Está en la página 1de 12

ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

1. PROFIL PERUSAHAAN Maskapai penerbangan ini didirikan pada tanggal 12 Maret 2002 dan memulai operasinya pada Desember 2002. Ini adalah satu-satunya maskapai penerbangan komersial Indonesia yang berkantor pusat di luar Jakarta. Riau Airlines juga merupakan maskapai penerbangan komersial satu-satunya yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Saham perusahaan penerbangan ini secara mayoritas dimiliki oleh pemerintah daerah provinsi Riau dan beberapa provinsi lain seperti Lampung, Bangka Belitung dan Bengkulu. Prestasi juga sempat dicapai oleh Riau airlines, tepatnya pada Januari 2009 Maskapai penerbangan Riau Airlines (RAL) dinaikkan kelasnya menjadi Maskapai kelas satu bersama sepuluh Maskapai lainnya oleh Dirjen Perhubungan Udara. Maskapai penerbagan milik Pemerintah Provinsi Riau itu naik dari kategori II menjadi kategori I, hal ini membuat Riau Air Lines sejajar dengan Maskapai sekelas Garuda Air Lines. Dinaikkannya Riau Airline menjadi maskapai kelas 1 berdasarakan 20 kriteria. Antara lain, tindak lanjut hasil audit, pengawasan, pemeriksaan ramp check, personel manajemen, dan frekuensi kecelakaan TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES
Page 1

Sebelumnya dibentuk untuk menghubungkan kota-kota di propinsi Riau yang memiliki banyak bandara perintis, hingga saat ini telah memperluas wilayahnya operasinya guna menghubungkan semua kota-kota besar di pulau Sumatera, dan juga melayani rute Kalimantan, Bali, dan Kupang, NTT. Juga diperluas untuk

mengoperasikan penerbangan jalur Internasional yaitu ke Malaysia. Namun, krisis keuangan muncul di maskapai ini, yang akhirnya memutuskan berhenti operasi pada tahun 2008. Maskapai ini kembali beroperasi pada bulan Januari 2011 ini dengan rute penerbangan Pekanbaru - Tanjung Pinang - Natuna dengan pesawat Boeing 737-500 yang disewa dari PT. Aero Nusantara Indonesia. Sampai akhirnya Pengadilan Negeri Medan mengumumkan kebangkrutan RAL pada tanggal 12 Juli 2012 setelah sebelumnya dicabut izin Air Operating Certificate (AOC) oleh Kementerian Perhubungan pada tanggal 1 April 2012.

A. Rute Penerbangan Rute Domestik : Pekanbaru, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Natuna, Bandar Udara Ranai Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah

B.

Armada Pesawat Riau Airlines saat ini mengoperasikan 1 pesawat Boeing 737-500, dan akan

menerima 1 pesawat Boeing 737-300 dengan mekanisme leasing. Mantan Armada Riau Airlines Pesawat BAe 146 Jumlah 2 Jmlh kursi 82 Rute Rute Domestik

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Page 2

Fokker 50 Total

8 10

58 0

Rute Domestik

2 pesawat Fokker 50 Riau Airlines ditarik oleh AeroCentury, penyewa pesawat ini akibat tunggakan sewa pesawat yang belum dibayar. Karena 2 pesawat itu adalah sisa armada yang ada (karena pesawat sisanya dikembalikan atau dijual). Riau Airlines memutuskan berhenti beroperasi.

C.

STRUKTUR KEPENGURUSAN RIAU AIRLINES : Teguh Triyanto : Revan Menzano : Wan Syamsir Yus

Direktur Utama Direktur Komersial Komisaris Utama

2.

ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES Tidak banyak pemerintah daerah di negara ini memiliki keberanian luar biasa

seperti Pemerintah Provinsi Riau. Meski dianggap daerah yang belakangan berkembang, pemerintahnya memiliki armada pesawat komersial yang sekarang ini boleh dikatakan satu-satunya penerbangan milik pemerintah sebuah provinsi. Dalam kurun waktu delapan tahun, RAL mampu bertahan. Mulanya RAL diimpikan dapat melayani penerbangan antar kota dalam provinsi di Riau semata. Maklum, beberapa daerah di Riau seperti Tembilahan, harus di tempuh selama delapan jam perjalanan darat. Kota lain seperti Pasir Pengaraian dan Dumai, ditempuh dengan waktu lima jam. Namun, kalau hanya melayani rute-rute AKAP, tentunya RAL akan lebih cepat mati. Pasar dalam wilayah Riau saja, tidak mampu menghidupi RAL. Maklum, kala itu, rakyat Riau yang miskin mendekati angka 40 persen.

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Page 3

RAL akhirnya melayani penerbangan Pekanbaru- Batam Natuna, Tanjungpinang, Malaka dan beberapa daerah lainnya selain rute tetap Pekanbaru - Dumai. Jurusan baru semakin melebar, semisal ke Medan, Palembang, Jambi dan daerah lain di Sumatra dan Kalimantan. Belum satu tahun berdiri, pada tahun 2003, Direktur Utama RAL Yunus Bachri tersangkut kasus korupsi sebesar Rp 1 miliar. Dirut pertama RAL ini divonis satu tahun penjara dan denda Rp 50 juta dan mengembalikan kerugian negara Rp 577 juta. Jabatan Dirut kemudian diserahkan kepada Heru Nurhayadi pada tahun 2004. Di permukaan, Heru relatif lebih tenang dalam menjalankan RAL. RAL kemudian menambah tiga pesawat jenis Fokker F50 seharga Rp 85 miliar. Baru pada tahun 2008, atau setelah hampir empat tahun Heru menjabat, permasalahan RAL muncul ke luar. Heru di demo oleh anggotanya sendiri, bahkan pilot dan pramugari ikut serta. Namun Heru belum mau menyerah. Mundurnya Kepala Pilot Feri Novara dan Manager Operasi Maman Syaifurrahman yang merupakan pemegang posisi kunci keselamatan Civil Aviation Safety Regulation (CASR) RAL, membuat kondisi jadi berbalik. Pada 24 Juli 2008, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Budi Muliawan Suyitno menyatakan RAL tidak memenuhi syarat teknis untuk dinyatakan layak terbang lewat surat bermomor:

AU/4348/DSKU/2421/2008. Pada 6 November 2008, Heru diberhentikan dan digantikan oleh Samudra Sukardi, kakak kandung mantan Menteri BUMN era Presiden Megawati, Laksamana Sukardi. Dimasa Samudra, RAL menambah armada dengan pesawat jet berbadan kecil jenis BAE RJ 100 dengan jumlah 108 penumpang. Samudra bahkan berani bersaing dengan perusahaan penerbangan yang sudah lebih dulu eksis di Tanah Air dengan membuka jalur paling padat Pekanbaru-Jakarta. Samudra bahkan sempat berpikiran membuka jalur Pekanbaru-Jedah, Arab Saudi. Namun pilihan bersaing di jalur gemuk itu ternyata salah, dengan pesawat yang tidak TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES
Page 4

didesain untuk perjalanan panjang, RAL terseok-seok dan tidak mampu bersaing dengan armada LION, Batavia, Sriwijaya, Mandala atau Garuda yang memakai pesawat jet berbadan lebih besar dan nyaman. Terbukti, pada awal April 2010, Dirut RAL yang sudah dipegang oleh Teguh Triyanto mengembalikan BAE Avro RJ 100 kepada pemiliknya. Beban sewa dua pesawat itu sebesar Rp 3 miliar setiap bulan, menggerogoti keuangan RAL. Teguh mengambil jalan berbeda dibandingkan pendahulunya. Jalur-jalur yang kurus ditinggalkan dan lebih banyak mencari penerbangan kontrak dengan pemerintah daerah atau penerbangan carter. Teguh juga mengupayakan penambahan armada dengan menyewa pesawat Boeing untuk bersaing di jalur gemuk. Kedatangan pesawat berbadan lebar itu dis ebut-sebut sudah akan tiba di Pekanbaru pada bulan Agustus, namun sampai Oktober ini, pesawat itu belum juga terwujud, karena pemilik belum juga menyetorkan dana. Pada Mei 2010, Rapat Umum Pemegang Saham PT RAL yang berjumlah 18 pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Sumatra menyepakati penambahan modal Rp 55,4 miliar. RUPS juga menyetujui langkah kerjasama operasi dengan salah satu perusahaan di Eropa untuk pengoperasi 20 pesawat jenis Embraer dan penambahan modal segar Rp 250 miliar. "Uang yang dijanjikan dari RUPS memang belum diberikan. Kami berharap, dapat disetorkan segera untuk mengoperasikan RAL lagi. KSO itu juga belum jelas," ujar Teguh Triyanto dalam pembicaraan dengan Kompas pekan lalu. Juni 2010, muncul cerita baru. Tiga dari empat Direksi PT RAL, tanpa Teguh Triyanto, menandatangani kesepakatan kerjasama dengan PT Cokro Suryanusa Sentosa (Cossen). Tidak tanggung-tanggung, Cossen dikabarkan siap menyuntikan modal sebesar Rp1 triliun. Dalam keuntungan kerjasama operasi itu, Cossen akan mendapat bagian 40 persen, adapun RAL 60 persen. Janjinya, tiga hari setelah penandatanganan kesepakatan tanggal 25 Juni itu, Cossen akan mencairkan dana operasi RAL. Tidak jelas

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Page 5

bagaimana kelanjutan kesepakatan dengan Cossen. Yang pasti sampai sekarang ini, Cossen belum mencairkan dananya sesuai kesepakatan. Pada awal Oktober ini, muncul berita baru lagi. Aerocentury, perusahaan yang menyewakan dua pesawat Fokker F 50 kepada RAL menagih utang senilai Rp 17 miliar yang belum juga dibayar sejak Agustus 2009. Dua pesawat itu akhirnya ditarik Aerocentury awal Oktober ini. Sebenarnya, RAL masih memiliki tiga pesawat lagi, yakni yang dibeli semasa Heru. Ternyata dua dari tiga pesawat itu tidak dapat terbang karena rusak. Terakhir, pertengahan Oktober ini, satu-satunya pesawat RAL yang masih terbang selama krisis berlangsung terpaksa dikandangkan lagi. Praktis tidak ada lagi pesawat RAL yang lalu lalang di angkasa Tanah Air. Pekan ini, RAL telah mati suri. Apa sebenarnya yang terjadi pada RAL? Tidak susah untuk mencari penyebabnya. Salah satu contoh kealpaan atau kesengajaan, adalah ketika direksi dan komisaris sepakat membeli tiga pesawat Fokker F 50 seharga Rp 85 miliar. Padahal, di pasar internasional, harga pesawat jenis itu paling banter Rp 20 miliar sampai Rp 25 miliar. Artinya, bila kondisi pesawatnya super bagus, harganya dapat mencapai Rp 25 miliar. Penggelembungan harga pembelian pesawat itu sempat diributkan beberapa kalangan di Pekanbaru. Hanya saja, berita itu kemudian menguap tidak berbekas. Faktanya, setelah dibeli, dua dari tiga pesawat itu memang tidak laik terbang. Kalaupun hendak diperbaiki, biayanya sangat mahal dan belum tentu ada bengkel yang mau memperbaiki. Masalahnya, nyaris tidak ada perusahaan bengkel pesawat di dalam negeri yang mau memperbaiki pesawat RAL. Utang lama saja belum dibayar, bagaimana mungkin menambah utang baru? Utang RAL telah menumpuk dimana-mana. Padahal, onderdil pesawat harus diganti sesuai dengan jam terbang. Wajar apabila RAL terakhir tidak dapat terbang lagi. Utang RAL saat ini diperkirakan mencapai Rp 300 miliar kepada TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES
Page 6

bank, bengkel pesawat, asuransi dan perusahaan penyewa pesawat. Belum lagi utang kepada karyawan yang belum dibayar gajinya selama dua bulan termasuk tunjangan hari raya. Padahal, sejak berdiri delapan tahun lalu, pemegang saham baru menyuntikkan modal sebesar Rp 157 miliar saja. Artinya, utang RAL jauh lebih banyak dari modalnya. Dengan modal hanya Rp 157 miliar selama delapan tahun, jelas RAL tidak dibangun dengan sepenuh hati. Angka itu sangat jauh dari cukup untuk membangun sebuah usaha penerbangan sehat. Sekadar gambaran, sebuah pesawat berbaling-baling jenis ATR saja sudah berharga Rp 225 miliar. Tanpa bekerjasama dengan pihak ketiga, RAL hampir dapat dipastikan bankrut. Mengharapkan modal dari APBD tidak gampang, karena keputusan itu akan melewati pintu politik di 18 DPRD pemegang saham perusahaan. Dengan kondisi yang terus merugi, pemegang saham mana yang mau menambah dana? Wan Syamsir Yus, Komisaris Utama PT RAL yang juga Sekretaris Daerah Riau menyatakan, krisis keuangan RAL adalah masalah wajar dalam sebuah perusahaan. Meski demikian dia mengakui, masalah RAL memang membutuhkan langkah-langkah penyelamatan sesegera mungkin. RAL meminta pemerintah kabupaten dan kota yang memiliki saham di RAL dapat menyelamatkan perusahaan. Provinsi Riau memang pemegang saham terbesar, namun masih ada pemegang saham lain, yakni 18 pemerintah daerah di Riau, Jambi, Sumatra Utara, Lampung, Bengkulu dan Bangka Belitung," ujar Wan. Terlalu banyak tangan yang bermain dalam pengendalian RAL. Jabatan-jabatan strategis, misalnya, dipegang oleh kerabat dekat pemegang kekuasaan di Riau. Baik itu di jajaran komisaris maupun jabatan direksi. Direktur Keuangan Fizan Noordjaelani dan Direktur Komersial, Revan Menzano adalah kerabat dekat orang berkuasa di Riau. Di jajaran komisaris, konon terdapat seseorang yang mesti dipatuhi dan diikuti perintahnya. Tanpa izin orang berpengaruh itu, niscaya keputusan Dirut tidak akan TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES
Page 7

dapat dijalankan. Kekuasaan komisaris ekstra ini sangat besar, bahkan mencampuri urusan teknis yang semestinya berada di tangan Dirut. Dengan kondisi seperti itu, beberapa pemegang saham dari pemerintah daerah mulai memperhitungkan sahamnya. Pemerintah Kota Dumai, Pekanbaru dan Indragiri Hilir sudah mengkaji untuk menarik sahamnya dari RAL. Pertimbangannya, untuk apa menambah saham untuk sesuatu yang tidak pasti hasilnya. Lebih baik uang APBD dipakai untuk mengatasi persoalan rakyat yang lebih pelik. Anggota Komisi B DPRD Riau, Jefry Noer berulang kali mengeluarkan pernyataan meminta RAL ditutup. Namun untuk menutup RAL di Tanah Melayu bukan persoalan gampang. RAL sudah dianggap sebagai marwah Riau (baca : gengsi Riau). Menutup RAL adalah aib yang memalukan Riau. Masalah RAL sudah sampai pada titik yang membahayakan. Siapapun yang menggantikan Teguh sebagai Direktur Utama PT RAL, perusahaan itu pasti akan mengalami persoalan berat yang setiap saat harus siap mati apabila persoalan profesionalisme tidak dinomorsatukan. Namun, krisis keuangan muncul di maskapai ini, yang akhirnya memutuskan berhenti operasi pada tahun 2008. Maskapai ini kembali beroperasi pada bulan Januari 2011 ini dengan rute penerbangan Pekanbaru - Tanjung Pinang - Natuna dengan pesawat Boeing 737-500 yang disewa dari PT. Aero Nusantara Indonesia. Sampai akhirnya Pengadilan Negeri Medan mengumumkan kebangkrutan RAL pada tanggal 12 Juli 2012 setelah sebelumnya dicabut izin Air Operating Certificate (AOC) oleh Kementerian Perhubungan pada tanggal 1 April 2012, dan kebangkrutan ini juga didukung dengan keputusan MA. Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan maskapai Riau Airlines (RAL). Sebagai hasilnya Riau Airlines tetap dinyatakan bangkrut atau pailit. Keputusan ini menjadi pukulan bagi RAL, mengingat RAL kini tengah berupaya untuk kembali terbang. Merujuk kesepakatan perdamaian

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Page 8

(homologasi) RAL dengan para krediturnya pada 17 September 2012 atau dua bulan sejak dinyatakan pailit. Keluarnya putusan pailit ini sebagai buah gugatan Bank Muamalat akibat PT RAL tak mampu membayar hutang. Selanjutnya selaku pemilik saham terbesar, maka Pemprov Riau bersama PT RAL telah melakukan upaya banding ke Mahkamah Agung dan berdamai (homologasi) dengan Bank Muamalat selaku kreditur. Singkat cerita Bank Muamalatpun menyetujui berdamai dengan restrukturisasi hutang dalam waktu 8 tahun dan pihak debitur mengajukan potongan hutang sebesar 23 persen serta memastikan terjaganya going concern perusahaan. Pada bulan Oktober 2012 Pengadilan Niaga Medan mengesahkan homologasi ini. Jadi jika disimpulkan terdapat 3 Hal yang menyebabkan bangkrutnya Riau Air Lines, antara lain: 1) Korupsi yang dilakukan jajaran pimpinan Riau Airlines, (Terjadi

penggelembungan dana operasional). 2) 3) Ketidakmampuan bersaing dengan maskapai penerbangan lainnya. Terlalu banyak tangan yang bermain dalam pengendalian RAL, dan jabatanjabatan strategis, misalnya, dipegang oleh kerabat dekat pemegang kekuasaan di Riau

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN RIAU AIRLINES :


ASSET ASSET LANCAR KAS DAN SETARA KAS PIUTANG USAHA PIUTANG LAIN-LAIN UANG MUKA &BIAYA DIBAYAR DIMUKA 3.146.880.000 6.789.000.500 13.451.800.000 6.789.000.000 LIABILITAS LIABILITAS JK.PENDEK HUTANG USAHA HUTANG BANK BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR BIAYA LAINNYA 19.800.000.000 91.250.755.000 18.900.420.000 5.009.000.000

LIABILITAS JK.PANJANG TOTAL ASET LANCAR 30.176.680.500 TOTAL LIABILITAS

192.009.991.510 326.970.166.510

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Page 9

ASET TIDAK LANCAR ASET TETAP -NETT ASET LAIN-LAIN 428.125.080.000 28.097.412.000

EKUITAS MODAL SAHAM LABA DITAHAN LABA TAHUN BERJALAN 456.222.492.000 TOTAL EKUITAS 157.000.000.000 12.115.678.990 (9.686.673.000) 159.429.005.990

TOTAL ASET

486.399.172.500

TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS

486.399.172.500

TAMBAHAN PEMERIKSAAN (ASUMSI GOING CONCERN): 1. Apabila kita melihat dalam laporan keuangan Riau Airlines (Tahun 2012 kebelakang), kita bisa melihat bahwa ada indikasi kegagalan usaha. Dalam buku Asumsi Going Concern hlm 38 dinyatakan, Salah satu indikator mengetahui kegagalan usaha adalah dengan melihat kondisi keuangan perusahaan. Kondisi ini dapat dilihat dalam Kemampuan perusahaan dalam menciptakan kas yang berawal dari kemampuan perusahaan menciptaan laba. Dengan mengacu dalam indikator diatas, kita melihat bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dalam beberapa tahun kebelakang. Sehingga perusahaan tersebutdinyatakan adanya ketidak mampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2. Jika kita melihat laporan keuangan RIAU AIRLINES, kita akan melihat bahwa aset yang paling besar yang dimiliki perusahaan ada di account Piutang usaha. Rasio lancar RIAU AIRLINES:

Rasio Lancar

= 0.22
Page 10

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Dengan melihat rasio lancar RIAU AIRLINES sebesar 0.22, maka dapat diprediksi bahwa arus kas operasional pada tahun yang akan datang tidak akan mungkin dapat menyelesaikan hutang lancar yang akan jatuh tempo. Terutama Hutang Riau airlines kepada Bank Muamalat yang jatuh tempo dalam waktu dekat ini.

3. Salah satu cara mengukur kegagalan usaha adalah adalah dengan menggunakan financial distress model. Model
LAPORAN LABA RUGI PENDAPATAN BEBAN USAHA LABA SEBELUM PAJAK PAJAK LABA (RUGI) BERSIH 544.167.899 (10.230.840.899) (9.686.673.000) (9.686.673.000)

Salah satunya adalah dengan menggunakan Z-score

Z=

3,3

EBIT TA

+ 1.2

NWC TA

+1.0

SALES TA

+0,6

MVE BE

+ 1.4

ARE TA

Z=

3,3 -0,06572

EBIT TA +

+ 1.2 0,258512

NWC TA +

SALES +0,6 TA 0,001119 + 0,2881 +1.0

MVE BE +

+ 1.4 0,006991

ARE TA

Z=

0,489002 Z < 1.81 (Mengindikasikan Prediksi Pailit)

Dari analisis Z score diatas didapatkan hasil sebesar Z=0,48 dimana Z < 1.81 (Mengindikasikan Prediksi Pailit). TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES
Page 11

TUGAS PASAR MODAL- ANALISIS KEBANGKRUTAN RIAU AIRLINES

Page 12

También podría gustarte