Está en la página 1de 50

ETIKA HINDU (SUSILA)

NENGAH MEDERA

PENGANTAR
Singgih yan tekaning yuganta kali tan hana lewiha sakeng mahadhana, tan waktan gunasura pandita widagdha pada mangayaping dhaneswara, sakwehning rinahasya sang wiku hilang kula ratu padha hina kasyasih, putra dweng pita ninda ring bapa si sudra banija ware wirya pandhita.

PENGANTAR
Jaman sekarang menurut tradisi Hindu disebut Jaman Kaliyuga Sejarahwan Franklin Baumer (AliranAliran Pokok dan Pemikiran Barat) menyebutkan jaman sekarang Jaman Keresahan Atmosfir dunia saat ini sangat tinggi dan panas. Apa penyebab suhu kehidupan begitu tinggi

EGO manusia. Di mana-mana manusia mengembangkan ego yang menyebabkan ketegangan mental, sehingga berbagai macam keresahan dan penyakit tersebar di dunia Ego selalu menyatakan dan menuntut: apapun yang diinginkan harus terjadi Jikalau ego tidak mencapai sasaran muncullah marah Jika marah mengalir ke tangan bisa memukul Jika marah naik ke atas muka menjadi berang Jika ke mulut mencaci maki Jika ke kaki menendang

Jaman ini di mana kesenangan-kesenangan material telah melebihi pikiran manusia Namun kenikmatan material tidak memberikan kepuasan sejati (seperti menggaruk gatal) Ke manapun kita pergi akan selalu menemukan sifat-sifat nafsu serakah akan kekuasan dan kemashuran serta ketamakan akan kekayaan dan harta Karena cenderung mengejar kenikmatan duniawi kadang-kadang manusia sampai melupakan kebenaran dan kebajikan (dharma) Manusia pada jaman ini menjadi mangsa seribu macam kesulitan Kemajuan bidang material telah mengalihkan pikiran manusia dari pencarian spiritual menjadi sifat sombong, pamer, mementingkan keuntungna diri sendiri, dll.

Tuhan sering disalahkan kalau seseorang mengalami kekecewaan (ibarat tukang pos) Dunia dihadapkan kepada kehidupan yang dikuasai keinginan berlebihan Orang mendewa-dewakan harta kekayaan (harta perlu seperti juga makan) Intinya kembali kepada pikiran kita sendiri. Pikiran adalah sumber segala ucapan dan perbuatan kita, ibarat sumber air kalau jernih maka jernih pula air yang dialirkan.

SUSILA
Membentuk Manusia Susila dan Berbudi Pekerti Luhur
Sumber Bacaan Tata Susila Hindu Dharma oleh Prof. Dr. I B Mantra Pengendalian Diri dan Etika dalam Ajaran Agama Hindu oleh Drs. I Gede Sura Sila Krama oleh Drs. I B Oka Puniatmadja Sarasamuscaya Manawa Dharma Sastra Bhagawadgita

PENDAHULUAN
Manusia mempunyai sifat ingin mengetahui Sifat ini muncul dari kecil hingga dewasa Ingin mengetahui hal-hal yang paling sederhana/nyata sampai hal-hal yang rumit/abstrak Ingin mengetahui sangkan paran/asal mula dan tujuan Untuk mencapai tujuan itu orang

Dari pergaulan sehari-hari menimbulkan pandangan-pandangan. Ada pandangan yang disebut baik, ada disebut buruk Pandangan-pandangan ini sering disebut nilai, yang berpengaruh besar terhadap pola dan cara berpikir dan berperilaku Nilai dan pola berperilaku serta cara berpikir inilah kemudian diformulasikan sebagai etika Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral

Nilai mengenai benar dan salah inilah yang dianut oleh golongan atau masyarakat Disamping ilmu etika adapula ilmu humaniora (human bersifat manusiawi) ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan manusia lebih manusiawi dalam pengertian manusia lebih berbudaya (teologi, filsafat, ilmu hukum, sejarah filologi, ilmu bahasa, kesusastraan, kesenian, dll.)

Manusia dalam bahasa Sanskerta disebut manawa Raksasa disebut danawa Dewa disebut madawa Etika mengandung pengertian aturan atau kewajiban yang harus dilakukan umat manusia (perjuangan dari danawa manawa madawa)

DASAR ETIKA HINDU


Adanya pengakuan dan keyakinan adanya satu atma yang memnuhi alam semesta berada di mana-mana (wyapaka) dan menjadi dasar serta sumber semua yang hidup Ajaran ini mengandung inti sifat tresnasih (cinta kasih yang luas) tidak terbatas keluarga, golongan, bangsa, tetapi seluruh mahluk hidup di dunia

Konsep ini menciptakan suatu kehidupan harmonis bhuana agung dan bhuana alit (makrokosmos mikrokosmos) yang diformulasikan dalam Tri Hita Karana Ini menjadi dasar filosopi hidup umat Hindu, dasar hidup yang harmonis saling menghormati, saling menghargai dan saling tolong menolong Ajaran ini diformulasikan dalam konsepsi tat twam asi (tat = ia, itu; twam = kamu; asi = adalah)

Manusia adl mahluk paling mulia memiliki budhi dan kebijaksanaan Semakin bijaksana dan semakin luhur budhi pekertinya seseorang semakin mulia Ukuran kemuliaan seseorang terletak pada kesusilaannya Manusia utamaning utama disebut Brahmana denga ciri-ciri:

Berbudi pekerti luhur Bijaksana Tahu diri (wruh ring sarira) Beriman Berkesabaran Welas asih terhadap semua mahluk dsb.

Manusia beragama adalah untuk meningkatkan kemuliaan dirinya (sublimasi) Ciri-ciri orang yang masih rendah budhinya:

Senang pada kalaham suka pada hura-hura, berkelahi, mengadu domba, mengacau, dsb.

Ciri orang berbudhi luhur:


Selalu mendambakan kedamaian, ketentraman, kerukunan, dan suka bersahabat

Manusia terjadi dari dua unsur purusa (jiwatman) dan prakerthi (raga), maka manusia tdk luput dari hukum ruwa bhineda (hukum dualisme) Hidup di dunia yang dikuasai oleh hukum dualisme manusia mempunyai dua sifat yang berhimpitan tapi bertentangan ada yang baik ada yang buruk

Citta (alam pikiran manusia) dipengaruhi oleh Tri Guna Sakti :


Asuri sampat (sifat keraksasaan)
Rajasika dan tamasika

Daiwi sampat (sifat kedewataan)


Satwika

Rajah dan Tamah Tri mala paksa Tri meda, maka sifat-sifat manusia itu sendiri menjadi musuh bagi dirinya sendiri sbb.:
Sad ripu, sapta timira, sad atatayi (semuanya termasuk asuri sampat)

Satwika membimbing orang ke arah keluhuran budhi yang disebut daiwi sampat yang mendorong orang untuk lebih suka melaksanakan ajaran-ajaran catur paramitha, catur prawerthi, catur paramartha, panca satya, dsb. Manusia punya dasendriya dan manah yang juga disebut rajendriya

bila terkendali akan memberi peluang bagi berkembangnya satwika dapat mengantar ke sorga Bila tak terkendali akan memicu suburnya asuri sampat menyeret ke neraka

Dapat membebaskan diri dari pengaruh tri guna sakti orang akan mencapai moksa

Atma pada dasarnya suci dan murni selalu menghendaki yang baik dan benar tapi suksma sarira (sukma) dan stula sarira (badan wadag) dengan segala muatannya yaitu: manah, ahangkara, indriya, dan golaka atma (alat-alat pengindraan) berasal dari prakerthi tattwa yang mempunyai sifat maya keinginannya belum tentu baik dan benar sesuai dengan kehendak atma Manusia perlu melakukan wiweka yang memilah dan memilih mana yang merupakan keinginan diri yang sebenarnya (sejati) dan mana yang semu atau maya (hanya keinginan indriya belaka)

Subha karma adalah perbuatan yang baik dan benar yaitu perbuatan yang tidak bertentangan dengan kehendak atma dan sesuai dengan kaidah dharma Asubha karma adalah perbuatan yang buruk yang tidak sesuai dengan keinginan sejati dan menyimpang dari kaidah dharma Perlu wiweka (kemampuan memilih dan memilah) untuk berusaha melakukan subha karma dan menghindari asubha karma

Ukuran benar dan jujur patut dilihat dari akibat atau dampak yang ditimbulkan
bila membawa hita wasana (membawa keselamatan, kebaikan bagi semua pihak) bila tidak membawa hita wasana, jujur tidak ada gunanya

Bijaksana adalah:
Mampu mewujudkan hita wasana Mampu bersifat, mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan akal sehat, pikiran jernih tanpa ambisi, emosi dan nafsu

Adil adalah:
Mampu memberikan kepada siapa saja termasuk diri sendiri yang menjadi haknya Bersalah haknya hukuman Berjasa haknya penghargaan

Untuk mengendalikan diri orang perlu menempatkan dirinya sebagai atma. Badan adalah alat sang atma mencapai tujuan. Jangan sampai badan dan indriya mengendalikan atma, tapi atma mengendalikan badan dan indriya Karmapatha adalah bentuk pengendalian diri yang jumlahnya sepuluh yaitu
Tiga pengendalian pikiran (tidak iri dan dengki, tidak dendam, dan yakin akan karmaphala) Empat pengendalian kata-kata (tidak berkata jahat, tidak berkata kasar, tidak memfitnah dan tidak berbohong) Tiga pengendalian prilaku (tidak membunuh, tidak mencuri dan tidak berzinah)

Karmapatha untuk mewujudkan Trikaya Parisudha (kayika, wacika, manacika)

FUNGSI ETIKA HINDU


Jika etika ini dilaksanakan dengan benar niscaya membuat harum nama seseorang Harumnya bunga tidak dapat menembus arah datangnya angin Kebajikan akan dapat menembus datangnya arah angin Nama harum seseorang akan menembus seluruh pelosok dunia

Roh ibarat cermin yang memantulkan sinar terang dapat memberikan pantulan cahaya dan bayangan yang jelas Kalau tidak rajin membersihkan debu akan berdikit-dikit menutupi yang akhirnya tebal sehingga tidak mampu lagi memantulkan cahaya dan bayangan yang jelas Demikian pula roh yang ditutupi dosadosa yang terkumpul tebal tidak dapat memantulkan sinar spiritual dan tidak dapat memantulkan pengetahuan sejati dan kebahagiaan sejati

Janganlah membiasakan sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan yang asusila seperti pendengki, pembohong, dll. Ciri orang pendengki

Susah melihat orang senang Senang melihat orang susah Sibuk menjelek-jelekkan orang lain Senang mencari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya Sulit memuji orang lain

CARA BEKERJANYA HAWA NAFSU


Hawa nafsu, nafsu birahi masuk melalui pintu gerbang naluri dan merebut benteng pikiran lalu menyebar ke daerah kemauan dan hasrat Jika ingin mengalahkan godaan dan ingin kehidupan yang bersih, tenang, bahagia, kehidupan yang bebas dan penuh arti anda harus menjaga ketat pintu gerbang itu Setiap rasa kenikmatan harus merupakan suatu peringatan bagimu (wahai penjaga jangan biarkan musuh menyusup masuk) Apabila kama hawa nafsu menguasai naluri, pikiran dan jalan pikiran maka seseorang dengan cepat jatuh ke jalan yang sesat

APA YANG DILAKUKAN UNTUK MELAWAN HAWA NAFSU

Kesediaan untuk merubah haluan Dalam hidup ini sedikitnya ada 13 macam godaan
Melampiaskan naluri Godaan untuk mencuri milik orang lain Minum minuman keras Menikmati rokok Memakai obat terlarang Dorongan makan berlebihan/makanan terlarang Godaan menyampaikan pikiran buruk kepada orang lain Berbicara kasar, fitnah Godaan untuk membuat gosip, menybarkan skandal untuk orang lain Godaan untuk menyia-nyiakan waktu Godaan menerima suap Mengeruk keuntungan dengan melanggar hukum Menghindari kewajiban Dll.

Lupakan apa yang telah dilupakan


Makin sering mengulang mengingat halhal yang telah lalu kadang-kadang mendorong dan tertarik kembali kepadanya Jujur mengakui dosa-dosa dan kekhilafan yang lalu dan berdoa agar selalu diberi kekuatan untuk memulai sesuatu yang baru Ingat selalu kepada Tuhan Semakin orang mengingat Tuhan ia semakin menyadari dirinya (atma) sebagai bagian dari Tuhan (paramatma)

Hindari kesempatan-kesempatan
Hindarilah kesempatan-kesempatan (3 x) Dengan cara itu engkau akan bebas dari banyak godaan, caranya dengan meninggalkan tempat dan situasi di mana kekalahan pasti akan terjadi Lawanlah dari awal
Pikiran-pikiran merupakan kekuatan-kekuatan yang tidak bisa disepelekan Bila pikiran yang bersih dibangun dari awal, kita akan membangun masa depan yang luhur Pertama muncul di benak suatu pikiran yang buruk lalu suatu hayalan yang kuat terbentuk, kemudian rasa senang dan perbuatan jahat lalu persetujuan Intinya lawanlah hal-hal dari permulaan jangan dibukakan pintu

Jangan sampai jatuh ke nafsu jahat Pikiran yang kosong adalah tempat kerjanya nafsu jahat

Sibukkan dirimu terus-menerus Sekarang banyak anak-anak melewati waktu dengan kegiatankegiatan yang iseng (baca cerita picisan, nonton film porno yang bisa meracuni hayalan serta merusak pikiran)

Jagalah makanan
Makanlah makanan yang halal diperoleh dengan jujur tanpa melakukan kekerasan

Jagalah nafasmu
Nafas berpengaruh langsung pada pikiran (pranayama) Nafas uspaya dalam dan berirama

Jangan menyerah pada godaan


Jika jatuh bangun maju terus

Godaan tidak dapat diatasi dengan melawannya dalam arti biasa dari istilah itu, semakin dilawan pikiran kita makin terpusat padanya (seperti sakit makin dipikirkan semakin sakit) Berpaling pada Tuhan

bila godaan datang berpalingliah kepada Tuhan, artinya memusatkan perhatian pada suatu kekuasaan kecerdasan kebijaksanaan dan cinta kasih

Tuhan datang pada dirimu sebagaimana adanya diri kamu


Dilakukan dengan berserah diri sepenuhnya pada Tuhan sehingga godaan-godaan tidak akan dapat menguasi

CATATAN

SUBHA LAKSANA
Tri Guna: satwam, rajas, tamas Catur Paramita:
Maitri membantu mahluk hidup Karuna belas kasih terhadap mahluk hidup Mudhita bisa menerima apa adanya Upeksa tidak pamerih Arjawa polos Anresangsa tidak mementingkan diri sendiri Upasthanigraha mengendalikan nafsu Dhama introspeksi

Catur Prawerti :

Tri Warga : dharma, artha, kama Tri Kaya Parisudha (karma patha) :

Kayika tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah Wacika tidak berkata jahat, tidak berkata kasar, tidak memfitnah, tidak berbohong Manacika tidak iri/dengki, tidak mendendam dan yakin dengan karmaphala

Panca Satya
Satya herdaya, satya wacana, satya samaya, satya mitra, satya laksana

Dasa Yama Brata


Anresangsa tidak memntingkan diri sendiri Satya jujur Ksama suka memafkan Ahimsa tidak menyakiti Dhama mampu menasihati diri sendiri Priti sikap welas asih/sayang Prasada pikiran suci/tenang Arjawa polos Madurya pandangan/kata-kata manis Mardawa mengendalikan pikiran

Dasa Nyama Brata:


Dhana bersedekah Ijya bakti kepada dewa Tapa tahan terhadap cobaan Dyana memusatkan pikiran Swadyaya berguru pada Sanghyang Widi/Saraswati Upastanigraha mengendalikan diri Brata mengekang nafsu indriya Upawasa berpuasa Mona tidak berkata yang tidak baik Snana membersihkan diri

Asta Dharma:
Bakti bisa merendah Asih selalu sayang Ngorawa tidak mencela Mahardhika berjiwa besar Sambega tidak mengaku-aku Malemba tidak jijik pada yang jelek dan tidak silau pada yang baik Sahisnu tidak memuji yang berlebihan dan tidak mencela yang kekurangan Karuna cinta kasih pada semua mahluk

Dasa Krama:
Tapa pikiran suci Brata mengendalikan indriya Samadi sadar Santa damai Samata konsentrasi pada kebaikan Karuna cinta kasih pada mahluk hidup Karuni cinta kasih pada tumbuh-tumbuhan Upeksa waspada Mudita legawa Maitri suka membantu

Dasa Paramartha
Dreti pikiran jernih Ksama suka memaafkan Asteya tidak mencuri Dhama mengingatkan diri sendiri Sauca membersihkan diri Indriya nigraha mengendalikan indriya Hrih bisa merendah Widya senang belajar Satya jujur Akrodha tidak pemarah

Susila Hindu didasarkan atas:


Sabha Laksana, keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh majelis tertinggi agama Hindu (PHDI) Sadu Kerti, tingkah laku sadu yang dijadikan panutan para bhagawan/wiku dan orang-orang suci Tri Warga, dharma artha kama Catur Marga, bhakti marga, karma marga, jnana marga dan yoga marga

SABHA LAKSANA
keputusannya smrti

Dharma agama menetapkan


Weda sruti sebagai inti mantra dewa puja, dll. Dharma sastra smerti Sarasamuscaya dan buku etika hindu lainnya

Dharma negara:
Menentang penjajahan di muka bumi Hasil ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan

SADU KERTI

Ajaran-ajaran yang baik yang patut ditiru dan didalami seperti yang diungkap dalam Itihasa (Ramayana dan Mahabharata) Dua epos besar ini juga merupakan sumber ajaran Hindu yang bersifat didaktik dan metodik agama Hindu yang sangat praktis RAMAYANA: avatar Dewa Wisnu menyelamatkan dunia
Di Indonesia kakawin Ramayana oleh Mpu Yogiswari abad 9 yang mengambil sumber Ravana vadha Bhakti Di India oleh Rsi Walmiki 7 kanda

MAHABHARATA (Asta Dasa Parwa)


Disusun oleh Bhagawan Bhyasa (Kresna Dwipayana) 18 parwa Oleh umat Hindu kitab ini disebut Purana samhita pustaka suci yang memuat ajaran-ajaran suci dalam bentuk cerita-cerita dan simbol-simbol perumpamaan Yang paling populer adalah perang Bharatayudha karena dalam parwa yang mengawali perang ini Kresna memberi ajaran kepada Arjuna Bhagawad Gita

ASTA DASA PARWA

ADI PARWA, Asal-usul keluarga Bharata, mengaduk lautan


(Ksirarnawa), tentang garuda dan ular (putra Sang Wirata dan Sang Kadru), dll.

SABHA PARWA, Pandawa bermain dadu WIRATA PARWA, Pandawa mengabdi pada Raja Wirata UDYOGA PARWA, Menjelang perang Bharatayuda. Masingmasing mencari sekutu kepada Kresna.

BHISMA PARWA, Mulai perang Bharatayuda ASRAMA WASANA PARWA, Prabhu Drestarata memilih tinggal
di hutan meninggal

MUSALA PARWA, Musnahnya keluarga Wresni dan Yadu dan


wafatnya Prabhu Kresna dan Baladewa

PRASTHANIKA PARWA, Setelah Parikesit dinobatkan menjadi


raja, Pandawa pergi bertapa sampai meninggal dunia

SWARGAROHANA PARWA, Di sorga Yudistira melihat


Kurawa bersenang-senang dan di neraka Pandawa menderita neraka berubah menjadi sorga

TRI WARGA
Dharma, Artha, Kama

Dharma sebagai dasar untuk mendapatkan artha dan kama (ibarat perahu)
Dharma disamping mengandung arti hukum untuk mengatur hidup dari segala perbuatan manusia yang berdasar pengabdian pada agama juga merupakan suatu tugas sosial dalam hidup di masyarakat Untuk pelaksanaannya berpedoman pada Catur Dharma: dhrma kriya, dharma

Dharma Kriya
manusia harus bekerja untuk kebahagiaan keluarga khususnya bangsa dan negara pada umumnya. Manusia selalu berbuat den berikhtiah untuk mewujudkan kebahagiaan dan keadilan lahir batin Manusia tidak boleh menyerah pasrah tanpa usaha untuk memperbaiki hidupnya

Dharma Santosa
Manusia menciptakan kebahagiaan dan kedamaian lahir (wahya) dan bathin (dyatmika), hendaknya dimulai dari diri sendiri keluarga masyarakat bangsa dan negara. Tanpa ada kedamaian pada diri sendiri akan sangat sulit menciptakan kebahagiaan dan kedamaian dalam keluarga, masyarakat dan bangsa

Dharma Jati
Manusia harus memiliki ketenangan Segala sepak terjang disesuaikan dengan moral agama yang tak tergoyahkan yang berpedoman pada tuntunan etika dan moral agama (Tri Kaya Parisudha, Dasa Krama, Dasa Paramartha, Catur Paramita, Catur Paramatma, dll.)

Dharma Putus
Bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan bisa mengambil keputusan yang benar

ARTHA Pengertian
Materi (objek) yang dikejar manusia yaitu materi yang dapat dipegang, dimiliki dan dinikmati Arti/kegunaan dari meteri adalah untuk hidup, pendidikan, persembahan/pemujaan Keperluan/sugesti dari keinginan pengejaran materi adalah moksa

Kegunaan
Yajna Panca yadnya Kemakmuran/kesejahteraan boga, paribhoga, upabhoga Catur Guru Guru Rupaka Guru Pangajian Guru Swadyaya Guru Wisesa

Sarasamuscaya
Maka don dharmakarya Maka don arta karya Maka don kama karya (kenikmatan hidup)

Usaha untuk mendapatkan arta, penggunaannya ut memenuhi tri boga, selalu berdasarkan
asih cinta kasih punya dermawan, ikhlas Bhakti hormat pada sesama

KAMA
Adalah suatu tujuan kebahagiaan, kenikmatan yang didapat melalui indriya Indriya pada manusia disebut dasendriya Srotendriya keinginan mendengar segala macam suara/bunyi Twakindriya keinginan meraba/menyentuh dengan kulit Jihwendriya mengecap dengan lidah Granendriya mencium Caksundriya melihat Wakindriya keinginan berkata-kata Panindriya keinginan memegang dengan tangan Padendriya keinginan untuk bergerak Payundriya keinginan buang kotoran Pastendriya keinginan kenikmatan dengan alat kelamin

Dalam melaksanakan dharma, arta, kama, manusia mencari kebebasan ialah moksa Moksa adalah tujuan akhir dari setiap umat Hindu agar dapat menikmati kebahagiaan yang abadi, tentram dan sentosa (swastika) tidak lagi mengalami putaran cakra punarbhawa

También podría gustarte