Está en la página 1de 15

BEDAH

Oleh : F Sri Susilaningsih*

PENDAHULUAN Keperawatan adalah profesi unik, profesi yang menangani respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan, dan secara esensial menyangkut kebutuhan dasar manusia, ini menempatkan art and science sama pentingnya. Teori dan keterampilan keperawatan diaplikasikan pada manusia kadang-kadang kurang bias diprediksi (hasilnya). Ini terjadi bukan karena sains keperawatan tidak precise tetapi lingkup garapan keperawatan adalah respon manusia dan tidak ada ketentuan bahwa perilaku manusia akan sama dihadapkan pada stimulus yang sama. Human side dari keperawatan inilah yang disebut art atau kiat. Nursing art berkenaan denagn ketrampilan-ketrampilan tehnis atau prosedur-prosedur tertentu sebagai bagian dari upaya keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatannya dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Perawat harus dapat mengkaji kapan suatu data menjadi indikasi adanya masalah, dan perlakuan seperti apa untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karenanya tehnik problem solving yang dikenal dengan proses keperawatan harus dikuasai karena ini merupakan bagian integral dari praktek keperawatan. Keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care ; dan caring menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985) Konsep-konsep diatas , human science and human care dan atau art and science Hanya akan dikenal dan dirasakan konsumen keperawatan melalui perwujudan praktek keperawatan, dan untuk itu dibutuhkan telaah tentang lingkup lingkup praktek keperawatan. Pada tulisan kali ini dikemukakan telaah lingkup praktek keperawatan medikal-bedah:substansi praktek keperawatan, lingkup intervensi dan konsekwensi profesionalnya.

KEPERAWATAN DAN PRAKTEK KEPERAWATAN Keperawatan sebagaimana dirumuskan oleh American Nurses Association (1980), adalah Diagnosis and treatment of human responses to actual or potential health problem, rumusan ini menekankan bahwa dalam keperawatan dibutuhkan aktifitas untuk menelaah kondisi klien/pasien, menyimpulkan respon klien terhadap masalah yang dihadapinya; serta menentukan perlakuan keperawatan yang tepat untuk mengatasinya. ICN (1987) merumuskan nursing sebagai NURSING encompasses autonomous and collaborative care of individuals of all ages ,family, groups and communities, sick or well and in all settings. Nursing includes the

promotions of health, prevention of illness and the care of ill, disable and dying people. Advocacy,promotion of save environment, research, participation in shaping health Policy and in patient and health system management, and education are also key Nursing roles. Rumusan diatas menuntun makna bahwa intervensi keperawatan terhadap klien dilakukan secara otonom atau kolaboratif dengan lingkup intervensi nya adalah upaya-upaya promotif, preventif, restoratif dan rehabilitatif serta pendampingan klien dalam menghadapi kematian; melalui aktifitas-aktifitas pendampingan klien,mengupayakan lingkungan yang aman bagi klien, penelitian dan terlibat dalam menentukan kebijakan kesehatan yang menyangkut kepentingan pasien dan system kesehatan serta pendidikan. Sedangkan OREM (2001) mendiskripsikan keperawatan keperawatan sebagai Nursing has its special concern mans need for self-care action and the provision and maintenance of it on a continuous basis in order to sustain life and health, recover from disease and injury and cope with their effects. The condition that validates the existence of a requirement for nursing in an adult is the absence of the ability to maintain .self-care. Dari deskripsi diatas, Orem menekankan pentingnya tindakan intervensi untuk mengutamakan kebutuhan seseorang akan self-care nya dan upaya yang terus menerus untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya, pulih dari penyakit dan trauma serta mengatasi dampaknya. Pada orang dewasa bantuan keperawatan dibutuhkan bila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan selfcare nya sehingga ybs tidak lagi dapat mempertahankan kondisi sehat, mengatasi penyakit dan dampak trauma. Dari 3 deskripsi tentang keperawatan diatas, dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur penting dalam keperawatan adalah ; Respon manusia terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial merupakan fokus telaahan keperawatan Kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan upaya pemenuhannya merupakanlingkup garapan keperawatan Ketidak mampuan klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (self-care deficit) merupakan basis intervensi keperawatan , baik itu terjadi karena meningkatnya tuntutan akan kemandirian atau menurunnya kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Meningkatnya tuntutan atau menurunnya kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya dipengaruhi oleh fluktuasi kondisi ( sepanjang rentang sehat-sakit ) pada tugas perkembangann tertentu ( sepanjang daur kehidupan) . Unsur-unsur penting dalam keperawatan tersebut sejalan dengan paradigma keperawatan yang menempatkan manusia sebagai core/focus sentral , sehingga siapapun dan bagaimanapun kondisi klien harus tetap diperlakukan secara manusiawi.

PRAKTEK KEPERAWATAN

Praktek keperawatan adalah perwujudan profesi, dalam hal ini adalah hubungan professional antara perawat-klien yang didasarkan pada kebutuhan dasar klien, intervensi keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar klien tersebut didasari oleh penalaran legal etis disertai dengan pendekatan yang manusiawi (humane). Intervensi tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan klien, dengan atau tanpa kolaborasi denagn profesi kesehatan lain sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Intervensi (perlakuan) keperawatan dapat diwujudkan melalui upaya-upaya promotif yaitu membantu seseorang baik yang sehat maupun disable untuk meningkatkan level of Wellness; preventif dalam hal ini adalah mencegah penyakit dan atau kecacatan, restoratif & rehabilitatif adalah asuhan selama kondisi sakit dan upaya pemulihannya, serta consolation of the dying yaitu pendampingan bagi klien yang menghadapi kematian sehingga dapat melalui fase-fase kematian secara bermartabat dan tenang . Jadi, praktek keperawatan merupakan serangkaian proses yang humanistic untuk melakukan diagnosis terhadap respon klien dalam menghadapi masalah kesehatan dan dampaknya terhadap terpenuhi tidaknya kebutuhan dasarnya, menentukan perlakuan keperawatan yang tepat melalui bantuan keperawatan baik bersifat total, parsial atau suportifedukatif, menggunakan pendekatan proses keperawatan dan berpedoman pada standar asuhan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawabnya .

LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien DEWASA yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai kliendapat mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi kematian secara bermartabat. Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan memperhitungkan keterkaitan komponenkomponen bio-psiko-sosial klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan.

LINGKUP KLIEN Klien yang ditangani dalam praktek keperawatan medikal bedah adalah orang dewasa, dengan pendekatan one-to-one basis. Kategori dewasa berimplikasi pada penegmbangan yang dijalani sesuai tahapannya. Tugas-tugas perkembangan ini dapat berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien mengalami masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan kajian dan intervensi keperawatan.

Pendekatan keperawatan harus memperhitungkan level kedewasaan klien yang ditangan, dengan demikian pe;ibatan dan pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal penting, sesuai dengan kondisinya; ini berkenaan dengan Self-caring capacities

LINGKUP GARAPAN KEPERAWATAN Untuk membahas lingkup garapan keperawatan medikal-bedah, kita perlu mengacu pada focus telaahan lingkup garapan dan basis intervensi keperawatan seperti telah dibahas pada bagian awal tulisan ini. Fokus telaahan keperawatan adalah respon manusia dalam mengahdapi masalah kesehatan baik actual maupun potensial. Dalam lingkup keperawatan medikal bedah, masalah kesehatan ini meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai akibat adanya penyakit, terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang unik dari aspek-aspek bio-psiko-sosiospiritual. Mengingat basis telaahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan (potensi) manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan intervensi keperawatan. Penyakit, trauma atau kecacatan sebagai masalah kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh system tubuh meliputi system-sistem persyrafan; endokrin; pernafasan; kardiovaskuler; pencernaan; perkemihan; muskuloskeletal; integumen; kekebalan tubuh; pendengaran ; penglihatan serta permasalahan-permasalahan yang dapat secara umum menyertai seluruh gangguan system yaitu issue-isue yang berkaitan dengan keganasan dan kondisi terminal.

Lingkup Garapan Lingkup garapan keperawata adalah kebutuhan dasar manusia, penyimpangan dan intervensinya. Berangkat dari focus telaahan keperawatan medikal bedah diatas, lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya. Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan kebutuhan dasar mansuai dan modalitas yang tepat waktu untuk mengatasinya dibutuhkan keterampilan berfikir logis dan kritis dalam mengkaji secara tepat kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi, pada level serta kemungkinan penyebab apa (diagnosis keperawatan). Hal ini akan menentukan pada perlakuan (treatment) keperawatan, dan modalitas yang sesuai. Disibi dibutuhkan keterampilan teknis dan telaah legal etis.

Basis Intervensi Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang sudah diuraikan sebelumya, basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah ketidakmampuan klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. (Self care deficit). Ketidakamampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara tuntutan kebutuhan (Self care demand) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (Self-care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada

satu atau berbagai system tubuh. Kondisi ini unik pada setiap individu karena kebuthan akan self-care (Self care requirement) dapat berbeda-beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berfikir logis-kritis, teknis dan telaah legal-etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial atau suportifedukatif yang dibutuhkan klien.

KONSEKUENSI PROFESIONAL Menutup sementara tulisan ini ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus dipikirkan sebagai acuan bagi praktisi kpeerawatan pada area keperawatan medikal bedah. Melihat kompleksitas focus telaahan, lingkup garapan dan basis intervensi area keperawatan medikal bedah dan konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan : Standar performance untuk acuan kualitas asuhan Kategori kwalifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi Sertifikasi dan lisensi keahlian yang senantiasa diperbaharui untuk memberi jaminan kemanan bagi pengguna jasa keperawatan.

* F. Sri Susilaningsih, Staf edukatif dan koordiantor bagian Keperawatan Medikal Bedah pada PSIK FK Unpad

Kepustakaan 1. Luckmann & Sorensen, 1993, Medikal and Surgical Nursing; A. Psychophysiologic Approach, 4 th ed , Philadelphia : W.B. Saunders, CO. 2. Orem, 2001, Nursing : Concept at Practice, 6th ed, St. Louis; Mosby Inc. 3. American Nurses Association : A Statement of the Scope at Medical-Surgical Nursing Practice. 4. Dochtsmar and Grace, 2001, Current Issues in Nursing, St. Louis: Mosby Inc. 5. http://amsn.nurse.com/resource/curricul.htm, AMSN official Position Statement on; Identification of the Registered Nurse in the Work Place. 6. Http://www.nursing power.net/nursing/sps.html: ANA-Nursings Social Policy Statement.

7. Http://www.nursing world.org/ojin/topic 15/tpc 156.htm Skateboards at Nursing and Scope of practice of Registered nurses Performing Complimentary Therapies.

kumpulan materi kuliah S1 keperawatan


Sabtu, 24 Desember 2011
makalah difteri

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.

Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.

Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

1.2 TUJUAN UMUM Untuk memenuhi tugas untuk mata kuliah keperawatan anak

1.3 TUJUAN KHUSUS Untuk mengetahui pengertian difteria Untuk megetahui etiologi difteria Untuk mengetahui tanda dan gejala difteria Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit difteria Untuk mengetahui askep untuk penyakit difteria

BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang di sebabkan oleh kuman corynebacterium diphtheria.mudah menular dan yang di serang terutama traktus respiratorius bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan di lepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.

2. Etiologi

Di sebabkan oleh corynebacterium diphtheria,bakteri gram positif yang bersifat polimorf,tidak bergerak dan tidak membentuk spora.pewarnaan sediaan langsung dapat di lakukan dengan biru metilen atau biru toluidin.basil ini dapat di temukan dengan langsung dari lesi.

3. Sifat-sifat kuman Polimorf,gram positif,tidak bergerak dan tidak membentuk spora,mati pada pemanasan 60 c selama 10 menit,tahan sampai beberapa minggu dalam es,air,susu dan lender yang telah mongering.terdapat 3jenis basil yaitu bentuk gravis,mitis dan intermedius atas dasar perbedaan bentuk kolonindalam biakan agar darah yang mengandung kalium telurit.

Basil dapat membentuk 1. pseudomembran yang sukar diangkat,mudah berdarah dan berwarna putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena terdiri dari fibrin,leukosit,jaringan nekrotik dan basil. 2. eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam di absorbs dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung,ginjal dan jaringan saraf.satu perlima puluh ml toksin dapat membunuh marmut dan lebih kurang 1/50 dosisi ini di pakai untuk uji schick.

-Schick tes Tes kulit ini digunakan untuk menetukan status imunitas penderita.tes ini tidak berguna untuk diagnosis dini karena baru dapat dibaca beberapa hari kemudian. Caranya:0,1 ml (1/50 MLD)cairan toksin difteri di suntikkan intradermal.bila dalam tubuh penderita tidak ada antitoksin,terjadi pembengkakan,eritema dan sakit yang terjadi 3-5 hari setelah suntikan.bila pada tubuh penderita terdapat antitoksin maka toksin akan dinetralisir sehingga tidak terjadi reaksi kulit.

4. patogenesis basil hidup dan berkembang pada traktus respitarius bagian atas terlebih-lebih bila terdapat peradangan kronis pada tonsil,sinus dan lain-lain.tetapi walaupun jarang basil dapat pula hidup pada daerah vulva,telinga dan kulit.pada tempat ini basil membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.pseudomembran dapat timbul local atau kemudian menyebar dari faring atau tonsil ke laring dan seluruh traktus respiratorius bagian atas sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat .kelenjar getah bening sekitarnya akan mengalami hyperplasia dan mengandung toksin.eksotoksin dapat mengenai jantung dan menyebabkan miokarditis toksik atau mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul paralisis terutama pada otot-otot pernafasan.toksin juga menimbulkan nekrosis fokal pada hati dan ginjal,malahan dapat timbul nefritis interstitialis(jarang sekali).kematian terutama di sebabkan oleh sumbatan membrane pada laring dan trakea,gagal jantung,gagal pernafasanatau akibat komplikasi yang sering yaitu bronkopneumonia.

5. Epidemiologi Penularan umumnya melalui udara,berupa infeksi droplet selain itu dapat pula melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.

Klasifikasi Biasanya pembagian di buat menurut tempat atau lokalisasi jaringan yang terkena infeksi.pembagian berdasarkan berat ringannya penyakit jug di ajukan oleh beach dkk.(1950) sebagai berikut: 1. infeksi ringan Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung atau fausial dengan gejala hanya nyeri menelan. 2. infeksi sedang Pseudomembran menyebar lebih luas sampai ke dinding posterior faring dengan edema ringan laring yang dapat diatasi dengan pegobatan konservatif. 3. infeksi berat

Di sertai gejala sumbatan jalan nafas yang berat,yang hanya dapat diatasi dengan trakeastomi.juga gejala komplikasi miokarditis,paralisis ataupun nefritis dapat menyertainya.

6. Gejala klinis Masa tunas 2-7 hari.selanjutnya gejala klinis dapat di bagi dalam gejala umum dan gejala lokal serta gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi,lesu,pucat,nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangat lemah sekali.gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan serak dan stridor,sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti miokarditis,paralisis jaringan saraf atau nefritis.

1) Difteri hidung Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%).mula-mula hanya tampak pilek,tetapi kemudian sekeret yang kluar tercampur darah sedikit yang berasal dari pseudomembran.penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai faring dan laring.penderita diobati seperti penderita difteri lainnya. 2) Difteri faring dan tonsil (difteri fausial) Paling sering di jumpai (75%).terdapat radang akut tenggorokan,demam sampai 38,5 cc,takikardi,tampak lemah,napas berbau,timbul pembengkakan kelenjar regional (bull neck).membran dapat berwarna putih,abu-abu kotor,atau abu kehijauan dengan tepi yang sedikit terangkat.bila membran diangkat akan timbul pendarahan.tetapi prosedur ini dikontradikasikan memper cepatpenyerapan toksin. 3) Difteri laring dan trakea Lebih sering sebagai jalaran difteri faring dan tonsil (3 kali lebih banyak )dari pada primer mengenai laring.gejala gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stiridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas berat,sianosis,demam sampai 40 cc dan tampak retraksi suprasternal serta epigastrium.pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck.pada pemeriksaan laring tampak kemerahan,sebab,banyak sekeret dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran.bila anak

terlihat sesak dan payah sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trakeostomi sebagai pertolongan pertama. 4) Difteri kutaneus Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapatan eng tie (1965) mendapatkan 30% infeksi kulit yang diperiksanya mengandung kuman difteri.dapat pula timbul di daerah konjungtiva,vagina dan umbilikus.

7. Diagnosis Diagnosis dini difteri sangat penting karena keterlambatan pemberian antitoksin sangat mempengaruhi prognosa penderita. Diagnosis harus segera ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik tanpa menunggu hasil mikrobiologi.karena preparat smear kurang dapat di percaya,sedangkan untuk biakan membutuhkan waktu beberapa hari. adanya membran di tenggorok tidak terlalu spesifik untuk difteri,karena beberapa penyakit lain juga dapat ditemui adanya membran.tetapi membran pada difteri agak berbeda dengan membran penyakit lain,warna membran pada difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan disertai dengan lebih banyak fibrin dan melekat dengan mukosa dibawahnya.bila diangkat terjadi pendarahan.biasanya dimulai dari tonsil dan menyebar ke uvula.

8. Diagnosa banding Pada difteri nasal perdarahan yang timbul Harus dibedakan dengan perdarahan akibat luka dalam hidung,korpus alienium atau sifilis kongenital. a. Tonsilitis folikularis atau lakunaris terutama bila membran masih berupa bintik-bintik putih.anak harus dianggap sebagai penderita difteri bila panas tidak terlalu tinggi tetapi anak tampak lemah dan terdapat membran putih kelabu dan mudah berdarah bila diangkat.tonsilitis lakunaris biasanya disertai panas yang tinggi sedangkan anak tampak

tidak terlampau lemah,faring dan tonsil tampak hiperimis dengan membran putih kekuningan,rapuh dan lembek,tidak mudah berdarah dan hanya terdapat pada tonsil saja. b. Angina plaut vincent penyakit ini juga membentuk membran yang rapuh,tebal,berbau dan tidak mudah berdarah.sediaan langsung akan menunjukkan kuman fisiformis (gram positif) dan spirila (gram negatif). c. Infeksi tenggorok oleh mononukleosus infeksiosa terdapat kelainan ulkus membranosa yang btidak mudah berdarah dan disertai pembengkakan kelenjar umum.khas pada penyakit ini terdapat peningkatan monosit dalam darah tepi. d. Blood dyscrasia (misal agranulositosis dan leukemia) mungkin pula ditemukan ulkus membranusa pada faring dan tonsil.difteri laring harus dibedakan dengan laringitis akuta,laringotrakeitis,laringitis membranosa(dengan membran rapuh yang tidak berdarah)atau benda asing pada laring,yang semuanyaakan memberikan gejala stridor inspirasi dan sesak.

9. Pengobatan a. Pengobatan umum terdiri dari perawatan yang baik,mutlak ditempat tidur,isolasi penderita dari pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu. b. Pengobatan spesifik 1. Anti diphtheria serum(ADS) diberikan sebanyak 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata.bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut,maka harus dilakukan desensitisasi dengan cara besredka. 2. Antibiotika.di bagian ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM jakarta diberikan penisilin prokain 50.000 U/kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas.pada pederita yang dilkukan trakeaostomi,ditambahkan kloram fenikol 75 mg/kgbb/hari,dibagi 4 dosis.

3.

Kortikostiroid.obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya.dapat diberikanprednison 2 mg/kgbb/hari,selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.

10. Komplikasi 1.Saluran pernafasan obstruksi jalan nafas dengan segala akibatnya,bronkopneumonia atelektasis. 2. Kardiovaskuler miokarditis akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini 3. Urogenital dapat terjadi nefritis 4. Susunan saraf kira-kira 10% penderita difteri akan mengalami komplikasi yang mengenai sistem susunan saraf terutama sistem motorik.

11. Pencegahan 1. Isolasi penderita penderita difteri harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat corynebacterium diphtheria 2 kali berturut-turut. 2. Imunisasi imunisasi dasar di mulai pada umur 3 bulan di lakukan 3 kali berturut-turut dengan selang waktu 1 bulan.biasanya di berikan bersama-sama toksoid tetanus dan basil B.pertusis yang telah di matikan sehingga di sebut tripel vaksin DTP dan diberikan dengan dosis 0,5 ml subcutan atau intramuskular .vaksinasi ulang dilakukan 1 tahun sesudah suntikan terakhir dari imunisasi dasar atau kira-kira umur 1

-2 tahun dan pada umur 5 tahun.selanjutnya setiap 5 tahun sampai dengan usia 15 tahun hanya di berikan vaksin difteri dan tetanus (vaksin DT) atau apabila ada kontak dengan penderita difteri. 3. Pencarian dan kemudian mengobati karier difteri . dilkukan dengan uji schick,yaitu bila hasil negatif (mungkin penderita karier atau pernah mendapat imunisasi)mka harus dilakukan hapusan tenggorok.jika ternyata ditemukan corynebacterium diphtheria,penderita harus diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.

12. Prognosis Nelson berpendapat kematian penderita difteri sebesar 3-5% dan sangat bergantung pada: 1. Umur penderita,karena makin muda umur anak prognosis makin buruk. 2. Perjalanan penyakit,karena makin lanjut makin buruk proknosisnya. 3. Letak lesi difteri 4. Keadaan umum penderita,misalnya prognosisnya kurang baik pada penderita gizi kurang 5. Pengobatan.makin lambat pemberian antitoksin,prognoasis akan makin buruk.

BAB III PENUTUP Kesimpulan: Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman corynebacterium diphtheria.mudah menular dan yang serang terutama traktus respiratorius bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannyaeksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Tanda dan gejalanya adalah demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah,nyeri telan,sesak napas,serak hingga adanya stridor.

Saran: untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

FKUI.1985.Ilmu kesehatan anak.Jakarta; Bagian Ilmu kesehatan anak FKUI. Dr.TH.rampengan,DSAK dan Dr,I.R.laurentz,DSA.1993.penyakit infeksi tropik pada anak.jakarta:EGC. A.aziz alimut hidayat.2008.pengantar ilmu keperawatan anak.jakarta:salemba medika. Doenges,marilynn E dkk.1999.Rencana asuhan keperawatan.Jakarta;EGC Berham dkk.2000.Ilmu kesehatan anak nelson volume:2.Jakarta;EGC

También podría gustarte