Está en la página 1de 20

RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa ( Fitria, 2009) Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood, terutama depresi. Menurut shneidman seorang peneliti bunuh diri ternama dalam Videbeck (2008) mendefenisikan dua kategori bunuh diri, langsung dan tidak langsung. Bunuh diri langsung adalah tindakan yang

disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidup seperti membakar diri. Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersenbunyi yang tidak disadari untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makana berlebihan dan sebagainya.

B. Tanda dan Gejala Menurut Fitria (2009) Tanda dan gejala risiko bunuh diri adalah sebagai berikut: Mempunyai ide untuk bunuh diri Mengungkapkan keinginan untuk mati Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan Impulsif Menunjukkan perilaku yang mencurigakan

Memiliki riwayat percobaan bunuh diri Verbal terselubung (berbicara tentang kematian) Sataus emosional (panik, mengasingkan diri) Kesehatan mental (terlihat seperti orang yang depresi) Kesehatan fisik (klien dengan penyakit kronis dan terminal) Pengangguran Satus perkawinan (kegagalan dalam pernikahan) Pekerjaan Konflik interpersonal Latar belakang keluarga Orientasi seksual Sumber-sumber personal Sumber-sumber sosial Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

C. Penyebab bunuh diri Dikutip dari http://perawatpskiatri.blogspot.com penyebab bunuh diri ada beberapa faktor yaitu: Faktor genetic dan teori biologi Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat

menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.

Teori sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik (melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).

Teori psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Penyebab lain Adanya harapan untuk reuni dan fantasy, merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan, tangisan untuk minta bantuan, sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik

D. Rentang Respon

Respon Adaptif Peningkatan diri Berisiko destruktif destruktif diri tidak langsung

Respon Maladaptif Pencederaan diri Bunuh diri

Sumber: Stuart (2006)

Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1998) di bagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut: Upaya bunuh diri (suicide attemp) yaitu sengaja melakukan kegiatan bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau di abaikan Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi orang lain Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atu non verbal.

E. Sumber Koping Klien dengan penyakit kronik atau yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dano sering kali secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri ini berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan sosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mamapu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan agama juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

F. Mekanisme koping Seorang klien mungkin menggunakan beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,

rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Perilaku bunh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah (Fitria, 2009)

G. Rencana Tindakan Keperawatan. 1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri Tujuan : Klien tetap aman dan selamt Tindakan : Melindungi klien Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk melindungi klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri. a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ke tempat yang lebih aman b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya ( pisau, silet, gelas, ikat pinggang, dan lain-lain) c. Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien mendapat obat. d. Menjelaskan dengan lembut kepada klien bahwa anda akan melindungi klien sampai klien melupakan keinginan untuk bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien percobaan bunuh diri Tujuan Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri Tindakan a. Menganjurkan kelurga untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah meninggalkan klien sendirian b. Menganjurkan kelurga untuk membantu perawat menjauhi barang2 barang berbahaya disekitar klien c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga klien agar tidak sering melamun sendiri d. Menjelaskan kepada keluarga penting nya klien minum obat secara teratur.

H. Terapi Pasien dalam krisis karena kematian orang terdekat atau peristiwa lain dengan perjalanan waktu yang terbatas akan berfungsi lebih baik setelah menerima sedasi ringan seperlunya, terutama bila sebelum itu tidurnya terganggu. Benzodiazepin merupakan obat terpilih dan ramuan yang khas ialah lorazepam (Ativan) i mg 1-3 x sehari untuk 2 minggu. Iritabilitas pasie mungkin meningkat dengan penggunaan teratur benzodiazepin, dan iritabilitas ini merupakan satu resiko untuk bunuh diri, maka benzodiazepin harus digunakan dengan hati-hati pada opasien yang bersikap keras dan bermusuhan.

Hanya sejumlah kecil dari medikasi itu harus disediakan, dan pasien harus diikuti dalam beberapa hari. Antidepresiva merupakan terapi yang pasti bagi semua pasien yang menampilkan diri dengan gagasan bunuh diri, tetapi tidak biasanya untuk memulai memberika antidepresiva di UGD (Kaplan, 1998).

DAFTAR PUSTAKA Fitria, N, 2009. Prinsip Dasar aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika Kaplan, Harold I. 2998. Ilmu Kdokteran Jiwa Darurat. Jakarta ; Widya Medika Stuart, Gail Wiscarz. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Risiko Bunuh Diri. Dikutip pada tanggal 05 Maret 2010 (http://perawatpskiatri.blogspot.)

PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun spikologis. Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan terjai dalam 2 bentuk yaitu saat sedang berlangsung atau riwayat perilaku kekerasan (MPKP, 2006). Menurut stuart dan sundeen marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaftif (Nining, 2009).

B. Tanda dan Gejala Menurut fitria (2009) yaitu sebagai berikut: Fisik: mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengantuk, ingin berkelahi,

menyalahkan, dan menuntut. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak lingkungan, amuk. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.

Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran. Perhatian: bolos, melarikan driri, dan melakukan penyimpangan seksual.

C. Rentang respon

Respon adaptif

Respon maladaptif

Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

Sumber: Keliat, 1999 dalam Prayitno (2009)

D. Faktor Predisposisi Menurut Townsend, 1996 dalam fitria (2009) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Teori Biologik Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis

mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. Pengauh biokimia, berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan noreepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting penyebab timbulnya perilaku agresif pada seseoarang.

Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetik temasuk genetik tipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana). Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan perilaku kekerasan. 2. Teori psikologik Teori psikoanalitik, menjelaskan bahwa tidak tepenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Teori pemnbelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang mempengaruhi biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contih peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik. 3. Teori sosiokultural Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

E. Faktor Presipitasi 1. Internal yaitu semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-lain. 2. Eksternal yaitu penganiyaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisi, dan lain-lain.

F. Rencana Tindakan Keperawatan. 1. Tindakan keperawatan untuk klien Tujuan a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

c. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya d. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya e. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasanya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka. Tindakan a. Bina hubungan saling percaya Tindakan yang perlu perawat lakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien. b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi dimasa lalu dan saat ini. c. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan. Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual. d. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. e. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik (pukul kasur, atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obatan, sosila atau verbal (dengan mengungkapkan kemarahan secara asertif), ataupun spiritual (salat atau berdoa sesuai keyakinan klien). 2. Tindakan keperawatan untuk keluarga Tujuan Keluarga dapat merawat klien dirumah Tindakan

a. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku tersebut. b. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan. Anjurkan kelurga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan yang telah diajarkan perawat. Ajarkan kelurga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.

G. Terapi Untuk klien spikotik yang agresif, pendekatan cocktail dapat digunakan untuk menghasilkan sedasi cepat. Metode cocktail dilakukan dengan memberi dua obat, biasanya haloperidol dan lorazepam, dalam dosis yang berturut-turut sampai klien mengalami sedasi. Dosis pertama diberikan pada waktu perilaku agresi muncul, dosis kedua diberikan 30 menit sampai 1 jam setelah perilaku muncul, dan dosis ketiga diberikan 1 jam sampai 2 jam setelah perilaku muncul. Pendekatan chaser dilakukan dengan hanya memberi lorazepam pada interval waktu tertentu, yang diikuti dengan pemberian antipsikotik setelah klien mengalami sedasi akibat pemberian lorazepam. Kedua metode ini membutuhkan pengkajian yang cermat untuk mengetahui munculnya efek samping ekstrapiramidal, yang dapat cepat diobati dengan benztropin (cogetin) (Videbeck, 2008)

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N, 2009. Prinsip Dasar aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika Nining, 2009. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Dikutip pada tanggal 05 Maret 2010 (http://ns-nining.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatanperilaku-kekerasan.html). Prayitno. 2009. Askep Jiwa Perilaku Kekerasan. Dikutip tanggal 05 Maret 2010 (http://cewexxxhot.blogspot.com/2009/09/askep-jiwa-perilakukekerasan.html). Tim MPKP, 2006. Model Praktik Keperawatan Jiwa Preofesional. Badan pelayanan kesehatan jiwa Banda Aceh dan WHO. Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC.

HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart dalam Rapani, 2009). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (CMHN) Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Keliat dalam Ircham 2008).

B. Tanda dan Gejala Berikut ini adalah tanda dan gejala klien gangguan harga diri rendah: Mengkritik diri sendiri Persaan tidak mampu Pandangan hidup yang pesimistik Tidak menerima pujian Penurunan produktivitas Penolakan terhadap kamampuan diri Kurang memperhatikan perawatan diri Berpakaian tidak rapi Selera makan kurang Tidak berani menatap lawan bicara Bicara lambat dengan nada suara lemah

C. Rentang Respon

Respon adaptif

Respon maladaptif

Aktualisasi Diri

Konsep diri positif

Harga diri rendah kronis

Kerancuan identitas

Depersonalisasi

Sumber: Stuart (2006)

D. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

E. Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubah penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gannguan konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik. 1. Situasional : Bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit juhga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.

2. Kronik : harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasaka klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi meningkat saat dirawat.

F. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Tindakan keperawatan pada klien Tujuan: a. Klien mampu mengidentifikasie kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan c. Klien mampu menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan d. Klien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuannya e. Klien mampu merencanakan kegiatan yang dilatihnya Tindakan keperawatan a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek psositif yang masih dimiliki klien Perawat dapat melakukan hal-hal berikut untuk membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya. Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah

kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan klien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien. Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan klien b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana.

Bantu klien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien Perlihatkan respon yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif. c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat klien lakukan secara mandiri. Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan bantuan penuh dari keluarga dan lingkungan terdekat klien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Lakukan penyusunan aktivitas bersama klien dan butalah daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien. d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih klien) yang akan dilatihkan. Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan klien. Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang diperlihatkan klien. e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan. Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, perawat dapat melakukan hal-hal berikut. Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.

Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat tolerasni dan perubahan setiap aktivitas. Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilatih bersama klien dan keluarga. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaannya setelah melaksanakan kegiatannya. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien. 2. Tindakan keperawatan pada keluarga Tujuan a. Keluarga dapat membantu klien lengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien. b. Kluarga memfasilitasi aktivitas klien sesuai kemampuan c. Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang telah dilakukan d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien Tindakan keperawatan a. Diskusikan masalah yanga dihadapi keluarga dalam merawat klien b. Jelaskan kepeda keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gannguan konsep diri : harga diri rendah e. Demonstrasikan cara merawata klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah f. Bantu kelurga menyusun rencana kegiatan klien dirumah.

DAFTAR PUSTAKA Ircham, Raden. 2008. Harga Diri Rendah. Dikuti pada tanggal 06 Maret 2010 (http://asuhanjiwa.blogspot.com/2008/09/harga-diri-rendah.html) Fitria, N, 2009. Prinsip Dasar aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika Rapani. 2009. Askep Harga Diri Rendah. Dikutip pada tanggal 06 Maret 2010 (http://www.rafani.co.cc/2009/08/askep-harga-diri-rendah.html) Stuart, Gail Wiscarz. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC Tim CMHN. Modul Basic Course CMHN.

También podría gustarte