Está en la página 1de 1

Pada ornamen arsitektur Tradisional Melayu terkandung nilai-nilai budaya yang ti nggi.

Hal ini terlihat dalam bentuk bubungan yang tidak lurus, tapi agak mencuat ke kanan dan kekiri. Dapat disimpulkan bahwa para ahli pembuat rumah Melayu zam an dahulu telah memikirkan faktor keindahan pada bubungan rumah yang mereka diam i. Letak rumah Melayu pada zaman dahulu menghadap kearah matahari terbit, yang b erarti mengharapkan berkah dan rahmat seperti halnya matahari pagi yang bersinar cerah. Tulang rabung tidak boleh di buat hanya dari sebatang kayu utuh, tetapi harus dibuat bersambung pada pertengahannya. Hal ini merupakan symbol tenggang r asa pada pemilik rumah. Pemasangan kayu kaso tidak boleh terbalik, yaitu ujung k ayu harus terletak diatas dan pangkal kayu terletak di bawah. Hal ini menunjukan sistematika dan kerapian. Susunan ini juga sebagai lambang perkembangan dan per tumbuhan. Jika peletakannya terbalik berarti perkembangan pemilik rumah akan ter hambat dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari segi keindahan terlihat adanya ragam hias ornament yang berbagai macam bentuk dan coraknya, sehingga me nunjukan tingginya kebudayaan ukiran tradisional Melayu. Demikian pula dengan su sunan ruangan, terlihat adanya tingkatan penghormatan terhadap para tamu yang da tang. Tempat penerimaan tamu pria dan wanita dibedakan, serambi depan untuk tamu pria dan serambi belakang untuk tamu wanita. Rumah tradisional Melayu yang berb entuk rumah panggung selain untuk menjaga keselamatan penghuninya dari ancaman b inatang buas, juga dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pemilik ru mah. Banyaknya jendela dan lubang angin menjamin kesegaran dan kenyamanan orang yang menempati rumah. Rumah serta letak jendela dan pintu yang tinggi membuat ke datangan tamu sehingga persiapan penyambutan dapat dilakukan dengan baik. ABSTRAK Kegiatan ini bertujuan untuk membangun konsep perencanaan dan perancanga n Pusat Budaya Melayu Riau di Pekanbaru dengan karakter Arsitektur Tradisional M elayu Riau sebagai Ekspresi Bangunan yang berfungsi: mengadakan pagelaran dan pa meran budaya, mengadakan pelatihan/ pendidikan budaya, termasuk kegiatan eksperi mentasi, diskusi, seminar, dsb, serta menghasilkan produk budaya yang berkualita s baik. Metode manifestasi karakter arsitektur tradisional Melayu Riau pada bang unan Pusat Budaya Melayu Riau di Pekanbaru terbagi menjadi 3 jenis metode, yaitu metode Adaptasi, metode Aplikasi, dan metode Replikasi. Metode Adaptasi merupak an metode yang dilakukan dengan adanya proses penyesuaian, yang tidak sesuai dir ubah. Metode ini diterapkan pada pola tata massa, konsep pemberian perbedaan ket inggian lantai, kolong rumah, dan bentuk atap. Metode Aplikasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara menerapkan sistem/ aturan pokok dari suatu materi. Me tode ini diterapkan pada denah bangunan, elemen tangga yang berjumlah ganjil, pe nggunaan vegetasi pohon kelapa sebagai batas fisik bangunan, dan site yang memak simalkan lahan terbuka hijau sebagai ruang bersama/ komunal. Sedangkan metode Re plikasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara membuat bentuk yang sama per sis/ identik dengan bentuk aslinya (berkaitan dengan hal-hal visual). Metode ini diterapkan pada penggunaan ornamen. Bentuk dasar Plaza/ Openspace diambil dari bentuk dasar ornamen bintang-bintang, yang mengandung arti tentang keaslian keku asaan Tuhan dan sumber sinar dalam kehidupan manusia. Bentuk dasar denah banguna n utama mengikuti lekuk bentuk selembayung yang merupakan ornamen utama yang ser ing digunakan dan yang paling tinggi perletakannya, yaitu diperabung atap. Penga mbilan bentuk dasar selembayung dimaksudkan untuk memperkuat kesan bangunan seba gai bangunan utama yang mewadahi fungsi utama. Bentuk dasar denah teater terbuka diambil dari bentuk ornamen lebah bergantung yang biasanya pada bangunan dileta kkan pada listplank. Orang melayu menganggap lebah sebagai hewan yang mendatangk an manfaat bagi manusia. Lebah dianggap sebagai putri yang sangat cantik dan bai k hati, serta mendatangkan kebahagiaan bagi penduduk. Dengan demikian diharapkan seluruh kegiatan pertunjukan yang suguhkan pada teater terbuka dapat mendatangk an kebahagiaan bagi audience. Bentuk dasar denah bangunan pendidikan diambil dar i bentuk ornamen itik sekawan yang biasanya digunakan sebagai hiasan dinding, ti ang atau bukaan. Itik melambangkan kerukunan dan ketertiban. Hal ini merupakan t eladan yang baik bagi manusia agar selalu disiplin dalam menjalani kehidupannya. Istilah ketertiban dan kedisiplinan berkaitan dengan pembelajaran. Kedua istila h ini sangat umum digunakan dalam dunia pendidikan

También podría gustarte