Está en la página 1de 18

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

TerjemahanJurnal

PerananPropolisdalamInflamasidan Rasa SakitOrofasial : SebuahTinjauan (The Role of Propolis in Inflammation and Orofacial Pain: A Review)

Nama Stambuk Pembimbing Hari/Tanggal Sumber

: Indah NisitaPutri : J 111 09 009 : Prof.Dr.drg. SherlyHorax, MS : Rabu, 18 Desember 2013 : Annual Research & Review in Biology 4(4): 651-664, 2013

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Peranan Propolis dalam Inflamasi dan Rasa Sakit Orofasial: Sebuah Tinjauan

Abstrak Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan produk alami dan obat holistik atau alternatif telah mendapatkan popularitas dalam masyarakat akibat efek samping dan masalah keamanan dari penggunaan senyawa alofatik konvensional.Produk alami telah digunakan sejak zaman dahulu dalam bentuk obat tradisional dalam pengobatan tradisional di dunia timur dan barat.Di antara produk alami tersbeut, produk getah lebah yang dinamakan propolis telah mendapatkan popularitas.Propolis telah dilaporkan memiliki karakteristik antiinflamasi, anti-bakteri, anti-fungi, anti-virus, anti-oksidan, dan anti-kanker.Oleh karena itu, terdapat peningkatan ketertarikan dalam penggunaan propolis lebah dalam kedokteran kontemporer. Dalam bidang kedokteran gigi, propolis telah digunakan dalam tiap bidang seperti dalam perawatan kanker rongga mulut, ulser rekuren, infeksi fungi, dalam kedokteran gigi restoratif sebagai agen kariostatik, desentisisasi, dan agen pulp capping, di bidang endodontik sebagai medikamen intra-kanal, irigasi intra-kanal, dalam trauma gigi sebagai media penyimpanan untuk gigi avulsi, dalam bidang bedah mulut untuk perawatan dry socket setelah ekstraksi gigi, dalam bidang prostodonsi untuk perawatan denture stomatitis, dalam bidang periodontologi untuk perawatan gingivitis, periodontitis, dan untuk mengendalikan resorpsi tulang. Walaupun memiliki sejumlah keuntungan dan variasi penggunaan, peranan propolis dalam rasa sakit orofasial masih kurang

dipahami.Oleh karena itu, tinjauan ini membahas mengenai karakteristik antiinflamasi dan mekanisme reduksi rasa sakit orofasial dari propolis dalam tingkatan molekuler.

Kata kunci: propolis, anti-inflamasi, rasa sakit orofasial, efek analgesik.

Pendahuluan Rasa sakit orofasial (OFP) didefinisikan sebagai kondisi rasa sakit umum yang berhubungan dengan jaringan keras dan lunak wajah dan ronga mulut. 1 Rasa sakit orofasial merupakan sebuah kelompok gangguan heterogen yang menyebabkan rasa sakit di regio kepala dan wajah. Walaupun terdapat sejumlah klasifikasi yang telah dibuat, terdapat sebuah sistem yang membagi rasa sakit tersebut ke menjadi rasa sakit muskuloskeletal, neuropatik, dan neurovaskular.2 Rasa sakit orofasial, secara umum, berhubungan dengan gangguan

temporomandibula (TMD), tetapi juga dapat berasal dari sumber lain seperti gigi atau neuralgia trigeminal.1 OFP seperti rasa sakit di bagian tubuh lain dari manusia biasanya merupakan akibat kerusakan jaringan dan inflamasi, serta aktivasi nosiseptor yang menyebabkan transmisi stimulus berbahaya ke otak.2 OFP sebagai sebuah gejala dapat disebabkan oleh rasa sakit muskuloskeletal sistem mastikasi, rasa sakit neurovaskular, penyakit rematik atau abnormalitas psikologis, dan lain-lain.3 Gangguan rasa sakit tersebut terdiri dari inflamasi jaringan orofasial dan diklasifikasikan dari pulpitis akut (sakit gigi) sampai dengan kondisi artritis kronis yang terjadi di sendi temporomandibula

(TMJ).4OFP mempengaruhi fungsi motoris dan sensoris sistem nervus trigeminus dan struktur yang menginervasinya,3 dan tidak semua OFP memberikan respon terhadap perawatan dan medikasi.5 Oleh karena itu, mekanisme OFP dan jalur nosiseptif harus dipahami dengan baik untuk penanganan OFP dan rasa sakit inflamasi. Nosiseptif dapat didefinisikan sebagai stimulus dengan intensitas signifikan untuk menstimulasi kerusakan jaringan yang menyebabkan aktivasi nervus tertentu. Nosiseptif menghasilkan stimulus rasa sakit yang terletak di ganglia root dorsal dekat spina dan dendrit di bagian perifer.6 Stimulus sakit memicu proses biologis yang memperluas atau menginhibisi sinyal rasa sakit. Nervus kranial kelima (V) atau nervus trigeminus merupakan inervasi sensoris utama di regio rongga mulut dan wajah. Sejumlah fiber atau neuron aferen primer trigeminus dikarakterisasi oleh akson berdiameter kecil dan kondisi yang lambat (A delta dan C-fiber) yang terdapat di jaringan orofasial sebagai ujung nervus bebas.5 Stimulus berbahaya dapat bersifat mekanis atau kimiawi, termasuk insisi pembedahan pada mukosa rongga mulut, inflamasi otot rahang, dan toksin bakteri pada pulpa gigi yang terbuka. Gambar 1 menunjukkan jalur transmisi sinyal nosiseptif dari regio orofasial.Ujung nosiseptif yang teraktivasi dapat

menstimulasi fiber aferen primer dari ganglion trigeminus. Aferen tersebut menghasilkan impuls nervus ke dalam sistem nervus sentral yang menstimulasi otak dengan informasi sensoris mengenai letak, durasi, dan intensitas stimulus.4

Gambar 1.Transmisi nosiseptif yang berhubungan dengan nervus trigeminus (V).

Rasa sakit dan mekanisme rasa sakit (Gambar 1) Rasa sakit merupakan gejala penyakit utama yang dilaporkan pasien dan harus didiagnosis dan dirawat.Rasa sakit bersifat subjektif dalam konteks intensitas dan gejala yang seringkali disalahartikan.7 Rasa sakit berhubungan dengan kondisi fisik, biologis, dan psikologis.Oleh karena itu, rasa sakit merupakan sebuah pengalaman kurang menyenangkan yang disertai dengan kerusakan jaringan potensial atau sebenarnya. Terdapat lima klasifikasi utama dari mekanisme rasa sakit dalam Tabel 1. Akibat kerusakan jaringan, nosiseptor perifer menjadi sensitif terhadap stimulus berbahaya akibat peningkatan kadar mediator inflamasi. Sejumlah mediator kimiawi seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin berhubungan

dengan stimulasi ujung nervus nosiseptif. Pelepasan mediator tersebut menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan yagn diinervasi oleh ujung nervus nosiseptif.4 Selain itu, interaksi kompleks di antara imun dan neural terjadi dalam ujung aferen perifer di jaringan orofasial dan badan sel di ganglion trigeminus, dan dapat diinisiasi atau diperparah oleh inflamasi.4,5

Tabel 1. Kelima klasifikasi utama dari mekanisme rasa sakit Klasifikasi mekanisme rasa sakit Nosiseptif sentral Definisi dan karakteristik Sebuah peningkatan fungsi neuron dan sirkuit dalam jalur nosiseptif yang disebabkan oleh peningkatan eksitabilitas membran dan efisiensi sinaptik. Kondisi tersebut menjadi indikator sistem somatosensoris memberikan respon terhadap cedera dan inflamasi neural.8 Rasa sakit yang berasal dari disfungsi sistem nervus perifer. Kerusakan jaringan somatik dekat struktur nervus melepaskan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi jaringan neural secara kimiawi.7,8 Seluruh jaringan yang diinervasi, selain nervus perifer, mengaktivasi mekanisme ini. Rasa sakit yang berasal dari jaringan somatik dan visceral ditransmisikan oleh fiber aferen berdiameter kecil.7 Rasa sakit konstan dan alodinia biasanya disebabkan oleh maladaptif sensitisasi neuron dalam tanduk dorsal korda spinalis yang menyebabkan pelepasan katekolamin dan tidak disebabkan oleh peningkatan tonus simpatik.7,8 Memainkan peranan vital selama perubahan dari rasa sakit akut menuju kronis, khususnya dalam aspek kausatif, kognitif, dan karakteristik rasa sakit kronis.7

Sensitisasi perifer

Nosiseptif perifer

Rasa sakit simpatik

Kognitif-afektif (psikososial)

Inflamasi dan mekanisme inflamasi molekuler (Gambar 2) Inflamasi merupakan sebuah respon biologis kompleks jaringan vaskular dan sel imun terhadap stimulius membahayakan seperti iritan, sel yang rusak, dan patogen yang dapat menyebabkan rasa sakit yang parah.Inflamasi dapat direpresentasikan oleh emigrasi fagosit, akumulasi neutrofil, monosit, makrofag, dan kehilangan fungsi jaringan.9 Selama proses inflamasi, pelepasan sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL-6), interleukin 1 (IL-1), dan tumour necrosis factor- (TNF-) teraktivasi oleh makrofag. Makrofag tersebut menstimulasi translokasi nuclear factor kappaB (NF-kB)10,11 yang memiliki sebuah peranan signifikan dalam induksi jaringan mediator inflamasi dan sitokin.12 Protein NF-kB berada dalam kondisi non-stimulasi oleh subunit protein inhibisi yang dinamakan sebagai IKB. Aktivasi NF-kB menstimulasi produksi enzim seperti nitric oxide synthase (NOS) yang menghasilkan nitrit oksida (NO).13 Oleh karena itu, agen yang dapat mengendalikan NF-kB cenderung dapat digunakan untuk melakukan proses perawatan.14 Selain itu, aktivasi stimulus platelet menyebabkan pelepasan asam arakidonat (AA) selama proses inflamasi.15 Enzim lipoksigenase (LOX) mengubah AA menjadi leukotriene A4 dan menghasilkan cysteinylleukotriene dan leukotriene B4. Kondisi tersebut menyebabkan inflamasi dan alergi.

Siklooksigenase-1 (COX-1) dan sikloorksigenase-2 (COX-2) mengubah AA menjadi prostaglandin H2 dan menghasilkan thromboxane, prostaglandin, dan prostasilin yang menghasilkan inflamasi dan rasa sakit.9,10,15

Tissue injury and inflammation

Gambar 2.Mediator inflamasi yang terlibat dalam perubahan sensitivitas nosieptor perifer dalam neuron sensoris.

Propolis dan karakteristik propolis Propolis merupakan senyawa balsamik bergetak yang telah digunakan di seluruh dunia selama bertahun-tahun untuk mengobati luka.Pendeta di zaman Mesir kuno seringkali menggunakan propolis sebagai sebuah obat dan sebagai krim pembalseman mayat. Selain itu, propolis digunakan oleh bangsa Yunani, tempat asal nama propolis. Pro berarti sebelum dan polis berarti kota atau penjaga kota. Propolis merupakan senyawa berwarna hijau-cokelat, cokelat atau hitam dengan rasa pahit yang tajam dan aroma yang manis dan harum. Warna

propolis bergantung asal tumbuhan dan usianya.16,17 Propolis diklasifikasikan ke dalam 12 jenis berdasarkan karakteristik psikokimiawi dan letak geografis, namun demikian, hanya tiga tipe yang diidentifikasi berhubungan dengan asal tumbuhan.18 Propolis merupakan sebuah produk lebah yang secara umum terdiri dari getah tumbuhan dan beeswax, sehingga komposisi propolis bervariasi akibat asal geografis dan tumbuhan dari senyawa getah tersebut, dan juga spesies lebah.19 Sejumlah peneliti telah menyelidiki komposisi propolis dan mengamati komposisinya sangat rumit.20-25 Propolis biasanya dikonsumsi sebagai sebuah ekstrak, sehingga jenis pelarut dan prosedur ekstraktif yang digunakan dapat mempengaruhi komposisi propolis. Propolis mengandung sekitar: 50-55% getah dan balsam (fenol, asam fenol, ester, flavonon [quercetin, galangin, pinocembrin], dihidroflavonon, flavon, flavonol, chalkone, phenolic glyceride, cinnamic acid, coumaric acid, senyawa prenilasi, dan artepilin C), 25-30% merupakan wax, 10% volatile oil, 5% serbuk sari, dan 5% asam organik dan senyawa mineral. Komponen tersebut kaya akan vitamin B1, B2, B6, C, dan E, dan elemen mineral seperti, Mg, Ca, I, K, Na, Cu, Zn, Mn, dan Fe. Propolis juga memiliki kandungan asam lemak dan enzim seperti succinic dehydrogenase, glukosa-6-fosfatae, adenosine trifosfat, dan asam fosfatise.26

Peranan propolis dalam inflamasi (Tabel 2) Penelitian telah menunjukkan propolis menekan enzim LOX dan COX selama inflamasi.10 COX-2 diinhibisi oleh flavonoid yang menekan prostaglandin endoperoxide synthase dalam konsentrasi tinggi yang bergantung pada sifat hidrofilik dan struktur, sedangkan LOX diinhibis oleh komponen quercetin propolis.10,27 Flavonoid diamati dapat menginhibisi akumulasi sel mast.28 Komponen utama propolis adalah caffeic acid (3,4-dihydrocinnamic acid) phenethyl ester (CAPE) yang merupakan senyawa biologis aktif. CAPE memiliki karakteristik anti-inflamasi dan anti-oksidan.27 Akibat adanya karakteristik lipofilik, CAPE mudah masuk ke sel. CAPE menginhibisi enzim LOX dan COX yang terlibat dalam jalur metabolisme AA (Gambar 3). Oleh karena itu, metabolisme terhenti dan tidak terjadi pelepasan prostaglandin dan leukotriene yang bertanggung jawab untuk inflamasi dan rasa sakit.10 Sebagai tambahan, penelitian menunjukkan CAPE menginhibisi pelepasan sitokin inflamasi dan meningkatkan poduksi sitokin anti-inflamasi secara simultan seperti IL-10 dan IL4.29 Dalam penelitian yang sama, CAPE diperlihatkan dapat mengurangi infiltrasi sel inflamasi seperti neutrofil dan monosit.

10

Inmmationnd pain

Inflammation and allergy

Inflammation and pain

Gambar 3.Enzim dan produk siklus asam arakidonat yang terlibat dalam inflamasi.

Berdasarkan literatur, CAPE diketahui sebagai inhibitor spesifik untuk aktivasi NF-kB.12,13,30 CAPE memblokade pelepasan IL-1 yang distimulasi oleh promoter NF-kB dan menginhibisi aktivitas NF-kB secara simultan.12,30 Penelitian menggunakan tikus melaporkan CAPE memberikan perlindungan terhadap lipopolisakarida (LPS) dan memiliki karakteristik perusak radikal bebas yang menurunkan sitokin pro-inflamasi.20 CAPE memiliki efek preventif terhadap infiltrasi mediator inflamasi secara seluler yang menyebabkan penurunan PGE2,

11

ROS, dan NO.13,30,33 Flavonoid dan CAPE, komponen alami propolis yang paling potensial, telah dibandingkan dengan indometachin (IM) yang merupakan inhibitor COX dan nordihydroguaiaretic acid (NDGA), inhibitor LOX, dan mengamati efek yang sama seperti IM dan NDGA.11

Peranan propolis dalam rasa sakit dan penyembuhan (Tabel 2) Penyembuhan luka melibatkan sejumlah populasi sel, sitokin, growth factor, dan mediator kimawi, serta matriks ekstraseluler (ECM). Mekanisme penyembuhan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan dan terjadi ketika hemostasis dan proses inflamasi terhenti.34 Fase proliferatif dan angiogenesis terjadi yang berlanjut pada regenerasi jaringan ikat oleh kolagen dan fibroblas, dan diakhiri oleh proses remodeling kulit dengan pembentukan jaringan parut.35 Penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh infeksi dan gangguan metabolisme. Faktor tersebut menyebabkan proses penyembuhan dan perbaikan menjadi terhenti. Proses inflamasi, invasi sel, migrasi fibroblas, dan deposisi kolagen dan ECM mengalami hambatan dalam kondisi ini.34,35 Oleh karena itu, luka akut akan menjadi luka kronis yang dikondisikan sebagai asosiasi infiltrasi sejumlah neutrofil, enzim destruktif, dan ROS.34 Penelitian telah menunjukkan propolis mempercepat penyembuhan luka dalam kondisi rasa sakit orofasial. Propolis mengendalikan infiltrasi neutrofil dan propolis bereaksi melalui jalur anti-inflamasi.28,35-43 Selain itu, penelitian telah membuktikan obat kumur yang mengandung propolis dalam larutan alkohol dapat menyembuhan luka pembedahan intrabukal. Oleh karena itu, penggunaan propolis

12

meningkatkan perbaikan epitel setelah ekstraksi gigi dan memberikan efek penghilang rasa sakit disertai efek anti-inflamasi pada OFP.29,35 Secrara umum, proses penyembuhan luka secara normal bergantung pada keseimbangan di antara agen oksidatif dan anti-oksidatif. ROS dan tekanan oksidatif yang lebih tinggi menyebabkan gangguan penyembuhan luka. CAPE dalam propolis berperan sebagai kontrol antioksidan dalam proses tersebut, sehingga percepatan penyembuhan dapat terjadi.26-28 Penelitian juga telah menunjukkan penggunaan EEP (ethanol extract propolis) sebagai medikamen intrakanal dan agen pulp capping dalam perawatan endodontik dapat meningkatkan penyembuhan luka, regenerasi tulang, dan pembentukan dentine bridge.44-46

Reaksi alergi terhadap propolis Reaksi terhadap propolis atau produk yang mengandung propolis banyak dilaporkan dalam literatur kesehatan dari berbagai daerah di dunia.47,48 Reaksi tersebut dapat berupa dermatitis, stomatitis, pembengkakan bibir, eksema perioral, dan dispnea.49 Alergen mayor dalam propolis adalah ester caffeate yang bertanggung jawba untuk alergi terhadap produk tersebut. Sejumlah reaksi alergi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) dan melibatkan kulit, traktus gastrointenstinal, dan sistem respirasi. Prevalensi reaksi sistemik pada pemelihara lebahh tergolong rendah (6,5%): hanya 2% yang mengalami reaksi anafilaktik. Namun demikian, resiko perkembangan reaksi tersebut meningkat ketika seorang individu memiliki penyakit atopik yang berasal dari predisposisi sistem imun yang diwariskan sampai dengan reaksi hipersensitivitas yang dimediasi IgE.50 Namun

13

demikian, berdasarkan data yang dikumpulkan, propolis dikategorikan sebagai senyawa yang aman ketika digunakan secara tepat. Penelitian ilmiah telah menunjukkan senyawa bergetah ini mempertahankan karakteristik

farmakologinya tanpa bergantung asal tumbuhan walaupun sulit dalam melakukan standardisasi rumus kimianya.Propolis merupakan sebuah sensitizer yang mampu memicu reaksi alergi pada pengguna berat, sehingga tidak dapat digunakan pada pasien dengan predisposisi alergi atau memiliki riwayat alergi.Ketika telah dilakukan pencegahan yang memadai, propolis merupakan senyawa menjanjikan dari sudut pandang farmakologis.Propolis merupakan senyawa serba guna dan tidak menyebabkan efek samping merugikan pada sejumlah besar

individu.Penting untuk memberitahukan kebutuhan untuk penetapan indikasi farmasi produk alami dan batasan terapi, serta reaksi merugikan pada profesional kesehatan dan populasi umum, sehingga produk tersebut dapat digunakan secara aman dan efektif.

Tabel 2. Propolis dan peranan propolis dalam inflamasi (tingkatan molekuler), rasa sakit dan penyembuhan Penulis Tujuan Jenis Jenis Jenis Hasil/Manfaat dan penelitian peneliti sampel propolis tahun an Borelli Senyawa Model Tikus Ethanol 1. CAPE et al27 fitokimiawi hewan Wistar extract menghasilkan dalam efek jantan propolis sebuah inhibisi anto-inflamasi (EEP) migrasi leukosit Italia secara signifikan 2. CAPE mengurangi artritis yang menghambat reaksi hipersensitivitas yang dimediasi limfosit T

14

Paulino et al13

Efek analgesik, Model anti-inflamasi, hewan dan kontraksi otot halus jalur napas secara in vitro

Tikus Propolis Belanda Bukgari dan tikus a Swiss jantan

Blonska et al33

Induksi Sel ekspresi gen kultur makrofag J744A1 Inhibisi Kultur aktivasi sel T sel oleh NF-kB dan sel NFAT

Marquez et al12

Han al38

et Penyembuhan Model luka bakar hewan pada tikus

1. Propolis menginhibisi konstriksi abdominal 2. Propolis menunjukkan efek analgesik potensial selama fase neurogenic Cell line Ethanol 1. EEP makrofa extract mempengaruhi g tikus propolis sintesis IL-1 dan J774A1 Polandi mRNA iNOS a Sel Propolis 1. CAPE Jurkat Jerman menginhibisi proliferasi sel T spesifik antigen dan progresi siklus sel 2. CAPE mengihnbisi aktivitas transkripsi NF-kB 3. CAPE menginhibisi defosforilatin nuclear factor of activated T-cell (NFAT) 60 tikus Propolis 1. Propolis Wistar Turki menunjukkan albino karakteristik penyembuhan, regeneratif, dan reparatif yang lebih baik dibandingkan perak sulfadizine dan meningkatkan re-epitelialisasi dengan cepat 2. Menunjukkan karakteristik antiinflamasi signifikan melalui inhibisi pelepasan prostaglandin dan leukotriene

15

Hu al39

et Inflamasi akut

Model hewan

Samet et Recurrent al40 aphthous stomatitis (RAS)

Manusi a

Pagliaro ne et al41

Produksi Model sitokin pro- hewan inflamasi dan ekspresi toll like receptor 2 (TLR-2) dan toll like receptor 4 (TLR-4)

deMoura Angiogenesis et al42 inflamasi

Model hewan

Korish et al31

Respon Model inflamasi hewan sistemik dan perlindungan hepar dan sel neuron dalam syok septik akut

60 ICR Ethanol 1. WEP dan EEP dan tikus extract menginhibisi Wistar propolis pembengkakan, (EEP) kebocoran, dan Cina peningkatan WBC dan 2. Menginhibisi water peningkatan PGE2 extract dan NO pada propolis eksudasi pleurisy (WEP) yang diinduksi carrageenan 3. WEP dan EEP mengurangi efek induksi sitokin 19 Propolis 1. Mengurangi pasien dari jumlah ulser yang Amerik aphthous mengala a mi RAS Serikat minor Tikus Propolis 1. Menekan IL-1 BALB/C Brazil dan IL-6 jantan 2. Propolis yang menunjukkan diberika peningkatan n stress produksi kortikosteroid secara signifikan 3. Menginhibisi ekspresi mRNA TLR-2 dan TLR-4 Tikus Propolis 1. Mengurangi Swiss hijau akumulasi leukosit betina Brazil dan produksi sitokin 2. Mengurangi produksi TNF- dan TGF-1 50 tikus Propolis 1. Peningkatan Wistar Arab sitokin antidewasa Saudi inflamasi secara jantan signifikan

16

Kambur Efek analgesik oglu et al43

Model hewan

Tikus SwissWebster albino dewasa jantan

Ozorio et al45

Standardisasi Model ekstrak hewan propolis sebagai agen pulpotomi pada gigi sulung babi

Parolia et al46

Respon Manusi inflamasi dan a pembentukan dentin bridge

WEP 1. WEP efek (water analgesik extract signifikan propolis ),EEP dan acetone extract propolis (AEP) Propolis Anatoli an 9 babi Tidak 1. Pembentukan jantan dispesifi pelindung jaringan berusia 4 kkan termineralisasi bulan parsial setelah 21 hari 2. Calcified bridge sempurna setelah 42 hari 3. Menstimulasi imunitas sel dan kapasitas reparatif dan menyebabkan iritasi jaringan yang lebih sedikit 36 gigi Tidak 1. Propolis premolar dispesifi mengurangi manusia kkan inflamasi dan menstimulasi pembentukan dentin bridge

17

Simpulan Propolis merupakan salah satu dari sejumlah produk alami yang telah mempertahankan popularitasnya selama periode waktu yang panjang akibat karakteristik spektrum luas yang dimilikinya.Berdasarkan fakta penelitian yang dilakukan pada propolis dan komponennya, propolis dapat disimpulkan memiliki karakteristik anti-inflamasi yang sangat baik, sehingga dapat efektif digunakan untuk merawat rasa sakit orofasial dan meningkatkan penyembuhan luka. Penelitian lebih lanjut mengenai eksplorasi efek analgesik propolis akan sangat menjanjikan.

18

También podría gustarte