Está en la página 1de 8

Refleksi Kasus

REFLEKSI KASUS STASE MATERNITAS PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI ANTARA IUD dan MOW

Latar Belakang
Dari tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk di Negara ini semakin bertambah.berdasarkan data dari BKKBN pusat, laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,5% pertahun atau sekitar 3,5 juta jiwa. Dan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 245 juta jiwa. Angka ini sangatlah memprihatinkan bagi Negara ini. Karena jika dibiarkan kelak akan terjadi peledakan penduduk. Selain KB, juga terdapat berbagai alat kontrasepsi lain dalam pelaksanaan keluarga berencana seperti sterilisasi dan IUD. Kemudian, bagaimanakah hukum dari berbagai alat kontrasepsi tersebut menurut hukum Islam?

Kasus
Ny. A dengan G0P4A0 post spontan diwajibkan memilih menggunakan KB IUD atau MOW. Pada kasus ini perawat menyarankan untuk sterilisasi. Bagaimana hokum MOW dalam islam?

Kode etik legal perawat


Model keputusan bioetis ( Thompson & Thompson) keputusan bioetik ; Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi. Mengidentifikasi Issue etik. Menentukan posisi moral pribadi dan professional. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

Landasan Hukum
KB KB/family planning itu menitikberatkan pada perencanaan, pengaturan, dan pertanggungan jawaban orang terhadap anggota-anggota keluarganya. Sedangkan birth control artinya pembatasan/penghapusan kelahiran. Sehubungan dengan KB, sebagian ulama membuat suatu penegasan, bahwa terlarang memakai sesuatu yang sama sekali menghentikan kehamilan, akan tetapi apabila hanya memperlambat kehamilan untuk sementara waktu dan tidak menghentikanya, maka tidaklah terlarang. Selanjutnya dasar kebolehan KB dilaksanakan dalam Islam, beralasan dari keputusan konferensi besar pengurus besar Syuriah Nahdlatul Ulama ke 1 di Jakarta sebagai berikut: Kalau dengan azl (mengeluarkan air mani di luar rahim) atau dengan alat yang mencegah sampainya mani ke rahim seperti kopacis/kondom, maka hukumnya makruh. Begitu juga makruh hukumnya kalau dengan meminum obat untuk menjarangkan kehamilan. Tetapi kalau dengan sesuatu yang memutuskan kehamilan sama sekali, maka hukumnya haram, kecuali kalau ada bahaya. Umpamanya saja karena terlalu banyak melahirkan anak yang menurut pendapat orang yang ahli tentang hal ini bisa menjadikan bahaya, maka hukumnya boleh dengan jalan apa saja yang ada.

Sterilisasi
Sedangkan menurut islam, hukum sterilisasi pada dasarnya haram(dilarang), karena ada beberapa hal yang prinsipal, yaitu:
Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan tetap. Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan menurut Islam, yakni: perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan kelak menjadi anak yang saleh. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi(saluran mani/telur). Melihat aurat orang lain (aurat besar). Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat aurat orang lain, meskipun sama jenis kelaminya. Akan tetapi apabila suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa (darurat), seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya.

IUD
kesemuanya masih bersifat subhat atau mutasyabihat artinya yang masih belum jelas hukumnya, kita harus bersikap hati-hati selama cara kerja IUD belum jelas. Sepenuhnya ditandai dengan adanya perbedaan pendapat dikalangan ahli kedokteran yang tidak bisa dikompromikan hingga sekarang. Tentang mekanisme IUD dan sifatnya apakah abortif atau kontraseptif maka IUD sebagai alat kontraseptif tidak digunakan oleh islam kecuali benar-benar dalam keadaan darurat.

Kesimpulan
Adapun jika penggunaan KB dengan maksud berkonsentrasi dalam berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak boleh. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana diperbolehkan dengan alasan-alasan tertentu misalnya untuk menjaga kesehatan ibu, mengatur jarak di antara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak. Namun keluarga berencana bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi dengan niat dan alasan yang salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa mendidik anak, dan takut mengganggu pekerjaan orang tua. Dengan kata lain, penilaian tentang keluarga berencana tergantung pada individu masingmasing

También podría gustarte