Está en la página 1de 14

Laporan Praktikum 1 M.K.

Evaluasi Nilai Gizi

Tanggal mulai : 11 September 2013 Tanggal selesai: 18 September2013

PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK


Oleh: Kelompok 5 Sri Zilla Arsyilah Rina Apriany Utami Natahsa Fredlina Ginting Regi Meiliani Adhe Fadillah Putri Asisten Praktikum: Novi Rizki Ramadhini Ilyatun Niswah Penanggung Jawab Praktikum: Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS I14100135 I14110027 I14110051 I14110076 I14110105

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

PENDAHULUAN
Latar Belakang Setiap bahan pangan memiliki zat gizi dan karakteristik yang berbeda-beda berdasarkan jenis dan kuantitasnya. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang sering ditemukan dalam bahan pangan yang memiliki kandungan energi. Energi sangat diperlukan bagi tubuh manusia dalam melakukan berbagai aktivitas. Energi erat kaitannya dengan kadar glukosa darah dalam tubuh seseorang. Jika kadar glukosa darah seseorang berlebih maka akan disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan lemak. Jika kadar glukosa darah seseorang diatas kategori normal maka berpotensi timbulnya beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes melitus yang sangat peka terhadap respon asupan glukosa makanan. Perlu adanya pengaturan makanan agar kadar glukosa dalam darah terjaga kestabilannya. Salah satu cara tindakan preventifnya yaitu dengan memperhatikan konsumsi bahan pangan berdasarkan indeks glikemik. Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Pangan dengan jenis yang sama dapat memiliki IG yang berbeda apabila diolah atau dimasak dengan cara yang berbeda (Wolever 2006). Hal ini dikarenakan proses pengolahan dapat menyebabkan perubahan pada struktur dan komposisi zat gizi penyusun pangan, sehingga akan mempengaruhi daya cerna zat gizi yang terdapat pada pangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi IG pangan adalah cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel), rasio amilosa-amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein, serta kadar anti-zat gizi pangan. Oleh karena itu uji indeks glikemik pada bahan pangan perlu dilakukan guna memperoleh informasi bahan makanan yang sesuai pada kondisi tubuh seseorang untuk memaksimalkan derajat tingkat kesehatan individu. Tujuan Praktikum pengukuran indeks glikemik ini bertujuan untuk mengukur indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yang akan diujikan.

TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Glikemik Indeks glikemik pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Pangan yang menaikkan gula darah dengan cepat, memiliki indeks glikemik tinggi, sebaliknya pangan yang menaikkan gula darah dengan lambat, memiliki indeks glikemik rendah. Indeks glikemik pangan menggunakan indeks glikemik glukosa murni sebagai pembandingnya (IG glukosa murni adalah 100) (Rimbawan & Siagian 2005). Indeks glikemik juga dapat didefinisikan sebagai rasio antara luas kurva respon glukosa makanan yang mengandung karbohidrat total setara 50 gram gula terhadap luas kurva respon glukosa setelah makan 50 gram glukosa, pada hari yang berbeda dan pada orang yang sama (Lutfika 2006). Konsep IG menjelaskan bahwa tidak setiap karbohidrat bekerja dengan cara yang sama. Pangan IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi glukosa secara bertahap dan perlahan-lahan, sehingga puncak kadar gula darah juga akan rendah. Berarti fluktuasi peningkatan kadar gula relatif pendek. Pangan IG tinggi akan dicerna dan diubah menjadi glukosa dengan cepat sehingga kadar gula darah cepat meningkat namun dalam waktu tertentu akan kembali menurun. Pangan IG rendah membantu orang untuk mengendalikan rasa lapar, selera makan dan kadar gula darah. Indeks glikemik berguna untuk menentukan respon glukosa darah terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks glikemik bahan makanan berbeda-beda tergantung pada fisiologi, bukan pada kandungan bahan makanan (Widowati 2010) IG adalah sifat pangan yang unik, dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga IG pangan yang satu berbeda dengan pangan lainnya. Bahkan pangan yang sama bila diolah dengan cara berbeda, dapat memiliki IG berbeda (Widowati 2010). Para ahli telah mempelajari faktor-faktor penyebab perbedaan IG antara pangan yang satu dengan lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi indeks glikemik pada pangan antara lain: cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel), perbandingan amilosa dengan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein, pati resisten, serta kadar anti-gizi pangan (Rimbawan & Siagian 2005). Metode Perhitungan Indeks Glikemik Perhitungan indeks glikemik dilakukan dengan menggunakan pangan acuan dan pangan standar, dimana membandingkan luasan kurva kadar gula darah terhadap waktu sampel dengan standar yaitu glukosa. Glukosa digunakan sebagai standar karena glukosa merupakan karbohidrat yang diserap oleh tubuh. Jumlah glukosa yang harus dikonsumsi yaitu 50 gram. Terlebih dahulu panelis dipuasakan sebelum diambil darahnya bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002). Pengukuran Indeks Glikemik menggunakan pangan acuan dan pangan standar. Prosedur penentuan IG pangan dilakukan dengan prosedur baku

(Miller et.al 1997). Selama pengukuran IG subyek berada dalam keadaan sntai atau aktivitas ringan. Kenaikan kadar glukosa darah tidak semata ditentukan oleh IG tetapi juga oleh jumlah karbohidrat yang dikonsumsi (beban glikemik/glycemic load). Persyaratan bagi pembentukan klaim indeks glikemik pangan ialah: pangan mengandung karbohidrat sekurang-kurangnya 40 gram per saji dan jenis karbohidrat tidak termasuk serat pangan. Subjek penelitian sekurang-kurangnya 8-10 orang subjek (Direktur Standarisasi Produk Pangan 2012) Menurut Miller et.al (1997) masih belum ada kesepakatan tentang metode terbaik untuk menghitung luas di bawah kurva respon glukosa darah (AUC). Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menentukan AUC, tetapi FAO/WHO (1998) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan trapesium (trapezoid) (FAO/WHO 1998; Gibson 2010). Sebelum menstandarisasi metodologi yang disajikan dalam FAO/WHO Expert Consultation Report on Carbohydrates in Human Nutrition (1998), kelompok yang berbeda menggunakan teknik yang berbeda untuk menghitung daerah di bawah kurva respon glukosa. Untuk menghindari masalah ini banyak tabel internasional yang telah menyediakan faktor konversi atau menunjukkan perbedaan metode yang digunakan (Gibson 2010) Pangan Uji (GP) Pada kemasan pangan uji GP tertera bahwa komposisi bahan pangan uji GP terdiri dari tepung terigu, kentang asli, gula, minyak nabati, perisa kentang, susu bubuk, garam, glukosa, pengembang amonium bikarbonat, pengembang natrium bikarbonat, pengemulsi (lesitin kedelai), monosodium glutamat, enzim protease, dan pewarna makanan tartrazine CI 19140. Selain komposisi bahan pangan, dicantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan. Satu takaran saji pangan uji GP sebesar 13 gram. Setiap satu takaran saji mengandung karbohidrat sebesar 3 gram, serat sebesar 0 gram, protein sebesar 1 gram, dan lemak sebesar 3 gram. Pangan uji GP berbahan dasar kentang dan diolah menjadi keripik kentang. Indeks glikemik dari keripik kentang adalah 54 (Powell 2002). Pangan Uji (CC) Pada kemasan pangan uji CC tertera bahwa komposisi bahan pangan uji CC terdiri dari tepung terigu, minyak nabati, susu bubuk, ekstrak malt, ragi, garam, natrium bikarbonat, dan vitamin. Selain komposisi bahan pangan, dincantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan. Satu takaran saji pangan uji CC sebesar 30 gram. Setiap satu takaran saji mengandung karbohidrat sebesar 21 gram, serat sebesar 0 gram, protein sebesar 3 gram, dan lemak sebesar 5 gram. Indeks glikemik cream crackcers adalah 65 (Powell 2002).

Pangan Uji (SG) Pada kemasan pangan uji SG tertera bahwa komposisi bahan pangan uji SG terdiri dari tepung gandum, minyak nabati (mengandung antioksidan BHA), gula tapioka, sirup glukosa, susu rendah lemak, kelapa, garam, bahan pengembang, ekstrak malt, pengemulsi lesitin kedelai, perisa artifisial, dan premiks vitamin (B1, B2, B6, B12). Selain komposisi bahan pangan, dicantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan. Satu takaran saji pangan uji SG sebesar 19,5 gram. Setiap satu takaran saji mengandung karbohidrat sebesar 13 gram, serat sebesar 0 gram, protein sebesar 2 gram, dan lemak sebesar 4 gram. Pangan uji SG diolah dari gandum menjadi biskuit gandung. Indeks glikemik gandum adalah 41 dan indeks glikemik biskuit gandum adalah 68 (Powell 2002).

Pangan Uji (OB) Pada kemasan pangan uji OB tertera bahwa komposisi bahan pangan uji OB terdiri dari tepung terigu, oat, gula, minyak nabati (mengandung antioksidan), kismis, glukosa, bubuk whey, bahan pengembang (natrium bikarbonat, amonium bikarbonat), kalsium, garam, pengemulsi lesitin kedelai, perisa vanila, dan pewarna makanan tartazin C.I 19140. Selain komposisi bahan pangan, dincantumkan juga informasi nilai gizi (Nutrition Fact) pangan pada kemasan. Satu takaran saji pangan uji OB sebesar 16,5 gram. Setiap satu takaran saji mengandung karbohidrat sebesar 12 gram, serat sebesar 1 gram, protein sebesar 1 gram, dan lemak sebesar 2,5 gram. Indeks glikemik biskuit oat 57 (Powell 2002).

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Praktikum pengukuran indeks glikemik bahan pangan dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013, pukul 9:00-12:00 WIB di laboratorium Evaluasi Nilai Gizi lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah glukometer One Touch Glucose Blood System dan program pengolahan data Microsoft Excel for Windows. Bahan-bahan yang digunakan adalah strip analisis glukosa, lancet, kapas swab, sampel darah, glukosa, nasi, serta jagung. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pengukuran indeks glikemik pangan dilakukan dalam dua tahapan yang meliputi persiapan sebelum pengambilan darah dan pengukuran kadar glukosa plasma darah yang ditampilkan dalam diagram alir berikut Persiapan Sebelum Pengambilan Darah Dipilih subjek dengan kriteria IMT normal dan tidak memiliki riwayat degeneratif Dipuasakan subjek selama 10 jam sebelum pengambilan darah Dipastikan suhu ruangan dalam keadaan sejuk Diharuskan subjek dalam kondisi relaks selama 5 menit sebelum pengambilan darah Disarankan menggunakan jari tengah atau jari yang tidak terasa dingin Disarankan posisi lengan subjek menggantung rileks ke samping Dibuka strip glukosa dari kemasan dan dipasangkan pada glukometer Digunakan lancet sekali pakai yang dipasangkan pada pen lancet Gambar 1 Prosedur percobaan persiapan sebelum pengambilan darah Pengukuran Kadar Glukosa Plasma Darah Diambil darah subjek sebelum intervensi untuk data menit ke-0 Diberikan intervensi pangan uji kepada tiap subjek yang harus dihabiskan dalam 10 menit Diambil darah pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 pasca intervensi Gambar 2 Prosedur percobaan pengukruan kadar glukosa plasma darah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari praktikum yang telah diujikan dengan berbagai sampel memberikan hasil yang fluktuatif. Hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor seperti waktu saat mengonsumsi sampel yang tidak tepat atau teratur. Sehingga hasil yang diberikan akan memberi data yang beragam. Berikut adalah hasil uji indeks glukosa pada sampel dengan beberapa metode. Tabel 1 Hasil perhitungan indeks glikemik pangan uji
No 1 2 3 4 Pangan GP CC SG OB Trapezoid 77.89 60.1 100.29 58.14 IG Luas Bangun 46.22 79.03 129.11 35.27 Polynomial 121.3 83.28 95.97 29.83

Hasil dari pengujian indeks glikemik pada sampel memberikan hasil yang beragam pada setiap metode perhitungan yang digunakan. Namun dapat ditarik kesimpulan pangan yang memiliki indeks glikemik paling tinggi adalah SG pada setiap metode yang digunakan sedangkan pangan yang memiliki indeks glikemik terendah adalah OB. Meskipun nilai yang diberikan berbeda-beda pada setiap metodenya namun kategori jenis pangan yang memiliki IG rendah atau tinggi sama. Nilai indeks gikemik dapat menjadi indikasi keterkaitan respon glukosa darah setelah mengonsumsi pangan tersebut. Semakin tinggi indeks glikemik yang dimiliki oleh suatu pangan maka akan semakin cepat pula respon gula darah untuk meningkat dan diabsorbsi oleh sel. Namun jika indeks glikemik dari suatu pangan itu rendah maka akan semakin lama pangan itu memberi efek pada peningkatan gula darah. Kategori tinggi atau rendah nyaa suatu pangan dapat digolongkan menjadi pangan indeks glikemik tinggi (>70), pangan indeks glikemik sedang (50-70), dan pangan indeks glikemik rendah (<50) (Rimbawan dan Siagan 2004). Pada hasil praktikum pangan yang memiliki indeks glikemik tinggi adalah SG yang berarti setelah mengonsumsi SG maka pada kondisi normal glukosa darah akan cepat meningkat dan didistribusikan pada sel. Sedangkan pangan yang memiliki IG terendah adalah OB yang berarti pangan tersebut akan diserap secara perlahan dan tidak langsung memberikan efek pada gula darah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi IG dari suatu pangan adalah teknik pengolahan, kandungan amilosa dan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik, kandungan lemak dan protein, kandungan serat serta kandungan zat non gizi seperti fitat dan oksalat. Faktor tersebut akan sangat mempengaruhi nilai IG suatu pangan dan berpengaruh pula pada daya serap setelah dikonsumsi (Sarwono 2003). Model perhitungan IG yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas tiga macam yaitu metode trapezoid, luas bangun dan polynomial. Masing-masing metode tersebut memiliki cara perhitungan yang berbeda. Pada metode trapezoid perhitungan ynng digunakan adalah dengan menjumlahkan luas bangun trapezium yang dapat dibentuk oleh grafik, sedangkan pada metode luas bangun dengan cara menghitung penjumlahan luas daerah diatas garis pada titik terendah. Namun pada metode polynomial perhitungan yang digunakan dengan menentukan persamaan garis kemudian dilakukan integral dan memasukkan nilai dari titik potong

sehingga diperoleh luasnya. Setelah diperoleh luas dari semua uji maka dibandingkan dengan luas dibawah kurva dari kontrol dan dikali dengan seratus. Kontrol yang digunakan adalah glukosa murni 50 g (Miller 1997). Metode yang memiliki tingkat ketepatan yang lebih tinggi dari hasil praktikum kali ini adalah metode trapezoid. Hasil analisis metode tersebut memiliki nilai yang mendekati pada 2 sampel pangan yaitu sampel GP dan OB. Indeks glikemik dari GP berdasarkan Powell (2002) adalah 54 dan OB adalah 57. Namun berdasarkan penelitian pada literatur lain yaitu dari Rimbawan (2004) dan Sarwono (2003) metode yang paling sering digunakan adalah metode luas bangun. Alasan dari penggunaan metode tersebut adalah karena garis yang ditarik dari titik terendah akan meminimalisir kekeliruan akibat kurva yang fluktuatif dan hasil yang diberikan kurang sesuai dengan teori. Namun, hasil dari pengujian pada praktikum metode luas bangun masih memiliki nilai yang lebih besar dari pada indeks glikemik pangan pendekatan. Metode polynomial adalah metode yang paling jarang digunakan karena memiliki bias yang paling besar dengan metode lainnya, dibuktikan dengan hasil praktikum dan pengujian lain yang dilakukan oleh Sarwono (2003). Ketidaktepatan hasil pengukuran IG pada pangan bukan hanya ditentukan oleh metode yang digunakan. Namun intervensi dan waktu makan, waktu pengambilan darah juga sangat menentukan hasil. Jika pangan dikonsumsi melebihi waktu yang ditentukan maka makanan tersebut sudah mulai dimetabolisme sehingga nilai glukosa awal menjadi tidak tepat, namun jika waktu konsumsinya menjadi terlalu cepat maka akan menghasilkan grafik yang sangat fluktuatif sehingga mengganggu dalam perhitungan IG tersebut. Perbandingan nilai IG dari suatu pangan juga tergantung pada pangan pembandingnya. Pangan pembanding tersebut digunakan dengan tujuan untuk mengetahui pendekatan nilai IG dari suatu pangan. Pangan pembanding yang digunakan adalah keripik kentang untuk sampel GP, biskuit gandum untuk sampel SG, biskuit oat untuk sampel OB. Sehingga nilai IG yang diberikan dengan pendekatan tersebut belum tentu tepat terkait dengan faktor-faktor perlakuan pada pangan tersebut. Teknik pengolahan pangan misalnya, akan memberikan nilai yang berbeda jika antara pangan uji dan pangan sampel diolah dengan cara yang berbeda meskipun berasal dari bahan pangan yang sama. Faktor lain selain teknik pengolahan adalah kandungan gizi akibat adanya penambahan komponen bumbu pada pangan tersebut juga akan menghasilkan hasil yang berbeda. Sehingga evaluasi pengujian pada sampel uji bisa bernilai lebih tepat jika faktor yang mempengaruhi IG diberikan pada kondisi yang sama.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Pengukuran indeks glikemik pangan dilakukan dengan pangan uji GP, CC, SG dan OB. Indeks glikemik dari beberapa pangan tersebut diperoleh dengan menggunakan tiga metode perhitungan yaitu polynomial, trapezoid, dan luas bangun. Pangan dengan indeks glikemik tertinggi adalah SG dengan IG pada ketiga metode diatas 95, sedangkan pangan dengan IG terendah adalah OB dengan IG pada ketiga metode yang digunakan dibawah 59. Berdasarkan pendekatan dengan pangan pembandingnya, diketahui bahwa metode trapezoid lah yang paling tinggi tingkat ketepatannya meskipun belum ada kesepakatan dari keseluruhan literatur mengenai metode terbaik perhitungan IG, namun hal ini sesuai dengan pernyataan FAO/WHO bahwa metode yang paling sering digunakan adalah aturan trapesium (trapezoid). Saran Pangan uji yang diberikan pada intervensi sebaiknya dihabiskan tepat 10 menit dengan tenang dan kecepatan menelan yang stabil karena hal ini sangat berpengaruh pada kurva hasil. Kurva respon kadar glukosa darah subjek yang naik turun menunjukkan waktu dan kecepatan makan yang tidak stabil selama 10 menit intervensi. Grafik yang tidak stabil sangat mengganggu dalam perhitungan IG sehingga hasil yang diperoleh tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[Direktur Standarisasi Produk Pangan Badan POM RI]. 2012. Peraturan Kepala Badan POM Bidang Pangan 2011. http://www.pom.go.id. (diakses pada 19 September 2013). Dolson L. 2006. Is the glycemic index useful?. http://lowcarbdiets.abou.com (diakses pada 19 September 2013) Gibson RS. 2010. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New York: Oxford University Press. Lutfika E. 2006. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Produk Olahan Panggang Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon Unggul BB00105.10. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Marsono Y. 2002. Indeks Glicemik Umbi-Umbian. Prosiding Seminar Nasional Industri Pangan. Surabaya: PATPI. Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor : The GI Solution Hodder and Stoughton. Australia : Hodder Headine Australia Pty Limited. Powell KF, Susanna HAH, dan Janette CBM. 2002. International Table of Glycemic Index and Glycemic Load Values. The American Journal of Clinical Nutrition. 76(1):5-56.

Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Bogor: Penebar Swadaya. Rimbawan, Siagian A, Syarief H, Dalimunthe D. 2005. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Nafsu Makan Pada Subyek Obes dan Normal. Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara Sarwono W. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Widowati S. Peran Pangan Indeks Glikemik Rendah. http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/109 (diakses pada 19 September 2013). Wolever TMS.2006 .The Glycaemic Index - A Physiological Classification of Dietary Carbohydrate. Oxfordshire: Cabi International Publishing.

LAMPIRAN
Gambar Hasil Pengamatan

Gambar 1 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan standar dan pangan uji SG dengan metode Polynomial

Gambar 2 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan standar GP dengan metode Trapezoid

Gambar 3 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan uji GP dengan metode Trapezoid

Gambar 4 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan standar OB dengan metode Luas Bangun

Gambar 5 Grafik kadar glukosa darah subyek terhadap pangan uji OB dengan metode Luas Bangun Tabel Hasil Pengamatan Tabel 1 Hasil perhitungan indeks glikemik pangan uji
No 1 Pangan GP Trapezoid 77.89 IG Luas Bangun 46.22 Polynomial 121.3

2 3 4

CC SG OB

60.1 100.29 58.14

79.03 129.11 35.27

83.28 95.97 29.83

Tabel 2 Respon kadar glukoa darah subyek terhadap pangan kontrol dan pangan uji selama 120 menit
Pangan Standar GP Standar CC Standar SG Standar OB 0 76 73 91 83 86 78 82 82 15 97 82 91 112 107 108 121 90 Kadar glukosa dalam waktu (menit) 30 45 60 86 108 141 84 102 94 121 142 137 118 124 120 128 135 88 121 99 105 144 155 164 125 116 96 90 127 90 139 96 83 101 134 98 120 124 90 121 113 99 86 92 89

Contoh Perhitungan Contoh perhitungan IG pangan SG dengan metode Polynomial. Luas kurva pangan standar = = = 1626991 Luas kurva pangan uji = = = 1560950 Nilai IG =

= = 95,94 Contoh perhitungan IG pangan GP dengan metode Trapezoid. Luas kurva pangan standar Luas bangun A = Luas bangun B =

Luas bangun C = Luas bangun D = Luas bangun E = Luas bangun F = Total luas bangun = 13777,5 Luas kurva pangan uji Luas bangun A = Luas bangun B = Luas bangun C = Luas bangun D = Luas bangun E = Luas bangun F = Total luas bangun = 10732,5 Nilai IG = = = Contoh perhitungan IG pangan OB dengan metode Luas Bangun. Luas kurva pangan standar Luas bangun A = Luas bangun B = Luas bangun C = Luas bangun D =

Luas bangun E = Luas bangun F = Total luas bangun = 6165 Luas kurva pangan uji Luas bangun A = Luas bangun B = Luas bangun C = Luas bangun D = Luas bangun E = Luas bangun F = Total luas bangun = 2175 Nilai IG = = =

Pembagian Kerja Sri Zilla Arsyilah Rina Apriany Utami Natasha Fredlina Ginting Regi Meiliani Adhe Fadillah Putri : Prosedur kerja metodologi, lampiran, dan editor : Pembahasan : Tinjauan pustaka 1 : Tinjauan pustaka 2 : Cover, latar belakang, dan metodologi

También podría gustarte