Está en la página 1de 1

Men ya mb ut Wak tu Sh ala t

Jika waktu shalat tiba, Sayidina Abu Bakar senantiasa kelihatan bersedih. Sebaliknya,
Sayidina Umar selalu gembira berseri-seri.
Beberapa sahabat menanyakan hal itu kepada kedua sahabat utama tersebut.

Abu Bakar menjawab: "Bagaimana aku tidak sedih. Shalat adalah waktu aku
berkomunikasi langsung dengan Rabb-ku Yang Maha Mulia, sedangkan diriku penuh
noda dan dosa yang sulit dipertanggungjawabkan."

Jawaban Umar lain lagi: "Aku bergembira, karena dalam shalat, aku akan bertemu
dehgan Rabb-ku yang Yang Maha Pengasih dan Pengampun. Ketika rukuk dan sujud
di hadapan-Nya, aku memiliki kesempatan untuk mengadukan kealpaan dan
kelalaianku, sekaligus memohon rahmat ampunan-Nya."

También podría gustarte