Está en la página 1de 24

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan dalam upaya memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari.guna mempertahankan kesehatannya Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebu tuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik. Pada makalah ini, membahas tentang pengertian mobilitas, jenis-jenis mobilitas, factor yang mempengaruhi mobilitas, manfaat mobilitas, pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, akibat body mekanik yang buruk, asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas, perubahan fisiologi dan psikososial akibat mobilisasi, proses keperawatan klien dengan masalah mobilisasi, dan saja peran sistem skeletal, muskular, dan saraf.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan mobilitas? 1.2.2 Apa saja jenis-jenis mobilitas? 1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas? 1.2.4 Apa saja manfaat mobilitas? 1.2.5 Apa yang dimaksud dengan body mekanik? 1.2.6 Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik? 1.2.7 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik? 1.2.8 Bagaiman pergerakan dasar dalam body mekanik? 1.2.9 Apa akibatnya body mekanik yang buruk? 1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas?

1.2.11 Bagaiman perubahan fisiologi dan psikososial akibat mobilisasi? 1.2.12 Bagaimana proses keperawatan klien dengan masalah mobilisasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan tentang pengertian mobilitas 1.3.2 Mendeskripsikan jenis-jenis mobilitas? 1.3.3 Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas? 1.3.4 Mendeskripsikan manfaat mobilitas?

1.3.5 Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik 1.3.6 Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik 1.3.7 Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik 1.3.8 Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk 1.3.9 Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas 1.3.10 Mendeskripsikan perubahan fisiologi dan psikososial akibat mobilisasi? 1.3.11 Mendeskripsikan proses keperawatan klien dengan masalah mobilisasi?

1.4 Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang pemenuhan kebutuhan mobilisasi. Dan diharapkan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.

BAB II PEMBAHASAN
A. Mobilitas a. Pengertian Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan dalam upaya memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari.guna mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi yang dilakukan bertujuan untuk ekspresi emosi dengan tingkah laku verbal, non verbal, pertahanan diri, terpenuhinya kebutuhan dasar, aktifitas harian dan rekreasi.

b. Jenis Mobilitas 1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2.

Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas kaena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Monilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak denagn batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible paa system muskulokeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang. b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, praplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.

c. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi


Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada pada perilaku atau kebiasan sehari-hari 2. Proses Penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobillitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh. Sebagai contoh, orang yang memderita frakturfemur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam estremitas bagian bawah. 3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas(sakit) karena adat dan budaya tertentu dilaranng untuk beraktifitas. 4. Tingkat energi. Energy adalah suumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melekikan mobilitas dengan baik,dibutuhkan energi yang cukup. 5. Usia dan status perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobillitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

d. Manfaat Mobilisasi
meningkatkan harga diri dan body image memperbaiki sistem tubuh dan aktifitas yang teratur. meningkatkan derajat kesehatan mencegah ketidakmampuan memperlambat serangan penyakit degenerative

B. Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Body mekanik penting untuk koordinasi dan keamanan menggunakan tubuh dalam menghasilkan pergerakan dan memelihara keseimbangan selama beraktifitas. Pergerakan yang tepat meningkatkan fungsi muskuloskeletal tubuh, mengurangi energi yang digunakan untuk pergerakan dan memelihara keseimbangan sehingga dapat menguranngi kelelahan (fatique) dan menurunkan resiko terjadinya injury. Tujuan utama dari body mekanik adalah untuk memfasilitasi keamanan dan efisiensi penggunaan sesuai dari otot-otot.

1) Prinsip Body Mekanik


Gravity Balance (Keseimbangan) Weight (berat) Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligement (Postur Tubuh) Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. 2. Balance / Keseimbangan Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support. 3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir) Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik


Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik antara lain: Status kesehatan Emosi Situasi dan kebiasaan Gaya hidup Pengetahuan

3) Pergerakan Dasar Yang Digunakan Dalam Body Mekanik


Pergerakan dasar yang digunakan dalam bodi mekanik antara lain: 1. Walking / berjalan 2. Squating / jongkok 3. Pulling / menarik 4. Pivoting / berputar

4) Akibat Body Mekanik Yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut: 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.

2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

C. Asuhan

Keperawatan

pada

Klien

dengan

Gangguan

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas, atau saat pasien menglami pergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasi. Kemudian, menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara mengamati apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan lengan atas ( pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak. b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas. Kesejajaran tubuh, Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan. 2. Mengdentifikasi penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk. 3. Memberi kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.

4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar. 5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf. 6. Memperoleh informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior guna mengamati apakah: Bahu dan pinggul sejajar a. Jari-jari kaki mengarah ke depan b. Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran tubuh pasien imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang di angkat dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi telentang. Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai hal hal berikut : 1. Kepala tegak dan midline 2. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar. 3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus 4. Ketika klien dilihat dari arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung, tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung. 5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan pergelangan kaki yang fleksi. 6. Lengan klien nyaman di samping. 7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari jari kaki menghadap ke depan. 8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki.

Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior. Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal hal sebagai berikut : 1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus. 2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha. 3. Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal. 4. Kedua kaki di topang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman. 5. Jarak 2 4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior. Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri popliteal atau saraf untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf. 6. Lengan bawah klien ditopang pada penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan kursi. Hal penting mengkaji kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai kelemahan otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu. Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah posisi ketika mereka merasakan ketengangan otot dan penurunan sirkulasi. Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh klien.

Cara berjalan

1. Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus

2. Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki 3. Kaki dorsofleksi pada fase ayunan 4. Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan 5. Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai. 6. Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)

Penampilan dan pergerakan sendi,

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi sendi tiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakanya adalah fleksi dan ekstensi ( jari jari tangan dan siku ) dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi dan adduksi ( lengan dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada potongan tranversal, gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi internaldan eksternal ( lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ). Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1. Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi 2. Adanya deformitas 3. Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi 4. Adanya nyeri tekan 5. Krepitasi 6. Peningkatan temperatur di sekitar sendi 7. Derajat gerak sendi

Kemampuan dan keterbatasan gerak, Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:

1. Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak. 2. Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)

3. Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk 4. Keseimbangan dan koordinasi klien. 5. Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat 6. Derajat kenyamanan klien 7. Penglihatan

Kekuatan dan masa otot, Sebelum membantu klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.

Toleransi aktifitas, adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan lainnya.

Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami : 1. Disabilitas kardiovaskular dan respiratorik 2. Imobilisasi komplet dalam waktu yang lama 3. Penurunan massa otot atau gangguan muskuloskeletal 4. Tidur yang tidak mencukupi 5. Nyeri 6. Depresi,cemas, atau tidak termotivasi. Alat ukur yang paling bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas adalah frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan serta tekanan darah. Masalah terkait mobilitas, Pengkajian ini dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.

c. Penetapan Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain : 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme muskulusletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama. 2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang tidk benar. 3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum. Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung yang langsung akibat teknik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (Owen dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk kedepan, kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah menurun.

Perawat berisiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut : 1. Posisi beban. 2. Tinggi objek. 3. Posisi tubuh. 4. Berat maksimum. Setiap perawat harus mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat

mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera punggung perawat. Teknik mengubah posisi. Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan meningkatkan kelemahan serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang baik selama diposisikan. Mengangkat Yang Tepat

LANGKAH

RASIONAL

1. Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, Menentukan apakah anda dapat dan berat maksimum. melakukanya sendiri atau membutuhkan

2. Angkat objek dengan benar dari bawah pusat bantuan. gravitasi: Memindahkan pusat gravitasi lebih dekat 1. Dekatkan pada objek yang akan dipindahkan. 2. Perbesar dasar dukungan anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka. 3. Turunkan pusat gravitasi anda ke objek yang akan diangkat. 4. Pertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala dan leher dengan veterbrae, jaga tubuh tetap tegak. 3. Angkat objek dengan benar dari atas pusat gravitasi tempat tidur: Mencapai pusat gravitasi lebih dekat ke Mengurangi risiko cedera vetebra lumbal dan kelompok otot. Mempertahankan keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh. Meningkatkan keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan cara yang sinkron. ke objek.

1. Gunakan alat melangkah yang aman objek. dan stabil, jangan berdiri diatas

tangga teratas. 2. Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur. 3. Pindahkan berat objek dari tempat tidur dengan cepat pada lengan dan diatas dasar dukungan.

Meningkatkan keseimbangan tubuh selama mengangkat. Mengurangi bahaya jatuh dengan memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat gravitasi diatas dasar dukungan.

Posisi Penyokong Fowler. Pada posisi penyokong fowler, bagian kepala tempat tidur ditinggikan 450 -600 dan lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi dibawah tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda posisi Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan. Penyokong harus menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal, dan lumbal yang normal. Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:

1. Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke depan. 2. Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur. 3. Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki. 4. Rotasi luar pada pinggul. 5. Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong. 6. Kaki yang tidak tersokong. 7. Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi. 1. Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien menyandarkan punggungnya disebut posisi dorsal rekumben. Pada posisi terlentang hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada dasarnya sama dengan kesejajajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada potongan horisontal. Bantal trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun meukuloskeletal. Mataras harus cukup kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang disokong dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:

1. Bantal di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal. 2. Kepala datar pada matras. 3. Bahu tidak disokong dan berotasi dalam. 4. Siku melebar. 5. Ibu jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain. 6. Pinggul berotasi luar. 7. Tidak tersokongnya pinggul. 8. Titik penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi. 2. Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap kebawah. Bantal kepala harus cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi servikal dan mempertahankan kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal dibawah tungkai bawah memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas ujung matras. Perawat harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang terjadi, berikut ini:

1) Hiperekstensi leher. 2) hiperekstensi spinal lumbal. 3) Plantar fleksi pergelangan kaki. 4) Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
3. Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien bersandar disamping, dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri. Contohnya, struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring : Flesi lateral pada leher. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong. Kurangnya sokongan kaki. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.

4. Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada posisi Sims berat badab berada pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula. Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :

Fleksi lateral pada leher. Rotasi dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul. Kurang sokongan di kaki. Kurang perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan pergelangan kaki. 5. Teknik Memindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prossedur memindahkan : 1. Naikan sisi bergerak [ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuh dari tempat tidur. 2. Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman. 3. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan. 4. Tentukan kebutuhan akan bantuan. 5. Jelaskan kaji kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan. Perawat yang melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat. Perawat juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya. Memindahkan Klien. Memindahakan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Mobilisasi Sendi, Untuk menjamin keadekuatan mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien tidak mempunyai kontrol motorik

volunter maka perawat melakukan latihan gerak rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Kadang kadang klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk membantu berjalan. Latihan rentang gerak. Leher. Bahu. Siku. Lengan bawah. Pergelangan Tangan. Jari tangan dan ibu jari. Pinggul. Lutut. Pergelangan kaki dan kaki. Berjalan Menggunakan Alat Bantu Berjalan. Mengukur kruk.

Mengajarkan gaya berjalan dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk Sistem integument. Seperti yang telah di diskusikan sebelumnya, resiko utama pada kulit akibat keterbatasan mobilisasi adalah dekubitus. Oleh karena itu interfensi keperawatan berfokus pada pencegahan dan penatalaksanaan. System eliminasi. Interfensi keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada perkemihan adalah menjaga hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung kemih dan setatis urine, terbentuk batu, dan infeksi. Hidrasi yang adekuat mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien dengan hidrasi baik harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami inkontinensia

maka perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan eliminasi urine. Untuk mencegah distensi kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran urine. Klien dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat mengontrol eliminasi urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan kateter sementara atau menetap untuk mencegah distensi. Peawat juga harus mencatat frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur sayuran dalam jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak feses, katartik, atau enema. Tindakan Pencegahan latihan Lansia

Pastikan intensitas latihan rendah, 40%-70% dari perdiksi maksimun denyut jantung dan kemajuan latihan sangat perlahan lahan.

Gunakan usaha melatih irama jantung untuk memantau intensitas latihan. Latihan bertahap, perbanyak latihan pemanasan dan pendinginan untuk menurunkan resiko hipotensi postural maupun arirmia jantung.

Gunakan mekanika tubh yang benar, gunakan pakaian yang sesuai, sepatu latuhan khusus, dan cukup hidrasi.

Hindari gerakan memutar yang tiba tiba, gerakan cepat, dan gerakan transisi yang cepat dari gerakan satu ke gerakan yang lain.

Hindari gerakan mengganggu penglihatan dan keseimbangan. Hindari kontraksi isometric, yang bertahan lebih lama dari 10 detik. Hindari latiahan selama infeksi virus akut. Hentikan latihan jika terjadi angina, kontraksi ventricular, premature, atau sesak napas yang berlebihan.

Dapatkan persetujuan dokter dan program tertulis untuk pembatasan latihan fisik spesifik sebelum memulai program latihan fisik.

Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau turun, dan berjalan.

mobilitas sendi
Sendi adalah unit fungsional dari muskuloskeletal system.jumlah maksimum pergerakan yang tepat pada tulang sendi bagian tubuh tertentu seperti sagital, frontal dan transversal disebut dengan ROM. (Range Of Motion). Tiap pergerakan sendi :fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, efersi, pronasi, supinasi dan lain-lain.

D. Perubahan Fisiologi Dan Psikososial Akibat Mobilisasi


1. Perubahan Fisiologi Mengacu pada terbentuknya system integument, kardiovaskuler, respirasi, pencernaan,perkemihan,muskuluskeletal, dan neurosensoris kearah yang lebih baik atau normal. 2. Perubahan psikososial Menyebabkan emosional intelektual, sensori, dan sosiokultural ke arah yang lebih baik atau normal

E. Proses Keperawatan Klien Dengan Masalah Mobilisasi a. Pengkajian


a. Menilai adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi. b. Menilai adanya kelainan mekanika tubuh saat duduk, beraktivitas, atau saat pasien mengalami pergerakan serta pengkajian terhadap kasus ambulasinya. c. Menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan dengan cara

mengamati gaya berjalan pasien, dan ayunan lengan atas.

b. Diagnosa
a. Risiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat yang tidak benar. b. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

c.Perencanaan
Tujuan : Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas seharihari. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.

d. Pelaksanaan
Latihan ambulasi a. Duduk di atas tempat tidur

b. Turun dan berdiri c. Membantu berjalan d. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien.

e. Evaluasi
Menilai kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau turun, dan berjalan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan dalam upaya memenuhi kebutuhan aktifitas seharihari.guna mempertahankan kesehatannya. JENIS-JENIS MOBILISASI 1. Mobilitas penuh 2. Mobilitas sebagian, a. Monilitas sebagian temporer b. Mobilitas sebagian permanen, Monilitas sebagian temporer Mobilitas sebagian permanen

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi 1. Gaya hidup. 2. Proses Penyakit/cedera. 3. Kebudayaan. 4. Tingkat energy 5. Usia dan status perkembangan Manfaat mobilisasi
o meningkatkan harga diri dan body image o memperbaiki sistem tubuh dan aktifitas yang teratur. o meningkatkan derajat kesehatan o mencegah ketidakmampuan o memperlambat serangan penyakit degenerative

Prinsif body mekanik

Gravity Balance (Keseimbangan) Weight (berat) Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligement (Postur Tubuh)

2. Balance / Keseimbangan 3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik


Status kesehatan Emosi Situasi dan kebiasaan Gaya hidup Pengetahuan

Pergerakan Dasar Yang Digunakan Dalam Body Mekanik


1. Walking / berjalan 2. Squating / jongkok 3. Pulling / menarik 4. Pivoting / berputar Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut : 1. Gravitasi 2. Keseimbangan 3. Berat Mekanika tubuh dan ambulasi : 1. Gerakan ( ambulating ). 2. Menahan ( squating ). 3. Menarik ( pulling ). 4. Mengangkat ( lifting ).

5. Memutar ( pivoting ). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah 1. Status kesehatan 2. Nutrisi 3. Emosi 4. Situasi dan Kebiasaan 5. Gaya Hidup 6. Pengetahuan Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut : 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal. 2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

SUMBER PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul,2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan,Jakarta:Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul,2004, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Buku Saku Praktikum ,Jakarta:EGC. http://atarodang.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-dasar-mobilisasidan.html http://langgocity.blogspot.com/2009/03/resume-kdm_18.html http://subijakto25.blog.com/2011/06/08/kerja-otot/ http://nesapramonoagung.wordpress.com/2010/10/21/body-mechanicdan-body-alignment/

También podría gustarte