Está en la página 1de 0

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Fokus penelitian ini adalah pengembangan budaya toleransi melalui pendidikan agama
Islam berbasis multikultural di SMA Negeri 1 Amlapura Bali. Mengingat penelitian ini
mengarah pada tindakan untuk itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
tindakan (action research). Kurt Lewin menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah suatu
proses yang memberikan suatu kepercayaan kepada pengembangan kekuatan berfikir
reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya.
109

Menurut Kurt Lewin konsep pokok penelitian tindakan ada empat yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
110
Penelitian ini adalah penelitian tindakan partisipan yaitu
penelitian yang mengharuskan peneliti terlibat langsung baik jiwa maupun raga dalam proses
penelitian dari awal.
111

Menurut Geoffery E. Mills menjelaskan bahwa dalam penelitian tindakan mempunyai
empat konsep kunci:
1. Penelitian tindakan bersifat partisipatif dan demokratis.
2. Penelitian tindakan responsif terhadap masalah-masalah sosial dan berlangsung dalam suatu
konteks.
3. Penelitian tindakan membantu peneliti pelaksana (guru, dosen dan lainnya) untuk menguji
dan menjamin cara-cara pelaksanaan pekerjaan profesional sehari-hari.

109
Nana Syaodih Sukmana, Metode Penelitian Tindakan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hlm.
142
110
H.M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm. 64
111
Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Bandung, Alfabeta,
Cet. Ke-2, 2007, hlm. 69


4. Pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian tindakan (dalam pendidikan) dapat
memberikan kebebasan kepada siswa, guru, administrator dan meningkatkan proses belajar,
pengajaran dan penentuan kebijakan.
112

Adapun jenis penelitian yang akan diterapkan adalah penelitian tindakan sekolah
(PTS), sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa, bahwa penelitian tindakan sekolah (PTS)
merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan, dan mengembangkan
manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Dengan bersandar pada
pendapat Stringer yang mengartikan penelitian tindakan sebagai diciplined inquiry
(research) which seeks focused efforts to improve the quality of peoples organizational,
community and faily lives.
113

Dari pengertian tersebut dapat difahami, bahwa dalam penelitian tindakan sekolah
harus ada dua kata kunci, yaitu pemecahan masalah (problem solving) dan peningkatan
(improving) kinerja sistem pendidikan serta manajemen sekolah, yang secara keseluruhan
akan berdampak pada peningkatan mutu. Dengan demikian kehadiran penelitian tindakan
sekolah harus dilandasi oleh adanya alasan; (1) dirasa adanya masalah pada sebuah sistem
pendidikan atau manajemen sekolah, (2) prestasi kerja (achievement) sistem pendidikan dan
manajemen sekolah menurun atau tidak optimal sehingga menghambat peningkatan mutu.
Adapun pentingnya penelitian tindakan sekolah (PTS) secara lebih rinci Mulyasa
mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Hasil PTS dapat digunakan untuk menciptakan perbaikan iklim sekolah yang kondusif
secara berkesinambungan.
2. Memecahkan masalah pendidikan atau manajemen sekolah, yang seringkali muncul
berupa kasus dan bersifat lokal; baik masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru
maupun peserta didik; ketika penelitian formal tidak bisa memecahkannya.

112
Suwarsih Madya, Teori ., hlm. 143
113
H.E. Mulyasa, Penelitian Tindakan Sekolah ( Bandung: PT Remaja Rosdakrya, 2009), hlm. 9


3. Membiasakan pengawas, kepala sekolah, dan guru, serta orang-orang yang terlibat dalam
pengembangan manajemen sekolah untuk melakukan penelitian dan bekerja secara ilmiah,
logis, dan sistematis berdasarkan hasil-hasil penelitian.
4. Menanamkan sikap ilmiah, jujur, dan sikap demokratis di kalangan warga sekolah.
5. Mengembangkan rencana pengembangan sekolah (RPS) secara berkala dan
berkesinambungan.
6. PTS merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen berbasis
sekolah.
7. PTS dapat dijadikahn sebagai ajang pengembangan diri peserta didik, baik melalui
kegiatan muatan lokal, ekstra kurikuler, maupun bimbingan dan konseling.
8. Hasil PTS dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), mengidentifikasi kompetensi, menjabarkan indikator hasil belajar,
serta mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan daeah, kondisi sekolah, dan
karakteristik peseta didik.
9. Hasil PTS dapat digunakan sebagai dasar pengembangan kompetesi peserta didik dalam
bidang kewirausahaan, untuk membangun pribadi yang mandiri dan betanggung jawab.
10. Hasil PTS dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan ketenagaan,
mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pemberian hadiah dan sangsi
(reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja personel sekolah
(guru, tenaga administrasi, pustakawan).
11. Hasil PTS dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan sarana dan sumber
belajar, mulai dari pengadaan, pemelilharaan dan perbaikan, samapi pengembangan.
12. Hasil PTS dapat dijadikan dasar dalam memberikan layanan kepada peserta didik, mulai
dari penerimaan, pengembangan, pebinaan, pembimbingan.


13. PTS dapat dijadikan sebagai ajang untuk meningkatkan kesadaran pemahaman,
keterlilbatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan masyarakat terutama dukungan
moral dan finansial.
114




B. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2010 dan sebagai
populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa Muslim kelas X semester II SMA Negeri 1
Amlapura tahun ajaran 2009/2010.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), karena melibatkan semua siswa
Muslim kelas X di SMA Negeri 1 Amlapura yang tersebar secara paralel di beberapa kelas
seperti kelas XB adalah dua orang, Kelas XD adalah tiga orang, Kelas XE adalah tiga orang,
XF adalah tiga orang dan XG adalah satu orang jadi semua berjumlah dua belas orang (seperti
pada lampiran 8).
115
Tindakan yang dilakukan akan memberikan kontribusi tentang
pemahaman nilai-nilai multikultural bagi seluruh kelas X yang ada baik siswa Muslim, Hindu,
Kristen, Katolik dan Budha.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian berupa penelitian tindakan direncanakan mulai pada bulan maret sampai
bulan Mei dengan 2 kali siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga kali tatap muka dan
pengamatan pada sikap siswa. Dalam penelitian tindakan urutan metode adalah sama dengan
urutan langkah-langkah dalam siklus penelitian yakni perencanaan, implementasi, monitoring
dan refleksi.

114
E. Mulyasa, Penelitian, hlm. 10-12
115
Dokumentasi GPAI tanggal 19/3/2010


1. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah. Perencanaan
dalam penelitian ini dibuat berdasarkan (1) Pengalaman peneliti yang selama ini
berkecimpung dan terlibat langsung dilokasi penelitian sebagai Guru Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Amlapura. Peneliti melihat bahwa selama ini telah terjadi pemahaman
dialogis diantara siswa tentang toleransi keberagamaan, tetapi dengan perkembangan zaman
terutama adanya fenomena penafsiran agama secara sepihak seringkali menjadikan siswa
salah dalam memahami nilai-nilai keagamaan, karena itu perlu pengembangan model
kurilukum pendidikan agama Islam yang mampu melahirkan dan menjaga prinsip saling
menghargai diantara komunitas pemeluk agama yang berbeda. (2) Membangun dan
melestarikan budaya toleransi beragama melalui pendidikan agama Islam berbasis
multikultural sehingga akan memberi rasa aman dan nyaman sehingga demi kemajuan
sekolah.
Dalam tahap perencanaan peneliti menyusun rencana tindakan, mengumpulkan dan
menganalisis data serta menyajikannya dalam bentuk tabel dan diagram dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Langkah-langkah sebelum tindakan yaitu
1) Mendiskusikan dan meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Amlapura
tentang pengembangan budaya toleransi di sekolah melalui PAI berbasis multikultural.
Hal ini bertujuan juga untuk memotivasi guru agama non Muslim untuk melakukan
pengembangan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama berbasis multikultural.
2) Mendiskusikan dengan guru PAI yang selama ini mengganti Peneliti, sehingga
memudahkan di dalam proses belajar mengajarnya.
3) Guru Pendidikan Agama Islam dalam mempersiapkan Pembelajaran nilai-nilai
multikultural tidak disajikan dalam bentuk penambahan Standar


Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD) baru dari Standar Isi yang sudah ditetapkan,
tetapi dengan cara menyisipkan nilai-nilai multikultural ke dalam indikator pada
silabus.
4) Indikator dirumuskan dengan mempertimbangkan nilai-nilai multikultural yang
relevan dengan materi pembelajaran. Tidak semua SK/KD harus memuat nilai-nilai
multikultural. Guru tidak perlu memaksakan agar semua SK/KD mengandung sisipan
nilai-nilai multikultural.
5) Aktualisasi nilai-nilai multikultural ke dalam Pendidikan Agama Islam tidak
mengubah karakteristik dan prosedur perangkat pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Semua aspek dan tahapan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi, tetap sesuai dengan ketentuan / prosedur yang berlaku.
6) Indikator yang memuat nilai-nilai multikultural disisipkan ke dalam silabus,
selanjutnya dikembangkan secara lebih operasional ke dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Kegiatan internalisasi nilai multikultural dalam RPP
dicantumkan dalam kegiatan inti.
7) Mengingat bahwa aktualisasi nilai-nilai multikultural ke dalam Pendidikan Agama
Islam substansinya adalah akhlak, sikap dan prilaku menghormati keberagaman, maka
pembelajaran tidak dilakukan dalam bentuk ceramah, melainkan lebih mengutamakan
diskusi, pelakonan diri, simulasi, demonstrasi atau strategi lain yang dianggap mampu
menanamkan sikap menghormati keberagaman dalam kehidupan sehari-hari.
8) Internalisasi nilai-nilai multikultural bersifat afektif yang tidak dapat dilihat hasilnya
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses dan waktu. Oleh karena itu penilaian
akan lebih efektif bila menggunakan teknik non test.
9) Kegiatan internalisasi nilai-nilai multikultural dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada di kelas maupun permasalahan sosial yang ada di masyarakat.


b. Langkah-langkah tindakan dalam pembelajaran
1) Guru PAI menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai atau dikuasai oleh siswa
sesuai dengan silabus PAI berbasis multikultural (lampiran 3) dan RPP PAI berbasis
multikultural (lampiran 4).
2) Guru PAI melakukan proses pembelajaran PAI sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang ada.
3) Guru PAI mempersilahkan Peneliti untuk melakukan tindakan pembelajaran dengan
indikator nilai-nilai multikultural yang sesuai dengan materi PAI yang sedang
berlangsung.
4) Peneliti memberikan permasalahan atau kasus-kasus yang mengandung nilai-nilai
multikultural yang dipecahkan oleh siswa untuk meningkat pemahaman mereka
tentang pentingnya toleransi beragama.
5) Pembentukan kelompok untuk mendiskusikan serta membuat hasil diskusi yang akan
dipresentasikan oleh siswa.
6) Secara bergantian baik perwakilan maupun bersama-sama setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas.
7) Peneliti memberikan refleksi dan evaluasi atas pembelajaran dan pemahaman siswa
terhadap nilai-nilai multikultural yang telah diajarkan.
8) Hasil dari pembelajaran PAI berbasis multikultural bisa dicermati lewat perilaku
siswa, minat, motivasi dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran PAI berbasis multikultural, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
mana semua siswa saling hormat menghormati dan bantu membantu. Kerjasama ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan rasa toleransi sehingga kesadaran saling
membantu ini dilaksanakan selama tidak saling mencedarai nilai-nilai keberagamaan
masing-masing.


Kriteria (indikator penanda) untuk menentukan bahwa pengembangan budaya toleransi
melalui PAI berbasis multikultural telah berhasil memecahkan masalah yang sedang
diupayakan pemecahannya dilakukan secara kualitatif. Karena peneliti melakukan
pengamatan secara intensif dan menyeluruh dalam situasi yang wajar dan alami (Natural
setting).
Secara kualitas bisa dilihat dari aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran
PAI berbasis multikultural seperti perilaku siswa, motivasi, minat, pemahaman dan tanggapan
terhadap pembelajaran PAI berbasis multikultural. selain itu mencermati kegiatan-kegiatan
keagamaan seperti penghargaan terhadap keyakinan pemeluk lain ketika beribadah,
kebersamaan dengan saling membantu sebelum pelaksanaan kegiatan hari besar keagamaan.
Hal ini dapat dilihat dari pengamatan ataupun dengan melakukan wawancara dengan siswa
yang dipilih sampelnya berdasarkan pertimbangan tertentu.
2. Pelaksanaan
Setelah peneliti mengetahui rencana pelaksananaan model pendidikan Agama Islam
berbasis multikultural maka pada tahap selanjutnya peneliti mengamati pelaksanaan kegiatan
dengan membuat instrumen-instrumen apakah dalam pelaksaannya itu mampu memunculkan
nilai-nilai multikultural pada diri siswa. Dalam tahap pelaksanaan kemungkinan modifikasi
mengubah rancangan masing boleh dilakukan asal tidak pindah dari fokus penelitiannya
116
.
Peneliti yang ikut berpartisipasi dalam tindakan tersebut harus cermat melihat instrumen
yang ditelitinya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengamati apakah pelaksanaan model PAI berbasis multikultural mampu memumculkan
sikap-sikap toleransi.
b. Mengukur seberapa besar motivasi, perilaku dan pemahaman mereka terhadap
pembelajaran PAI berbasis multikultural.

116
Paul Suparno, Riset Tindakan untu Pendidik=Action Research in Education, (Jakarta: Grasindo,
2007), hlm14


c. Mencermati penampilan siswa apakah dalam proses pembelajaran telah mampu
memuculkan sikap-sikap toleran atau malah memunculkan sifat-sifat yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip toleransi.
d. Mencermati kegiatan-kegiatan keagamaan apakah lebih bersifat truth claim atau malah
membangun rasa toleransi diantara siswa. Hal ini merupakan indikator keberhasilan PAI
berbasis multikultural.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan ketika proses kegiatan berlangsung dan bersamaan waktunya
dengan tahap pelaksnaaan tindakan. Objek yang diamati adalah gejala-gejala yang menjadi
indikator keberhasilan atau ketidakberhasilan sebagaimana dituangkan dalam bagian
perencanaan. Oleh karena itu pada tahap ini harus disiapkan data penelitian, instrumen
penelitian dan Sumber data.
117

a. Data Penelitian
Rancangan penelitian tindakan sekolah ini melibatkan data kualitatif dan data
kuantitatif
118
. Data kualitatif berupa deskripsi pelaksanaan pendidikan agama Islam berbasis
multikultural dan juga pemahaman penghargaan terhadap keyakinan pemeluk lain ketika
beribadah. Sedang data kuantitatif berupa hasil perilaku siswa, motivasi dan minat siswa
dalam pembelajaran PAI berbasis multikultural, skor tes pemahaman dan tugas serta
tanggapan siswa terhadap PAI berbasis multikultural.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh guru pengajar Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam
penelitian tindakan ini adalah metode tes, wawancara, observasi dan data pelengkap catatan
guru, dan photo.
Tabel 3.1. Langkah-langkah pengambilan data

117
Wahidmurni, dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas, UM Press, 2008, hlm.100
118
Wahidmurni, dan Nur Ali, Penelitian, hlm.100


No Diskripsi

Kete
rangan
Pengambilan data Pengumpulan
data pada
Pengumpul
data
Waktu

1
Peneliti melakukan
pengamatan dalam
kelas selama KBM
berlangsung dan
mengisi fornat yang
tersedia.
Siklus I
pertemuan ke-1
Peneliti
dibantu
oleh guru

29-03-2010


2
Peneliti melakukan
pengamatan dalam
kelas selama KBM
berlangsung dan
mengisi fornat yang
tersedia.
Siklus I
pertemuan ke-2
Peneliti
dibantu
oleh guru

12-04-2010


3
Peneliti memberikan
format tes dan
tanggapan untuk diisi
siswa
Siklus I
pertemuan ke-3
Peneliti
dibantu
oleh guru

19-04-2010


4
Peneliti melakukan
pengamatan dalam
kelas selama KBM
berlangsung dan
mengisi fornat yang
tersedia.
Siklus II
pertemuan ke-1
Peneliti
dibantu
oleh guru

26-04-2010


5
Peneliti melakukan
pengamatan dalam
kelas selama KBM
berlangsung dan
mengisi fornat yang
tersedia.
Siklus II
pertemuan ke-2
Peneliti
dibantu
oleh guru

03-05-2010


6
Peneliti memberikan
format tes dan
tanggapan untuk diisi
siswa
Siklus II Peneliti
dibantu
oleh guru

10-05-2010

b. Instrumen Penelitian
Peneliti harus menggunakan instrumen penelitian yang tepat sehingga hasil penelitian
bisa valid.
119
Secara terperinci instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1) Pedoman pengamatan untuk menggali tentang perilaku, motivasi dan keberhasilan
pembelajaran PAI berbasis multikultural.

119
Pau Suparno, Riset, hlm. 43


2) Tes untuk menggali pemahaman siswa terhadap pembelajaran PAI berbasis
multikultural
3) Angket untuk menggali tentang tanggapan siswa tentang pemahaman toleransi selama
mengikuti pelajaran PAI bebrbasis multikultural.
4) Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan Kepala Sekolah, guru
PAI dan siswa tentang toleransi beragama disekolah.

c. Teknik pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
3.2. Tabel Pengumpulan Data
NO Sumber
Data
Jenis Data Teknik
pengumpulan
Instrumen
1 Kepala
Sekola/Guru/
Siswa
Tanggapan terhadap
budaya toleransi
beragama
Wawancara Daftar
pertanyaan
1 Siswa Pemahaman siswa Melaksanakan test
tertulis
Soal test
2 Siswa Aktifitas siswa selama
kegiatan pembelajaran.
Observasi Pedoman
observasi
3 Siswa Tanggapan siswa
terhadap nilai-nilai
multikultural
Penyebaran
kuesioner
Angket


4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengulas data secara kritis terutama yang berkaitan dengan
perubahan yang terjadi, baik pada diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri guru. Pada
tahap kegiatan ini guru sebagai peneliti harus menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana, dan
sejauh mana intervensi untuk menghasilkan perubahan secara signifikan.
120

Refleksi adalah menganalisis hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti,
untuk mendapatkan gambaran sudah sejauhmana pemahaman toleransi yang telah didapatkan
siswa setelah mendapatkan Pendidikan agama Islam bebabais multikultural. Dan mencari

120
M. Djunaidi Ghony, Penelitian, hlm.82


pemecahannya bila masih ditemukan masalah dalam pelaksanaannya. Pada tahap ini peneliti
memfokuskan pada upaya menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan
menyimpulkan.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil
observasi atau wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
persoalan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temua bagi orang lain
121
Sedangkan
menurut Patton dalam Moleong menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia
menghendaki dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,
menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Menurut
Bogdan dan Biklen teknik analisis data adalah proses penelaahan, pengurutan dan pengelompokan
data dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi kesimpulan atau
teori sebagai temuan hasil penelitian.
122

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah teknik analisis interaktif
yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984),
123
sehingga analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap, yaitu: selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data itu
terkumpul.
124
Untuk menghindari penumpukan data, peneliti melakukan analisis data selama di
lapangan dengan menggunakan pedoman langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif
berikut: 1) reduksi data; 2) penyajian data; 3) penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan,
meringkas, mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini
dilakukan penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan

121
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993) hlm 183
122
Bogdan, R.C dan Biklen, S.K, 1992. Qualitative Research for Education, an Introduction to Theory and
Methods.Allyn and Bacon Inc.; Boston hlm. 153.
123
Suwarsih Madya, Teori, hlm. 76
124
Sudarsono. 1992. Beberapa Pendekatan dalam Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Gajah Mada Press, hlm.
326.


menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam
proses reduksi data, peneliti melakukan seleksi, memilih data yang relevan dan bermakna,
memfokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan,
atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah difokuskan, kemudian
menyederhanakan, menyusun secara sistematis dengan menonjolkan hal-hal yang dipandang
penting dari hasil penelitian. Reduksi data ini dilanjutkan secara lebih intensif dengan
melakukan pemilahan data, pengkodean data dan pengkategorian. Pengklasifikasian data
merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan ciri-ciri klasifikasi data yang ada.
Penyajian data merupakan pemaparan data yang tersusun secara sistematis yang
memperlihatkan keeratan kaitan alur data, sekaligus menggambrkan apa yang sebenarnya
terjadi, sehingga dapat membantu memudahkan peneliti menarik kesimpulan yang
sebenarnya. Secara umum penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan ke dalam bentuk
teks naratif.
Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu disajikan dengan
tertata rapi dalam bentuk narasi plus matrik, grafik, dan atau diagram. Penyajian data yang
sistematik, interaktif dan inventif serta mantap akan memudahkan pemahaman terhadap apa
yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya.
Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang
ditarik pada akhir siklus I, kesimpulan terevisi pada akhir siklus II. Kesimpulan yang pertama
sampai dengan terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan. Suwarsih
Madya
125
juga mengingatkan bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data
tentang perubahan yang diharapkan, melainkan mencakup data tentang
peningkatan/perubahan yang tak diharapkan (di luar rencana). Maka kesimpulan yang ditarik

125
Suwarsih Madya, Teori, hlm. 78


juga harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan
sebelumnya. Kesimpulan penelitian akhirnya semakin menjadi tingkatan tegas, dan
menyeluruh setelah makna yang muncul tersebut teruji kebenaran dan keabsahannya melalui
pemeriksaan kembali buku-buku kepustakaan, catatan lapangan, konsultasi dengan
pembimbing, ahli, maupun teman sejawat.
5. Pelaporan
Dalam pelaporan ini, Peneliti membuat laporan sesuai dengan data-data yang ada,
dijadikan bukti-bukti otentik terhadap penelitian yang dilakukan. Pelaporan ini sangat
penting agar penelitian nantinya bisa menjadi valid.
Dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi bisa digambarkan
sebagai berikut:











Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan
(Sumber: Paul Suparno, 2008: 11)



SIKLUS II
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan
n
Refleksi
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan
Pengamatan
Berhasil

También podría gustarte