenaran. Yesus menunjukkan pentingnya tiap
kata dengan mengatakan, “Selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, ..... ”
( Matius 5:18 ).
Menurut Feinberg istilah “inerrancy” adalah kata yang relatif baru dalam bahasa
Inggris. Ia mengatakan bahwa istilah ini seolah-olah merupakan transliterasi dari
kata Latin “inerratia,” bentuk partisip dari kata kerja “inerro,” tapi sebenarnya
bukan. 3 Feinberg menyelidiki istilah ini dari kamus yang baginya cukup memadai,
Oxford English-Dictionary. Di dalamnya disebutkan bahwa Boethius, yang hidup
pada akhir abad keenam dan permulaan abad ketujuh, telah menggunakan istilah
Latin ‘inerratum’ dalam pengertian “ketidak-adaan salah.” Disebutkan juga Thomas
Hardwell Horne telah menggunakan kata benda ‘inerrancy’ pada bukunya yang
berjudul Introduction to the Critical Study and Knowledge of the Holy Scriptures.
Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1818. 4
Dalam kamus Oxford, istilah ‘inerrancy’ diberi definisi sebagai berikut: “kualitas
atau kondisi dari keberadaan yang tanpa salah atau tidak salah; bebas dari
kesalahan.” Sedangkan ‘inerrant’ berarti “tidak berbuat kesalahan.” Sebaliknya
istilah ‘errant’ didefinisikan sebagai “tindakan atau keadaan yang salah”; “keadaan
salah dalam pandangan”; “suatu yang dilakukan secara tidak tepat karena
ketidaktahuan atau karena tidak hati-hati; suatu kesalahan”. 5
Beberapa teolog Injili, tidak setuju dengan penggunaan istilah ‘inerrancy.’ Misalnya
Lasor tidak setuju karena istilah ini meniadakan konsep negatif. Ridderbos dan
Piepkorn mengatakan bahwa istilah ini tidak Alkitabiah. Pinnock mengatakan
bahwa istilah ini hanya dihubungkan dengan naskah asli dan tidak menegaskan
kewibawaan teks Alkitab yang kita gunakan. 6 Istilah-istilah yang mereka usulkan
mengenai diskusi ini ialah ‘inspirasi’, ‘ketiadaan cacat’, ‘tak dapat keliru’, dan ‘tak
terdapat penipuan’. Tapi Feinberg menganggap bahwa istilah ‘inerrancy’ yang lebih
tepat, sesuai dengan gambaran data Alkitab. Sebab sisi positif dari istilah ini
mengatakan bahwa Alkitab benar seluruhnya. Data Alkitab dapat dilihat dalam
Mazmur 119, “Taurat-Mu benar” ( ayat 142 ): “Segala perintah-Mu adalah benar”
3
Paul D. Feinberg, “The Meaning of Innerancy” Innerancy, ed. Norman L. Geisler (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan, 1980), h. 291.
4
Ibid., h. 291-292.
5
Ibid.
6
Ridderbos dan Piepkorn, sebagaimana dikutip oleh Feinberg dalam “The Meaning of Innerancy”
Innerancy, h. 292-293.
17
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
( ayat 151 ); “Firman-Mu adalah kebenaran” ( ayat 160 ). Juga dalam Amsal 30:5,
“Firman Allah adalah kebenaran.” Dengan dasar ini pula Feinberg memberi definisi
sebagai berikut :
Ketaksalahan berarti bahwa bila semua fakta Alkitab dalam tulisan aslinya
diketahui dan ditafsirkan dengan semestinya, segala sesuatu akan terbukti benar
seluruhnya dan dikokohkan, apakah menyangkut doktrin atau moralitas atau
sosial, fisik atau ilmu pengetahun. 7
Bagi Lindsell, istilah ‘infallible’ ( tak dapat keliru ) dan ‘inerrant’ ( tak dapat salah )
adalah dua kata bersinonim, yang dapat dipertukarkan. Ia menggunakan kedua kata
itu secara bergantian untuk membicarakan pokok mengenai Alkitab, dalam hal
dapat dipercaya, berwibawa, dan sebagainya. 8
Kalau pun ada beberapa orang membuat perbedaan antara Inerrant dan Infallible,
maka perbedaan itu terletak pada nuansa pengertian di antara kedua istilah tersebut.
Inerrant menekankan sifat Alkitab yang selalu mengatakan yang sebenarnya,
sedangkan Infallible menekankan sifat layak dipercaya dari Alkitab.
Sifat bebas dari kesalahan dan sifat tidak mungkin bersalah ini berlaku untuk
seluruh isi Alkitab dan termasuk wahyunya serta fakta-faktanya yang bebas dari
kesalahan. Alkitab adalah kebenaran ( 2 Samuel 7:28, Mazmur 119:43, 160,
Yohanes 17:17,19, Kolose 1:5 ).
7
Ibid., h. 294.
8
Harold Lindsell, The Battle for the Bible (Grand Rapids: Zondervan, 1976.), h.27.
18
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pada saat kita mempelajari doktrin inerransi kita juga harus menyadari bahwa
karakter Allah sendiri dipertaruhkan. Allah mengklaim sebagai Penulis Alkitab dan
Ia menegaskan bahwa Firman-Nya adalah kebenaran ( Yohanes 17:17, Mazmur
119:160 ). Serangan terhadap doktrin inerransi Alkitab merupakan serangan
terhadap karakter Allah. Menyangkal inerransi berarti menjuluki Allah Pendusta,
namun Allah tidak dapat berdusta ( Titus 1:2 ). Rasul Paulus menyimpulkan hal ini
ketika ia menyatakan, “Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong”
( Roma 3:4 ).
Bila kita telah menerima kenyataan bahwa Alkitab adalah wujud penyataan ilahi,
maka dengan segera kita akan tertarik untuk mengetahui sifat dokumen-dokumen
yang berisi penyataan tersebut.
Dengan kata lain, “benang merah” tentang karya keselamatan dari Allah tetap
konsisten diberitakan dari setiap kitab dalam Alkitab tersebut !
19
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Yang dimaksudkan dengan kredibilitas di sini adalah meliputi baik kebenaran apa
yang dicatat, maupun kemurnian naskah. Berikut secara singkat akan dibahas hal
kredibilitas Alkitab.
Kristus menerima Perjanjian Lama selaku naskah yang secara benar mencatat
peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran yang tercantum di dalamnya ( Matius
5:17-18, Lukas 24:27,44-45, Yohanes 10:34-36 ). Dengan tegas Yesus
menerima berbagai ajaran Perjanjian Lama adalah benar, misalnya :
penciptaan alam semesta oleh Allah ( Markus 13:19 ), penciptaan manusia
secara langsung ( Matius 19:4-5 ), pembinasaan dunia dengan air bah pada
jaman Nuh ( Lukas 17:26-27 ), penghancuran Sodom & Gomora serta
pelepasan keluarga Lot ( Lukas 17:28-30 ), Musa selaku penulis Pentateuch
( Lukas 24:27 ), pemberian Manna di padang gurun ( Yohanes 6:32 ), adanya
Kemah Suci ( Lukas 6:3-4 ), pengalaman Yunus di dalam perut ikan ( Matius
12:39-40 ). Bila Yesus adalah Allah yang dinyatakan dalam keadaan manusia,
maka pastilah Ia mengetahui semua fakta dalam sejarah Perjanjian Lama.
Dengan demikian, kesaksian-Nya harus diterima selaku kebenaran.
20
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa tidak ada penemuan Arkeologi yang
pernah membuktikan kesalahan dari suatu keterangan Alkitab. Kenyataannya,
lebih dari 25.000 lokasi telah ditemukan dan dokumen-dokumen yang
memperkuat ketepatan dan dapat dipercayainya catatan Alkitab tentang
peristiwa-peristiwa, kelompok-kelompok masyarakat, kronologis peristiwa,
dan sebagainya. Penelitian Arkeologi terus berlanjut sekarang, dan banyak
Arkeolog sebenarnya menggunakan teks dari Alkitab untuk menolong mereka
menemukan suatu tempat sejarah !
Kredibilitas kitab-kitab Perjanjian Baru dapat ditetapkan oleh empat (4) fakta
yang besar, yakni :
Nada moral dalam tulisan mereka, sikap yang jelas menjunjung tinggi
kebenaran, serta sifat teliti dan terinci dari kisah-kisah yang mereka tulis
menunjukkan bahwa mereka bukanlah para penipu, melainkan orang-
orang yang jujur. Kejujuran mereka juga tampak dari kenyataan bahwa
kesaksian mereka sebenarnya membahayakan status moral, harta
kekayaan, dan bahkan nyawa mereka sendiri.
21
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[4] Isi Kitab-kitab Perjanjian Baru Sesuai Dengan Sejarah & Pengalaman
Dengan demikian, tidak ada sesuatu pun dalam sejarah atau pengalaman
yang bertolak belakang dengan apa yang terdapat dalam Perjanjian Baru.
22
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
6. Kanonitas Alkitab
Kekristenan bukanlah agama kitab. Seseorang menjadi Kristen karena Roh Kudus
menanamkan iman di dalam hatinya. Oleh karena itu, orang Kristen tidak
menyembah Alkitab, tetapi menyembah Juru Selamat mereka yang hidup, yang ada
di Surga. Dialah yang kedatangan-Nya mereka nantikan.
Hal ini tidak berarti bahwa Kekristenan tidak mempunyai Kitab Suci. Gereja Tuhan
di sepanjang masa mempunyai Rajanya di Surga, Roh Kudus di hatinya, dan
Alkitab di tangannya. Dengan demikian, yang pertama-tama dilihat dari luar adalah
Alkitab sehingga dapat dimengerti bahwa bila dilihat dari permukaan, Kekristenan
disebut agama kitab.
Istilah “Kanon” berasal dari bahasa Yunani Klasik, yang berarti sebatang tongkat
( rod ), penggaris ( ruler ), atau kayu pengukur ( measuring rod ). Kata Ibrani
yang dekat dengan istilah Yunani Klasik ini adalah “Kaneh” yang berarti kayu
pengukur, atau tombak pengukur ( Yehezkiel 40:3, 42:16 ).
Dari konsep arti itu kemudian berkembang menjadi dasar pengertian secara
metafor, yakni standar atau Norma. Pada jaman Gerika ( Pre-Christian ), kata
“Kanon” ini sudah dipakai dengan arti metafor, misalnya untuk melukiskan
standar di dalam hal etika, seni, dan literatur.
Pada jaman Kekristenan mula-mula, istilah “Kanon” ini dipakai untuk peraturan
iman, tulisan yang memenuhi standar atau Alkitab yang berotoritas. Paulus pun
telah memakai kata ini di dalam surat kirimannya ( 2 Korintus 10:13-16, Galatia
6:16 ).
Diperkirakan kata “Kanon” yang pertama kali dipakai dalam hubungan dengan
Alkitab adalah pada tahun 350 Masehi oleh Athanasius, di mana artinya dari sudut
positif berarti “Standar” dan dari sudut negatif - Kanonisasi - berarti : pengenalan
atau penerimaan gereja terhadap Alkitab adalah Firman Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan, arti “Kanon” adalah kitab-kitab yang telah
diselidiki, dan dinyatakan memenuhi syarat ( diterima & mencapai Standar yang
seharusnya ), serta diakui telah diilhamkan oleh Allah sendiri.
23
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Sebaliknya ada kitab-kitab yang termasuk baru ( pada jamannya ) namun telah
termasuk kanon, Ulangan 31:24-26, Daniel 9:2, 2 Petrus 3:15-16.
Jadi termasuk atau tidaknya sebuah kitab ke dalam Kanon sama sekali bukan
ditentukan oleh manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Hal ini bergantung pada
otoritas kitab tersebut dan otoritas itu ada sebab adanya ilham Allah. Dan ilham
Allah itu dikenali oleh men of God !
[1] Otoritas : Apakah kitab itu diilhamkan oleh Allah ( 2 Timotius 3:16 ) ?
[2] Prophetic : Apakah kitab itu ditulis oleh men of God ( Ibrani 1:1 ) ?
[3] Original : Apakah kitab itu mengisahkan hal yang benar tentang Allah,
manusia, dan sebagainya ( 2 Petrus 2:1 ) ?
[4] Dinamis : Apakah kitab itu mempunyai kuasa Allah yang dapat mengubahkan
hidup manusia ( Ibrani 4:12, 2 Timotius 3:16 ) ?
[5] Diterima : Apakah kitab itu diterima secara luas oleh umat Allah ( Gereja ) ?
24
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Alkitab sendiri memiliki catatan yang jelas tentang sejarah pembentukan Kanon,
sebagaimana dapat diketahui melalui fakta-fakta sebagai berikut :
[01] Loh Batu yang berisi 10 Hukum ( Dasa Titah ) ditaruh dalam tabut
Perjanjian, Keluaran 40:20. Loh Batu itu masih berada dalam Tabut
Perjanjian ketika Salomo membawa Tabut itu ke dalam Bait Allah yang baru
saja didirikan ( 1 Raja-raja 8:9 ).
[02] Kitab Taurat yang ditulis oleh Musa diletakkan di samping Tabut Tuhan
sebagai saksi atas kesalahan Israel ( Ulangan 31:24-36, bandingkan dengan
Keluaran 24:7 ). Hal ini menunjukkan bahwa kitab-kitab itu berotoritas dan
menjadi inti/pusat dari umat Israel atau Firman Allah menjadi Patokan atau
Kanon atas kehidupan umat-Nya.
[03] Yosua menulis sebuah kitab yang melanjutkan kitab Taurat ( Yosua 24:26 ).
[04] Samuel menulis sebuah kitab lalu diletakkan di hadapan Tuhan ( 1 Samuel
10:25 ). Ini berarti di dalam atau di samping Tabut Perjanjian dan kitab-kitab
yang lain.
[06] Banyak Mazmur yang ditulis oleh Daud ( 73 pasal ) dan kitab-kitab para
nabi yang memakai nama para nabi itu.
Ada kemungkinan bahwa apa yang ditulis oleh Yeremia melalui juru
tulisnya, Barukh, untuk kedua kalinya, inilah apa yang kita miliki sekarang
( Yeremia 1 - 36 ). Kita tidak mengetahui kapan kitab ini diterima selaku
25
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[08] Ketika orang-orang Israel ditawan ke Babel, mereka membawa serta kitab
Taurat. Hal ini dapat diketahui sebab Ezra menyelidiki Taurat di Babel dan
membawa Taurat itu kembali bersamanya ke Yerusalem ( Ezra 7:6,14,
Nehemia 8:1-2 ). Bisa jadi yang dimaksudkan dengan kitab Taurat adalah
seluruh Perjanjian Lama yang telah ditulis pada waktu itu, sebab istilah ini
kemudian dipakai untuk menyebut seluruh Perjanjian Lama.
[09] Seluruh Perjanjian Lama diperkirakan telah lengkap pada jaman Ezra. Kitab
Para Nabi yang terakhir yang mencatat tahun di dalamnya adalah Hagai &
Zakharia ( Zakharia 1:1, 7:1, dan Hagai 1:1 ). Kitab Maleakhi tidak
diketahui tahunnya, namun mungkin sekali ditulis pada masa itu juga. Tentu
saja kitab Ezra, Nehemia, dan Ester juga ditulis pada waktu itu. Inilah kitab-
kitab yang paling akhir ditulis. Banyak orang berpendapat bahwa Ezra yang
mengumpulkan semua kitab-kitab ini dan menyatukannya menjadi Kanon
Perjanjian Lama yang lengkap ( sekitar tahun 400 sM ).
[10] Pada sekitar tahun 200 sM, Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa
Yunani, yang disebut Septuaginta ( LXX ). Terjemahan ini dilakukan oleh
70 orang Ahli Tarurat Yahudi di kota Alexandria, Mesir dalam waktu 70
hari. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yang tinggal di Mesir. Mereka
tidak mengerti bahasa Ibrani sedangkan bahasa Yunani adalah bahasa
umum. Fakta bahwa pada waktu itu Perjanjian Lama telah diterjemahkan,
berarti Kanon Perjanjian Lama telah lengkap dan semua kitab tersebut telah
diakui otoritasnya.
[1] Catatan paling awal mengenai Isi Kanon Perjanjian Lama ditulis oleh Melito,
uskup dari Sardis pada sekitar tahun 170 Masehi. Melito mengatakan bahwa
ia mendapatkan daftar tersebut setelah mengadakan penyelidikan yang
seksama tatkala sedang mengadakan perjalanan di Siria. Daftar tersebut
dicantumkan oleh Eusebius dalam bukunya, Ecclesiastical History, Volume
IV sebagai berikut :
26
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[2] Pada tahun yang kira-kira sama dengan Daftar Kanon Perjanjian Lama Melito,
didapati suatu daftar kitab Perjanjian Lama dalam sebuah manuskrip di
perpustakaan seorang Greek Patriakh di Yerusalem. Daftar ini baru muncul
sekitar abad IV Masehi melalui tulisan Epiphanius, uskup Selamis di
Cyprus. Dalam daftar tersebut terdapat seluruh kitab Perjanjian Lama.
[3] Origenes ( 185 - 254 Masehi ) mencatat daftar Perjanjian Lama sebanyak 22
kitab, dengan pembagian sebagai berikut :
[4] Athanasius, uskup dari Alexandria, yang mendiskusikan kanon Alkitab pada
tahun 367 Masehi dalam Easter Letter menyebut jumlah kitab Perjanjian
Lama sebanyak 22 kitab. Ke-22 kitab tersebut sama dengan kitab-kitab
Perjanjian Lama kita, kecuali kitab Ester. Dan kitab Yeremia selain ada
tambahan kitab Ratapan, juga Surat Yeremia.
27
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[5] Jerome ( 347 - 420 Masehi ) menulis dalam kata pengantarnya di Tafsiran
Kitab Daniel, “... kitab Daniel tidak dikelompokkan dalam kumpulan kitab
Nabi-nabi, melainkan dalam Hagiographa ( The Sacred Writtings ). Orang
Yahudi membagi Perjanjian Lama dalam tiga bagian yakni : Kitab Taurat,
Nabi-nabi, dan Hagiographa yang terdiri atas : 5, 8, dan 11 kitab”.
Jerome menyebut 24 kitab, sebab kitab Rut dilepaskan dari kitab Hakim-
hakim, dan kitab Ratapan dari kitab Yeremia.
[6] Terakhir, yang terpenting, kanon Ibrani ( Perjanjian Lama ) ini diterima
selaku otoritas tertinggi oleh Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Tuhan Yesus
menerima Perjanjian Lama sebab Ia mengenali kitab-kitab tersebut memiliki
divine quality !
Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani berisi kitab-kitab yang sama dengan
kitab yang kita miliki, hanya pembagian dan susunan kitabnya berbeda.
Ketika Perjanjian Lama Bahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani
( Septuaginta ), kitab-kitabnya disusun kembali dan dibagi sebagaimana
Alkitab Perjanjian Lama kita.
Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani terdiri atas 24 kitab, yang dibagi
menjadi tiga (3) kelompok, yaitu :
Pada jaman Perjanjian Baru, Perjanjian Lama dibagi dalam 22 kitab yang
merupakan jumlah abjad dalam bahasa Ibrani, yakni dengan mempersatukan
kitab Rut dengan Hakim-hakim, dan kitab Ratapan dengan kitab Yeremia.
Biasanya seluruh Perjanjian Lama mereka sebut Kitab Nabi-nabi, kecuali kitab
Musa ( Matius 5:17, Lukas 22:44 ).
Pembagian Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani ini didasarkan atas status
penulisnya ( Official Order ), sedangkan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani
( Septuaginta ) dibagi menurut isi kitab ( Topical Order ).
28
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pembagian menurut Septuaginta ini kemudian diikuti oleh Jerome untuk Vulgata
( Alkitab berbahasa Latin ), yang berlangsung terus selama 1.000 tahun, sampai
terjemahan Alkitab bahasa Inggris pertama, Wycliffe, bahkan sampai sekarang ini
[1] Setelah kenaikan Yesus ke Surga, sekitar 20 tahun berlalu di mana pada tahun-
tahun itu Injil diberitakan melalui para rasul dan tidak sebuah kitab pun pada
waktu itu ditulis. Tampaknya selama saksi mata tentang keselamatan yang telah
dilaksanakan oleh Yesus itu masih hidup, belum dirasakan perlunya membuat
catatan yang resmi.
[2] Yakobus diperkirakan menulis surat kirimannya pada tahun 46 AD. Bila ini
benar, maka Surat Yakobus adalah yang paling awal ditulis.
[3] Paulus menulis 1 & 2 Tesalonika pada perjalanan pekabaran Injilnya yang
kedua ( tahun 52 AD ).
[4] Berangsur-angsur surat-surat kiriman yang lain, Kisah Para Rasul, dan Wahyu
ditulis.
[5] Pada saat surat-surat ini menjadi terkenal, maka berangsur-angsur dibuat
salinan-salinan untuk berbagai gereja. Banyak dari surat kiriman, juga Injil
Lukas dan Kisah Para Rasul ditulis untuk seseorang. Ada pula yang untuk
gereja atau umum. Namun yang lain meminta salinan-salinannya maka dibuat
salinan-salinan untuk mereka dan tidak dapat diragukan lagi bahwa salinan-
salinan tersebut dibacakan di dalam pertemuan-pertemuan mereka ( Kolose
4:16, 1 Tesalonika 5:27, Wahyu 1:3 ).
[6] Pada waktu yang bersamaan dan sesudahnya ada orang-orang yang menulis
kitab-kitab tentang Yesus dan surat-surat ke gereja-gereja, yang tidak termasuk
dalam Kanon ( lihat Lukas 1:1 ). Beberapa kitab yang lain ditulis pada abad II
dan III, yang dikenal dengan Apocrypha Perjanjian Baru.
29
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
[7] Lambat laun gereja-gereja mulai jelas mengenai kitab-kitab mana yang
diinspirasikan oleh Roh Kudus. Secara keseluruhan gereja-gereja mengakui ke-
27 kitab Perjanjian Baru, sebagaimana yang kita miliki saat ini.
[8] Pada abad II, Kanon Perjanjian Baru telah lengkap. Hal ini dapat kita ketahui
dari :
<a> The Old Syriac - Terjemahan Perjanjian Baru pada abad II dalam bahasa
Siria. Semua kitab Perjanjian Baru, kecuali 2 Petrus, 2 & 3 Yohanes,
Yudas, dan Wahyu.
<b> The Old Latin - Sebuah terjemahan sebelum tahun 200 AD. Terkenal
sebagai Alkitab dari gereja Barat. Semua kitab Perjanjian Baru ada kecuali
Ibrani, Yakobus, 1 &2 Petrus.
<c> The Muratorian Canon ( 170 AD ) : sama isinya dengan The Old Latin.
<f> Justinus Martyr ( 140 AD ) : semua Perjanjian Baru, kecuali Filipi & 1
Timotius.
<h> Origenes pada tahun 230 AD menulis Daftar Kitab-kitab Perjanjian Baru
sebagai berikut : 4 Injil, Kisah Para Rasul, 13 Surat Paulus, 1 Petrus, 1
Yohanes, dan Wahyu.
Semua kitab-kitab ini diakui oleh semua orang Kristen. Hanya Surat Ibrani
2 Petrus, 2 & 3 Yohanes, Yakobus, dan Yudas masih diragukan oleh
sebagian orang.
<i> Eusebius pada awal abad IV menyebut semua kitab Perjanjian Baru diakui
oleh orang-orang Kristen kecuali Yakobus, Yudas, 2 Petrus, 2 & 3 Yohanes
masih diragukan oleh sebagian orang.
<j> Dalam Festal Letter yang ditulis oleh Athanasius, bishop Alexandria,
pada tahun 367 AD, ia mencantumkan Daftar 27 Kitab Perjanjian Baru.
Tak lama setelah ini Jerome & Augustinus juga mencatat Kanon
Perjanjian Baru sebanyak 27 kitab.
30
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
31
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
7. Apocrypha
Kitab-kitab ini ditulis antara tahun 300 sM - 100 AD. Kebanyakan dalam
bahasa Yunani, namun ada juga sebagian dalam bahasa Ibrani atau Aram.
Para penulisnya kebanyakan tidak diketahui, namun diperkirakan orang-orang
Yahudi yang tinggal di Mesir.
32
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
b> Para penulis Perjanjian Baru tidak ada yang pernah mengutipnya sedangkan
kitab-kitab Perjanjian Lama yang termasuk dalam kanon terus-menerus
dikutip.
c> Tuhan Yesus sering mengutip Perjanjian Lama, namun tidak pernah
mengutip Apocrypha.
d> Terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani dibuat sekitar 2 abad
sM. Namun manuskrip Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani yang
memasukkan apocrypha ke dalamnya adalah salinan dari abad IV AD dan
tidak ada bukti bahwa Septuaginta yang berasal dari abad I AD
mengandung apocrypha.
e> Konsili-konsili Gereja dari abad I - IV tidak ada yang memberi dukungan
terhadap Apocrypha.
f> Para bapa Gereja seperti Athanasius, Cyril dari Yerusalem, Origenes dan
Jerome menentang Apocrypha.
g> Gereja Siria pada abad IV AD menerima Alkitab dengan Apocrypha. Tetapi
Alkitab dalam bahasa Siria ( Peshitta ) abad II AD tidak berisi Apocrypha.
33
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
i> Dalam konsili Trent ( 1546 ) barulah Gereja Katholik Roma secara resmi
menerima Apocrypha, padahal Apocrypha tersebut sudah ada sejak 15 abad
sebelumnya.
j> Penerimaan Gereja Katholik Roma terhadap Apocrypha adalah karena ada 2
ajaran Gereja Katholik Roma pada waktu itu yang didukung oleh Apocrypha
yakni :
* Doa untuk orang mati ( 2 Makabe 12:44-45 - bertentangan dengan Ibrani
9:27, Lukas 16:25-26, 2 Samuel 12:19-23 ).
* Keselamatan melalui perbuatan ( Tobit 12:9 - bertentangan dengan
Kejadian 15:6, Roma 4:5, Galatia 3:11 ).
k> Para sarjana Katholik Roma pada jaman Reformasi masih memisahkan
kitab-kitab Apocrypha dengan kitab-kitab Kanon ( tidak membuat tafsiran
dari kitab-kitab Apocrypha tersebut ).
m> Kisah-kisah dari beberapa kitab Apocrypha bersifat khayal dan extra-
biblical.
n> Ajaran moral kitab Apocrypha lebih rendah daripada Alkitab ( lihat Yudit
9:10,13 ).
p> Tidak ada klaim, “Inilah Firman Tuhan” dalam kitab-kitab Apocrypha.
q> Kesaksian Yosephus, “Para nabi menulis dari jaman Musa sampai
Arthasasta. Sejak itu tidak ada tulisan-tulisan yang berotoritas seperti
jaman sebelumnya, yang ditulis oleh para nabi”.
r> Kesaksian Talmud, “Setelah nabi Hagai, Zakharia, dan Maleakhi, Roh
Kudus meninggalkan Israel”.
34
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
a> Kitab-kitab Apocrypha Perjanjian Baru ini hanya dikenal secara lokal &
temporer.
c> Tidak ada Konsili Gereja yang menggolongkannya dengan Kanon Perjanjian
Baru.
35
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
8. Terjemahan-terjemahan Alkitab
Tujuan Allah ketika memanggil Abraham dan memilih Israel sebagai hamba-Nya
adalah untuk memberkati semua bangsa di bumi ( Kejadian 12:3, 22:18, Yesaya
44:1 ). Oleh karena itu pentinglah bahwa Alkitab diterjemahkan dalam berbagai
bahasa dari bangsa-bangsa lain. Semua bangsa membutuhkan Alkitab karena
Alkitab merupakan pedang Roh ( Epesus 6:17 ); Alkitab adalah sarana satu-
satunya untuk meraih kemenangan rohani. Alkitab juga adalah palu Allah, alat
untuk menghancurkan perlawanan dan membangun bait Allah ( Yeremia 23:29 ).
Alkitab adalah lampu untuk menerangi jalan kehidupan ( Mazmur 119:105 ).
Bahkan ketika orang telah dibutakan oleh dosa, dan tampaknya Alkitab merupakan
kebodohan bagi mereka, “kebodohan” seperti itu masih memberikan isi yang
bijaksana dan berkuasa pada pemberitaan Injil yang dipakai oleh Roh Kudus untuk
menyelamatkan orang-orang yang percaya ( 1 Korintus 1:18-21 ). Alkitab juga
diperlukan bagi kelanjutan pertumbuhan orang-orang percaya. Oleh karena itu,
secepatnya gereja mulai memasuki negara-negara yang penduduknya tidak dapat
berbicara bahasa Yunani dan Ibrani dari Alkitab, orang-orang Kristen
menginginkan Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa mereka sendiri.
Pada waktu bersamaan, Roh Kudus memimpin para penulis Perjanjian Baru untuk
menulis kitab-kitab mereka, bukan dalam bahasa Ibrani atau pun bahasa Yunani
Klasik yang digunakan beberapa ratus tahun sebelumnya oleh para filsuf Yunani
terkenal, melainkan dalam bahasa Yunani sehari-hari ( Yunani Koine ) yang
digunakan oleh rakyat jelata di jalan-jalan dan di pasar.
36
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Allah selalu ingin agar Firman-Nya disampaikan dalam bahasa yang digunakan
oleh orang yang mendengarkannya. Musa menulis Hukum Taurat, bukan dalam
tulisan Hieroglif yang digunakan oleh para sarjana Mesir, melainkan dalam bahasa
Ibrani sehari-hari yang digunakan dalam kemah-kemah Israel, Yesus berkhotbah
dan mengajar dengan bahasa yang sederhana sehingga orang-orang biasa
mendengar Dia dengan penuh minat ( Markus 12:37 ). Ketika Injil disebar-luaskan,
orang-orang dengan sendirinya mulai menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
mereka sendiri. Empat (4) abad setelah Kristus, ketika baik bahasa Yunani
maupun bahasa Latin kuno tidak dipakai lagi di wilayah kekaisaran Roma Bagian
Timur, Hieronimus membuat terjemahan baru ke dalam bahasa Latin yang
“kasar” atau “umum” yang dipakai pada masanya. Versi ini menjadi terkenal
sebagai Vulgata.
Sayangnya, Alkitab Vulgata ini dijadikan versi resmi di Eropa Barat & Inggris.
Berbagai usaha selanjutnya untuk menterjemahkan Alkitab dicegah, bahkan ketika
rakyat jelata sama sekali tidak berbicara dalam bahasa Latin. Ketika pada tahun
1380 Wycliffe menterjemahkan Alkitab Vulgata ke dalam bahasa Inggris,
banyak orang bertobat kepada Kristus. Namun setelah kematiannya pada tahun
1384, terjadi penganiayaan terhadap para pengikutnya karena mereka menolak
sebagian doktrin gereja Katholik Roma. Pada tahun 1415 Konsili Gereja Katholik
Roma tidak mengakui ajarannya. Kemudian pada tahun 1428, uskup Richard
Fleming menyuruh menggali tulang-tulang John Wycliffe, membakarnya, dan
abunya dibuang ke dalam sungai. Sebagian besar salinan Alkitabnya yang ditulis
dengan tangan juga dibakar.
Akan tetapi, Allah sedang berkarya. Penemuan mesin cetak sangat penting. Antara
tahun 1462 dan 1522 sekurang-kurangnya 17 versi dan edisi Alkitab terbit
dalam bahasa Jerman. Versi-versi ini membantu menyiapkan jalan untuk
Reformasi di bawah pimpinan Martin Luther, yang membawa pemahaman
Alkitabiah tentang keselamatan oleh kasih karunia melalui iman. Martin Luther
sendiri kemudian meneliti versi Ibrani dan Yunani untuk mengadakan terjemahan
baru yang lebih baik dalam bahasa Jerman. Sebagai akibat pengaruh Luther,
William Tyndale mencetak Perjanjian Baru yang pertama ke dalam bahasa
Inggris pada tahun 1525. Banyak salinan dibakar, namun percetakan terus
menghasilkan Alkitab secara berlimpah. Karena mereka tidak mungkin membakar
semua Alkitab itu, mereka menangkap Tyndale dan membakarnya pada tiang
pancang. Meskipun demikian, terjemahan-terjemahan lain segera terbit. Setelah
Raja Henry VIII memutuskan hubungan dengan gereja Katholik Roma, suatu
terjemahan yang terkenal seperti Alkitab Bishop menjadi versi yang sah di
Gereja Inggris.
Namun, Alkitab tersebut tidak populer, dan sebagian besar orang lebih menyukai
Alkitab Jenewa, suatu versi yang diterjemahkan para pengungsi Inggris yang
melarikan diri dari penganiayaan Katholik ke Swiss. Versi inilah yang dibawa ke
Amerika oleh kaum Pilgrim & kaum Puritan pada tahun 1620 dan 1630.
37
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Banyak pemimpin Inggris mengakui perlunya terjemahan yang lebih baik, karena
itu Raja James I menunjuk beberapa kelompok sarjana untuk merevisi Alkitab
Bishop. Ini merupakan saat yang tepat : Bahasa Inggris, di bawah pengaruh
Shakespeare dan tokoh-tokoh besar lainnya di bidang kesusasteraan, telah
mencapai puncak baru. Semua bahasa Inggris baku dimasukkan ke dalam versi ini,
yang akhirnya diselesaikan pada tahun 1611 dan disahkan oleh Raja James
untuk dibaca di gereja-gereja Inggris; terjemahan ini pada akhirnya terkenal
sebagai Versi King James ( KJV ).
Sebagai sebuah terjemahan yang baru, KJV pada awalnya tidak diterima oleh
banyak orang. Para rohaniwan menolaknya. Seorang yang bernama Hugh
Broughton bahkan mengatakan bahwa “terjemahannya begitu buruk sehingga
akan menyedihkan hatinya sepanjang hidupnya. Ia menegaskan bahwa ia lebih
baik diikat di antara kuda-kuda liar dan tercabik ketimbang membiarkan versi
tersebut beredar di antara orang banyak”. Selama 50 tahun banyak orang terus
menolaknya, tetapi lama kelamaan terjemahan tersebut mulai disukai karena
merupakan terjemahan yang unggul. Akhirnya versi ini mendapat tempat di hati
banyak orang.
38
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Sementara itu, proses penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia dapat kita
lihat pada Timeline Penerjemahan Alkitab9 di bawah ini :
Kurun Waktu 1600-1699
1612 A.C. Ruyl selesai menerjemahkan Injil Matius dalam bahasa Melayu.
1629 Injil Matius terjemahan Ruyl dicetak oleh J.J. Pelenstein di Enkhizen,
Belanda.
1638 Buku Markus terjemahan Ruyl diterbitkan bersama buku Matiusnya.
1638 Brouwerius cetak Kitab Injil Markus.
1651 Keempat Injil dan Kisah Para Rasul karya Ruyl diterbitkan.
1652 Buku Mazmur terjemahan Jan van Hasel dan Justus Heurnius diterbitkan.
1662 Terjemahan kitab Kejadian oleh Brouwerius diterbitkan.
1668 Perjanjian Baru terjemahan Brouwerius terbit.
1691 Leydekker ditugaskan menterjemahkan Alkitab.
Kurun Waktu 1700-1799
1706 Terjemahan Leydekker selesai.
1731 Perjanjian Baru terjemahan Leydekker diterbitkan.
1733 Alkitab secara keseluruhan terjemahan Leydekker selesai dicetak.
1735 Buku Mazmur gubahan Werndly terbit.
1758 Alkitab Leydekker edisi huruf Arab dicetak di Batavia.
Kurun Waktu 1800-1899
1814 Lembaga Alkitab didirikan di Batavia.
1815 William Robinson menerbitkan Buku Matius dalam bahasa Melayu Rendah.
1817 Revisi Perjanjian Baru terjemahan Leydekker selesai dan dicetak di
Serampore, India oleh Robert Hutchings dan J. McGinnis.
1821 Revisi Perjanjian Lama terjemahan Leydekker selesai dan dicetak di
Serampore, India oleh Robert Hutchings dan J. McGinnis.
1821 Thomsen selesai dalam membuat revisi Matius.
1832 Dengan bantuan Robert Burns, Thomsen selesaikan revisi 4 Injil dan Kisah
rasul-rasul.
1835 Johannes Emde, dkk menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu
Rendah dialek Surabaya.
1835 Roskott membuka SPG di Batumerah, Ambon.
1843-1856 W.H. Medhurst turut mengerjakan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa
Tionghoa.
1850 Kitab Injil Matius terjemahan C.T. Hermann dari Minahasa terbit.
1852 Perjanjian Baru lengkap oleh Keasberry dicetak di Singapura dengan aksara
Latin.
1856 Kitab Injil Markus diterbitkan oleh J.G. Bierhaus.
1856 Perjanjian Baru lengkap oleh Keasberry dicetak dengan aksara Arab (Jawi).
1861 Klinkert selesai menerjemahkan buku 4 Injil dan dicetak.
1863 Perjanjian Baru lengkap selesai diterjemahkan Klinkert dan dicetak di
Semarang.
9
Sumber : —Situs Sejarah Alkitab Indonesia: (Online) "http://www.sabda.org/sejarah/"
39
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
40
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
41
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Ada 3.000 penerjemah Alkitab yang menerjemahkan Kitab Suci pada kurun
waktu 1950-1960.
• Alkitab dibagi ke dalam pasal-pasal oleh Stephen Langton sekitar tahun 1228.
• Perjanjian Lama dibagi ke dalam ayat-ayat oleh R. Nathan pada tahun 1448 dan
Perjanjian Baru oleh Robert Stephanus pada tahun 1551.
• Ada 66 kitab di dalam Alkitab, 39 di Perjanjian Lama dan 27 di Perjanjian Baru
( Catatan : 3 x 9 = 27 ).
• Perjanjian Lama terdiri atas 929 pasal dan 23.214 ayat. Perjanjian Baru terdiri
atas 260 pasal dan 7.959 ayat. Untuk membaca seluruh Perjanjian Lama
dibutuhkan waktu sekitar 38 jam, sedangkan untuk Perjanjian Baru
membutuhkan waktu 11 jam.
• Di Perjanjian Lama, kitab terpanjang adalah Mazmur, dan terpendek adalah
Obaja.
• Di Perjanjian Baru, kitab terpanjang adalah Kisah Para Rasul, dan terpendek
adalah 3 Yohanes.
• Kata "Allah" dipakai sebanyak 4.379 kali, dan kata "Tuhan" dipakai sebanyak
7.738 kali.
• Yesaya dikutip 419 kali di 23 kitab Perjanjian Baru, Mazmur 414 kali di 23
kitab Perjanjian Baru, dan Kejadian 260 kali di 21 kitab Perjanjian Baru.
42
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pertanyaan besar itu pertama-tama diajukan oleh Sir Frederic Kenyon, “Apakah
teks Ibrani, yang kita beri nama Massoretis dan yang telah kita tunjukkan bahwa
teks ini berasal dari sebuah teks yang direkonstruksi sekitar tahun 100 M. itu,
dengan setia mewakili Teks Ibrani asli yang ditulis oleh para penulis kitab-kitab
Perjanjian Lama ?”
Gulungan Laut Mati memberikan kepada kita jawaban langsung dan positif.
Masalah yang ada sebelum penemuan Gulungan Laut Mati itu adalah, “Sampai di
manakah tingkat ketepatan naskah-naskah yang kita miliki saat ini jika
dibandingkan dengan teks asli yang ada pada abad pertama itu ?” Karena teks itu
telah disalin berulang kali, masih dapatkah kita percayai ?
Gulungan kitab itu terdiri dari sekitar 40.000 serpihan dengan tulisan di atas
masing-masing. Berdasarkan serpihan-serpihan ini telah dihasilkan rekonstruksi
lebih dari 500 kitab.
Ditemukan banyak buku dan serpihan di luar Alkitab yang memberikan titik-titik
terang tentang masyarakat Qumran yang demikian religius. Tulisan seperti
“Dokumen-dokumen Zadok,” sebuah “Peraturan Masyarakat Qumran” dan “Buku
Penuntun Ketertiban” menolong kita untuk memahami tujuan kehidupan sehari-hari
masyarakat Qumran. Dalam pelbagai gua ditemukan sejumlah tafsiran Kitab Suci
yang sangat bermanfaat.
Ralph Earle memberikan jawaban sangat jelas dan padat terhadap pertanyaan
tentang bagaimana Gulungan Kitab itu ditemukan :
“Kisah tentang penemuan ini adalah salah satu di antara kisah-kisah yang paling
menarik tentang jaman modern. Pada bulan Februari atau Maret 1947 seorang
anak Badui yang pekerjaannya sebagai gembala bernama Muhammad sedang
mencari seekor kambingnya yang hilang. Kakinya menyentuh batu yang
kemudian terjatuh ke dalam lubang pada bukit karang yang ada di pantai barat
Laut Mati, yang terletak sekitar delapan mil di selatan Yerikho. Ia terkejut
karena sebagai akibatnya ia mendengar suara guci pecah. Sesudah
memeriksanya, ia menemukan pemandangan yang menakjubkan. Pada lantai
sebuah gua ada beberapa guci besar berisi gulungan kitab dari kulit, yang
dibungkus kain lenan. Karena guci-guci itu ditutup dengan sangat hati-hati,
maka gulungan-gulungan kitab itu terpelihara dalam keadaan yang sangat baik
selama hampir 1.900 tahun ( Terbukti bahwa gulungan-gulungan kitab itu
diletakkan di sana pada tahun 68 M. ).
43
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
“Lima buah Gulungan Kitab yang ditemukan di dalam Gua Laut Mati I, sesuai
dengan nama yang diberikan saat ini, dibeli oleh bisop agung Biara Ortodoks
Syria di Yerusalem. Sementara itu, tiga gulungan kitab lainnya dibeli oleh
Profesor Sukenik dari Universitas Ibrani di kota yang sama.
“Ketika gulungan kitab itu ditemukan pertama kali, tidak ada berita yang
disiarkan tentang benda-benda itu. Pada bulan November 1947, dua hari sesudah
Profesor Sukenik membeli tiga gulungan kitab itu serta dua guci dari gua itu, ia
menulis dalam buku hariannya : ‘Mungkin saja ini adalah salah satu dari
penemuan terbesar yang telah terjadi di Palestina, suatu penemuan yang tidak
pernah terlalu kita harapkan.’ Namun, kata-kata yang berarti ini belum
disebarluaskan kala itu.
“Untungnya, pada bulan Februari 1948, bishop agung yang tidak mampu
membaca tulisan Ibrani itu, menelphone Sekolah Amerika untuk Penelitian
Oriental di Yerusalem dan memberitahukan tentang gulungan kitab itu. Dalam
rencana Allah yang baik, pimpinan sementara sekolah yang bertugas saat itu
adalah cendekiawan muda yang bernama John Trever, yang juga adalah seorang
fotografer amatir yang handal. Dengan usaha yang tidak mengenal lelah dan
penuh penyerahan, ia memotret setiap kolom dalam gulungan besar kitab
Yesaya, yang berukuran panjang 24 kaki dan tinggi 10 inci itu. Ia memproses
sendiri lempengan negatifnya dan mengirimkan beberapa lembar di antara foto-
foto yang dihasilkannya itu kepada Dr. W. F. Albright dari Universitas John
Hopkins, yang dikenal luas sebagai pimpinan para arkeolog dalam bidang
penelitian tentang peninggalan sejarah berdasarkan Alkitab. Ia menulis surat
balasan yang juga dikirimnya dengan pos udara sebagai berikut: ‘Saya
sampaikan ucapan selamat dari dalam lubuk hati saya atas penemuan naskah
sebagai penemuan terbesar jaman modern ini ! . . . Suatu penemuan yang
sungguh-sungguh menakjubkan ! Dan dengan rasa gembira kita nyatakan bahwa
tidak akan ada lagi sedikit pun keragu-raguan di dunia ini tentang keaslian
naskah itu.’ Ia memberikan pandangannya bahwa naskah itu berasal dari sekitar
tahun 100 sM.”
Naskah-naskah Ibrani lengkap tertua yang kita miliki berasal dari tahun 900 M. dan
sesudahnya. Bagaimana kita dapat memiliki kepastian bahwa penyalurannya
dilakukan dengan tepat sejak zaman Kristus pada tahun 32 M. itu ? Berkat arkeologi
dan Gulungan Laut Mati, kita sekarang benar-benar mengetahuinya. Salah satu
naskah yang ditemukan adalah sebuah naskah lengkap teks kitab Yesaya dalam
bahasa Ibrani. Oleh para ahli paleografi ditetapkan bahwa naskah tersebut berasal
44
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
dari sekitar tahun 125 sM. Naskah ini berumur lebih tua 1.000 tahun lebih
dibandingkan naskah lain yang manapun yang kita miliki sebelumnya.
Dampak penemuan ini berupa konfirmasi pada ketepatan gulungan kitab Yesaya
(125 sM.) pada saat dibandingkan dengan teks Massoretis kitab Yesaya (916 M.)
dari masa 1.000 tahun kemudian. Ini menunjukkan ketepatan luar biasa yang
dipertahankan para penyalin Kitab Suci selama lebih dari kurun waktu seribu tahun.
“Dari 166 kata dalam Yesaya 53, hanya ada tujuh belas huruf yang
dipertanyakan. Sepuluh huruf di antaranya berhubungan hanya dengan masalah
ejaan, yang tidak mempengaruhi arti teks itu. Empat huruf lagi adalah perubahan
sedikit gaya penulisan, seperti kata depan. Sisanya yang tiga lagi membentuk
kata ‘terang,’ yang ditambahkan pada ayat 11, dan tidak banyak mempengaruhi
arti ayat itu. Selanjutnya, kata ini didukung oleh Septuaginta dan naskah IQ Is.
Jadi, dalam sebuah bab yang terdiri dari 166 kata, hanya ada sebuah kata (
terdiri dari tiga huruf ) yang dipertanyakan sesudah mengalami penyalinan
selama seribu tahun – dan kata ini tidak memberikan perubahan berarti pada arti
ayat yang memuatnya.”
F. F. Bruce mengatakan, “Sebuah gulungan kitab Yesaya yang tidak lengkap, yang
ditemukan bersama-sama dengan naskah lain dalam gua Qumran pertama, dan
dengan mudah dikenal sebagai ‘Yesaya B,’ bahkan memiliki persesuaian yang
lebih dekat lagi dengan teks Massoretis.”
Millar Burrows, yang dikutip oleh Geisler dan Nix, menyimpulkan: “Adalah suatu
keajaiban bahwa teks yang melalui masa sekitar seribu tahun itu mengalami
perubahan demikian kecil. Seperti yang telah saya katakan dalam artikel pertama
saya tentang gulungan kitab itu, ‘Di sini terletak nilai terpentingnya, yang
mendukung kesetiaan tradisi Massoretis.’ ”
45
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Gagasan
Pikiran Naskah Asli
Dalam
Pewahyuan Penulis Alkitab
Pikiran Pengilhaman
Insani
Allah
Kanonisasi
Terjemahan
Alkitab Kumpulan
Bahasa
Terjemahan Ibrani dan Kritik Teks 66 Kitab
Indonesia
Yunani ( Alkitab )
Modern
Penafsiran
dan
Iluminasi
Gagasan Perubahan
Dalam dalam
Komunikasi Orang Lain
Pikiran Aplikasi Kehidupan
Pembaca Pembaca
46
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Selanjutnya Josh McDowell menjelaskan Alkitab itu unik dan berbeda dengan
kitab-kitab suci yang lainnya sebagai berikut :
47
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
5. Ditulis pada masa yang berbeda : Daud pada masa perang dan pelarian
dari kejaran raja Saul, Salomo pada masa perdamaian dan kejayaan.
6. Ditulis dalam suasana hati yang berbeda : ada yang ditulis dalam suasana
sukacita, ada yang ditulis dalam penderitaan yang paling dalam dan
keputusasaan.
48
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
The Cambridge History of The Bible : “Tidak ada buku lain yang dapat
menyaingi Alkitab dalam kemantapan sirkulasinya“. Hy Pickering
mengatakan ( sekitar tahun 1950-an ) untuk memenuhi permintaan yang
mengalir atas kebutuhan Alkitab, British & Foreign Bible Society harus
menerbitkan “Satu Eksemplar per 3 detik siang maupun malam; 22
eksemplar setiap menit, 1.369 eksemplar setiap jam dan 32.876 eksemplar
setiap hari siang dan malam sepanjang tahun !
Salah satu bagian Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru telah diterjemahkan ke
dalam 1.168 bahasa, dan salah satu dari Kitab telah diterjemahkan ke dalam
2.458 bahasa. Inilah uniknya Alkitab, adakah kitab-kitab suci lain yang sudah
diterjemahkan menandingi Alkitab ?
49
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Sydney Collett dalam All About the Bible mengatakan, “Voltaire, seorang
kafir dari Perancis yang meninggal dunia dalam tahun 1778, mengatakan
bahwa dalam 100 tahun dalam jamannya, agama Kristen akan musnah
dari muka bumi dan hanya menjadi bagian dari sejarah. Tetapi apakah
yang terjadi ? Voltaire telah menjadi sejarah, sedang permintaan Alkitab
terus meningkat di seluruh dunia seiring meningkatnya jumlah orang-orang
Kristen di seluruh dunia“.
Peredarannya makin meningkat dan Alkitab lebih dicintai dan dihormati hari
Ini daripada sebelumnya. Orang-orang kafir, dengan segala serangannya,
adalah seperti seorang lelaki yang berusaha menghancurkan piramida
Mesir dengan palu kecil.
“Tidak pernah ada buku lain yang telah dirajam, dikoyak-koyak, diperiksa,
diinterogasi serta dihina dan dinista sehebat Alkitab. Adakah buku filsafat
atau kitab suci agama lain, atau buku-buku modern lain yang telah
50
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
“Alkitab masih dicintai oleh jutaan orang, dibaca oleh jutaan orang, dan
dipelajari oleh jutaan orang. “
1. Nubuat
Wilbur Smith yang mempunyai koleksi perpustakaan pribadi sebanyak
25.000 buku berpendapat bahwa :
“Apa pun pendapat orang tentang otoritas dan amanat yang disajikan di
dalam buku yang kita sebut Alkitab, ada suatu kesepakatan di seluruh
dunia bahwa dalam banyak hal ini merupakan buku paling istimewa yang
pernah dihasilkan oleh bangsa manusia selama lima ribu tahun“.
2. Sejarah
Dari I Samuel sampai II Tawarikh kita menemukan sejarah Israel, meliputi
lebih kurang lima abad. The Cambridge Ancient History (Vol. 1, hlm. 222),
mengatakan : “Bangsa Israel, telah menunjukkan kejeniusannya dalam
menyusun sejarah, dan Perjanjian Lama merupakan sejarah tertulis paling
tua yang masih ada“.
51
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
3. Kepribadian
Lewis S. Chafer, pendiri dan mantan presiden Seminari Teologi Dallas,
menyatakan demikian ; “Alkitab bukanlah sebuah buku yang akan ditulis
seorang kalau dia bisa, atau yang akan ditulisnya kalau dia mau“.
Alkitab mengupas semua dosa para tokohnya secara amat jujur. Baca
saja biografi-biografi jaman sekarang, dan lihatlah bagaimana mereka
berusaha menutupi, mengabaikan atau menghilangkan sisi-sisi gelap dari
orang yang mereka tulis, Tetapi Alkitab tidak seperti itu. Ia mengatakan
sesuatu apa adanya :
Sejarawan Philip Schaff (The Person of Christ, American Tract Society, 1913)
dengan jelas menggambarkan keunikan Alkitab sekaligus keunikan sang
Juru Selamat sendiri : “Yesus dari Nazareth ini, tanpa uang maupun senjata,
telah menaklukkan lebih banyak orang daripada Aleksander, Caesar dan
Napoleon; tanpa pendidikan dan ilmu pengetahuan Dia telah menguakkan
pengertian tentang manusia dan Allah lebih daripada seluruh ahli filsafat dan
kaum cerdik pandai; tanpa kata-kata yang muluk-muluk Dia berbicara tentang
kehidupan sebagaimana yang belum pernah dikatakan sebelumnya atau
sesudahnya, dan yang memberikan pengaruh yang jauh melebihi seorang
52
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
ahli pidato atau penyair; tanpa menuliskan sepatah kata pun, Dia
menggerakkan lebih banyak pena, dan mengilhami lebih banyak tema
khotbah, ceramah, diskusi, buku pendidikan, karya seni, dan lagu pujian
daripada seluruh orang besar baik dari jaman purba maupun modern“.
Jelaslah sudah bagi Josh McDowell ( dan kita semua orang-orang Kristen ) semua hal
yang sudah dijabarkan di atas membuktikan bahwa Alkitab adalah unik; “berbeda dari
yang lainnya; tidak ada kembaran atau padanannya“, walaupun banyak yang
mengatakan bahwa Alkitab itu bukan Firman Tuhan, isinya sudah dipalsukan, banyak
kesalahan dan ketidak akuratan, dan sebagainya.
Seorang Professor mengatakan : “Kalau engkau adalah orang cerdas, dan rendah
hati, engkau pasti akan membaca buku yang menarik ini lebih banyak perhatian dari
pada buku mana pun, kalau engkau mencari kebenaran, dan bukan mencari-cari
kesalahan untuk menguatkan berbagai tuduhan dan serangan yang tidak pernah
terbukti kebenarannya“.
Sejak mula-mula hingga abad XVI, gereja secara resmi menerima dan mengakui
status Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, selaku ineransi, otentik,
kanonik, kredibel, berotoritas, revelasi dan inspirasi Allah.
Namun seiring dengan tumbuhnya berbagai denominasi gereja, kebebasan dalam
interpretasi, dan pergeseran paradigma ilmu pengetahuan maupun teologi pada
abad-abad selanjutnya, maka penerimaan dan pengakuan status Alkitab tersebut
menjadi bervariasi.
Sebagian besar orang Kristen, khususnya para teolog evangelikal, tetap konsisten
pada pandangan konservatif sebagaimana yang diakui selama kurang lebih 16 abad
sebelumnya. Hanya sebagian kecil, khususnya para teolog liberal, yang sesuai
dengan nama liberalnya, telah membebaskan diri dari paradigma teologi tradisional
konservatif dan menapak kepada paradigma teologi modern yang secara radikal dan
gencar menggugat status Alkitab tersebut.
Gugatan terhadap inerransi Alkitab diajukan oleh para teolog akhir abad XIX
hingga sekarang ini. Terutama sejak dilancarkannya Kritik Historis, yang jelas
sangat merendahkan status Alkitab selaku Firman Allah. Pada akhir abad ke 19
Kritik Historis, yang dikenal juga dengan Kritik Tinggi Liberal, mencapai
puncaknya. Misalnya dengan Kritik Sastra terhadap kelima kitab Musa (Pentateukh)
yang dikumandangkan oleh Julius Welhausan dalam bukunya berjudul Die
Composition des Hexateuchs (1876) dan Prolegomena zur Geschichte Israels
(1878). 11 Secara khusus yang menjadi perdebatan hingga kini adalah, apakah
11
Ronald Youngblood, “Introduction,” The Higher Criticism of the Pentateuch By William Henry
53
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pandangan yang menganggap Alkitab bisa salah dan bahkan bukan Firman Allah,
telah meluas di beberapa Sekolah Tinggi Teologi yang cukup terkenal di Indonesia.
Sekalipun pandangan ini belum menjemaat, namun dapat dibayangkan masa depan
Gereja di Indonesia, bila sebagian besar dari pimpinan gereja-gereja besar dan yang
cukup berpengaruh di Indonesia telah menganut dan mulai mengajarkannya kepada
jemaat. Para pimpinan dan anggota-anggota jemaat yang kurang memahami
perkembangan teologi dewasa ini, tanpa sadar telah terkelabui dengan pandangan
ini. Mereka turut mengakui bahwa Alkitab berisi firman Allah, sebab sepintas lalu
pernyataan ini nampaknya benar. Mereka tidak tahu bahwa pernyataan ini
dikemukakan oleh mereka yang menyangkal bahwa Alkitab adalah Firman Allah.
Tanggapan mahasiswa terhadap buku ini adalah menarik : Waktu baru mulai
berkenalan dengan isinya ada yang mencapnya ‘radikal’, atau merupakan “serangan
terhadap kekudusan Alkitab”, atau “kurang relevan dalam konteks situasi teologi di
Indonesia”. Akan tetapi di dalam proses pembahasannya, timbullah dua kesan :
yang pertama ialah bahwa gereja-gereja kita justru terancam bahaya, kalau kita
( terutama Pendeta dan teolog ) tidak ikut menggumuli masalah-masalah yang
memikat perhatian James Barr dalam buku ini, dan kesan kedua ialah bahwa cara
pemecahan masalah status Alkitab yang digariskan James Barr, justru dapat
membuka kemungkinan bagi kita mencapai keyakinan dan keberanian yang lebih
kokoh, dalam menggunakan Alkitab sebagai landasan kebaktian, pemberitaan, dan
pelayanan Kristen. 13
54
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Buku ini sudah mengalami cetak ulang oleh BPK Gunung Mulia. Cetakan pertama
pada tahun 1979 dan kedua tahun 1983 dan terus dicetak ulang. Ini menunjukkan
adanya sambutan baik dari umat Kristen di Indonesia, khususnya para mahasiswa
Perguruan Tinggi Teologi dan para teolog yang mengutamakan rasio dan
menganggap sepi campur tangan Roh Kudus secara istimewa kepada para penulis
kitab dalam Alkitab.
Kaum Injili menganggap pokok ini penting untuk diperhatikan secara khusus, karena
itu pada bulan Oktober 1979 di Chicago berkumpullah kira-kira 300 sarjana Injili
untuk membicarakannya bersama-sama. Konferensi ini disebut “The International
Conference on Biblical Inerrancy” (ICBI), yang berhasil merumuskan 19 pasal
“Chicago Statement.” Makalah-makalah dibahas, dikumpulkan dan diterbitkan pada
tahun 1980, dengan judul Inerrancy. Pada tanggal 23-31 Agustus 1982, kurang lebih
85 teolog Injili dari 17 negara di Asia, mengadakan pertemuan di Seoul, Korea,
untuk mendiskusikan bagaimana menerapkan Alkitab dalam konteks yang berbeda
di Asia. Pada pertemuan ini, pandangan “kemungkinan salah” dan “ketaksalahan”
Alkitab turut dibahas.
Nampaknya yang menjadi harapan dewasa ini adalah kesediaan dari para teolog
rasionalis, naturalis, modernis, liberalis atau ekumenis untuk memberi tempat pada
aspek adikodrati ketika memahami Alkitab dengan suatu metode pendekatan
tertentu. Di pihak lain, para teolog konservatif, tradisional, fundamentalis atau
evangelikalis perlu secara bertanggungjawab dalam pengungkapan kebenaran
Alkitab tanpa mengabaikan pertimbangan rasio, sebab Alkitab meliputi kodrati dan
adikodrati.
Paham Errancy Alkitab tidak dapat diterima karena bukti internal ( Mazmur
119:142,151,160, Amsal 30:5 ) dan eksternal ( penemuan-penemuan termodern
dalam ilmu pengetahuan menunjukkan kesesuaian & pengukuhan catatan-catatan
Alkitab tentang sains ) bahwa Alkitab itu ineransi.
Selama bertahun-tahun para pengeritik yang tidak percaya telah membuat daftar
yang penting tentang apa yang mereka sebut ketidaksesuaian dalam Alkitab, dan
beberapa di antara mereka telah menyatakan bahwa Alkitab mengandung kesalahan
14
Harold Lindsell, The Battle for the Bible (Grand Rapids: Zondervan, 1976.), h. 19.
55
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
yang tidak bisa dipungkiri lagi. Pada tahun 1874 J.W. Haley mengadakan sebuah
telaah yang teliti, yang masih berguna untuk dibaca ( John W. Haley, Alleged
Discrepancies of The Bible , Grand Rapids : Baker Bokk House, 1988 ). Ia
mengklasifikasikan ketidaksesuaian yang dinyatakan ini dan menemukan bahwa itu
timbul dari beberapa penyebab :
[1] Mereka gagal membaca dengan tepat apa yang sebenarnya dikatakan Alkitab.
[2] Interpretasi-interpretasi yang salah tentang Alkitab, khususnya mereka yang lalai
memperhitungkan adat istiadat dan cara berbicara pada jaman kuno.
[3] Pikiran-pikiran yang keliru mengenai Alkitab secara keseluruhan dan gagal
untuk mengakui bahwa ada kalanya Alkitab mencatat perkataan Iblis dan orang
jahat. Tetapi Alkitab memberikan laporan yang benar tentang apa yang mereka
katakan, sekalipun mereka itu salah.
[4] Lalai menyadari bahwa beberapa kisah merupakan penyingkatan dari apa yang
telah dikatakan atau dilakukan.
Satu lepas satu, apa yang dinyatakan sebagai kesalahan dan ketidaksesuaian telah
terbukti palsu. Berulang-ulang penemuan-penemuan baru oleh para arkeolog dan
para sarjana serta ilmuwan lainnya telah memperlihatkan bahwa yang dinamakan
kesalahan itu adalah kesalahan para kritikus oleh sebab ketidakpercayaan dan
pengetahuan mereka yang tidak cukup. Misalnya, DR. Stanley Horton mendengar
56
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
tentang Guru Besar Harvard berkata bahwa lampu bercabang tujuh tidak ada pada
jaman Musa, oleh karena itu Alkitab keliru ketika mengatakan bahwa lampu itu
telah dibuat dan diletakkan dalam Tabernakel ( Keluaran 37:17-24 ). Akan tetapi,
pada suatu ekspedisi arkeologis di Dotan pada tahun 1962 dengan DR. Yoseph Free
dari Wheaton College, DR. Horton memperhatikan para pekerja menggali sebuah
lampu bercabang tujuh yang berasal dari tahun 1.400 sM tepat dari jaman Musa
( Stanley M. Horton, Why The Bible Is Reliable, Pentecostal Evangel, 14 January
1973, halaman 8-11 ).
Abraham, Ishak dan Yakub tidak ada hubungan darah ( Wahono ). Lukas melapisi
pandangannya sendiri mengenai perkembangan orang Kristen mula-mula dalam
Injilnya ( Bauer, 1792-1860 ). Perkataan-perkataan langsung ( Ipsissima verba )
dari Tuhan Yesus dan para rasul, baik dalam kitab Injil maupun dalam Kisah Para
Rasul tidak otentik, karena semuanya telah diubah oleh penyunting ( Barr ). Berita
tentang Yesus dalam Injil Sinoptis sebagian besar tidak otentik. Hampir semua
diciptakan oleh gereja mula-mula ( Bultmann, 1884-1976 ).
Kesaksian dari Alkitab sendiri bahwa kitab-kitab Taurat adalah tulisan Musa
( Keluaran 17:14, 24:4, 34:27, Bilangan 33:2, Ulangan 31:9,22, Roma 10:5 ), bukan
tulisan para penyunting setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan,
sebagaimana yang diajukan oleh para penganjur kritik sumber.
Adam adalah manusia riil yang pernah hidup dalam sejarah, betul-betul sebagai asal
dari manusia turun-temurun, dan karena itu tercatat dalam silsilah Yesus ( Lukas
3:38 ). Tulisan-tulisan Perjanjian Baru, khususnya perkataan-perkataan langsung
( Ipsissima verba ) dari Tuhan Yesus dan para rasul dalam kitab-kitab Injil maupun
Kisah Para Rasul adalah otentik. James Barr sendiri tidak dapat menunjukkan
bagian mana yang tidak otentik dan bagian mana tulisan-tulisan atau perkataan-
perkataan yang otentik.
57
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Ke-66 kitab Alkitab diakui selaku kanonik. Perjanjian Lama adalah kanonik, karena
Allah mengakui kitab Taurat Musa ketika Ia memperingatkan Yosua agar
merenungkannya siang dan malam dan “bertindak hati-hati sesuai dengan yang
tertulis di dalamnya” ( Yosua 1:8 ). Penulis kitab 1 Raja-raja mengakui bahwa kitab
Yosua adalah kanonik ( 1 Raja-raja 16:34, bandingkan dengan Yosua 6:26 ). Ada
indikasi bahwa tidak ada lagi kesaksian nubuat setelah Maleakhi hingga kedatangan
Yohanes Pembaptis, karena pada bagian akhir periode Perjanjian Lama ini, Allah
berfirman, “... Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari
Tuhan yang besar dan dahsyat itu” ( Maleakhi 4:5, bandingkan dengan Matius
17:11-13 ). Penyataan Yesus dalam Lukas 11:51, bahwa mulai dari darah Habel
( Kejadian 4:8 ) sampai kepada darah Zakharia ( 2 Tawarikh 24:20-22 ), yang telah
dibunuh akan dituntut, memberi indikasi bahwa Tuhan Yesus mengakui kanonisasi
ke-39 kitab Perjanjian Lama. Urutan ke-39 kitab Perjanjian Lama Ibrani dimulai
dari kitab Kejadian dan berakhir pada kitab 2 Tawarikh.
Pengakuan Tuhan Yesus juga nyata dalam perkataan-Nya bahwa Ia datang untuk
menggenapi “Hukum Taurat dan kitab Para Nabi” ( Matius 5:17 ), suatu sebutan
yang umum pada masa itu untuk menunjukkan ke-39 kitab Perjanjian Lama. Bukti-
bukti di luar Alkitab, seperti pada penemuan naskah Laut Mati dan tulisan-tulisan
bapa-bapa gereja mula-mula, memberi dukungan kuat terhadap sifat kanonik
Perjanjian Lama, kurang lebih 175 dari 500 naskah tersebut adalah kitab-kitab
kanonik, kecuali kitab Ester. Sisanya yang bukan kanonik memberi dukungan,
karena bersifat tafsir atau komentar tentang kitab-kitab kanonik. Bapa-bapa gereja,
kecuali Agustinus yang mengikutsertakan kitab-kitab apocrypha, mengakui
kanonisasi Perjanjian Lama, bahkan Gereja Katholik baru pada konsili Trente tahun
1546, menerima secara resmi apocrypha tersebut. Bukti-bukti tersebut di atas
menunjukkan bahwa kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Lama bukan baru diputuskan
oleh rabi-rabi dalam pertemuan di Jamnia tahun 90 M, namun sejak tulisan-tulisan
itu diilhamkan Allah.
Teks Perjanjian Lama telah mengalami terobosan yang dramatis dalam abad ini.
Dengan penemuan Naskah-naskah Laut Mati pada tahun 1947, telah ditemukan
manuskrip dari seluruh atau sebagian dari tiap kitab Perjanjian Lama kecuali kitab
Ester. Naskah-naskah tersebut berasal dari tahun 250 sM, yang membawa kita balik
ke 1.000 tahun lebih awal daripada naskah-naskah terbaik yang sebelumnya tersedia
dalam teks Ibrani. Sebenarnya, kontribusi terpenting dari Naskah-naskah Laut Mati
adalah keterangan yang diberikan mengenai teks kitab-kitab Perjanjian Lama.
Kesimpulannya adalah bahwa kita diberikan kepastian yang kokoh mengenai
ketepatan Alkitab. Naskah-naskah tersebut memungkinkan diadakan perbandingan
58
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
sejumlah besar teks-teks yang memberitahu kepada kita bahwa Perjanjian Lama
benar-benar tidak berubah selama 2.000 tahun terakhir.
Sifat Kanonik ke-27 kitab Perjanjian Baru teruji melalui test of authority, test of
uniqueness, dan test of acceptance by the churches. Para penulis kitab-kitab
Perjanjian Baru adalah para saksi mata atau murid mereka, karena itu otoritas
tulisan mereka tidak dapat diragukan. Masing-masing kitab mempunyai keunikan
internal. Kitab-kitab tersebut beredar di jemaat-jemaat mula-mula ( Kolose 4:16 )
dan tidak satu pun yang diragukan oleh jemaat. Para penulis kitab-kitab Perjanjian
Baru mengakui tulisan mereka adalah Firman Allah ( 2 Petrus 3:15-16, 1 Timotius
5:18 ). Bukti-bukti lain adalah bapa-bapa gereja, dalam tulisan mereka antara tahun
70 - 170 M, mengutip dari ke-27 kitab Perjanjian Baru.
Dalam beberapa versi kanonisasi Perjanjian Baru sejak tahun 140 - 397 M, hanya
kitab 2 Petrus yang tidak diikutsertakan. Pada konsili di Carthage tahun 397 M,
Gereja secara resmi mengakui ke-27 kitab tersebut sebagai kitab-kitab kanonik.
Sungguh luar biasa bahwa ada lebih dari 5.300 salinan ( manuskrip ) kuno
Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani yang asli ditulis dengan tangan. Beberapa
naskah berasal dari abad III dan abad IV. Satu fragmen Injil Yohanes berasal dari
kira-kira tahun 125, dalam waktu 30 tahun ketika fragmen itu ditulis. Ini berbeda
dengan naskah-naskah kuno lainnya. Manuskrip yang paling kuno yang kita miliki
dari Virgilius ditulis kira-kira berusia 350 tahun setelah kematiannya. Sedangkan
naskah paling kuno dari Horatius adalah 900 tahun setelah kematiannya. Sebagian
besar naskah Plato berasal dari 1.300 tahun setelah kematiannya. Sir Frederick
Kenyon, seorang sarjana Alkitab yang terkemuka, berbicara tentang berbagai
penemuan modern dalam arkeologi yang berhubungan dengan Alkitab, berkata,
“Mereka telah menetapkan, dengan amat banyak bukti yang tidak dimiliki karya
kepustakaan kuno lainnya, keaslian dan integritas yang nyata dari teks Alkitab
seperti yang kita miliki sekarang ini” ( Sir Frederick Kenyon, Our Bible And The
Ancient Manuscripts, ed. rev. V, London : Eyre & Spottiswoods, 1958, 318-319 ).
59
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Sifat kanonik Injil Thomas tidak dapat diterima meskipun dapat teruji oleh test of
authority, seandainya betul ditulis oleh Thomas Didimus, murid Tuhan Yesus,
sebagaimana dikemukakan oleh permulaan Injil Thomas ( bandingkan dengan
Yohanes 1:16, 20:24 ). Injil Thomas tidak lolos melalui test of uniqueness dan
test of acceptance by the churches, karena selama kurang lebih 300 tahun dalam
proses pengenalan kitab-kitab kanonik Perjanjian Baru hingga konsili Carthage,
Injil Thomas tidak pernah disebut. Kemungkinan besar ketika itu Injil Thomas,
seperti juga Injil Barnabas, belum ditulis, sehingga tidak mungkin Thomas Didimus
yang menulisnya. Berbagai versi kanonitas, baik dalam kanon Marcion ( tahun
140 ), kanon Muratorion ( tahun 170 ), versi Syria Kuno ( abad II ), versi Latin
Kuno ( tahun 200 ), kanon Agustinus ( tahun 400 ) maupun Konsili Trente ( 1546 ),
Injil Thomas tidak pernah disebut. Jadi terbukti bahwa Injil Thomas yang mulai
dipublikasikan belakangan bukan kitab kanonik.
Sementara itu, kitab yang dikenal sebagai “Injil Barnabas” sama sekali tidak
berkaitan dengan Kekristenan, sebab kitab itu adalah suatu kesaksian palsu dan
merupakan suatu upaya untuk menyatakan hal-hal yang sangat keliru tentang
Injil Kristus. Tak terbilang banyaknya bukti yang memperlihatkan bahwa penulis
Injil Barnabas ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan para rasul Kristus atau
murid-murid-Nya yang menuliskan kitab mereka di bawah ilham Roh Kudus.
Berikut ini beberapa bukti-bukti tersebut :
60
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Tidak ada orang yang berpikiran sehat dapat percaya bahwa kisah tahayul ini
berasal dari Injil yang diilhami Allah. Pertama, karena Allah tidak berkenan
kepada Setan yang jatuh dan dibuang dari hadirat-Nya. Hal ini juga tidak sejalan
dengan kesucian Allah yang ilahi itu untuk membicarakan perdamaian dengan
Setan. Kedua, sejak mulanya Kristus, telah masuk dalam peperangan dengan sikap
tidak pernah mengalah kepada Setan ( 1 Yohanes 3:8 ). Ketiga, dalam
peperangannya dengan Kristus, Setan tidak berani berkata bahwa dia lebih hebat
dari Kristus. Sebaliknya, di tengah-tengah orang banyak di Kapernaum ketika ia
diperintahkan keluar dari seseorang, dengan suara keras ia berseru, “Hai
Engkau,Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami ? Engkau datang hendak
membinasakan kami ? Aku tahu siapa Engkau; Yang Kudus dari Allah” ( Lukas
4:34 ).
Bukti Keempat, para sarjana yang meneliti dengan cermat tentang kitab ini
secara bulat berpendapat bahwa kitab ini tidak pernah ada sebelum abad XV.
Kitab Injil Barnabas ini muncul hampir 1.500 tahun sesudah kematian Barnabas.
Suatu penelitian sejarah menunjukkan bahwa naskah asli dari Injil Palsu ini muncul
untuk pertama kali pada tahun 1709 dalam barang antik milik Craemer, seorang
penasehat raja Prusia. Naskah ini diambil daripadanya dan disimpan di
Perpustakaan Wina pada tahun 1738. Semua sarjana yang menelitinya mencatat
bahwa sampul buku ini terbuat dalam gaya Timur dan mempunyai catatan pinggir
dalam bahasa Arab. Dari pengujian kertas dan tinta yang digunakan, nampak bahwa
kitab itu ditulis pada abad XV atau XVI.
61
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Bukti Kelima, beberapa sarjana berpendapat bahwa penulis Injil Barnabas ini
adalah biarawan dari Ukraina, bernama Marino, sesudah beralih memeluk
agama Islam berganti nama menjadi Musatafa Al-Arandi.
Setiap orang yang membaca kitab ini dapat menyadari bahwa penulisnya memiliki
suatu pengetahuan Al-Qur’an yang luas dan hampir seluruh isinya merupakan
terjemahan secara harafiah dari ayat-ayat Al-Qur’an ( bandingkan dengan Injil
Barnabas 44 alenia 6, 97 alenia 1,9,10 ).
Yesus Kristus adalah “Firman Allah yang dinyatakan”, Alkitab adalah “Firman
Allah yang ditulis”, dan khotbah, teologi dalam sakramen adalah “Firman Allah
yang diberitakan” ( Karl Barth, 1886-1968 ).
62
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pandangan ini adalah tidak sesuai dengan Alkitab. Kepribadian dan kosakata
khusus dari berbagai penulis jelas dapat dibedakan; dari 40 penulis Alkitab, jelas
kelihatan berbagai pekerjaan mereka - gembala,.negarawan, imam, penjala ikan,
yang berpendidikan tinggi dan yang secara relatif tidak berpendidikan. Para
penulis tidak didalangi, seperti robot, sementara mereka dalam keadaan trance;
Allah tidak memilih mereka secara serampangan dan menyuruh mereka menulis.
Sebagai contoh, Allah memisahkan Yeremia untuk menjadi seorang nabi dan
mulai menyiapkan dia ketika ia masih berada di dalam rahim ibunya ( Yeremia
1:5 ). Allah membawa semua penulis Alkitab melalui berbagai pengalaman,
menyiapkan mereka sedemikian rupa sehingga Ia dapat memakai mereka untuk
menyatakan kebenaran dalam cara yang diinginkan-Nya. Dengan demikian,
integritas para penulis sebagai kepribadian individual benar-benar terpelihara
melalui tindakan khusus dari inspirasi & bimbingan Roh Kudus. Pada waktu
yang sama, hasil tulisan mereka adalah jelas Firman Allah. Roh Kudus
“membisikkan pemikiran yang orisinal ke dalam pikiran para penulis ( Amos
3:8 ). Kemudian Roh Kudus menuntun mereka memilih kata-kata yang tepat
untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran itu ( Keluaran 4:12,15 ); dan
akhirnya, Ia menerangi pikiran orang yang membaca kata-kata itu sedemikian
rupa sehingga pembaca dapat memahami kebenaran yang sama yang semula ada
dalam pikiran penulis ( 1 Korintus 2:12, Epesus 1:17-18 ).
Pandangan ini menganggap hati para penulis diperbaharui oleh Allah ( sehingga
pengilhaman identik dengan kelahiran kembali ) dan bahwa Alkitab tidak
dimaksudkan untuk menyampaikan “kebenaran yang bersifat proposisi” 15
tentang Allah sendiri. Allah tidak dapat dikenal. Alkitab tidak menyatakan apa-
apa tentang Allah, melainkan hanya menyingkapkan kebenaran tentang
bagaimana kita harus hidup. Pandangan ini merupakan inti banyak sistem
modernisme atau teologi liberal, yang menolak hal-hal adikodrati. Pandangan
ini memungkinkan adanya gagasan bahwa Alkitab pada dasarnya adalah cerita
dongeng. Akan tetapi, sejauh ia berbicara tentang cara hidup yang benar,
Alkitab sangat berarti bagi banyak orang. Menurut pandangan ini, etika
15
Maksud dari Kebeanran yang bersifat proposisi adalah informasi yang nyata, obyektif, dan masuk
akal.
63
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pandangan ini menganggap para penulis Alkitab adalah para jenius yang tidak
memerlukan bantuan adikodrati dalam menuliskan Alkitab. Dengan demikian :
a. Para penulis itu sendiri menghasilkan apa yang mereka tulis. Allah tidak
meniupkan kata-kata.
b. Pengilhaman semacam ini dapat berlaku terhadap buku-buku lain di luar
Alkitab.
c. Tidak mempercayai ketidakbersalahan Alkitab.
Pandangan ini mengajarkan bahwa para penulis Alkitab dijaga oleh Roh Kudus
agar jangan sampai tersesat. Dengan demikian yang diilhami adalah para
penulisnya. Mereka dibantu oleh Roh Kudus, sehingga apa yang diucapkan atau
ditulis sesuai dengan kehendak Allah.
Pandangan ini pernah dianut oleh Gereja Katholik Roma dan tidaks esuai
dengan gagasan yang tercantum di dalam Alkitab ( 2 Timotius 3:16 ).
Karl Barth ( 1886 - 1968 ), meskipun seorang teolog yang paling berpengaruh
dalam sejarah terakhir, menganut pandangan pengilhaman yang menyimpang
dan berbahaya, yang masih dipropagandakan oleh banyak orang.
64
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Pada umumnya golongan Barthian bersekutu dengan aliran kritik Alkitab yang
liberal. Namun mereka sering berkhotbah seperti golongan Injili. Hal ini
menjadikan golongan Barthian lebih berbahaya daripada golongan liberal sejati.
Golongan Barthian mengatakan bahwa teks Alkitab adalah hasil kerja manusia
yang penuh kekeliruan, namun dapat menjadi Firman Allah ketika menguasai
hati kita. Dengan demikian, Alkitab menjadi Firman Allah ketika Firman Allah,
Kristus, berbicara kepada kita melalui halaman-halaman Alkitab.
Pengilhaman, seperti pewahyuan, menekankan perjumpaan eksistensial
yang subyektif !
Kesimpulan
Oleh karena itu, keyakinan tradisional konservatif tentang status Alkitab yang
ineransi, otentik, berotoritas, penyataan dan ilham Allah, tetap merupakan pegangan
yang benar.
Tuhan Yesus dalam menggambarkan pentingnya Alkitab, Firman yang kekal itu,
berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang
keluar dari mulut Allah” ( Matius 4:4 ). Tuhan Yesus mengutip ayat itu dari
Ulangan 8:3 untuk menghadapi pencobaan yang dilancarkan Setan di padang gurun
pada permulaan pelayanan-Nya. Saat yang dramatik dan sangat penting ini akan tetap
65
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
bertahan sebagai suatu pelajaran bagi kita dalam menggunakan Firman Allah selaku
senjata yang ampuh dalam melawan pencobaan, dosa, dan Setan.
Pada saat Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata itu, sebenarnya Dia sedang membuat
sebuah gambaran bagi kita. Tuhan Yesus menghubungkan pemikiran tentang roti dan
Firman Allah, serta rasa lapar terhadap keduanya. Ini adalah konsep yang dapat
ditangkap dalam sekejap, khususnya bila seseorang telah berpuasa selama 40 hari
seperti Dia. Di kemudian hari dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus yang adalah
Firman Allah yang hidup, menyatakan bahwa Dia adalah Roti Hidup yang turun dari
Surga, dan mereka yang memakannya akan hidup ( lihat Yohanes 6 ), Tuhan Yesus
menggunakan semacam bahasa gambaran yang disebut “perumpamaan” untuk
menolong orang-orang yang mendengarkannya lebih mudah mengerti - atau melihat -
dengan lebih jelas apa yang sedang Ia katakan.
Dengan cara yang sama, Roh Kudus menggunakan bahasa gambaran di seluruh
Alkitab dalam menggambarkan Firman yang diinspirasikan oleh Allah. Kadangkala
kebenaran rohani dilukiskan lebih jelas dengan menggunakan lambang. Lambang-
lambang ini memberi sebuah gambaran di dalam pikiran manusia, sehingga
kebenaran-kebenaran tertentu dapat lebih dimengerti.
66
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
67
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Daftar Pustaka
Bath, Karl, Church Dogmatics. Trans. G.T. Thompson ( New York: Scribener's Sons ),
1936.
Cairns, I.J., “Kata Pengantar” Alkitab di Dunia Modern, oleh James Barr ( Jakarta:
BPK Gunung Mulia ), 1983.
Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, ( Chicago, Ill.: Moody Press ), 1996.
Hidup Dalam Kristus, Mengapa Alkitab ? , Volume 16, no. 3 ( Solo : Yayasan
Pusat Hidup Baru ), 2000.
---------------------, The Battle for the Bible ( Grand Rapids: Zondervan ), 1976.
68
Stefanus Suheru A.S., S.Th., M.A. Pembimbing Teologi Sistimatika
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar - Buku 1 ( Yogyakarta : Andi Offset ), 1991.
http://www.sabda.org/sejarah
69