Está en la página 1de 13

APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)

Nama Anggota :
Anastasia Karina D.A Azuma Prastutisari M Helen Dona Tamara H (03/XI IPS1) (05/XI IPS1) (16/XI IPS1)

PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MALANG Jalan Tugu Utara No 1, telp (0341)366454, fax 331744 Malang Website: http://www.sman1-mlg.sch.id E-mail: mitrekasatata@sman1-mlg.sch.id

APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)


I. Latar Belakang Terjadinya APEC Dinamika ekonomi politik Asia Pasifik pada akhir tahun 1993 tampak memasuki babak baru, terutama dalam bentuk pengorganisasian kerja sama perdagangan dan investasi regional. Dalam hal ini, negara-negara Asia Pasifik berbeda dengan negara-negara di Eropa Barat. Negara-negara di Eropa Barat memulainya dengan membentuk wadah kerja sama regional. Dengan organisasi itu, ekonomi di setiap negara saling berhubungan dan menghasilkan ekonomi Eropa yang lebih kuat daripada sebelum Perang Dunia II. Sebaliknya, negara negara Asia Pasifik, terutama sejak tahun 1970-an, saling berhubungan secara intensif dan menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi walaupun tanpa kerangka kerja sama formal seperti yang ada di Eropa. Bahkan, berbagai transaksi ekonomi terjadi antarnegara yang kadang-kadang tidak memiliki hubungan diplomatik. Taiwan adalah contoh negara yang tidak diakui eksistensi politiknya, tetapi menjadi rekanan aktif sebagian besar negara Asia Pasifik dalam kegiatan ekonomi. Sekarang dinamika ekonomi itu dianggap memerlukan wadah organisasi yang lebih formal. Dunia usaha lebih dahulu merasakan adanya kebutuhan akan organisasi itu, seperti tercermin dalam pembentukan Pacific Basin Economic Council (PBEC) tahun 1969. Organisasi ini beranggotakan pebisnis dari semua negara Asia Pasifik, kecuali Korea Utara dan Kampuchea. Organisasi PBEC aktif mendorong perdagangan dan investasi di wilayah Asia Pasifik, tetapi hanya melibatkan sektor swasta. Pada tahun 1980 muncul Pacific Economic Cooperation Council (PECC). Organisasi yang lahir di Canberra, Australia ini menciptakan kelompok kerja untuk mengidentifikasi kepentingan ekonomi regional, terutama perdagangan, sumber daya manusia, alih teknologi, energi, dan telekomunikasi. Walaupun masih bersifat informal, PECC melibatkan para pejabat pemerintah, pelaku bisnis, dan akademis. Salah satu hasil kegiatan PECC adalah terbentuknya Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) sebagai wadah kerja sama bangsabangsa di kawasan Asia Pasifik di bidang ekonomi yang secara resmi terbentuk bulan November 1989 di Canberra, Australia pada tahun 1989. Pembentukan APEC atas usulan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke. Suatu hal yang melatarbelakangi terbentuknya APEC adalah perkembangan situasi politik dan ekonomi dunia pada waktu itu yang berubah secara cepat dengan munculnya kelompok-kelompok perdagangan seperti MEE (Masyarakat Uni Eropa), NAFTA (North American Free Trade Agreement). Selain itu perubahan besar terjadi di bidang politik dan ekonomi yang terjadi di Uni Soviet dan Eropa Timur. Hal ini diikuti dengan kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay (perdagangan bebas). Apabila masalah perdagangan bebas gagal disepakati, diduga akan memicu sikap proteksi dari setiap negara dan sangat menghambat perdagangan bebas. Oleh karena itu, APEC dianggap bisa menjadi langkah efektif untuk mengamankan kepentingan perdagangan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Adapun tujuan dibentuknya APEC adalah untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik terutama di bidang perdagangan dan investasi. II. Anggota dan Klasifikasi Negara Anggota Pada awal berdirinya, APEC beranggotakan dua belas negara, yaitu enam negara anggota ASEAN dan enam mitra dialognya, seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat. Pada tahun 1991 APEC menerima Cina, Hongkong dan Taiwan masuk menjadi anggotanya. Dalam pertemuan di Seattle, Kanada pada bulan November 1993, APEC memasukkan Papua Nugini dan Meksiko sebagai anggota.Pada pertemuan di Bogor tahun 1994 anggota APEC menjadi 18 negara. Lalu saat ini anggota APEC menjadi 21 negara

Nama Anggota

Tahun Diterima

Australia

1989

Brunei Darussalam 1989

Kanada

1989

Indonesia

1989

Jepang

1989

Korea Selatan

1989

Malaysia

1989

Selandia Baru

1989

Filipina

1989

Nama Anggota

Tahun Diterima

Singapura

1989

Thailand

1989

Amerika Serikat

1989

Republik Cina

1991

Hong Kong

1991

RRC

1991

Meksiko

1993

Papua New Guinea 1993

Chili

1994

Peru

1998

Russia

1998

Vietnam

1998

Dari 18 negara anggota, diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yang didasarkan atas kemajuan ekonomi dan industri, yaitu sebagai berikut. a) Negara sangat maju : AS dan Jepang.

b) Negara maju : Kanada, Australia, dan Selandia Baru. c) Negara industri : Korea Selatan, Singapura, Taiwan dan Hongkong. d) Negara berkembang : Brunei Darusalam, Malaysia, Filipina, Thailand, RRC, Meksiko, Papua Nugini, Cili, dan Indonesia. III. KTT APEC APEC merupakan kerja sama ekonomi regional untuk memajukan perdagangan dan investasi di Asia Pasifik. Pertemuan tingkat tinggi para kepala negara/pemerintah disebut meeting atau AELM (APEC Economic Leaders Meeting = Pertemuan para pemimpin Ekonomi APEC) yang bersifat informal. KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989. a) AELM I di Seattle, AS tahun 1993. Kegiatan pada AELM I adalah tahap perumusan visi b) AELM II, di Bogor, Indonesia tahun 1994 APEC menghasilkan "Deklarasi Bogor" pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020. Tiga unsur kerjasama APEC, sebagaimana disebutkan dalam Deklarasi Para Pemimpin APEC di Bogor tersebut adalah: Strengthening the open multilateral trading system (Memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka) Enhancing trade and investment liberalization in the Asia-Pacific; (Meningkatkan perdagangan dan liberalisasi investasi di kawasan Asia-Pasifik) Intensifying Asia-Pacific development cooperation. (Mengintensifkan Asia-Pasifik kerjasama pembangunan)

Dimasukkannya wacana mengenai kerjasama pembangunan Asia Pasifik (butir 3) merupakan inisiatif Indonesia. Tujuannya, sebagaimana disebutkan dalam Deklarasi Bogor, adalah untuk mendorong negara anggota APEC untuk mengembangkan sumber daya alam maupun manusia di kawasan Asia dan Pasifik guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan pembangunan yang merata dengan mengurangi jurang ekonomi di antara para anggota APEC. c) AELM III, di Osaka, Jepang tahun 1995 Pada pertemuan ini dicatat beberapa perkembangan penting di APEC, antara lain : Deklarasi tiga pilar kerjasama APEC berdasarkan Deklarasi Bogor, yaitu liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi (lebih dikenal sebagai pilar TILF/Trade and Investment Liberalization and Facilitation), serta pilar Economic and Technical Cooperation (ECOTECH);

Penetapan Osaka Action Agenda (OAA), yang merupakan cetak biru liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi untuk mengarahkan kerjasama ekonomi dan teknik. OAA digunakan sebagai ukuran dalam perancangan rencana kerja dan proyekproyek APEC, dan terbagi atas: Bagian Pertama yang memuat elaborasi kerja di bawah pilar Trade and Investment Liberalization Facilitation (TILF); dan Bagian Kedua, yang memuat rencana kerja dalam kerangka ECOTECH dan menetapkan bidang-bidang kerjasama sesuai dengan Working Group

d) AELM IV di Manila Filipina tahun 1996 Pada pertemuan ini dihasilkan pijakan penting untuk pilar ECOTECH, yaitu deklarasi para pemimpin APEC mengenai Framework for Strengthening Economic Cooperation and Development, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai MAPA (Manila APEC Plan of Action). MAPA menetapkan enam wilayah prioritas kerjasama di bawah pilar ECOTECH, yaitu: (i) pengembangan modal sumber daya manusia, (ii) menciptakan pasar modal yang aman dan efisien, (iii) memperkuat infrastruktur ekonomi, (iv) merancang teknologi untuk masa depan, (v) mendorong pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, serta (vi) membangun dasar bagi dan mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM). e) AELM di Vancouver, Canada tahun 1997 APEC menghasilkan proposal untuk Early Voluntary Sectoral Liberalization (EVSL) di 15 sektor dan memutuskan agar update Individual Action Plans (IAP) atau Rencana Aksi Individu (RAI) harus dilakukan setiap tahunnya. e) AELM V di Kuala Lumpur, Malaysia, tanggal 17-18 November 1998. APEC menyetujui 9 sektor EVSL dan mendorong persetujuan atas EVSL dari nonAPEC members pada tingkat World Trade Organization. f) AELM di Auckland, New Zealand tahun 1999 Anggota APEC menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan paperless trading pada tahun 2005 untukdeveloped economies dan tahun 2010 untuk developing economies. Pertemuan juga menyetujui skema APEC Business Travel Card serta menghasilkan Mutual Recognition Arrangement on Electrical Equipment dan Framework for the Integration Women in APEC. g) AELM di Bandar Seri Begawan, Brunie Darussalam tahun 2000 APEC menghasilkan electronic Individual Action Plan (e-IAP) system yang memungkinkan pemantauan IAP secara online sekaligus meningkatkan akses internet di kawasan APEC tiga kali lipat hingga tahun 2005. h) AELM di Shanghai, RRC tahun 2001

APEC mengadopsi Shanghai Accord, yang terfokus pada perluasan Visi APEC, memperjelas Roadmap to Bogor dan memperkuat mekanisme implementasi. Pertemuan juga mengadopsi e-APEC Strategy, yang menentukan agenda untuk memperkuat market structures and institutions, memfasilitasi investasi infrastruktur dan teknologi untuk transaksi secara online serta mendorong kewirausahaan dan capacity building. Pertemuan di Shanghai menghasilkan Counter-Terrorism Statement APEC yang pertama dan merupakan awal pembahasan isu keamanan dalam APEC. i) AELM di Los Cabos, Mexico tahun 2002 APEC berhasil mengadopsi Trade Facilitation Action Plan, Policies on Trade and the Digital Economy and Transparency Standards. Pertemuan menghasilkan pula CounterTerrorism Statement yang kedua dan mengadopsi inisiatif Secure Trade in the APEC Region (STAR). j) AELM di Bangkok, Thailand tahun 2003 Pertemuan sepakat untuk mendorong negosiasi WTO Doha Development Agenda (WTO DDA) dan melihat bahwa Free Trade Agreements, Regional Trade Agreements, Bogor Goals dan sistem perdagangan multilateral di bawah skema WTO yang pada prinsipnya bersifat saling komplementer. k) AELM di Santiago, Chile tanggal 20-21 November 2004 Para Pemimpin Ekonomi APEC telah menghasilkan Deklarasi para Pemimpin yang berjudul: Santiago Declaration: One Community, Our Future. Sedangkan Pertemuan Tingkat Menteri (APEC Ministerial Meeting/AMM) telah menghasilkan Joint Ministerial Statement AMM ke-16. l) AELM di Busan, Korea Selatan tahun 2005 Para Pemimpin Ekonomi APEC sepakat untuk meluncurkan Busan Roadmap to Bogor Goals, melakuakan Mid-Term Stock Take/ evaluasi atas capaian anggota ekonomi APEC dalam merealisasikan Bogor Goals. Selain itu, para Pemimpin Ekonomi APEC juga mengeluarkan sebuah pernyataan bersama yang berisi dukungan kuat APEC atas penyelesaian negosiasi Doha Development Agenda di WTO. m) AELM di Vietnam, tahun 2006 Tema yang diambil untuk penyelenggaraan APEC tahun ini adalah Towards a Dynamic Community for Sustainable Development and Prosperity dengan Sub Tema Enhancing Trade and Investment with the Busan Roadmap and Doha Development Agenda, Strengthening Economic and Technical Cooperation for Gap Bridging and Sustainable Development, Improving Secure and Favorable Business Environment, Promoting Community Linkages.Sebagai perwujudan tema tersebut, telah ditetapkan 8 prioritas APEC 2006 sebagai berikut: 1. Mendorong kerjasama APEC untuk meningkatkan perdagangan dan investasi, melalui :

Dukungan APEC terhadap WTO atau Doha Development Agenda (Support for the WTO DDA) Pengimplementasian Busan Roadmap to Bogor Goals

2. Meingkatkan daya saing dari Usaha Kecil dan Menengah 3. Mendorong pemerataan kapasitas antar anggota Ekonomi APEC melalui pembangunan sumber daya manusia, Kerjasama di bidang IT, dan kemitraan untuk pembangunan. 4. Meningkatkan human security: Counter terrorism, health security, Disaster Preparedness dan Energy Security. 5. Mendukung anti korupsi dan transparansi 6. Menghubungkan anggota-anggota Ekonomi APEC melalui pariwisata dan pertukaran kebudayaan. 7. Mereformasi APEC menjadi organisasi yang lebih dinamis dan efektif. 8. Mendorong komunikasi lintas budaya (Cross-cultural Communication) n) AELM di Sydney, Australia tanggal 8-9 September 2007 Pertemuan dua hari pemimpin dari 21 anggota ekonomi APEC menghasilkan deklarasi tentang perubahan iklim, keamanan energi, dan pembangunan bersih, deklarasi KTT ke-15 APEC bertema 'memperkuat komunitas kami, membangun masa depan yang berkesinambungan', serta pernyataan terpisah tentang perundingan WTO. Dalam deklarasinya tentang perubahan iklim, para pemimpin ekonomi APEC menyepakati pertumbuhan ekonomi, keamanan ketersediaan energi, dan perubahan iklim merupakan hal fundamental dan menjadi tantangan bagi kawasan APEC. Salah satu usul Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yakni pembentukan Inisiatif Segitiga Terumbu Karang atau "Coral Triangle Initiative on Coral Reefs" bahkan masuk dalam deklarasi tersebut. o) AELM di Lima, Peru tanggal 22-23 November 2008 Delegasi dari ke-21 anggota APEC menyusun program untuk meminimalisir dampak gejolak ekonomi global, memperluas perdagangan dan aliran investasi. Isu-isu penting lain yang didiskusikan dalam pertemuan tingkat menteri adalah langkah-langkah meningkatkan keamanan makanan dan energi, promosi intergrasi ekonomi regional, reformasi institusi APEC, dan menindaklanjuti pertemuan khusus forum 20 negara (G-20) di Washington DC, Amerika Serikat (AS). Pertemuan itu menyepakati komitmen bersama mengatasi krisis ekonomi global. Sekitar setengah dari seluruh anggota APEC tidak hadir dalam pertemuan G-20. p) AELM di Singapura, 14-15 November 2009 KTT APEC tahun 2009 menekankan pembahasan seputar pembentukan kawasan perdagangan bebas se Asia Pasifik (Free Trade Area on the Asia-Pacific/FTAAP), terutama terkait aspek-aspek yang harus dipersiapkan. Pertemuan ini menghasilkan deklarasi 10 program.

1. Program pertama, APEC akan mendukung pertumbuhan seimbang antar negara di kawasan tersebut. 2. Program kedua, mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersifat inklusif antar anggota. 3. Program ketiga meliputi upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di antara negara-negara di kawasan tersebut. 4. Program keempat, menolak dengan tegas segala bentuk proteksionisme perdagangan. 5. Program kelima, mendorong terjadinya sistem perdagangan multilateral. 6. Program keenam, mempercepat terjadinya integrasi ekonomi regional Asia Pasifik. 7. Program ketujuh, memperkuat koordinasi teknis dan ekonomi antar negara-negara se Asia Pasifik. 8. Program kedelapan, menjamin keamanan penduduk di setiap negara di kawasan tersebut baik dari bencana maupun sebab-sebab lainnya. 9. Program kesembilan, APEC mendorong perlawanan terhadap korupsi, membentuk pemerintahan yang luwes dan transparan. 10. Program kesepuluh, melakukan upaya-upaya revitalisasi atas ketahanan negara-negara APEC. q) AELM di Yokohama, Jepang tanggal 13-14 November 2010 Penyelenggaraan KTT APEC ke-18 mengusung tema Change and Action yang merupakan artikulasi dari visi para pemimpin APEC untuk mengupayakan pembangunan kawasan Asia-Pasifik yang lebih terintegrasi di abad 21. Deklarasi APEC 2010 diberi nama Yokohama Vision Bogor and Beyond. Pembacaannya disampaikan oleh PM Jepang Naoko Kan selaku tuan rumah diikuti oleh 18 Pemimpin Negara dan 2 pemimpin kekuatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dalam deklarasi itu disebutkan visi dari komunitas APEC adalah komunitas ekonomi yang terintegrasi yaitu komunitas yang mempromosikan ekonomi regional yang kuat dan dalam. Juga dideklarasikan visi komunitas yang terus berkembang yaitu komunitas dengan pertumbuhan yang tinggi. Komunitas yang aman yaitu komunitas yang memiliki keamanan lingkungan ekonomi. Para pemimpin juga sepakat menyatakan untuk menyiapkan langkah menuju pencapaian visi tersebut. r) AELM di Honolulu, Hawai tanggal 12-13 November 2011 KTT APEC tahun ini bertema 21 Economics for the 21st century dengan tiga agenda prioritas, yakni memperkuat integrasi ekonomi kawasan dan meningkatkan perdagangan, mengampanyekan pertumbuhan ekonomi hijau berbasis lingkungan, serta meningkatkan konvergensi peraturan kerja sama ekonomi. Dalam konferensi ini Indonesia tidak sepakat mengenai penurunan tarif produk lingkungan. Gita Wirjawan berujar bahwa konsep perdagangan ini masih perlu diperdalam dan didiskusikan lagi untuk menerapkan pertumbuhan hijau secara tepat dan menguntungkan bagi Indonesia.

IV. Kerjasama APEC Sejak akhir tahun 1980-an, motivasi untuk melakukan kerja sama regional itu makin kuat karena beberapa hal berikut ini. a) Perlu kesiapan negara-negara Asia Pasifik terhadap kemungkinan peningkatan proteksi di Eropa dan Amerika Serikat. Seperti telah diketahui bahwa pada dasawarsa 1980-an, Eropa mempercepat langkahnya menuju penyatuan ekonomi dan moneter Eropa. Demikian pula halnya ketika North American Free Trade Area (NAFTA) makin gencar dan Amerika Serikat makin sering menerapkan tekanan politik dalam kebijakan perdagangan luar negerinya, misalnya, melalui ancaman pencabutan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP). Antisipasi terhadap perkembangan itu mendorong para pemimpin kawasan ini memformalkan kerja sama regional. b) Peningkatan pertumbuhan perdagangan Intra-Asia dan Intra-Asia Pasifik. Dalam periode 19881992 total ekspor negara-negara anggota APEC meningkat dari 1.079,4 miliar dolar Amerika menjadi 1.518,0 miliar dolar Amerika dan 66 persen di antaranya adalah ekspor ke sesama anggota APEC. Dalam periode yang sama, total impor negara-negara meningkat dari 1.221,1 miliar dolar Amerika menjadi 1.519,4 miliar dollar Amerika dan 67,2 persen di antaranya adalah impor dari sesama anggota APEC. Makin intensifnya interaksi intraregional itu juga diduga menumbuhkan motivasi regionalisme di kawasan yang menghasilkan kirakira 50 persen produksi dunia dan menguasai 40 persen pangsa pasar global. c) Kemunculan negara-negara industri baru di Asia Timur. Keyakinan akan kekuatan sendiri dan rasa percaya diri yang muncul akibat prestasi itu juga banyak mendorong negara-negara di kawasan ini untuk melakukan kerja sama regional. d) Infrastruktur yang makin baik, seperti telekomunikasi dalam mendukung kerja sama regional. Dari sudut kepentingan ekonomi, lebih dari 70% pasar ekspor Indonesia berada di kawasan Asia Pasifik. Begitu pula impor Indonesia kira-kira 60% berasal dari negara-negara anggota APEC. Mereka juga menyumbang hampir 35% dari keseluruhan bantuan luar negeri yang diterima Indonesia. Dampak kerja sama ekonomi dalam kegiatan investasi di APEC adalah terbukanya peluang pasar yang makin lebar. Hal yang juga harus dimengerti ialah APEC bisa menjadi ancaman jika perekonomian kita tidak segera dipersiapkan untuk arus perdagangan bebas. Dengan terjun ke perdagangan bebas, sebuah negara harus siap menerima banjir barang impor, tetapi yang dimaksud bukan perdagangan bebas dalam arti sebebas-bebasnya. Persoalan besar yang dihadapi negara-negara Selatan dalam kedua arena tersebut adalah rendahnya tingkat solidaritas mereka. Dalam APEC, negaranegara Selatan tidak bertindak sebagai kelompok yang bersatu. Misalnya, Malaysia yang berusaha menentang

Amerika Serikat ternyata tidak memperoleh dukungan dari rekan-rekannya dari ASEAN. Begitu pula yang terjadi dalam perundingan Putaran Uruguay dan GATT. Upaya negaranegara Selatan untuk menerapkan strategi koalisi global dan melakukan negosiasi dan tawarmenawar sebagai kelompok seperti yang mereka lakukan dalam United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) tidak berhasil karena beberapa alasan berikut. a) Penerapan strategi pecah dan tindas oleh negara-negara Utara, terutama Amerika Serikat. Salah satu mekanismenya adalah tekanan-tekanan bilateral terhadap negara-negara yang hendak menentang usulan GATT. b) Adanya kehendak negara-negara Selatan untuk membentuk koalisi menentang negaranegara Utara. Oleh karena itu, negara-negara Utara mengusulkan pembentukan Kelompok Cairns dalam GATT yang beranggotakan negara-negara Utara dan Selatan, seperti Argentina, Australia, Brasil, Cile, Kolombia, Filipina, Hongaria, Indonesia, Kanada, Malaysia, Selandia Baru, Thailand, dan Uruguay. Dengan demikian, pengelompokan yang eksklusif dari negaranegara Selatan tidak terjadi. c) Adanya kemungkinan bahwa keberhasilan Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura sebagai negara industri baru melalui jalur kapitalis, neoklasik, dan dengan menempel pada negara besar, seperti Amerika Serikat telah melunturkan keyakinan banyak negara Selatan tentang efektivitas koalisi SelatanSelatan itu. V. Prinsip umum kerjasama APEC 1. Menyeluruh (comprehensiveness): yaitu mencakup semua hambatan terhadap sistem perdaganan dan investasi yang bebas dan terbuka. 2. Konsisten WTO (WTO-consistency): yaitu langkah liberalisasi dan fasilitasi konsisten dengan WTO. 3. Kesebandingan (comparability): yaitu mewujudkan kesebandingan langkah liberalisasi dan fasilitasi yang ditempuh anggota. 4. Tidak memihak (non-discrimination): yaitu hasil liberalisasi dan fasilitasi dinikmati oleh anggota maupun non-anggota AAPEC. 5. Transparan (transparency): yaitu menjamin transparansi peraturan agar terwujjud iklim usaha yang pasti. 6. Standstill: yaitu menahan untuk tidak menerapkan kebijakan yang menambah tingkat proteksi. 7. Simultaneous start, Continuous Process & Differentiated Timetable: yaitu proses liberalisasi dan fasilitasi dimulai segera, berkesinambungan dan tetap memperhatikan tingkat pembangunan masing-masing anggota. 8. Fleksibel (flexibility): yaitu fleksibilitas dimungkinkan untuk menghadapi isu yang muncul dari perbedaan tingkat pembangunan masing-masing anggota. 9. Kerjasama (cooperation): yaitu kerjasama ekonomi dan tekhnik yang mendukung liberalisasi dan fasilitasi akan ditempuh secara aktif.

VI. Prinsip ASEAN terhadap APEC Prinsip ASEAN terhadap APEC adalah sebagai berikut. a) Setiap peningkatan kerja sama di kawasan Asia-Pasifik, hendaknya identitas, kepentingan, dan persatuan ASEAN tetap dipertahankan. b) Kerja sama hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan, keadilan, dan keuntungan bersama. c) Hendaknya kerja sama tidak diarahkan pada pembentukan blok perdagangan yang tertutup (inward looking economic or trading block). d) Hendaknya kerja sama ditujukan untuk memperkuat kemampuan individual dan kolektif para peserta. e) Hendaknya pertumbuhan kerja sama dikembangkan secara bertahap dan pragmatis VII. Sikap Indonesia terhadap APEC Sikap Indonesia terhadap keberadaan APEC adalah menyambut era perdagangan bebas dengan tangan terbuka. Perdagangan bebas menuntut produk-produk berkualitas, memiliki daya saing tinggi dan mampu menembus pasaran dunia. Untuk mempersiapkan era pasar bebas tersebut, maka langkah pemerintah Indonesia adalah sebagai berikut. a) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. b) Meningkatkan mutu produk-produk agar mampu menembus pasaran dunia dan mampu bersaing. c) Meningkatkan budaya ACI (Aku Cinta Indonesia), yaitu menumbuhkan mentalitas di kalangan rakyat Indonesia dari kalangan bawah, menengah dan atas agar mencintai segala produksi dalam negeri. d) Meningkatkan semangat nasionalisme agar tidak terbawa arus globalisasi agar tercipta modernisasi bukan westernisasi. e) Meningkatkan semangat juang dan pantang menyerah untuk membangun bangsa dan negara. VII. Manfat APEC bagi Indonesia 1. APEC merupakan forum yang fleksibel untuk membahas isu-isu ekonomi internasional. 2. APEC merupakan forum konsolidasi menuju era perdagangan terbuka dan sejalan dengan prinsip perdagangan multilateral. 3. Peningkatan peran swasta dan masyarakat Indonesia menuju liberalisasi Perdagangan salah satu pilar APEC yaitu fasilitasi perdagangan dan investasi secara langsung akan memberikan dampak positif bagi dunia usaha di Indonesia yakni kemudahan arus barang dan jasa dari Indonesia ke anggota APEC lainnya. Beberapa inisiatif APEC yang memberikan manfaat kepada dunia usaha di Indonesia antara lain melalui pelaksanaan APEC Business Travel Card (ABTC) serta penyederhanaan prosedur kepabeanan. 4. Peningkatan Human and Capacity Building Indonesia

5.

6.

7. 8.

Dapat memanfaatkan proyek-proyek APEC untuk peningkatan kapasitas dan peningkatan sumber daya manusia, baik yang disponsori oleh anggota ekonomi tertentu maupun melalui skema APEC. Sumber peningkatan potensi ekonomi perdagangan dan investasi Indonesia Pembentukan APEC telah memberikan manfaat terhadap peningkatan arus barang, jasa maupun pertumbuhan ekonomi negara anggota APEC. Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan potensi pasar APEC bagi peningkatan ekspor maupun arus investasi, khususnya karena mitra dagang utama Indonesia sebagian besar berasal dari kawasan APEC. APEC sebagai forum untuk bertukar pengalaman Forum APEC yang pada umumnya berbentuk policy dialogue memiliki manfaat yang sangat besar terutama untuk menarik pelajaran dan pengalaman positif maupun negatif (best practices) anggota APEC lainnya dalam hal pengambilan dan pembuatan kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi. Memproyeksikan kepentingan-kepentingan Indonesia dalam konteks ekonomi internasional. APEC merupakan salah satu forum yang memungkinkan Indonesia untuk memproyeksikan kepentingan-kepentingannya dan mengamankan posisinya dalam tata hubungan ekonomi internasional yang bebas dan terbuka

También podría gustarte