Está en la página 1de 2

NUR DWI WIDYA PUTRI 2222120579 DIKSATRASIA 3B

Feminisme, Sosial, Budaya dan Sastra


Karya sastra tidak pernah lepas dari kehidupan sosial manusia yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya, serta pengaruh kebudayaan yang menjadikan suatu masyarakat berbeda identitasnya di setiap daerah namun, masih tetap berada dalam payung Indonesia. Sebuah karya sastra lahir sesuai dengan realitas yang terjadi dalam masyarakat dan karya sastra itu sendiri pun menjadi inspirasi dan gambaran bagi pembaca nya. Masyarakat Indonesia kaya akan budaya yang mewarnai bangsa denga keunikannya masing-masing. Realitas sosial dikalangan masyarakat bawah yang terhimpit kemiskinan menjadikan para masyarakat bersikap amoral dan seringkali menghalalkan segala cara demi mendapat uang. Prostitusi pun semakin marak dewasa ini. Seks bebas telah menjadi hal yang lumrah dikalangan remaja, teruta wanita. Sebenarnya dalam kasus ini, wanitalah yang sangat dirugikan. Wanita lebih rentan terkena penyakit dibanding laki-laki. Dalam sebuah karya sastra, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Dahulu, wanita hanya dipandang sebelah mata. Wanita hanya berfungsi di kasur, dapur, dan sumur. Hal ini merupakan diskriminasi terhadap hak wanita yang seharusnya menyamai kedudukan laki-laki. Bahkan beberapa kebudayaan menganggap bahwa kelahiran bayi perempuan merupakan sebuah bencana yang akan mendatangkan kesialan. Hingga akhirnya banyak bayi perempuan yang dibunuh. Lalu muncul gerakan femisime yaitu, gerakan emansipasi wanita. Gerakan feminism mencoba menghapus asumsi bahwa wanita derajatnya lebih rendah dibandingkan pria. Gerakan ini muncul pada tahun1960-an lalu menyebar di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Semakin lama, gerakan ini kian membuahkan hasil. Wanita diperbolehkan merasakan bangku pendidikan. Wanita sudah menyamai kedudukan pria sebagaimana hak asasi manusia yang memang seharusnya diperoleh kaum wanita. Saat ini, wanita sudah leluasa menikmati haknya tanpa takut diintimidasi. Saat ini semakin banyak wanita yang mampu mebuktikan eksistensi nya dalam berbagai hal, seperti; dalam dunia bisnis, pendidikan, kesehatan. Kiprah wanita dalam kehidupan akhirnya dihargai dan diapresiasi kaum laki-laki dan tentunya juga oleh sesame kaum wanita. Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) merupakan judul buku yang berisikan kumpulan cerpen karya Djenar Maesa Ayu. Mendengar judulnya saja sudah membuat saya terbebelak, dan begitu membaca isinya, hal ini gambaran gerakan feminism dan lukisan kedudukan wanita dalam tatanan sosial baik dalam hubungan pertemanan, percintaan, dan rumah tangga. Djenar mengungkapkan perspektif realita sosial dalam sudut pandang yang tidak biasa. Wanita-wanita yang terdapat dalam kumcer ini mewakili karakter wanita-wanita di era saat ini. Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) , Merupakan salah satu judul dalam kumpulan

cerpen Djenar, saya kesal membaca cerita ini. Tokoh suami yang arogan dan cuek, memperlakukan istrinya seperti sampah yang tak berharga. Hal ini sungguh mencerminkan bagaimana pria dengan egoism nya selalu menurunkan derajat kaum wanita dan menginjak-injak harga diri wanita yang seharusnya diperlakukan dengan manusiawi. Bagaimana saya tidak kesal, tokoh sang suami menyebut istrinya dengan kata seonggok daging yang tak sedap dipandang dan suara yang seperti robot. Lihatlah bagaimana kejinya lelaki ini, saya rasa inilah yang memicu kaum wanita untuk melakukan gerakan feminisme. Sebagai kaum wanita yang juga merupakan bagian dari masyarakat sosial, saya merasa gerakan feminism ini perlu, penulis wanita pun merupakan wuduj dari gerakan feminism bukan? Wanita pun mampu menghasilan sesuatu yang berguna dan memiliki nilai. Jelas sekali bahwa karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial dan kebudayaan yang bercampur dengan konflik yang sellau dialami dalam kehidupan manusia, terutama dialami oleh wanita. Dejnar mampu menghasilkan karya yang membuat orang tercengang hanya dengan mebawa judulnya saja. Saya kagum dengan cara djenar bercerita mellui berbagai sudut pandang. Setiap orang memang mempunyai gaya sendiri dalam bercerita. Kumpulan cerpen karya Djenar ini merupakan karya yang secara garis besar menggambarkan kaum wanita masa kini dengan gaya high-class, seks bebas, alkoholik, perselingkuhan, dunia malam, kemewahan hasil mengemis dibawah desahan pria. Ah sungguh membuat saya merasa kesal, jijik, kagum, marah. Cerita ini memnstimulasi emosi yang luar biasa. Saat ini kaum remaja memang bayak yang melelang keperawannya demi kesenangan semata, gerakan feminisme seolah tidak berarti dengan keberadaan sosok wanita-wanita yang tidak menghargai dirinya sendiri dan merendahkan derajatnya sebagai wanita. Seperti dalam cerpen Aku di Mata Sebagian Orang. Tokoh utama yang dihakimi dengan berbagai cemoohan, munafik, murahan, menjadi lebel harga mati bagi dirinya. Sehari mampu tidur dengan beberapa pria sekaligus. Ia menganggap hal itu sebuah pertemanan. Pertemannan yang menyimpang, tidak hanya berbagi keluh kesah namun juga berbagi ranjang, pantaskah ini disebut hanya sekedar pertemnan? Inilah gambaran sosok wanita binal yang dengan berbagai alasannya mengelak dan menolak di cap murahan. Pengaruh lingkungan sosial dan budaya menjadi latar belakang seseorang Karya Djenar memang patut diacungi jempol karya kemampuannya dalam menuangkan ide melalui berbagai sudut pandang dalam bercerita, sehingga gaya nya bercerita tidak monoton dan berbeda dengan penulis lain. Pemilihan tema cerita memiliki daya tarik sendiri yang membuat pembaca risih, kesal, marah, merenung setelah membaca kumpulan cerpen ini. Hanya sayangnya, penggunaan bahasa yang dipilih Djenar terlalu vulgar hingga terkesan nakal. Menurut saya, pemilihan diksi memang harus dipertimbangkan secara matang sehingga pembaca tidak memunculkan persepsi seenaknya. Apalagi jika pembaca masih belum cukup umur, karena bahasa yang digunakan masih terdapat kata-kata yang kasar dan vulgar. Dan dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk bagi pembaca.

También podría gustarte