Está en la página 1de 2

Aceh Tsunami Museum Museum Tsunami adalah sebuah museum yang didedikasikan untuk Tragedi Tsunami di Aceh, 2004

yang silam. Museum yang terdiri dari tiga lantai ini seolah merekonstruksi ulang kejadiaan yang berlangsung ketika tsunami meluluhlantakkan Aceh 8 tahun lalu. Pengunjung yang masuk ke dalam museum ini langsung disambut dengan sebuah lorong panjang yang diiringi suara air. Melalui lorong panjang yang gelap itu, pengunjung diajak untuk menyelami betapa mengerikannya situasi yang terjadi ketika tsunami melanda Bumi Serambi Makkah itu. Museum Tsunami yang dirancang oleh arsitek Indonesia bernama Ridwan Kamil ini terdiri dari tiga lantai. Ruangan dalam museum dilengkapi dengan ruangan audio visual untuk menonton film, ruang pra-tsunami, saat tsunami, dan pasca-tsunami. Berbagai foto juga dapat dilihat untuk menampilkan gambaran kondisi Aceh sebelum, ketika, dan setelah bencana itu menerpa. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa mengetahui penjelasan mengenai bencana alam lainnya, seperti gempa, gunung meletus, dll. Dengan demikian, pengunjung tak hanya dapat membayangkan kejadian yang terjadi ketika bencana itu melanda, tapi juga faktor-faktor yang menyebabkan bencana itu terjadi. Gempa bumi diiringi tsunami yang melanda Aceh, 26 Desember 2004 lalu, memang menyisakan begitu banyak duka, khususnya bagi warga Aceh. Gempa yang mengguncang Aceh pada pukul 07.58 pagi itu berkekuatan 9,3 skala richter, dan merupakan salah satu gempa terdahsyat dalam sejarah. Malangnya, tak sampai satu jam setelah gempa berlangsung, tsunami setinggi 30 meter menghantam pantai barat Sumatra dan menghancurkan sekitar separuh infrastruktur yang ada di daerah itu. Tsunami yang melanda Aceh dan Pantai Barat Sumatra itu juga sampai ke berbagai negara lainnya di dunia, bahkan hingga ke Benua Afrika. Lebih dari 130.000 jiwa melayang dalam bencana itu. Sebagian besar di antaranya adalah warga Aceh, yakni sekitar 167.000 jiwa. Meskipun sempat menuai kontroversi karena besarnya biaya pembangunan, sementara ketika itu infrastruktur Aceh belum sepenuhnya pulih, museum yang diresmikan 23 Februari 2009 lalu ini dapat menjadi pengingat bagi setiap orang, mengenai betapa dahsyatnya bencana yang menimpa Aceh saat itu.

Museum yang terinspirasi dari bangunan rumah adat Aceh ini dihiasi dengan ilustrasi para penari Saman, tarian khas Aceh yang namanya sudah mendunia. Selain itu, museum ini juga dapat berfungsi sebagai tempat penampungan pengungsi, jika suatu waktu terjadi bencana serupa di daerah ini. Aceh, Tanah Rencong yang selama era Orde Baru menjadi Daerah Operasi Militer, memang begitu istimewa. Provinsi terbarat Indonesia ini memiliki sejarah panjang, sejak zaman pendudukan Belanda, hingga tsunami melanda daerah itu 2004 silam. Keberanian rakyat Aceh memang sudah dikenal sejak dulu. Luka yang diderita oleh warga Aceh memang tak mudah untuk disembuhkan. Ditambah lagi, provinsi ini juga kerap dilanda gempa sesudah peristiwa itu. Salah satu di antaranya adalah gempa yang terjadi 11 April lalu, yang mengguncangkan Bumi Serambi Makkah. Tapi, rakyat Aceh adalah pribadi-pribadi orang yang tangguh. Seiring berjalannya waktu, mereka pasti dapat mengatasi luka itu dan bangkit kembali. Museum Tsunami, yang berdiri gagah di Banda Aceh itu dapat menjadi bukti sejarah, betapa besarnya bencana tsunami 2004 lalu, dan betapa tegarnya warga Aceh dalam menghadapi musibah itu
Diposkan oleh nazir aceh di 01.59 Tidak ada komentar:

También podría gustarte