Está en la página 1de 12

Tugas Praktikum Biologi Umum 2

Makalah Limbah B-3


Disusun oleh : Kelompok VI
Buana Hijrah Burning Rafika Khaira Rahmad Husein Yuli Hardiyanti

Biologi Nondik A 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013

Kata Pengantar

Segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan waktu dan kemudahan untuk kelompok kami sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya. Tugas makalah yang berjudul Limbah B-3 pada Udara berisi 3 bagian utama yakni Bagian Pendahuluan yang akan membahas tentang latar belakang pembuatan makalah serta tujuan dari pembuatan makalah ini. Bagian kedua membahas tentang limbah B-3 yang berpengaruh terhadap udara di lingkungan kita. Bagian ketiga yakni penutup yang merupakan kesimpulan dari pembuatan makalah Limbah B-3 pada udara kami ini. Kami juga mengucapkan ribuan terimakasih kepada dosen kami yang bernama Shafwan yang membimbing kami dalam pembuatan makalah ini dan juga kepada pihakpihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Tiada gading yang tak retak, apabila terdapat kesalahan penulisan atau kesalahan dalam pembuatan makalah ini maka kami atas nama kelompok VI memohon maaf kepada pembaca karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran.

Medan, Maret 2013

Penulis

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. Adapun meningkatnya penggunaan (B3) bahan berbahaya dan beracun pada berbagai kegiatan, antara lain pada kegiatan perindustrian, pertambangan, kesehatan dan juga kegiatan rumah tangga. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai hal-hal di atas yang diberi judul Limbah B-3 terhadap Udara.

2.

Rumusan Permasalahan Adapaun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yakni : 1. Apa pengertian dari polusi udara? 2. Apa pengertian dari limbah B-3? 3. Apa pembagian dari jenis limbah B-3? 4. Apa dampak limbah B-3 terhadap udara?

3.

Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni : 1. Sebagai bahan kuliah yang dijadikan indikator dalam penyelesaian tugas mata kuliah Biologi Umum 2.

2. Sebagai literatur yang dapat dijadikan bahan diskusi. 3. Sebagai penambah wawasan bagi pembaca.

BAB II PEMBAHASAN

1.

PENGERTIAN POLUSI UDARA Polusi berarti pencemaran. Polusi merupakan masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain kedalam lingkungan yang menyebabkan berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam. Polusi berarti masuknya bahan pencemar (polutan) sebagai akibat dari kegiatan manusia atau proses alam yang ditemukan di tempat, saat, dan jumlah yang tidak selayaknya. Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Polusi udara juga merupakan ancaman kesehatan lingkungan untuk anak dan merupakan faktor resiko untuk penyakit pernapasan baik akut atau kronik. Asap rokok terhadap lingkungan dan polutan luar ruangan tertentu diketahui sebagai faktor risiko infeksi pernapasan akut, polusi udara dalam ruangan dari bahan bakar organik merupakan penyumbang besar terhadap penyakit.

Sumber Pencemar Udara 1. Biogenik Bersifat alamiah,muncul dengan sendirinya tampa ada pengaruh dari kegiatan manusia.Contoh:Letusan gunung berapi 2. Antropogenik Bersifat buatan,dapat bersifat statis dan dinamis(bergerak).Contoh:cerobong asap kawasan indrustri,transportasi Akibat Pencemaran Udara (1) Global Warming

(2) Hujan asam (3) Penipisan lapisan ozon (4) Asbut(smog fotokimia) (5) Urban heat island Pengelolaan pencemaran udara Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik.

2.

Pengertian Limbah B-3 Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa

(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Menurut

OSHA

(OCCUPATIONAL

SAFETY

AND

EALTH

ADMINISTRATION); HAZARDOUS WASTE as the waste form of a hazardous substance that is, a substance that will, or may, result in adverse effect on the health or safety employees. Menurut RCRA (RESOURCE CONSERVATION and RECOVERY ACT ) Limbah (Solid) atau gabungan berbagai limbah yang karena jumlah dan konsentasinya, atau karena karakteristik fisik-kimia-dan ndaya infeksiusnya bersifat : o Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan o Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut , dibuang atau dikelola dengan baik. Jenis-jenis sampah B3 a. Sampah B3 dalam Rumah Tangga Bahan berbahaya tidak akan menimbulkan bahaya jika pemakaian, penyimpanan dan pengelolaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pencampuran dua atau lebih bahan dapat menimbulkan masalah. Efek pada kesehatan manusia yang paling ringan umumnya akan terasa langsung karena bersifat akut, seperti kesulitan bernapas, kepala pusing, iritasi mata atau kulit. Pada kemasan bahan-bahan tersebut seharusnya tertera aturan penyimpanan, misalnya tidak boleh terpapar pada temperatur tertentu, atau diletakkan agar tidak terjangkau oleh anakanak. Bahan-bahan tersebut digunakan dalam hampir seluruh kegiatan di rumah tangga, seperti : Bekas cat, tabung bekas pewangi ruangan

pembersih saluran air, soda kaustik, semir, gas elpiji, minyak tanah, asam cuka, kaporit atau desinfektan, sprirtusDari dapur : cairan setelah mencukur, obat-obatan, shampo anti ketombe, pembersih toilet, pembunuh kecoaDari kamar mandi dan cuci : Dari kamar tidur : parfum, kosmetik, kamfer, obat-obatan, hairspray, air freshener, pembunuh nyamuk korek api, alkohol, baterai, cairan pembersihDari ruang keluarga : Dari garasi / taman : pestisida dan insektisida, pupuk, cat dan solven pengencer, perekat, oli mobil, aki bekas b. Sampah B3 dalam industry Undang-Undang tentang Sampah dan Limbah yang saat ini Rancangan Undang-Undangnya sedang disiapkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH). Hal ini yang mengatur industri kecil dan menengah yang katanya bisa menurunkan kuantitas bahan sisa dari proses produksi dan produk yang dihasilkan akan mendapatkan insentif khusus. Namun bagi mereka yang tidak melakukan penurunan kuantitas bahan sisa dan sampah juga akan terkena disinsentif. Upaya insentif dan disinsentif ini akan diatur dalam UU untuk mendorong industri menurunkan kuantitas bahan sisa dan sampah yang dibuang, serta membentuk tanggung jawab industri terhadap bahan sisa dari proses produksi dan produk mereka. Bahan sisa yang dihasilkan oleh industri sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, pertama adalah sampah domestik yang tidak beracun dan kedua, sampah industri yang tergolong sampah beracun. Untuk sampah industri yang tergolong beracun sudah diatur dalam peraturan tentang limbah beracun dan berbahaya (B3), sedangkan UU Sampah dan Limbah akan mengatur sampah domestik yang dihasilkan oleh industri.

Mengenai insentif dan disinsentif yang akan diberlakukan kepada industri kecil, Gempur menjelaskan bahwa insentif dan disinsentif itu masih belum dicari bentuknya dalam RUU yang sedang disiapkan. "Tidak selamanya uang, tetapi bisa berbentuk pengurangan fiskal, kemudahan birokrasi dan sebagainya," ujarnya.

Menurutnya, pemberlakuan insentif dan disinsentif ini akan mewajibkan pelaku usaha untuk melakukan pemilahan terhadap sampahnya dan tidak seenaknya membuang sampah produksi mereka. Industri dapat meminimalisasi sampah dari proses produksinya serta dari produk yang dikonsumsi masyarakat. Pengurangan sampah dari proses produksi yang berupa limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan teknik dan peralatan yang tepat serta efesien, sedangkan untuk sampah domestik bisa dilakukan dengan proses daur ulang. Pentingnya pengaturan hak dan kewajiban terhadap pengelolaan bahan sisa dan sampah yang dihasilkan oleh industri ini pun dicetuskan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta, Slamet Darweny. Menurutnya industri harus bertanggung jawab terhadap bahan sisa dan sampah yang dihasilkan dalam produk-produk mereka.

Dampak Sampah B3 Terhadap Lingkungan Hidup Saat ini ada sekitar 5.500 bahan kimia berbahaya dan beracun yang keluar-masuk Indonesia.Upaya untuk mencegah pencemaran lingkungan oleh B3 adalah mengawasi jumlah bahan kimia yang beredar dan masuk ke wilayah Indonesia, mengawasi perpindahan lintas batas terutama untuk bahan kimia yang dilarang dan terbatas penggunaannya. Pemerintah juga mengawasi persistent organic pollutants (POPs) yang ada di Indonesia. POPs adalah bahan kimia yang bersifat racun biasanya digunakan sebagai bahan aktif pestisida, tahan perubahan (stabil), bisa terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup (bersifat bioakumulasi) dan bisa berpindah melalui udara, air dan mahluk hidup yang jauh dari sumbernya, terakumulasi dalam lingkungan teresterial atau lingkungan akuatik. POPs sudah dilarang penggunaannya. Sayangnya informasi mengenai sisa senyawa atau residu dari penggunaan di masa lalu sangat minim dan tidak mudah melacak keberadaannya. Meskipun demikian masih ada yang menggunakan POPs secara ilegal.

Upaya Pengelolaan B3

Upaya panjang menyusun peraturan pengelolaan B3 setelah melalui tahapan persiapan, pembahasan internal maupun antar departeman sejak tahun 2000, akhirnya pada tanggal 26 November 2001 ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang berlaku secara nasional enam bulan sejak tanggal ditetapkan. Untuk menjamin penggunaan bahan kimia berbahaya dan beracun tidak merusak lingkungan dan mempunyai tingkat keamanan tinggi baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan maka diperlukan peningkatan upaya pengelolaan B3 baik di tingkat nasional, regional maupun internasional, sehingga akan mengurangi resiko pencemaran, kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Sampah B3 adalah Sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Jenis-jenis sampah B3: Sampah B3 dalam rumah tangga Sampah B3 dalam industry Dampak sampah B3 Pemerintah juga mengawasi persistent organic pollutants (POPs) yang ada di Indonesia. POPs adalah bahan kimia yang bersifat racun biasanya digunakan sebagai bahan aktif pestisida, tahan perubahan (stabil), bisa terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup (bersifat bioakumulasi) dan bisa berpindah melalui udara, air dan mahluk hidup yang jauh dari sumbernya, terakumulasi dalam lingkungan teresterial atau lingkungan akuatik. POPs sudah dilarang penggunaannya. Sayangnya informasi mengenai sisa senyawa atau residu dari penggunaan di masa lalu sangat minim dan tidak mudah melacak keberadaannya. Meskipun demikian masih ada yang menggunakan POPs secara ilegal. Upaya Pengelolaan B3 Upaya panjang menyusun peraturan pengelolaan B3 setelah melalui tahapan persiapan, pembahasan internal maupun antardeparteman sejak tahun 2000, akhirnya pada tanggal 26 November 2001 ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang berlaku secara nasional enam bulan sejak tanggal ditetapkan.

También podría gustarte