Está en la página 1de 26

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL YAYASAN PENDIDIKAN (STUDI PADA YAYASAN PAULUS MAKASSAR) Oleh: Kunradus Kampo ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis efektifitas sistem pengendalian keuangan yang diterapkan Yayasan Paulus Makassar dengan menggunakan komponen sistem pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission (COSO) framework. Penelitian menggunakan metode analisis atas 26 komponen pengendalian COSO dan metode wawancara. Teknik analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan elemen-elemen pengendalian internal dan bagaimana pelaksanaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (73%) elemenelemen pengendalian internal sudah dimiliki oleh yayasan, meskipun dalam pelaksanaannya masih harus disempurnakan. Dengan hasil tersebut mengindikasikan sistem pengendalian internal yayasan belum dapat menjamin ketersediaan informasi keuangan yang akurat, andal, dan terutama dalam usaha melindungi asset yayasan secara aman. Kata-kata kunci: Sistem Pengendalian Internal, Instrumen COSO, Yayasan Paulus Makassar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pengendalian internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi, mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan, dan mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan pihak manajemen (AICPA, 1987) dalam Hall (2007). Dalam setting SPI, diperlukan suatu sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan dan sistem anggaran yang memungkinkan mekanisme pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan internal. Laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada stakeholders dan anggaran menjadi sarana penilaian efisiensi dan efektivitas operasional. Yayasan sebagai entitas nirlaba memerlukan dana untuk mendukung aktivitas operasi, pertumbuhan dan ekspansi. Dana yayasan dan unit karya diperoleh dari
1

masyarakat dan stakeholder lainnya sehingga dibutuhkan pengelolaan dana secara bertanggungjawab melalui sistem kelola keuangan dan sistem pengendalian yang andal. Ciri khas pelayanan yayasan dalam KAMS adalah universal dan berpihak kepada yang lemah. 1.2 Perumusan Masalah Yayasan Paulus Makassar mengelola beberapa unit pendidikan dengan wilayah operasi yang cukup luas, meliputi; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Fenomena bahwa terjadi kecenderungan kurang berkembangnya sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Paulus Makassar merupakan lingkaran permasalahan, yaitu: sebaran sekolah yang mencakup wilayah luas, jenjang sekolah yang bervariasi, jumlah siswa yang belum ideal, sehingga berdampak pada kesejahteraan guru yang relatif rendah dibandingkan dengan pegawai negeri, kurang memadainya fasilitas, dan mutu pendidikan yang relatif tidak berbeda dengan sekolah-sekolah non-Katolik, menuntut adanya usaha-usaha konkrit untuk mencari solusi terbaik. Masalah penelitian yang dirumuskan adalah: Bagaimanakah efektivitas SPI Yayasan Paulus Makassar selama ini?

1.3 Tujuan Penelitian Pendekatan sistem dapat menjadi salah satu alternatif awal untuk memastikan adanya tata kelola yang mampu mengamankan asset, mencatat keuangan secara akurat dan menyajikan informasi yang andal dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Analisis SPI bertujuan untuk menganalisis pengendalian yang selama ini diterapkan oleh yayasan dalam mengontrol keuangannya. Untuk itu perlu diketahui efektifitas pengendalian yang selama ini diterapkan dengan menggunakan metode dan teknik tertentu untuk mengukurnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi pengendalian yang telah diterapkan yayasan. Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah; menganalisis dukungan lingkungan pengendalian, kompetensi dalam menilai dan menaksir risiko, aktivitas pengendalian, pengendalian informasi dan komunikasi, sistem pengawasan internal dan eksternal yayasan. Hasil penelitian ini dapat menentukan langkah strategis yayasan untuk merancang model SPI yang terdiri dari: (1) rencana strategis yaitu adanya gambaran yang jelas mengenai; entitas tanggung jawab, pemisahan tugas, prosedur dokumentasi,
2

pengendalian fisik, verifikasi independen, dan pengendalian SDM dalam 5 komponen pengendalian COSO, (2) rancangan aplikasi meliputi: rancangan dokumen, prosedur otorisasi, dan distribusi dokumen, (3) rancangan infrastruktur dan teknologi. Dari hasil penelitian ini yayasan akan mendapatkan efektivitas pengelolaan sumberdayanya dan menjadi gambaran mengenai awal untuk

langkah

mengembangkan sistem tata kelola yang berbasis anggaran.

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan menjaga aktiva perusahaan, memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi, mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan, dan mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan pihak manajemen (AICPA, 1987) dalam Hall (2007). Sistem pengendalian internal dirancang dengan tujuan pokok, yaitu : menjaga asset, menjamin keakuratan pencatatan transaksi dan reliabilitas informasi, menjamin kesesuaian pengelolaan keuangan menurut prinsip berterima umum, mendorong efesiensi organisasi, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dan aturan hukum yang berlaku (Romney & Steinbart, 2009). Weygant, et.all (2012) mengemukakan 6 prinsip pengendalian, yaitu:

pembentukan tanggung jawab, pemisahan tugas, prosedur dokumentasi, pengendalian fisik, verifikasi independen internal, dan pengendalian manusia. Studi Hamzah Ritchi (2010) mengidentifikasi pengendalian aplikasi dalam proses bisnis dengan menggunakan pengendalian COSO, menyimpulkan bahwa pemahaman proses bisnis sangat berpengaruh dalam mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pengendalian internal. Dengan kerangka tujuan pengendalian COSO, tujuan efektifitas, efisiensi dan penjagaan asset diakomodasi dengan menetapkan tujuan pengendalian untuk proses operasi. Sementara tujuan keandalan laporan keuangan dan juga penjagaan asset difasilitasi dengan menetapkan tujuan pengendalian untuk proses informasi. 2.2 Sistem Pengendalian Internal menurut COSO frame work
3

Sistem Pengendalian Internal menurut Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission (COSO) meliputi 5 komponen yaitu: 1) lingkungan pengendalian. 2) aktivitas pengendalian. 3) penilaian risiko. 4) informasi dan komunikasi. 5) monitoring.

Secara komprehensif ke-5 komponen pengendalian tersebut digunakan untuk menilai efektivitas pencapaian tujuan organisasional. Gambar 1 menggambarkan Penerapan Proses Pengendalian Internal secara komprehensif.

Sumber: The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO, 2009) 1) Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam membangun, mendukung, dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian. Lingkungan pengendalian menentukan iklim organisasi yang dapat menumbuhkan kesadaran pengendalian meliputi: a. Integritas dan nilai-nilai etika, standar perilaku dan etika yang harus dilaksanakan semua komponen dalam perusahaan. b. Komitmen terhadap kompetensi, perusahaan harus memiliki karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan standar dan kebijakan yang telah ditetapkan.
4

karyawan terhadap

pengendalian.

Lingkungan

c. Filosofi manajemen dan gaya operasi, sikap dan kesadaran manajemen akan pentingnya pengendalian intern perusahaan. d. Struktur organisasi, rerangka hubungan formal untuk mencapai tujuan perusahaan. e. Perhatian dan pengarahan, dewan direksi dan komite audit dalam mendeteksi penyimpangan dan membuat langkah-langkah perbaikan. f. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab, wewenang dan tanggung jawab dengan mekanisme yang jelas. 2) Penilaian risiko Manajemen puncak harus memiliki seperangkat alat yang dapat digunakan untuk menilai risiko. Komponen alat penilaian risiko dalam struktur pengendalian internal meliputi; identifikasi, analisis risiko yang relevan, dan mengelola risiko. 3) Aktivitas pengendalian Perusahaan seharusnya mengembangkan aktivitas pengendalian spesifik melalui kebijakan, praktik, dan prosedur agar manajemen dapat mengendalikan kegiatan operasional perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi; aktivitas pengendalian untuk pencapaian tujuan pelaporan keuangan dan aktivitas pengendalian untuk proses informasi yang dibedakan atas pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. 4) Informasi dan komunikasi Informasi harus dapat diidentifikasi, diproses, dan dikomunikasikan dengan baik agar dapat menjadi dasar untuk mengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi harus dirancang dengan mempertimbangkan unsur-unsur pengendalian yang mampu menjaga keakuratan, keandalan, dan keamanan terhadap asset perusahaan. 5) Monitoring Monitoring dapat dilaksanakan oleh perusahaan melalui dua aktivtas yaitu; surpervisi rutin yang dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari, dan supervise dalam bentuk audit struktur pengendalian internal dan akuntansi.

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode yang terdiri atas: 3.1 Bahan Penelitian Bahan penelitian terdiri atas jenis data dan sumber data. 1. Jenis data meliputi data yang diperoleh berupa keterangan narasumber mengenai caracara pengendalian yang diterapkan dan data laporan keuangan. 2. Sumber data terdiri atas: data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi, check list dan manuskrip wawancara meliputi tinjauan terhadap sistem akuntansi, kebijakan akuntansi, unsur-unsur pengendalian. Sedangkan data sekunder yaitu data dokumentasi yang diperoleh dari yayasan meliputi; struktur organisasi, dokumen pengendalian keuangan, kebijakan akuntansi, dan laporan keuangan. 3.2 Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, check list dan

manuskrip wawancara dengan Ketua Yayasan Paulus Makassar, Kepala Kantor, Kepala Sekolah, dan staf keuangan yayasan. Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung prosedur dan cara-cara pengendalian yang dilaksanakan. Wawancara dan daftar pertanyaan check list untuk mengetahui pandangan dan konfirmasi untuk mendapatkan keyakinan terhadap sistem pengendalian yang telah diterapkan. 3.3 Definisi Operasional Menurut COSO frame work, sistem pengendalian internal meliputi: 1) Lingkungan pengendalian adalah semua komponen dalam yayasan yang berhubungan dengan sistem dan prosedur pengendalian internal. 2) Aktivitas pengendalian adalah kegiatan yang dilkasanakan menurut sistem, pedoman, dan kebijakan yang telah ditetapkan. 3) Penilaian risiko adalah kemampuan yayasan untuk mengetahui risiko yang dapat merugikan yayasan sehingga perlu menyusun strategi yang tepat untuk mengatasinya.

4) Informasi dan komunikasi adalah hasil kegiatan operasional yayasan yang diproses secara sistematis, akurat, dan andal sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan. 5) Monitoring adalah pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan khususnya pengelolaan keuangan. 3.4 Instrumen Penelitian Check list SPI COSO digunakan untuk melakukan konfirmasi terhadap keberadaan elemen pengendalian internal yang ditetapkan oleh yayasan. Check list SPI meliputi 5 komponen utama pengendalian COSO yang terdiri atas 26 pertanyaan. Setiap item pertanyaan membutuhkan jawaban tertutup YA menunjukkan adanya elemen pengendalian atau TIDAK menunjukkan tidak adanya elemen pengendalian. Manuskrip wawancara untuk mendapatkan jawaban langsung tentang pelaksanaan pengendalian internal yayasan. Analisis kesesuaian antara struktur organisasi, pembagian tugas, otorisasi, dan pertanggungjawaban atas laporan keuangan dengan hasil Check list dan hasil wawancara digunakan untuk menarik simpulan tentang efektivitas pengendalian yang telah dilaksanakan. 3.5 Obyek Penelitian Yang menjadi obyek penelitian ini adalah Yayasan Pendidikan Paulus Makassar yang mengelola sekolah-sekolah mulai tingkat TK, SD, SMP, dan SMA dan tersebar pada 3 propinsi yaitu; Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. 3.6 Informan Penelitian ini melibatkan beberapa informan yang memberikan informasi mengenai pelaksanaan SPI Yayasan Paulus, yaitu: 1. Ketua Umum Yayasan : P. Drs. Alex Lethe, Pr. 2. Kepala Kantor Yayasan : P. Drs. Dominikus Natan Sande, Pr. 3. Kepala Sekolah : P. Drs. Herman Panggalo, SPd, Pr.

4. Kep. Bagian Akuntansi : Ibu Etty Pondaag, S.E., Ak.

3.7 Bagan Alir Penelitian Secara garis besar, penelitian dibagi dalam tahap analisis sebagai berikut:

Harapan Manajemen: Manajemen Yayasan 1. Jenis pengendalian 2. Pengukuran

Rekomendasi

Identifikasi masalah

Pengukuran dan analisis

Observasi

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Yayasan Paulus Makassar 4.1.1 Sejarah Singkat Yayasan Paulus Makassar didirikan di Makale Kabupaten Tana Toraja tahun 1950 oleh Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders nama Yayasan Paulus dengan tujuan mengadakan pengajaran di Indonesia dan khususnya pengajaran Katolik. Seiring perkembangan Gereja Katolik yang berpusat di Makassar maka Kantor Yayasan berkedudukan di Makassar. Anggaran Dasar, Azas, visi, misi, dan tujuan yayasan telah mengalami beberapa kali perubahan yang tentunya disesuaikan dengan perkembangan lingkungan masyarakat khususnya lingkungan pendidikan. Nama Yayasan Paulus Makassar digunakan Akta Pendirian dari Departemen Hukum dan HAM berdasarkan SK Menteri Hukum dan HAM No. AHU.841.AH.01.02 tahun 2008, yang dimuat dalam Lembaran Berita Negara No. 41 tanggal 24 Desember 2008. Maksud dan tujuan pendirian yayasan meliputi: bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Secara geografis, Yayasan Paulus Makassar mengelola unit pendidikan (sekolah) yang tersebar pada 3 wilayah provinsi yang ada di Sulawesi, yaitu meliputi; Sulawesi
8

Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Penyebaran sekolah ini pada dasarnya mengikuti wilayah penyebaran gereja Katolik di wilayah Keuskupan Agung Makassar. Yayasan Paulus Makassar mengelola sekolah yang berbeda-beda tingkatannya, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun tidak semua provinsi mengelola semua tingkatan sekolah tersebut. Gambaran sekolah-sekolah yang dikelola oleh Yayasan Paulus Makassar ditunjukkan pada tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1 Data Sekolah Menurut Wilayah Kerja No. 1 2 3 Nama Provinsi Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Jumlah TK 8 1 1 10 SD 6 2 8 SMP 11 1 12 SMA 4 1 5

Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013 Dalam usaha mewujudkan visi, misi, dan tujuannya, Yayasan Paulus Makassar terus berbenah baik dalam hal pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai tetapi lebih khusus lagi dan sangat penting adalah dukungan sumberdaya manusia yang menjadi penggerak utama pendidikan. Jumlah sumberdaya manusia yang telah membaktikan dirinya dalam usaha menyelenggarakan dan memajukan pendidikan yang dikelola Yayasan Paulus Makassar sampai awal tahun 2013 ini sebanyak 604 orang, yang terdiri atas 492 tenaga pendidik dan 112 tenaga kependidikan. Sumberdaya manusia yang direkrut yayasan, pada umumnya dikaryakan pada sekolah-sekolah sebagai tenaga pendidik (guru). Tenaga-tenaga kependidikan (non guru) juga direkrut terutama untuk dikaryakan sebagai staf administratif di sekolah-sekolah dan kantor yayasan. Data sumberdaya manusia yang dikaryakan dalam jajaran Yayasan Paulus Makassar ditunjukkan dalam tabel 2 dan tabel 3, sebagai berikut:

Tabel 2 Data Sumber Daya Manusia Menurut Unit Kerja Tenaga No. Unit Pendidikan Pendidik (Guru) 1 2 3 4 5 Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Kantor Yayasan Jumlah Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013 Tabel 3 Data Sumber Daya Manusia Menurut Jenjang Pendidikan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenjang Pendidikan Pendidikan maksimum SD Pendidikan maksimum SMP Pendidikan SMA sederajat Pendidikan D2 Pendidikan D3 Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Sarjana Strata Dua (S2) Pendidikan Sarjana Strata Tiga (S3) Jumlah Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013 Jumlah 14 15 103 53 66 345 8 604 31 124 185 152 492 Tenaga Kependidikan (Non Guru) 7 30 33 23 19 112

4.1.2 Visi Dengan semangat spiritualitas pendiri terwujud komunitas pendidikan yang setia pada pencerdasan kehidupan bangsa, ciri khas Katolik, keunggulan, dan profesionalitas (Renstra Yayasan Paulus Makassar, 2011-2015).

10

4.1.3 Misi 1. Memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dengan semangat cinta kasih, rela berkorban, adil, dan lebih berpihak kepada yang miskin. 2. Menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan yang pluralis, demokratis, adil, berbudaya, dan inklusif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3. Menciptakan komunitas pendidikan yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili, bermartabat, mengintegrasikan iman-ilmu, imankehidupan, serta iman-budaya. 4. Mendampingi peserta didik agar mampu untuk mengemban tanggung jawab yang benar, menggunakan kebebasan secara tepat, dan terlibat secara aktif dalam bermasyarakat. 5. Mendampingi peserta didik agar memiliki kecerdasan holistik: intelektual, emosional, dan spiritual. 6. Mendampingi peserta didik agar memiliki kepribadian yang religius, kreatif, dan mandiri. 7. Mendorong penyelenggara agar professional dalam merekrut, membina, menghargai, dan memutuskan hubungan kerja. 8. Mendampingi pendidik agar profesional dalam pembelajaran,

pembimbingan, pelatihan, dan penilaian. 9. Mendorong pengelola agar profesional dalam mengembangkan kurikulum.

10. Mengelola keuangan secara akuntabel, dan kredibel. 11. Mendorong penyelenggara dan pengelola agar mampu memfungsikan unsurunsur manajemen secara profesional. 4.1.4 Sasaran 1. Peserta didik memiliki semangat cinta kasih, rela berkorban, adil, dan lebih berpihak kepada yang miskin. 2. Peserta didik memiliki wawasan kebangsaan yang pluralis, demokratis, adil, berbudaya, dan inklusif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3. Komunitas pendidikan yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili, bermartabat, mengintegrasikan iman-ilmu, iman-kehidupan, serta iman-budaya.

11

4.

Peserta

didik

mampu

mengemban

tanggung

jawab

yang

benar,

menggunakan kebebasan secara tepat, dan terlibat secara aktif dalam bermasyarakat. 5. Peserta didik memiliki kecerdasan holistik: intelektual, spiritual. 6. 7. Peserta didik memiliki kepribadian yang religius, kreatif, dan mandiri. Penyelenggara agar profesional dalam merekrut, membina, menghargai, dan memutuskan hubungan kerja. 8. Pendidik profesional dalam pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, dan penilaian. 9. Pengelola (kepala sekolah) profesional dalam mengembangkan kurikulum. emosional, dan

10. Penyelenggara dan pengelola profesional dalam mengelola keuangan secara akuntabel, dan kredibel. 11. Penyelenggara dan pengelola dalam memfungsikan unsur-unsur manajemen secara profesional. 4.1.5 Strategi Strategi Yayasan Paulus dibagi dalam 5 bidang pengembangan strategis meliputi: 1. Pengembangan spiritualitas pendiri Yayasan Paulus Makassar. 2. Pengembangan pencerdasan kehidupan bangsa. 3. Pengembangan kesetiaan terhadap ciri khas Katolik. 4. Pengembangan keunggulan dalam pendampingan siswa. 5. Pengembangan profesionalitas. Dari 5 bidang pengembangan tersebut disusun butir-butir program strategis dan rincian program untuk setiap bidang strategi (Renstra Yayasan Paulus Makassar, 20112015, bab III). 4.2 Sistem Pengelolaan Keuangan 4.2.1 Sistem Perencanaan Tujuan penyusunan Renstra (Pengantar Renstra Yayasan Paulus Makassar, 20112015) adalah: 1. Menunjukkan arah yang hendak dituju. 2. Menjadi basis untuk melakukan perencanaan dan pengembangan.
12

3. Membentuk koordinasi antarbagian/tingkatan unit kerja. 4. Menciptakan kinerja unit yang baik. 5. Menghindari konflik akibat perbedaan persepsi. 6. Menjadi dasar dalam bekerja berdasarkan sistem. 7. Memungkinkan mengadakan evaluasi secara terarah. Berdasarkan tujuan tersebut Yayasan Paulus Makassar telah menyusun Renstra tahun 2011 2015, yang memuat 5 bidang pengembangan strategis dan 37 program strategis dengan 192 rincian program yang akan dilaksanakan sepanjang periode 5 tahun. Perencanaan 5 tahun secara komprehensif membentuk sebuah sistem yang

pelaksanaannya berdampak pada keterlibatan pihak manajemen yayasan, kepala sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan, dan murid-murid sekolah. 4.2.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi Prosedur Penerimaan Kas Penerimaan kas (uang) yang diterima dari orangtua murid dikategorikan atas 2 kategori yaitu: kas yang harus disetor ke yayasan dan kas yang disimpan dan dikelola sekolah. Kas yang disetor ke yayasan meliputi: uang sekolah, uang pangkal, dan uang alat. Kas yang disimpan dan dikelola sekolah meliputi: uang seragam, uang praktikum, uang pembinaan, uang buku, dan lain-lain yang manfaatnya berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. Prosedur penerimaan kas melibatkan pihak sekolah dan pihak yayasan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap penerimaan kas adalah kepala sekolah, bendahara sekolah, kepala perwakilan, team, kepala kantor yayasan, kepala bagian keuangan yayasan, bagian akuntansi yayasan, bagian penerimaan uang (kasir) yayasan. Prosedur penerimaan kas dibagi dalam 3 tahapan sebagai berikut: 1. Penerimaan kas dari kegiatan PMB dan Penerimaan kas rutin (harian). 2. Penyetoran tunai ke yayasan dan penyetoran tunai melalui bank. 3. Pelaporan bulanan (SPP), pelaporan 3 (tiga) bulanan (SPP). Sistem Akuntansi dan dokumen transaksi Sistem akuntansi Yayasan Paulus Makassar meliputi siklus akuntansi: buku harian dan buku kas. Sistem akuntansi tersebut didukung dengan dokumen pendukung dan bukti transaksi, meliputi: kuitansi Penerimaan Murid Baru (PMB), buku PMB, buku
13

slip setoran PMB, kartu uang sekolah, buku slip setoran (uang sekolah, uang pangkal, dan uang alat), buku slip setoran ke bank, buku Sumbangan Peyelenggaraan Pendidikan (SPP), buku SPP, dan map surat (arsip) setoran.

4.2.3 Sistem Pengawasan dan Pelaporan Keuangan Sistem pengawasan dilakukan melalui struktur organisasi yang ada sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Sesuai uraian tugas fungsi pengawasan melibatkan kepala perwakilan daerah dan badan pengawas yayasan. Fungsi pengawasan dari badan pengawas yayasan akhir-akhir ini kurang optimum. Yang sangat berperan dalam pengawasan adalah kepala perwakilan daerah. Program pengurus yayasan dalam menunjang pengawasan adalah melakukan kunjungan minimum 2 kali dalam setahun (terjadwal), dan bila dipandang perlu karena adanya kondisi tertentu maka dilakukan kunjungan sesuai kebutuhan. Kunjungan pengurus yayasan ke sekolah-sekolah umumnya melibatkan kepala perwakilan daerah masing-masing sekolah. Pelaporan keuangan dilakukan sekolah kepada yayasan setiap akhir bulan. Laporan sekolah harus mendapatkan persetujuan dari kepala perwakilan daerah sebagai pengawas sebelum laporan dikirimkan kepada yayasan. 4.3 Sistem Pengendalian Internal 4.2.1 Identifikasi elemen-elemen pengendalian Dari hasil identifikasi melalui data sekunder diperoleh adanya ketersediaan elemen-elemen pengendalian internal yayasan. Elemen-elemen pengendalian internal yayasan selama ini sebagian besar (73%) sudah ada. Keberadaan elemen-elemen pengendalian internal tersebut ditinjukkan dalam 14tabel 4 berikut: Tabel 4 Daftar elemen pengendalian internal
No. 1. Keterangan Lingkungan Pengendalian a. Integritas dan Nilai Etika b. Komitmen dan Kompetensi c. Filosofis Manajemen dan Gaya Operasi d. Struktur Organisasi e. Penetapan Otoritas dan Pertanggungjawaban f. Kebijakan dan Prosedur SDM Ya Tidak


14

2.

3.

4.

5.

Penilaian Risiko a. Rumusan Tujuan secara keseluruhan b. Perumusan Tujuan institusi pada tingkat kegiatan c. Identifikasi Risiko d. Analisis Risiko e. Mengelola Risiko Aktivitas Pengendalian a. Review Pencapaian Kinerja Utama Pimpinan b. Pembinaan sumber daya manusia c. Pemrosesan Informasi d. Pengendalian Fisik Asset Rawan untuk menjaga keamanan asset e. Penetapan dan Pemantauan Indikator dan Ukuran Kinerja f. Pemisahan Tugas mengurangi kesalahan, pemborosan, dan kecurangan g. Pelaksanaan Tranksasi berdasarkan otorisasi dari pengawas h. Pencatatan dan pengklasifikasian Transaksi Secara Layak i. Pembatasan Akses dan Pertanggungjawaban atas Penyimpanan Aset j. Pengendalian Internal dengan dokumentasi yang jelas Informasi dan Komunikasi a. Informasi b. Komunikasi Monitoring a. Monitoring Kegiatan Sedang Berjalan b. Evaluasi Terpisah c. Tindak Lanjut Atas Temuan Audit Jumlah Persentase

19 73% 7 27%

Sumber: Kantor Yayasan Paulus, diolah 2013

4.2.2 Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam membangun, mendukung, dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian. Lingkungan pengendalian menentukan iklim organisasi yang dapat menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pengendalian. Yayasan Paulus Makassar melalui rapat kerja tanggal 1 sampai dengan 3 Oktober 2010, memutuskan beberapa hal sebagai berikut:

15

1. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar meningkatkan diri dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan pencerdasan kehidupan bangsa yang menjadi tujuan negara. 2. Menegaskan pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar untuk

mempertahankan ciri khas Katolik yang inklusif dalam semangat kebebasan dan cinta kasih injili. 3. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar memahami, menghayati, dan mengamalkan spiritualitas pendiri. 4. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar agar

melaksanakan pendampingan peserta didik yang bertanggungjawab, mampu menggunakan kebebasan secara bermasyarakat. 5. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar mengembangkan kepekaan sosial dan kepedulian peserta didik dari keluarga mampu untuk membantu dan membela yang miskin. 6. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar agar tepat, dan terlibat dalam kehidupan

mendampingi peserta didik memiliki kecerdasan holistik. 7. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar agar memahami, menghayati, dan mengamalkan filosofi pendidikan Katolik. 8. Mendorong agar pelaku pendidikan Yayasan Paulus Makassar berlaku professional dalam menyelenggarakan, mengelola, dan melaksanakan karya pendidikan. 9. Menumbuhkembangkan penggalangan dan pengelolaan dana Yayasan Paulus Makassar secara akuntabel dan kredibel. 10. Menumbuhkembangkan penyelenggaraan dan pengelolaan Yayasan Paulus Makassar agar melaksanakan manajemen secara professional. Gambaran lingkungan pengendalian yayasan diungkap oleh informan 1 melalui wawancara sebagai berikut: Filosofi manajemen yayasan adalah cara melihat karya sebagai pewartaan gereja. Sekolah Katolik merupakan media pewartaan, karena salah satu karya pastoral adalah pendidikan. Karena itu saya selalu melibatkan pastor paroki di mana sekolah berada supaya ada pengawasan. Pastor Paroki dibuatkan Surat Keputusan (SK) untuk

16

membantu sebagai pembimbing rohani. Kadang ada yang bertanya berapa sumbangan yayasan ke KAMS? Pertanyaannya seharusnya dibalik, berapa yang disumbang KAMS kepada yayasan? Yayasan berpijak pada 4 pilar yaitu; mencerdaskan, setia pada spiritualitas pendiri, ciri Katolik berpihak pada yang lemah dan profesionalitas. Itu yang saya terapkan sudah 10 tahun. Dari hasil wawancara mengindikasikan bahwa aspek penciptaan lingkungan pengendalian telah dikembangkan Yayasan Paulus Makassar dan lembaga berusaha untuk merumuskan dasar bagaimana menciptakan lingkungan yang memungkinkan

adanya integritas dan nilai-nilai etika, standar perilaku dan etika yang harus dilaksanakan seluruh komponen yayasan. Keputusan rapat tersebut juga menghendaki adanya komitmen terhadap kompetensi, yang dilandasi oleh filosofi manajemen dan gaya

operasi (bandingkan tabel 4), sikap dan kesadaran manajemen akan pentingnya pengendalian internal yang baik. Usaha-usaha yayasan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik sudah dilaksanakan meskipun masih perlu pembenahan selanjutnya sebagaimana diungkap oleh informan 2 berikut: Persoalan unit-sekolah dengan wilayah kerja yang luas sehingga kendala komunikasi pasti ada. Barangkali memang masih harus dibenahi dalam pengelolaan yayasan ini. Yayasan belum memiliki staf ahli untuk melihat peluang-peluang pengembangan, misalnya dalam hal seleksi pegawai. Termasuk perlu konsultan untuk memberikan masukan-masukan pengembangan yayasan. Usaha saya sekarang baru sebatas membedakan 3 pos: uang pembangunan untuk sarana prasarana, uang alat untuk running cost sekolah, uang sekolah untuk gaji. Untuk membangun perlu mempertimbangkan kondisi keuangan. Untung ada pertemuan pengurus yayasan rutin sekali sebulan untuk membicarakan hal-hal yang perlu dibenahi. Namun belum tertuang dalam bentuk pedoman perencanaan yang dapat dievaluasi dan ditindaklanjuti.

4.2.2 Aktivitas pengendalian Dalam struktur organisasi Yayasan Paulus Makassar menunjukkan rerangka hubungan formal untuk mencapai tujuan yayasan melalui pembagian otoritas dan tanggung jawab, wewenang dengan mekanisme yang jelas. Untuk menjamin bahwa fungsi dan tanggung jawab masing-masing komponen yayasan dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu pengendalian yang baik pula. Pengendalian yang baik diperoleh
17

dari adanya aktivitas pengendalian yang akan menuntun semua komponen sistem untuk bekerja menurut sistem, pedoman, dan kebijakan yang telah ditetapkan yayasan. Beberapa aktivitas pengendalian yang dilaksanakan Yayasan Paulus Makassar meliputi: a. Penilaian kinerja, dilakukan melalui DP3 yang memuat tentang penetapan dan pemantauan indikator dan ukuran kinerja. b. Pembinaan sumberdaya manusia; untuk tenaga pendidik dilakukan melalui pendidikan formal dalam bentuk studi lanjut maupun melalui kegiatan pelatihan, lokakarya, seminar, dan lain-lain. Pembinaan bagi tenaga kependidikan dilakukan melalui pelatihan-pelatihan terkait bidang kerja. c. Pemrosesan data masih bersifat manual menggunakan perangkat komputer. d. Pengendalian asset untuk menjaga keamanan asset; dilakukan secara terpadu melalui bagian-bagian yang ada dalam struktur organisasi. Pelaksanaan aktivitas pengendalian yayasan sebagaimana diungkap informan 1 sebagai berikut: Prinsipnya ada tanggung jawab masing-masing sesuai wewenang. Yayasan mempunyai wewenang mengenai administrasi, misalnya; pengangkatan sumberdaya manusia, kenaikan golongan, dan sebagainya. Sekolah operasional pendidikan. Tanggung jawab sudah jelas tidak perlu campur tangan. Aktivitas pengendalian yayasan lebih dipertegas melalui ungkapan informan 2 sebagai berikut: Biasanya kita adakan pertemuan antar kepala kantor, sekretaris, personalia, dan bagian keuangan untuk menyusun rencana program, termasuk rencana kunjungan ke 4 wilayah daerah. Kita rencanakan kunjungan paling tidak 2 (dua) kali dalam setahun. Kunjungannya lebih bersifat silahturahmi bukan mengadili sekolah-sekolah dengan maksud untuk mengkonfirmasi informasi catatan perwakilan daerah dan catatan kantor yayasan, untuk dikomunikasikan. Biasanya melibatkan perwakilan untuk membicarakan sekolah dan menyampaikan masukan-masukan dari daerah maupun pertanyaan dari yayasan.

18

Penegasan aktivitas pengendalian keuangan juga diungkap oleh informan 4 sebagai berikut: Tidak ada konfirmasi atas rekening bank karena tidak ada selisih. Apa yang diterima yayasan itu yang disetor ke bank. memang sekolah kadang mengeluh karena tidak segera dipenuhi permintaan dananya, tapi kan disesuaikan dengan uangnya, minus atau tidak. Ungkapan informan 4 selaras dengan ungkapan informan 3 sebagai berikut: Kontrol sangat baik, hanya bagaimana yayasan berpikir untuk mengelola dan mencari sumber dana lain belum dilakukan selama ini. Dari beberapa aktivitas pengendalian tersebut sebagaimana diungkap dalam hasil wawancara mengindikasikan bahwa aktivitas pengendalian yayasan dalam bidang sumberdaya manusia relatif memadai. Sementara dalam bidang pemrosesan data dan pengendalian keamanan asset khususnya keuangan, mengindikasikan masih kurangnya pemahaman mengenai pengendalian keuangan dan aktivitas pengendalian keuangan masih minimum (bandingkan tabel 4).

4.2.3 Penilaian risiko Strategi Yayasan Paulus dibagi dalam 5 bidang pengembangan strategis meliputi: 1. Pengembangan spiritualitas pendiri Yayasan Paulus Makassar. 2. Pengembangan pencerdasan kehidupan bangsa. 3. Pengembangan kesetiaan terhadap ciri khas Katolik. 4. Pengembangan keunggulan dalam pendampingan siswa. 5. Pengembangan profesionalitas. Gambaran mengenai penilaian risiko yayasan disajikan dalam petikan wawancara dengan informan 1 sebagai berikut: Menurunnya peminat, banyak saingan, sekolah negeri makin bagus, sekolah makin banyak, swasta juga semakin banyak dan menawarkan fasilitas yang lebih bagus. Dari segi kualitas mungkin kurang lebih sama. Karena kita menekankan pada proses bukan hasil. Secara teoritis kan, proses yang baik pasti hasilnya baik. Yayasan hampir belum berinvestasi, baru menyimpan duit secara aman, itu kan bukan investasi. Terkait pengembangan sumberdaya manusia terutama guru-guru, saya sering
19

mengatakan, apa pun kurikulumnya tapi yang menentukan sdmnya.

Bidang

pengembangan guru-guru belum dianggarkan khusus, baru sebatas pelatihan-pelatihan bersama melalui KOMDIK KAMS. Ke depan sementara dalam proses merintis kerjasama dengan penerbit untuk memprogramkan pelatihan-pelatihan bagi guru-guru. Hal ini dibuat karena uang yayasan memang masih sangat terbatas. Tapi kami sudah berusaha untuk melakukan perubahan secara bertahap. Misalnya gaji setiap tahun direncanakan akan ada perubahan meskipun kecil, pengangkatan sdm secara bertahap karena kesulitan dana pengembangan. Memang belum ada program terpadu. Program dibuat awal tahun pelajaran dengan mempertimbangkan kondisi keuangan sekolahsekolah karena sebagian besar sekolah mengalami defisit, hanya beberapa sekolah yang surplus. Kecuali pembinaan rohani harus dilaksanakan. Ada 12 sekolah di Makassar, yang surplus hanya SMA Katolik Cenderawasih, SMP Garuda, dan SD . Pihak sekolah tahu kalau minus setelah yayasan sampaikan baru mereka tahu minus. Mereka sangka dengan bawa duit ke yayasan sudah bisa terpenuhi semua kebutuhan. Daya saing berkurang, yang dilakukan adalah bagaimana supaya tetap memiliki daya tahan ketimbang untuk bersaing secara kompetitif. Ke depan ada wacana menggabungkan unit pendidikan termasuk perguruan tinggi. Seperti Yayasan Palisupadang Palapala apakah gabung dengan Yayasan Paulus atau dengan STIKPAR Rantepao. Tapi masih perlu kajian mendalam melalui masukan dan analisis pakar. Dalam hubungannya dengan penaksiran risiko khususnya berkaitan dengan perencanaan strategis yang menghendaki adanya anggaran tahunan, informan 3 mengungkapkan sebagai berikut: Praktis anggaran tidak dibuat selama ini, karena untuk hal-hal rutin sudah jelas. Bahwa ada penarikan sejumlah uang dari siswa untuk alat dan uang pembangunan, yayasan melihat dan memutuskan untuk membangun. Memang anggaran belum mendesak untuk harus dibuat. Tetapi kesan saya yayasan mau menang sendiri. Kalau kami diundang pertemuan pembicaraan terlalu umum, lebih pada meminta kesabaran. Tidak ada permintaan yayasan tentang usul dan ide untuk mengajak berpikir bersama kepala sekolah mengenai masa depan keuangan yayasan. Terkait keterlibatan dalam penyusunan anggaran informan 2 menungkapkan bahwa penyusunan anggaran biasanya melibatkan kepala sekolah dan perwakilan daerah.

20

Strategi pengembangan yang dibangun yayasan dengan berpijak pada spiritualitas pendiri untuk pencerdasan bangsa sesuai ciri khas Katolik menjadi penciri keunggulan sekolah dan profesionalitas dalam pengelolaan yayasan sebagaimana terungkap dalam hasil wawancara akan memberikan keunggulan kompetetif dalam menghadapi persaingan di bidang pendidikan dasar sampai menengah. Strategi tersebut tampaknya sudah diimplementasi dalam beberapa bidang seperti sumberdaya manusia, administrasi dan keuangan, walaupun belum menyeluruh (bandingkan tabel 4). Pengembangan keunggulan spesifik melalui pengembangan kompetensi sumber daya manusia belum terprogram dengan baik karena kondisi keuangan yayasan masih kurang mendukung. Strategi yayasan saat ini adalah bagaimana mengelola sumberdaya agar yayasan masih tetap survive. Dengan kondisi keuangan yang ada, yayasan berupaya melakukan

program pengembangan secara bertahap khususnya berkaitan dengan kesejahteraan pegawai, pelatihan tenaga pendidik, dan pengangkatan pegawai. Bila dikaitkan dengan evaluasi efektifitas strategi dalam pencapaian tujuan belum bisa terukur dengan baik karena belum tersedianya anggaran yang berfungsi sebagai sarana implementasi strategi yang telah ditetapkan. 4.2.4 Informasi dan komunikasi Sistem dan prosedur yang baik menggambarkan semua aktivitas yang berdampak pada aktiva, utang, pendapatan dan biaya yang terjadi, diproses secara sistematis, akurat, dan andal sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan. Sebagai contoh kebijakan dan pedoman untuk prosedur akuntansi yang jelas baru sebatas transaksi penerimaan kas. Pada sisi lain, sangat penting adanya kebijakan dan pedoman untuk prosedur akuntansi pengeluaran kas karena aktivitas pengeluaran kas sangat berpotensi menimbulkan penyimpangan. Sistem akuntansi yang tidak lengkap sampai pada penyusunan laporan keuangan khsususnya neraca tahunan belum dapat memberikan informasi yang akurat dan andal menjadi sarana komunikasi serta dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Neraca menjadi sangat penting untuk disusun karena gambaran mengenai kondisi keuangan yayasan laporan laba rugi menunjukkan pendapatan dan biaya selama satu tahun dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar kemampuan yayasan dalam menghasilkan berapa laba (surplus) yang dapat menambah modal yayasan selanjutnya.

21

Gambaran mengenai informasi dan komunikasi yayasan dengan sekolah-sekolah diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut: Masing-masing sekolah mengelola uangnya sendiri, dan dilaporkan ke yayasan. Yayasan menentukan pengeluaran. Sekolah mengelola dana rutin kecuali gaji, diperiksa yayasan dan dibayar diperwakilan. Ada laporan tapi kayaknya tidak lengkap, praktis anggaran yang besar-besar saja kalau sudah nilai jutaan yayasan. Mungkin neraca, laba/rugi hanya yayasan dan Makassar tetapi belum lengkap. Ungkapan informan1 tersebut juga didukung oleh ungkapan informan 2 sebagai berikut: Selama ini mau dikatakan bagaimana ya. Memang beberapa bagian diantaranya yang bisa dinilai dengan uang misalnya sarana komputer, sarana belajar mengajar, biasanya diutamakan dana yang dikelola sekolah. Kalau tidak cukup maka sekolah berembuk dengan yayasan. Sebagian dana dikelola di sekolah, tetapi tidak diminta laporan karena sudah jelas dari laporan setoran ke yayasan. Bagaimana uang digunakan, tidak ditanya lagi tapi tergantung pada kreativitas sekolah dengan prinsip maksimalkan untuk kepentingan sekolah. Kebanyakan permintaan dari sekolah mungkin dikatakan hampir semua permintaan dipenuhi hanya masalah waktu, karena yayasan harus mempertimbangkan keseimbangan untuk sekolah-sekolah yang ada. Ada memang permintaan dana sekolah yang tidak pernah dipenuhi seperti permintaan lembaga studi. Khusus kegiatan oleh lembaga studi tidak dipenuhi kecuali ada rekomendasi dari dinas pendidikan. Memang keuangan yayasan sentral dalam hal laporan, tetapi masalah dana dikelola di perwakilan. Yang dikirim ke yayasan hanya dana hari tua untuk diteruskan ke KWI. Uang ada di unit masing-masing tapi laporan ada di sini (yayasan). Sampai saat ini yayasan belum menyusun laporan laba rugi dan neraca. Informasi keuangan juag diungkapkan oleh informan 3 sebagai berikut: Tidak pernah ada informasi keuangan yayasan, hanya ada laporan dikirim ke sekolah setelah akhir tahun, kami tidak pernah melaporkan keuangan. Tetapi bila ada gejala keterlambatan pembayaran dari sekolah langsung yayasan tegur. Komunikasi kurang lancar, dalam menenentukan uang sekolah selama ini saya hanya rasa-rasa. Permintaan dana dari sekolah lebih banyak ditolak, bukan ditolak tapi ditunda. Kami hanya duga-duga mengapa ditunda, contoh saya pernah minta pengecetan sekolah dikabulkan setelah 5 tahun. Ada dana untuk sarana buku, seragam, praktikum dikelola

22

di sekolah, dan tidak diminta dilaporkan ke yayasan, tetapi dikeluarkan sesuai dengan tujuannya dan kalau ada sisanya dibagi-bagi untuk kesejahteraan guru dan pegawai. Kurang lengkapnya prosedur keuangan diungkapkan oleh informan 4 sebagai berikut: Ya, secara tertulis prosedur keuangan baru prosedur penerimaan uang. Kalau pengeluaran langsung di yayasan. Kadang dari bos, ketua yayasan atau kepala kantor. Kalau pengadaan barang diurus oleh bagian sarana.pertanggungjawaban keuangan dilakukan pada setiap selesai kegiatan. Dari hasil wawancara terungkap bahwa yayasan telah berusaha membangun komunikasi dengan unit/sekolah namun masih ada hambatan-hambatan yang dijumpai karena ketiadaan sarana komunikasi yang standar untuk bisa dipahami dan diikuti oleh semua pihak. Komunikasi yang kurang lancar menyebabkan adanya informasi yang tidak sampai sasaran. Sistem dan prosedur keuangan yang kurang memadai menyebabkan proses akuntansi belum mampu mengahsilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang baik (bandingkan tabel 4). 4.2.5 Monitoring Monitoring atau pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan khususnya terkait dengan masalah keuangan menjadi suatu kegiatan yang sangat penting untuk memastikan adanya kesesuaian antara apa yang direncanakan dengan apa yang dilaksanakan. Monitoring yang baik seharusnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi kegiatan maupun keuangan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pencatatan dan pelaporan yang baik, dan menyusun anggaran untuk suatu periode tertentu. Anggaran memuat rencana-rencana kegiatan untuk suatu periode tertentu disertai jumlah uang yang dibutuhkan untuk setiap rencana kegiatan. Monitoring anggaran menjadi sarana evaluasi baik aspek kegiatan maupun aspek pendanaan. Kegiatan monitoring keuangan yayasan diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut: Audit eksternal baru sekali tapi sudah lama, lebih dari 5 tahun lalu. Kita mau tiap tahun tapi biayanya besar kan? Pengendalian baru sebatas pengelolaan tidak satu tangan. Prinsip pemisahan tugas untuk pengamanan tapi melakukan pengawasan

23

terhadap kebenaran prosedur belum ada. Kita ada sumberdaya manusia akuntansi tapi belum memilki kemampuan untuk itu. Informan 4 mengungkapkan kegiatan monitoring keuangan yayasan sebagai berikut: selama saya di yayasan baru sekali audit oleh pak Kusnadi dan hasilnya katanya sudah bagus. Waktu itu ketua yayasan masih Pastor Lukas. Dan dalam hal evaluasi anggaran diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut: selama ini anggaran biasanya dibuat awal tahun dan belum ada evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran. Dari aspek monitoring melalui audit laporan keuangan, yayasan belum

melaksanakan audit keuangan internal dan audit eksternal baru dilakukan sekali dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun (bandingkan tabel 4). Yayasan juga belum menyusun anggaran baik tahunan maupun anggaran multi tahun. Sistem pencatatan keuangan yang teratur dan sedapat mungkin mengikuti standar akuntansi keuangan akan sangat membantu proses monitoring internal yang lebih dikenal dengan pemeriksaan (audit) internal. Audit internal ditujukan untuk memastikan bahwa pencatatan keuangan telah mengikuti prosedur yang baik dan dapat menjamin keakuratan, keandalan dan keamanan asset yayasan. Monitoring dan evaluasi terhadap anggaran memberikan informasi mengenai efektivitas dan efisiensi dalam suatu periode tertentu. BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan Melalui Renstra tahun 2011 2015, Yayasan Paulus Makassar telah meletakkan dasar kebijakan untuk penciptaan lingkungan pengendalian yang baik. Terlebih didukung oleh filosofi manajemen yang didasarkan pada makna karya sebagai salah satu sarana pewartaan iman. Namun demikian keberadaan renstra belum didukung dengan

kebijakan, standar-standar, prosedur operasi dan indikator-indikator capaian secara tertulis sehingga operasionalisasi renstra belum diterapkan dengan baik. Usaha yayasan untuk mengendalikan kegiatan melalui aktivitas pengendalian sesuai tujuan yang diharapkan selama ini telah dilaksanakan melalui jenjang struktur organisasi yayasan. Meskipun dalam hal penerimaan murid baru dan penerimaan kas,

24

telah menunjukkan aktivitas pengendalian yang jelas dan memadai, tetapi dalam bidang kegiatan lainnya masih sulit untuk mengevaluasi keefektifan dari aktivitas pengendalian yang telah dilaksanakan. Strategi pengembangan spiritualitas pendiri untuk pencerdasan bangsa sesuai ciri khas Katolik yang menjadi penciri keunggulan sekolah dan profesionalitas dalam pengelolaan yayasan akan memberikan keunggulan kompetetif dalam menghadapi persaingan di bidang pendidikan dasar sampai menengah. Strategi tersebut tampaknya sudah diimplementasi dalam beberapa bidang seperti sumberdaya manusia, administrasi dan keuangan, walaupun belum menyeluruh. Bila dikaitkan dengan evaluasi efektifitas strategi dalam pencapaian tujuan belum bisa terukur dengan baik karena belum tersedianya instrumen anggaran yang berfungsi sebagai sarana implementasi strategi yang telah ditetapkan. Sistem dan prosedur yang baik seharusnya mencakup semua aktivitas yang

berdampak pada aktiva, utang, pendapatan dan biaya yang terjadi, diproses secara sistematis, akurat, dan andal sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan. Sistem akuntansi yayasan yang masih sebatas pemrosesan penerimaan kas belum sepenuhnya menghasilkan informasi yang akurat dan andal untuk menjadi sarana komunikasi serta dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Monitoring dalam bentuk pengawasan dalam bentuk supervisi dilakukan secara rutin dan dijadwalkan, tetapi monitoring khusus keuangan dalam bentuk audit baru sekali dilakukan audit eksternal. Audit internal juga belum terlaksana pada hal audit penting untuk memastikan bahwa sistem dan prosedur akuntansi telah mencerminkan pengendalian internal yang dapat menjamin keakuratan, keamanan, dan keandalan informasi keuangan Yayasan Paulus Makassar. Ketiadaan evaluasi atas pelaksanaan anggaran juga menyebabkan ketidakakuratan informasi mengenai seberapa efektif dan efisiennya suatu kegiatan operasio yang telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan yayasan. 5.2 Rekomendasi Mengacu pada kondisi pengendalian internal yang diterapkan Yayasan Paulus Makassar selama ini, maka perlu dilakukan pengembangan sistem pengendalian agar menjadi lebih baik. Namun yang sangat penting dari pengembangan sistem adalah

25

dukungan manajemen dalam bentuk komitmen manajemen untuk mau memperbaiki kelemahan yang ada selama ini. Beberapa saran yang direkomendasikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a). yayasan melengkapi sistem akuntansi dengan sistem dan prosedur pengeluaran kas, b). yayasan menyusun anggaran tahunan, c). yayasan melengkapi renstra dengan kebijakan tertulis, standar, prosedur operasi, dan indikator-indikator capaian, d). yayasan merekrut sumber daya manusia yang berkompeten khususnya untuk bidang keuangan dan akuntansi. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan secara bertahap melalui pelatihan dan lokakarya dengan melibatkan sumberdaya manusia yang sesuai bidangnya, misalnya untuk level teknis administrasi dan keuangan dan untuk level manajerial. DAFTAR PUSTAKA Bodnar George H., William S. Hopwood, 2004. Sistem Informasi Akuntansi, Ed. 9, Terjemahan Julianto Agung Saputro dan Lilis Setiawati, Penerbit Andy, Yogyakarta. Hall James A., 2007. Accounting Information Systems, Ed. 4, Terjemahan Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwary, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Husein M. Fakhri, 2004. Sistem Informasi Akuntansi, Cetakan pertama, Penerbit YKPN, Yogyakarta. Kieso, Weygant, Kimmel, 2012. Accounting Principles, 10th Ed., www. Wileyplus.com. Romney Marshall B., Paul John Steinbart, 2009. Accounting Information Systems, Eleventh edition, Pearson Internal Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey. The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). 2009, Internal Control Integrated Framework: Guidance on Monitoring Internal Control Systems.

26

También podría gustarte