Está en la página 1de 11

Gangguan Irama Sirkadian dalam Aktivitas Kerja Malam

Ratna Setia Wati 102011203 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510 e mail: notde90@yahoo.com

PENDAHULUAN Suatu saat dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita diharuskan untuk melakukan aktivitas malam. Aktivitas yang sering kita lakukan pada malam hari misalnya adalah pada saat kerja malam, belajar untuk mempersiapkan ujian, membuat tugas dan lain-lain. Sering kali setelah melakukan aktivitas semalaman yang mengharuskan kita untuk tidak tidur menyebabkan tubuh menjadi tidak nyaman. Rasa ngantuk dan lelah sering kita rasakan dan tidak dapat kita tahan. Di dalam tubuh, hal ini sudah diatur oleh suatu organ yaitu hipotalamus dalam siklus yang disebut irama sirkadian. Irama sirkadian adalah siklus sistem tubuh yang terjadi kurang lebih dalam waktu 1 hari yang mekanismenya dipengaruhi oleh faktor utama yaitu iluminasi matahari. Di dalam makalah ini akan menjelaskan organ yang terkait dalam mekanisme irama sirkadian baik secara makroskopik dan mikroskopik, perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada saat seseorang kerja malam, faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme irama sirkadian dan bagaimana mekanisme irama sirkadian itu sendiri. Dengan disertai pembahasan kasus seorang laki-laki datang ke puskesmas dengan keluhan rasa kembung sejak 3 hari yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru diterima bekerja sebagai satpam. Dan minggu lalu ia mendapat giliran jaga malam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan jantung dan paru-paru dalam keadaan baik. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah refrensi baru dalam memahami irama sirkadian.

PEMBAHASAN Secara biologis, manusia mempunyai irama sirkardian tertentu yang teratur dalam satu hari. Irama sirkadian merupakan sebagian besar siklus yang terjadi dalam tubuh manusia yang berlangsung kurang lebih 1 hari. Irama sirkadian akan mengatur waktu tidur dan bangun, produksi urin, termoregulasi, sistem endokrin, dan perubahan tekanan darah. Koordinasi irama sirkadian ini sendiri dikendalikan oleh organ hipotalamus. Mekanisme irama sirkadian dipengaruhi beberapa faktor. Terdapat faktor eksogen dan endogen yang akan dibahas lebih lanjut pada poin-poin di bawah. Sebelum membahas tentang bagaimana mekanisme irama sirkadian dan faktor-faktor apa saja yang turut mempengaruhi irama sirkadian, kita akan membahas organ-organ yang terkait dalam pengolahan irama sirkadian. Organ-organ yang Terkait dalam Irama Sirkadian Hipotalamus Hipotalamus merupakan organ yang mengolah sistem irama sirkadian. Secara makroskopik, hipotalamus ialah daerah yang membentuk dasar diensefalon. Daerah ini didampingi sebelah medial oleh ventrikel ketiga, dan lateral oleh subtalamus; di sebelah rostral dibatasi oleh lamina terminalis, dorsal oleh komisur anterior dan sulkus hipotalamik (yang membentang dari foramen antar bilik Monro ke aquaductus serebrum Sylvius), dan kaudal oleh otak tengah. Bagian ventralnya terdiri dari (dari aspek rostral ke kaudal) regio preoptica, chiasma opticum, eminentia mediana, hypophysis, tuber cinerum, dan corpus mamillare.1

Gambar 1. Hipotalamus2
2

Secara anatomi, hipotalamus dapat dibagi menjadi empat area yang ditata dari lamina terminal ke otak tengah: area preoptika (bagian telensepalon), area supraoptica dorsal terhadap kiasma optik, area tuberalis terhadap tuber cinereum, dan area mamillaris dorsal terhadap dan mencakup corpus mamillare. Tiap area secara skema dibagi lagi menjadi tiga zona nukleus yang mediolateral ditata menjadi zona periventrikel berbatasan dengan ventrikel ketiga, b zona medial, dan c zona laterlal. Area preoptica meliputi a zona periventrikel, b zona praoptik medial dan c zona praoptik lateral. Area surpraoptica meliputi a zona periventrikel, b nukleus periventrikel dan nuklesus-nukleus lain pada zona laterla hipotalamus. Area tuberalis meliputi a zona periventrikel, b nukleus medial dorsal dan medial ventral, dan c nukleus-nukleus zona lateral. Area mamillaris meliputi a zona periventrikel, b nukleus-nukleus badan mamillar, dan zona posterior hipotalamus, dan c zona lateral hipotalamus.3 Peranan hipotalamus sebagai efektor diperantai oleh jalur saraf dan oleh agens endokrin (humoral, hormonal, atau nuerosekretori). Baik jalur susunan saraf otonom (terutama) maupun sistem motorik somatik, keduanya menolong mengungkapkan aktivitas hipotalamus. Manifestasi perilaku dan psikik diperantai oleh jalur-jalur ke lobus limbik dan neokorteks. Neurosekret yang dibuat dalam hipotalamus ialah agens humoral yang mempengaruhi 1 lobus anterior hipofisis (kelenjar pituitrin) lewat pembuluh darah porta hipofisis dan 2 neurohipofisis lewat jalur supraoptikohipofisis.1 Bagaimana pengaturan hipotalamus dalam mengatur sistem-sistem tubuh selanjutnya akan dibahas dibagian mekanisme yang berkaitan erat dengan irama sirkadian. Seperti yang telah dijelaskan di atas, hipotalamus diperantai oleh jalur saraf dalam melakukan pengolahan aktivitas segala sistem yang ada di dalam tubuh termasuk di dalamnya irama sirkadian hingga kemudian hasil pengolahan hipotalamus disebarkan ke bagian lain yang bersangkutan. Jalur-jalur saraf tersebut tersusun dari neuron-neuron atau sel saraf dan neuroglia/sel glia. Masing-masing dari bagian-bagian terebut memiliki fungsi tersendiri. Perlu diketahui bagaimana struktur mikroskopik neuron yang menyususun jalur saraf pada sistem saraf khususnya pada hipotalamus. Setiap neuron terdiri dari sebuah badan sel yang di dalamnya terdapat nukleus, sitoplasma dan organel-organel seperti pada sel pada umumnya dan terdiri pula atas processus yang disusun dari satu akson serta beberapa dendrit.

Badan sel neuron memiliki bentuk dan besar yang sangat beragam antara 4-135 mikrometer dengan bentuk piramid, lonjong, bulat. Sitoplasma terdiri dari badan nissl (RE kasar), RE licin, kompleks golgi, mitokondria, neurofibril, neurofilamen. Neuron hanya mempunyai 1 akson yang panjangnya lebih panjang dari dendrit. Di dalam aksonplasma tidak mengandung badan nissl. Akson membawa respon dari neuron yaitu berupa impuls saraf dalam bentuk potensial aksi. Di dalam akson terdapat zona pemicu yang mambangkitkan potensial aksi yang disebut akson hilok. Mielin yang membungkus akson membantu mempercepat jalannya impuls. Dendrit merupakan cabang langsung dari badan sel neuron. Dendrti merupakan bagian penerimaan sinyal dari neuron lain, selain badan sel dan segmen awal akson. Bentuk dendrit relati tebal dengan bentuk runcing pada bagian ujungnya dan bercabang. Secara fungsional, neuron dapat diklasifikasikan sebagai neuron motorik, mengawasi organorgan efektor seperti otot dan kelenjar, atau neuron sensorik, yang menerima rangsang sensorik baik eksteroseptif maupun interoseotif. Kelompok ketiga (interneuron)

menghubungkan neuron-neuron lain untuk membentuk lingkungan fungsional kompleks atau rantai neuron.4

Gambar 2. Neuron 5 Selain neuron, terdapat pula sel glia yang berfungsi sebagai jaringan ikat SSP dan, karenanya membantu menunjang neuron baik secara fisik maupun metabolik. Neuroglia ini terdiri dari bermacam-macam sel glia, diantaranya: mikroglia yang terdapat pada substansia alba dan grisea dekat pembuluh darah. Sel ini mempunyai fungsi sebagai fagositosis di SSP. Oligodendroglia yang banyak terdapat pada substansia grisea dan sedikit pada substansia alba. Oligodendroglia ini mempunyai beberapa juluran memanjang yang masing-masing
4

membungkus (seperti dadar gulung) sepotong akson antarneuron untuk membentuk selubung mielin. Fungsi selubung mielin ini sendiri adalah sebagai insulato pada sel saraf dalam menyalurkan impuls ke sel saraf lainnya. Proses pembentukan mielin pada sel saraf pusat yang termasuk di dalam nya adalah hipotalamus dibentuk oleh oligodendria sedangkan pada saraf tepi dibentuk oleh Sel Schwann. Astrosit, yang diberi nama demikian karena memiliki bentuk seperti bintang adalah sel glia yang paling banyak. Kadang-kadang sel ini ditemukan pada kaki perivaskular. Astrosit berperan pada metabolisme energi dalam korteks serebri. Selanjutnya ada sel ependim yang berbentuk silindris, sel ini melapisi ruang/rongga yang terdapat pada otak yang disebut ventrikel dan pada kanalis sentralis pada medulla spinalis. Di dalam SST juga terdapat sel glia yaitu sel Schwann dan sel Satelit.6 Neurotransmitter, Impuls yang Dihantarkan dalam Sistem Saraf Neurotransmitter termasuk dalam senyawa amin yang mekanisme kerjanya ada pada di sinaps. Ada beberapa asam amino yang bekerja sebagai neurotransmitter, di antarnya ada glisin, glutamat, taurin, aspartat dan histidin. Ada pula yang bukan berasal dari asam amino yang berfungsi sebagai neurotransmitter yaitu asetilkolin, serotonin, GABA, dopamin, norepinefrin. Neurotransmitter merupakan suatu senyawa yang disintesis dan dilepaskan oleh sel saraf, digunakan untuk saling berkomunikasi antar sel. Neurotransmitter ini berada pada di ujung saraf dan sel saraf harus dapat membuat atau mengakumulasi dan menginaktivasinya. Neurotransmitter dilepaskan apabila terjadi stimulasi saraf. Contoh dari neurotransmitter adalah asetilkolin, dopamin, nor-epinefrin, histamin, serotonin, (senyawa amina), GABA, glutamat, glisin (asam amino) , adenosin, ATP (nukleotida/nukleosida), bradykinin, vasopresin, substance P, insulin (peptida). Sintesis neurotransmitter : Diproduksi di ujung sinaptik, memerlukan enzim prekursor, dan mitokondria (energi/ATP) umumnya nama neuron disesuaikan dengan NT yang disintesis dan dilepaskan contoh : saraf adregenik, serotonergenik, kolinergik, GABA-ergik, dll.

Gambar 4. Sintesis neurotransmitter7 Untuk pelepasan neurotransmitter, memerlukan kalsium yang berasal dari ekstrasel, masuk lewat kanal. Ion Ca2+ berikatan dengan vesikel kemudian vesikel berdifusi dengan membran kemudian neurotransmitter keluar.7

Gambar 5. Pelepasan neurotransmitter8

Perubahan yang Terjadi Saat Kerja Malam Tubuh manusia memiliki pengaturan aktivitas sistem tubuh, baik pengaturan dalam respon otonom, endokrin ataupun respon motorik yang kita sadari. Keseluruhan sistem tubuh tersebut

mengalami suatu siklus yang teratur yang kurang lebih terjadi dalam waktu 1 hari yaitu irama sirkadian.

Gambar 6. Irama sirkadian9 Dapat dilihat dari gambar di atas bagaimana aktivitas sistem-sistem dalam tubuh bekerja pada jam-jam tertentu adalah berbeda. Irama suhu tubuh misalnya, saat seseorang bangun tidur, suhu tubuh seseorang tercatat rendah dan naik pada sebelum tengah hari, stabil sampai sore dan kemudia mengalami penurunan kembali. Suhu tubuh maksimum dapat kita rasakan pada pukul 16.00 sedangkan suhu minimum dapat dirasakan pada pukul 04.00. Bila dikaitkan pada aktivitas tubuh, otot memang salah satu bagian penghasil panas tubuh terbesar, tentu suhu tubuh akan mengalami kenaikan pada siang hari sebab pada siang hari otot lebih sering digunakan untuk beraktivitas daripada pada malam hari. Dalam kasus, giliran jaga malam dapat menimbulkan gangguan-gangguan dalam kinerja psikomotorik. Gangguan yang terjadi antara lain, kurang tidur. Kurang tidur dialami seseorang yang jaga malam karena pada dasarnya dia harus bekerja pada malam hari. Keadaan luar turut berpengaruh dalam pengaturan irama sirkadian seseorang. Keadaan pada malam hari yang umumnya sunyi, suhu lingkungan yang lebih tinggi dari siang hari turut merangsang seseorang untuk tidur, namun ketika siang hari dengan keadaan terang, suasana sekitar yang bising dapat mengganggu atau membuat tidur kurang nyaman. Pada kasus

seseorang yang jaga malam, saat malam hari ia tidak diperbolehkan untuk tidur, siang hari ia akan tidur. Namun dengan keadaan siang yang berbeda dengan malam, maka tidur orang tersebut akan tidak lelap sehingga orang tersebut mengalami kurang tidur. Gangguan yang terjadi lainnya adalah gangguan sistem gastrointestinal.10 Seperti yang terjadi dalam kasus, perut kembung terjadi karena adanya gangguan dari sistem gastrointestinal. Hal tersebut juga erat kaitannya pada irama sirkadian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Suhu dimalam hari yang lebih tinggi dari siang hari menyebabkan seseorang mengalami perut kembung. Perubahan irama sistem tubuh yang terjadi dalam seseorang yang jaga malam mengalami desinkronisasi dengan lingkungan (terutama pada lingkungan malam hari). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Irama Sirkadian Irama sirkadian tubuh yang berupa siklus pengaturan sistem tubuh dalam 1 hari erat kaitannya dengan waktu dalam 1 hari. Selain faktor endogen yaitu organ yang mengatur irama sirkadian yaitu hipotalamus, terdapat juga faktor eksogen. Faktor eksogen ini merupakan faktor dari luar tubuh atau dari lingkungan. Yang termasuk dalam faktor eksogen adalah rotasi bumi, rotasi bumi berkaitan dengan kejadian siang dan malam. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa irama sirkadian dipengaruhi oleh waktu-waktu dalam 24 jam atau 1 hari. Kerja-kerja sebagian organ tubuh contohnya kelenjar pineal (rangsang sekresi hormon diolah di hipotalamus) yang menghasilkan hormon melatonin (yang menyebabkan rasa kantuk) aktif mensekresikan hormon melatonin pada pukul 21.00 dan sekresi hormon akan sangat berkurang sekresinya pada pukul 07.30, maka dari itu umumnya pada malam hari kita mengalami kantuk dan lalu tidur. Faktor eksogen yang paling utama adalah faktor iluminasi matahari. Hampir sebagian besar faktor eksogen berhubungan dengan faktor iluminasi matahari. Waktu 24 jam yang berkaitan dengan rotasi bumi tadi juga berkaitan dengan intensitas penyinaran matahari, di mana pada saat malam hari intensitas cahaya matahari jauh lebih rendah dibandingkan pada saat siang hari. Selanjutya ada musim, musim ini juga berhubungan dengan intensitas penyinaran matahari, di mana pada musim penghujan intensitas matahari jauh lebih sedikit dari musim kemarau (begitu juga pada negara dengan 4 musim). Faktor suhu juga turut mempengaruhi, di mana pada saat malam hari suhu turun dan pada saat siang hari suhu naik. Yang terakhir ada isyarat/penunjuk waktu dan jadwal kegiatan, di mana kegiatan pada siang hari jauh lebih aktif dari malam hari sehingga menimbulkan kebisingan. Isyarat/penunjuk waktu dan jadwal kegiatan ini membantu menunjukan keadaan siang dan malam.11

Mekanisme Pengaturan Irama Sirkadian Siklus tidur-bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan oleh hubungan timbal balik antara tiga sistem saraf: (1) sistem keterjagaan, yaitu bagian dari reticular activating system yang berasal dari batang otak; (2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang mengandung neuron tidur yang menginduksi tidur; (3) pusat tidur paradoksial di batang otak yang mengandung neuron tidur REM, yang menjadi sangat aktif sewaktu tidur REM. Pola interaksi di antara ketiga regio saraf ini, yang menghasilkan rangkaian siklis yang dapat diperkirakan antara keadaan terjaga dan keadaan jenis tidur. Neuron yang membuat terjaga melepaskan muatan secara otonom dan terus menerus. Neuron-neuron ini harus dihambat agar kita dapat tidur, mungkin oleh PPI yang dihasilkan oleh masukan dari neuron tidur atau masukan inhibitor lain. Siklus normal dapat mudah diinterupsi, dengan sistem yang membuat kita terjaga lebih mudah mengalahkan sistem tidur daripada kebalikannya; yaitu lebih mudah terjaga ketika mengantuk daripada jatuh tertidur ketika terjaga penuh. Sistem keterjagaan dapat diaktifkan oleh masukan sensorik aferen (sebagai contoh, seseorang mengalami kesulitan tidur saat siang hari di mana keadaan sekitar bising) atau oleh masukan yang turun ke batang otak yang lebih tinggi. Konsentrasi penuh, misalnya saat bekerja yang memerlukan konsentrasi dapat mencegah orang untuk tidur, demikian juga aktivitas motorik, misalnya bangkit dan berjalan-jalan dapat membangunkan orang yang mengantuk. Hormon malatonin yang disekresi kelenjar endokrin yang sekresinya dikendalikan oleh hipotalamus juga turut mempengaruhi irama tidur-terjaga. Hormon melatonin yang banyak disekresikan pada waktu malam hari turut aktif dalam merangsang neuron-neuron tidur yang ada pada hipotalamus sehingga pada umumnya manusia tidur pada malam hari. Mekanisme sekresi hormon akan dibahas pada pengaturan kelenjar hipofisis bagian anterior oleh hipotalamus.12 Pengaturan suhu tubuh. Di bagian anterior hipotalamus ada suatu area luas, khususnya di area preoptik, berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh. Bila ada peningkatan suhu darah yang melewati area-area ini akan meningkatkan aktivitas neuron-neuron yang peka terhadap suhu, sedangkan penurunan suhu akan menurunkan aktivitasnya. Di saat siang hari, otot sebagai pengasil panas terbesar dalam tubuh aktif bekerja daripada malam hari, sehingga panas yang dihasilkan pada waktu siang hari lebih banyak. Maka dari itu, pada saat siang hari suhu tubuh lebih tinggi dari malam hari pada saat otot-otot istirahat. Pengaturan air tubuh. Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara: (1) dengan cara mencetuskan sensasi haus, yang akan menimbulkan hasrat untuk minum, dan (2) dengan cara
9

mengatur ekskresi air ke dalam urin. Di hipotalamus bagian lateral ada suatu area yang disebut sebagai pusat rasa haus. Bila elektrolit yang terdapat di dalam neuron pusat ini atau daerah yang berkaitan dengan hipotalamus menjadi sangat pekat, maka akan timbul hasrat untuk meminum air. Pengaturan ekskresi air oleh ginjal terutama dilakukan oleh nukleus supraoptikus. Bila cairan tubuh menjadi sangat pekat, maka neuron-neuron di dalam area ini akan terangsang. Serat-serat saraf dari neuron-neuron ini diproyeksikan ke bawah melalui infundifulum ke kelenjar hipofisis posterior yang akan mensekresi hormon yang disebut hormon antideuretik. Selanjutnya hormon ini akan diabsorbsi ke dalam darah dan akan bekerja pada duktus koligens ginjal agar timbul banyak sekali reabsorbsi air yang hilang ke dalam urin. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan. Perangsangan beberapa area dalam hipotalamus dapat menyebabkan munculnya rasa lapar. Area yang sangat berhubungan dengan rasa lapar adalah area hipotalamik lateral. Pusat yang berlawanan dengan hasrat terhadap makanan, yang disebut pusat rasa kenyang, terletak di dalam nukleus ventromedial. Bila pusat ini terangsang, maka ketika kita sedang makan, kita akan menghentikan makan. Pengaturan kelenjar hipofisis bagian anterior oleh hipotalamus. Perangsangan area tertentu hipotalamus juga akan menyebabkan kelenjar hipofisis bagian anterior mensekresi shormon-hormonnya. Mekanisme dasar yang dipakai untuk pengaturan kelenjar hipofisis anterior adalah sebagai berikut: kelenjar hipofisis anterior menerima suplai darah terutama dari vena-vena yang mengalir dari hipotalamus bagian bawah ke sinus-sinus hipofisis anterior. Sebelum aliran darah yang melewati hipotalamus mencapai hipofisis anterior, bagian nuklei hipotalamik akan mensekresi hormon-hormon pelepas dan hormon-hormon penghambat ke dalam darah. Selanjutnya hormon-hormon ini akan diangkut ke dalam darah menuju hipofisis anterior tempat mereka mempengaruhi sel-sel grandular untuk mengatur pelepasan hormon-hormon hipofisis anterior. Sekresi hormon-hormon tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama faktor waktu. Maka dari itu, aktivitas tubuh kita berjalan teratur sesuai dengan waktu sehari-hari.11

KESIMPULAN Keluhan rasa kembung pada kasus disebabkan karena adanya gangguan gastrointestinal akibat dari perubahan irama sirkadian yang tidak sinkron dengan lingkungan. Dengan adanya
10

penyesuaian, keluhan rasa kembung perlahan akan menghilang disetiap aktivitas jaga malam. Namun penyesuaian pada tugas malam membutuhkan waktu yang lebih lama dari penyesuaian pada waktu siang hari.

DAFTAR PUSTAKA 1. Wibowo D S. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2007. Halaman 289. 2. Tobing R. Hipotalamus. 17 Oktober 2011. Diunduh dari : http://www.ebookkedokteran.com/hypothalamus. 13 April 2012. 3. Moore K L, Agur A M R. Anatomi klinis dasar. Jakarta: EGC; 2004. Halaman 128. 4. Eroschenko V P. Di fiore atlas of histology with functional correlations. Ed 9. Jakarta : EGC. 2003. Halaman 214-8. 5. Hilton. Neuron. 10 Oktober 2011. Diunduh dari: http://www.cell.com/neuron/. 12 April 2012. 6. Bloom & Fowcett. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 2002. Halaman 267-9. 7. Murray R K. Biokimia harper. Jakarta: EGC; 2009. Halaman 176. 8. Nevarez A, Tevere V. What are neurotransmitters. 06 Juli 2010. Diunduh dari: http://www.neurogistics.com/TheScience/WhatareNeurotransmi09CE.asp. 13 April 2012. 9. Sugiri B. Fisiologi tidur dan pernafasan. 8 Januari 2010. Diunduh dari: http://jurnalfisiologi.org/jurnal/2010. 13 April 2012. 10. Ganong, William F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. Halaman: 224-6. 11. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2009. Halaman: 269-71. 12. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2011. Halaman 184.

11

También podría gustarte