Está en la página 1de 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Kajian Pustaka 1. a. Pengertian dan Dimensi Umum Pendidikan IPA Hakikat Pendidikan IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa

Ilmu Pengetahuan Alam

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain : penyelidikan, penelitian, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan pula oleh Paolo dan Marten (Herwan, 2008 : 14) yaitu : (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan itu benar. Ilmu Pengetahuan Alam secara sederhana dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena yang ada di alam semesta. Pada kurikulum pendidikan dasar tahun 1994 dijelaskan pengertian IPA sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 (2004 : 32), IPA diartikan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan 16

17

memiliki sikap ilmiah. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu tentang alam semesta yang diperoleh melalui proses pengkajian dan penelitian secara logis dan sistematis yang pada akhirnya menghasilkan suatu konsep atau prinsip-prinsip dan disertai dengan cara penemuan dari konsep dan prinsipprinsip tersebut. Jelaslah bahwa siswa yang belajar IPA selain harus memahami konsep juga harus mampu menjelaskan darimana konsep itu berasal melalui serangkaian kegiatan ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA. Menurut KTSP 2006, pendidikan IPA di SD secara eksplisit berupa mata pelajaran mulai diajarkan mulai kelas IV sampai dengan kelas VI. Sedangkan di kelas I sampai dengan kelas III, IPA terintegrasi bersama mata pelajaran lainnya melalui pembelajaran tematik. Dalam KTSP 2006 ditegaskan pengertian IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan lingkungan alam sekitarnya. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk

mengembangkan sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Pada KTSP (BSNP, 2006 : 484) dijelaskan bahwa : Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

18

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dengan mengkaji KTSP 2006 maka dapat dirangkum tujuan dan ruang lingkup pendidikan IPA sebagai berikut : a. b. c. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

d. e. f. g.

Untuk memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas beserta hakikatnya, terdapat sekurang-kurangnya tujuh ruang lingkup pemahaman IPA/Sains yang dikemukakan oleh Hardy & Fleer (1996, Mulyana, 2005 : 8-9) sebagaimana berikut : a. Sains sebagai kumpulan pengetahuan. Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangakan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam; Sains sebagai suatu proses penelusuran (investigation). Sains sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Dalam kategori ini sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai; Sains sebagai kumpulan nilai. Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan Sains sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada sains. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan;

b.

c.

19

d.

e.

f.

g.

Sains sebagai cara untuk mengenal dunia. Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya; Sains sebagai institusi sosial. Ini berarti bahwa sains dipandang sebagai kumpulan para profesional, yang melalui sains mereka didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer; Sains sebagai hasil konstruksi manusia. Sains merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah sains merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan sains memiliki sifat bias dan sementara; Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah (scientific approach).

Berdasarkan hasil analisa terhadap beberapa paparan para ahli mengenai ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh Sarkim (1998, Mulyana, 2005 : 9) maka hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi yaitu: dimensi produk, dimensi proses, dan dimensi sikap. Dimensi produk terdiri dari konsepkonsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekayasa manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA diperoleh dari fakta dan data yang sudah teruji melalui serangkaian kegiatan eksperimen dan penyelidikan. Dimensi proses, merupakan cara memperoleh pengetahuan, yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA saat ini, merupakan gabungan antara metode induksi dan metode deduksi. Metode gabungan ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mula

20

menggunakan metode induksi dalam menghubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati berbagai perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah pada proses IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dijabarkan dalam enam langkah (Mulyana, 2005 : 11) yaitu : (1) sadar akan adanya masalah dan merumuskan masalah; (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan; (3) pengklasifikasian data; (4) perumusan hipotesis; (5) pengujian hipotesis; dan (6) melakukan generaslisasi. Pada tahap-tahap tersebut terdapat aktivitas yang secara umum biasa dilakukan oleh para peneliti, yang dikenal dengan keterampilan proses. Menurut Mulyana (2005 : 11) keterampilan proses tersebut terdiri dari sepuluh aspek yaitu : melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan,

menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dalam pembelajaran IPA, aspek keterampilan proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada tidaknya aspek keterampilan proses ini bergantung pada guru sebagai pendidik dalam mengelola pembelajaran IPA di kelas. Dimensi sikap menurut Mulyana (2005 : 11) dapat diartikan berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Menurut Sarkim (1998, Mulyana, 2005 : 11), dimensi sikap diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar yaitu : Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan

21

masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang merupakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masa yang akan datang. Wynne Harlen (1987, Mulyana, 2005 : 12) menjelaskan sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa SD. Pengembangan sikap ilmiah ini tidak melalui ceramah, tetapi dengan memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. i. sikap ingin tahu (curiousity) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality) sikap kerja sama (cooperation) sikap tidak putus asa (perseverance) sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness) sikap mawas diri (self critism) sikap bertanggung jawab (responsibility) sikap berpikir bebas (independence in thinking) sikap kedisiplinan diri (self discipline)

Dari semua uraian di atas tentang hakikat IPA, dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA bukan hanya berisi rumus-rumus dan teori-teori melainkan juga suatu proses ilmiah dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta. Adapun karakteristik dalam pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang selanjutnya hasil penemuan tersebut bisa diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk kemanfaatan hidup dan kehidupan. b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006 : 484-485), Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut di bawah ini :

22

1. 2. 3.

Memperoleh

keyakinan

terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

4. 5. 6. 7.

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA di SD/MI berfungsi untuk menguasai konsep-konsep dan

mengaplikasikan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jelasnya, tujuan pembelajaran IPA di SD/MI dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup disiplin Ilmu Pengetahuan Alam. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila

23

konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi. 2) Meningkatkan minat dan motivasi

Pembelajaran IPA memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi proses pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran IPA memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Pembelajaran IPA menggunakan multimedia dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan menggunakan multimedia yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik diarahkan untuk berpikir luas dan mendalam untuk memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistematik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

24

3)

Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus dapat

Penggunaan multimedia pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

menghemat dalam penggunaan dan pemanfaatan waktu serta tenaga karena dalam proses pembelajarannya, beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, proses pembelajaran menggunakan multimedia dapat mensederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan. c. Rencana Program Pembelajaran IPA

Rencana program pembelajaran IPA didahului dengan menjabarkan KTSP 2006 pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan, lalu menguraikannya menjadi silabus. Silabus merupakan perencanaan yang bersifat umum. Sedangkan RPP dalam arti yang spesifik berfungsi sebagai pedoman operasional dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran, guru harus menyusun RPP yang merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik di kelas, laboratorium, dan lapangan untuk setiap kompetensi dasar (Depdiknas,2006). Dalam menyusun RPP seharusnya memperhatikan sistematika seperti yang diharapkan KTSP 2006 (Depdiknas, Pelatihan KTSP, 2006:161) dapat diuraikan sebagai berikut : a) b) c) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

25

d) e) f) g) h) i) d.

Tujuan Pembelajaran Berdasar SK dan KD Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran Alat dan Sumber Pembelajaran Waktu Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran IPA

Semua aktivitas bila ingin diketahui berhasil dengan baik atau tidak, bisa dilaksanakan dengan baik atau tidak, maka terlebih dahulu harus direncanakan (Planning), diorganisasikan (Organizing), dilaksanakan (Actuating), dikontrol (Controlling), dan dievaluasi (Evaluating). Aktivitas perencanaan pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan di kelas VI SDN 2 Pasirlawang adalah sebagai berikut : (1) Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan (Planning) pembelajaran IPA akan diorganisasikan (Organizing) ditulis dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (a) Pengertian RPP (RPP) merupakan rencana yang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan terlebih dahulu dalam silabus pembelajaran. (b) Alur RPP Alur penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang benar menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sebagai

26

berikut : SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Alat dan sumber belajar, Evaluasi Pembelajaran (Depdiknas, Pelatihan KTSP, 2006:161) (c) Komponen RPP secara minimal terdiri dari : (d) Tujuan Pembelajaran; Materi Pembelajaran; Metode Pembelajaran; Sumber Belajar; Penilaian Hasil Belajar.

Format RPP Format RPP menurut Depdiknas, (Materi Pelatihan KTSP, 2008:163) adalah sebagai berikut : SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Alat dan sumber belajar, Evaluasi Pembelajaran. Dalam perkembangannya susunan format RPP bisa berubah sesuai dengan kebutuhan dan kepatutan, serta ide-ide dari para guru tapi tetap harus memperhatikan keruntutan dalam penyusunannya sehingga masih berada pada sistematika penulisan penyusunan RPP yang baik dan benar.

(e)

Langkah-langkah menyusun RPP Mengisi kolom identitas; Menentukan alokasi waktu; Menentukan SK, KD, dan Indikator;

27

Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator;

Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok; Menentukan metode pembelajaran; Merumuskan langkah-langkah pembelajaran; Menentukan alat/bahan/sumber belajar; Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, soal, teknik penskoran, dll.

e.

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran secara umum merupakan realisasi dari RPP yang telah dibuat. Langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan yang sudah ditulis dan direncanakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan dalam KBM terjadi Interaksi Belajar Mengajar yang merupakan kegiatan bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam RPP. Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran, guru harus menyusun RPP yang merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik di kelas, laboratorium, dan lapangan untuk setiap kompetensi dasar (Depdiknas,2006). Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan SK yang terdapat dalam KD yang akan disusun dalam rencana program mengajarnya. Di dalam RPP secara rinci dimuat : 1) 2) Tujuan Pembelajaran Materi Pembelajaran

28

3) 4) f.

Metode, media, dan sumber Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran

Secara umum untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan maka harus dilakukan pelaksanaan evaluasi. Evaluasi

pembelajaran berfungsi memberikan data hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. a) Penilaian proses sistematis meliputi pengumpulan

Penilaian atau evaluasi adalah

informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan (Depdiknas, Materi Pelatihan KTSP, 2008:350). b) Penilaian Kelas kelas merupakan proses dari pengumpulan dan penggunaan

Penilaian

informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar atau kompetensi siswa. Ciri Penilaian Kelas adalah : (1) Belajar Tuntas berarti siswa tidak diperkenankan melanjutkan pelajaran

Belajar tuntas

berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pelajaran dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. (2) Penilaian Otentik

Penilaian otentik merupakan penilaian pembelajaran terpadu, mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah, menggunakan berbagai cara dan kriteria, holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan).

29

(3)

Berkesinambungan

Memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dengan bentuk Ulangan Harian, UTS, UAS, dan UKK. (4) Berdasar Acuan Kriteria atau Patokan tidak dibandingkan dengan peserta

Prestasi kemampuan peserta didik kelompok, tetapi yang ditetapkan. (5)

dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dari patokan

Menggunakan Berbagai Cara Dan Alat Penilaian dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi :

Mengembangkan

tertulis, lisan, produk, portofolio, Unjuk Kerja, Proyek, Pengamatan, dan Penilaian Diri. (6) Teknik Penilaian penilaian Penugasan yang biasa (Project), digunakan diantaranya : Unjuk kerja Hasil kerja (Product), Tertulis (Paper),

Teknik (performance),

Portofolio (Portofolio), Sikap diri (Self Assessment). (7) Manfaat Hasil Peniaian

Manfaat hasil penilaian diantaranya untuk menentukan langkah-langkah remedial, pengayaan dan perbaikan program serta kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan selanjutnya. 2. a. Media Pembelajaran Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk plural dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan

30

dari pengirim ke penerima pesan. Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian media pembelajaran. Menurut AECT (Rahadi, 2003 : 9-10) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Gagne (Rahadi, 2003 : 10) mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs (Rahadi, 2003 : 10) mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi. b. Perkembangan Media Pembelajaran

Pada awalnya media dianggap sebagai alat bantu mengajar seorang guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, obyek dan alat-alat lain yang dapat memberikan kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa, akan tetapi karena terlalu memusatkan pada alat bantu visual yang dipakainya, orang kurang memperhatikan aspek disain pengembangan pembelajaran, produksi dan evaluasinya. Dengan berkembangnya teknologi audio, maka pada sekitar pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkan pembelajaran ini dilengkapi dengan

31

digunakannya alat audio. Sehingga kemudian dikenal adanya alat audio visual. Berbagai macam peralatan dapat digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. John Dewey (Budiman, 2007 : 4) memandang bahwa : Pendidikan sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Sehingga dia akan memiliki pengalaman yang sifatnya kongkrit. Mereka akan belajar dengan melakukan, mengamati, menyentuh, membaui dan meraba hal-hal yang sesungguhnya masih abstrak bagi mereka. Artinya bahwa proses pembelajaran yang paling baik adalah melalui pengalaman secara langsung siswa. Pengalaman tersebut didapat dari lingkungan sekitar atau pun sumber-sumber belajar yang lainnya, seperti manusia, bahan, alat teknik dan lingkungan. Pada tahun 1950 terjadi pergeseran teori dalam proses belajar mengajar yakni pengaruh teori komunikasi yang mempengaruhi penggunaan alat bantu audiovisual, selain sebagai alat bantu, media juga berfungsi sebagai penyalur pesan dan informasi belajar. Penggunaan media pada proses pembelajaran ikut dipengaruhi oleh pemikiran behaviorism theori tahun 1960-1965. Teori ini diajarkan oleh B.F.Skinner (Budiman, 2007 : 5) yang berisi mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar, menurut teori ini mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Pengaruh-pengaruh terus berkembang yakni pada tahun 1965-1970 giliran

32

pendekatan sistem mulai mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Program pada proses pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Para guru mulai saat itu merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Dari sini lahirlah konsep penggunaan multimedia dalam kegiatan pembelajaran. Multimedia merupakan satu jenis media pembelajaran yang mampu

menggantikan hampir semua peranan media, dalam hal ini yang termasuk ke dalamnya adalah penggunaan komputer yang terdiri dari program (software) dan perangkat lain sebagai pelengkapnya (hardware). c. Manfaat Media Pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan

Media merupakan segala sesuatu

pesan dari pengirim ke penerima. Media tersebut dalam kegiatan pembelajaran secara umum memiliki manfaat untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985, Rahadi, 2003 : 15), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Penyampaian materi dapat diseragamkan; Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif; Efisiensi dalam waktu dan tenaga; Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja;

33

7) 8)

Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar; Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Sudjana & Rivai (1992, Arsyad, 2007 : 24-25) mengemukakan beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1) 2) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

3)

4)

Selain beberapa manfaat media yang dikemukakan para ahli di atas, terdapat pula manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran menurut Rahadi (2003 : 18-19) antara lain : 1) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit. Misalnya arus listrik dapat dijelaskan melalui media grafis berupa simbol-simbol dan bagan. Demikian pula materi pelajaran yang rumit dapat disajikan secara lebih sederhana dengan bantuan media; 2) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di luar kelas, bahkan di luar angkasa dapat dihadirkan di dalam kelas melalui bantuan media. Demikian pula beberapa peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, dapat disajikan di depan siswa sewaktu-waktu;

34

3)

Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia. Obyekobyek pelajaran yang terlalu kecil, terlalu besar atau terlalu jauh, dapat dipelajari melalui bantuan media. Demikian pula proses yang terjadi pada suatu objek dengan sangat lambat ataupun sangat cepat, dapat disaksikan dengan jelas menggunakan media dengan cara mempercepat atau memperlambat kejadian;

4)

Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas. Peristiwa terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan yang jarang terjadi dapat disajikan dihadapan siswa melalui media rekaman. Demikian halnya dengan terjadinya letusan gunung merapi atau petir yang sangat berbahaya dapat disaksikan oleh siswa dengan mudah melalui penggunakan media;

5)

Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.

d.

Jenis-jenis Media Pembelajaran

Jenis-jenis media pembelajaran banyak sekali macamnya. Mulai dari media yang paling sederhana dan murah sampai pada media yang modern serta mahal harganya. Ada media yang dibuat oleh guru secara sendiri, media yang murah dan mudah mendapatkannya tapi bisa dipakai dengan tepat guna, itu menunjukkan suatu kegiatan yang kreatif dari guru, ada media yang diproduksi oleh pabrik, media yang berhubungan dengan teknologi dalam cara pembuatannya, dan bahkan terdapat media yang sudah tersedia di lingkungan sehari-hari yang bisa langsung dapat dimanfaatkan dalam kegitan pembelajaran.

35

Terdapat beberapa cara dan sudut pandang dalam menggolongkan jenis-jenis media media. Rudy Bretz (1971, Rahadi, 2003 : 21) mengidentifikasikan jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu : suara, visual dan gerak. Berdasarkan ketiga unsur tersebut, Bretz (Rahadi, 2003 : 21) mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Media audio; Media cetak; Media visual diam; Media visual gerak; Media audio semi gerak; Media semi gerak; Media audio visual diam; Media audio visual gerak;

Klasifikasi media terdiri dari beberapa bagian yaitu Audio visual gerak, Audio visual diam, Visual gerak, Visual diam, dan Audio Cetak (wijianta@gmail.com, 05 Oktober 2011). Sedangkan menurut pendapat Anderson, 1976, (Rahadi, 2003 : 21-22),

medi dikelompokkan menjadi 10 jenis golongan media, yaitu :

Tabel 2.1 Pengelompokan Media oleh Anderson

No. I. II. III. IV. V. VI. VII.

Golongan Media Audio Cetak Audio-cetak Proyeksi visual diam

Contoh dalam Pembelajaran

Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide) Proyeksi Audio Visual Film bingkai (slide) bersuara diam Visual gerak Film bisu Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, Televisi

36

VIII. Obyek fisik Benda nyata, model, spesimen IX. Manusia dan Lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran X. Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer) CBI (pembelajaran berbasis komputer) Dari pendapat para ahli di atas tentang pengelompokan media pembelajaran, Budiman (2007 : 12-18) mengelompokan media yang lazim dipakai dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Media Grafis

Media grafis termasuk media visual. Seperti media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang disampaikan pada penerima dituangkan dalam bentuk simbol komunikasi visual. Simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian informasi berhasil dan efisien. Secara khusus media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian suatu gagasan, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila tidak digrafiskan. Yang termasuk media grafis diantaranya : Gambar/foto, Sketsa, Diagram, Bagan, Grafik, Kartun, Poster, Peta dan Globe, Papan Panel, dan Papan Buletin. 2) Media Audio

Media audio berbeda dengan media grafis, media ini berkaitan erat dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang auditif, baik berbentuk verbal (kata-kata/lisan) maupun nonverbal. Beberapa jenis media yang dikelompokkan dalam media audio, yaitu radio, alat perekam magnetik, kaset audio, piringan hitam, CD audio, dan laboratorium bahasa. 3) Media Proyeksi Diam

37

Media proyeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan visual. Kecuali itu bahan-bahan untuk grafis banyak digunakan dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara keduanya yaitu pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus dapat diproyeksikan dengan peralatan proyektor. Yang termasuk pada media proyeksi diam yaitu : film bingkai, film rangkai, OHP, opaque projector, dan mikrofis. 4) Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual

Media proyeksi gerak dan audio visual dapat menyajikan rangsangan audio dan visual berupa tayangan film. Media ini melibatkan indra pendengaran dan penglihatan. Pesan yang disampaikan oleh media ini berupa tayangan film yang sudah lengkap dengan suaranya, sehingga terlihat sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa dalm proses kegiatan pembelajaran. Yang termasuk pada media proyeksi gerak dan audio visual yaitu : film gerak, film gelang, program TV dan Video (Kaset, CD, VCD, DVD). 5) Multimedia

Pemanfaatan program komputer dengan file multimedia sebagai media pembelajaran, dapat menampilkan teks, suara, gambar, animasi, dan film sekaligus secara interaktif. Media ini mampu menggantikan hampir semua peranan media yang sudah ada. Pemanfaatan media ini dapat terlaksana dengan menggunakan peralatan yang memadai seperti laptop, proyektor, alat perangkat pengeras suara serta adanya arus listrik. 6) Benda

38

Memanfaatkan benda sebagai media pembelajaran dilakukan bila metode yang dipakai adalah demonstrasi dan praktek lapangan. Selain itu pula dengan keterbatasan objek atau situasi agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar diperlukan pula benda untuk menyampaikan materi pelajaran. Yang termasuk pada media benda yaitu benda nyata dan benda tiruan. e. 1) Multimedia Komputer sebagai Media Pembelajaran Pengertian Multimedia Pembelajaran

Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu : multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya : TV dan film. Namun perkembangan saat ini multimedia film komputer bisa diatur dengan mem-pause bagian penting dimana yang diperlukan. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah : multi media pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain. (http://ariasdimultimedia.files.wordpress.com/2008/02/8a.jpg, 05 Oktober 2011). Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam

39

berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam aktifitas belajar adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsurunsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. 2) Manfaat Multimedia Pembelajaran

Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Karena gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan atau materi pembelajaran kepada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek. (http://mediagrafika.com/pengertian-media-pembelajaran, 05 Oktober 2011) Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi

40

pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.

Secara umum, manfaat media pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata- katanya, tetapi tidak tahu maksudnya), 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, 3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, 4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah. Selain memiliki beberapa manfaat penggunaan multimedia dalam

pembelajaran, menurut Ariasdi (2008) multimedia pembelajaran juga memiliki keunggulan sebagai berikut :

a)

Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron dan lain-lain.

b)

Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain.

c)

Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dan lain-lain.

d)

Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dan lain-lain.

e)

Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-lain.

41

f) 3)

Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran

Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti : tujuan, materi, strategi, dan juga evaluasi pembelajaran. Karakteristik multimedia pembelajaran menurut Ariasdi (2008) adalah : a) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya

menggabungkan unsur audio dan visual. b) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna. c) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain. Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran harus memenuhi fungsi sebagai berikut :
a)

Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri.

b)

c)

Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan.

d)

Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-lain.

42

4)

Format Multimedia Pembelajaran

Format sajian multimedia pembelajaran menurut Ariasdi (2008) dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut : a) Tutorial sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam

Format

penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Pada saat yang tepat, yaitu ketika dianggap bahwa pengguna telah membaca, menginterpretasikan dan menyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas. Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon pengguna salah, maka pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan ataupun pada bagian-bagian tertentu saja (remedial). Kemudian pada bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan. b) Drill dan Practise

Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.

43

Program ini dilengkapi dengan jawaban yang benar, lengkap dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna akan bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir, pengguna bisa melihat skor akhir yang dia capai, sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan. c) Simulasi

Multimedia pembelajaran dengan format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, di mana pengguna seolah-olah melakukan aktifitas menerbangkan pesawat terbang, menjalankan usaha kecil, atau pengendalian pembangkit listrik tenaga nuklir dan lainlain. Pada dasarnya format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti pesawat yang akan jatuh atau menabrak, perusahaan akan bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir. d) Percobaan atau Eksperimen

Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatankegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut. e) Permainan

44

Bentuk permainan yang disajikan di sini mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar. f. Jenis-Jenis Kualitas Gambar Film (Movie)

Gambar film (Movie) merupakan salah satu jenis multimedia yang merupakan gabungan dari gambar, gambar hidup, audio dan visual yang banyak digunakan pada pembelajaran yang menggunakan multimedia. Banyak digunakan karena tidak terlalu sulit menggunakan dan mengoperasikannya pada komputer dan tidak sulit mendapatkannya karena bisa meng-copy pada CD atau men-download pada internet. Disamping kemudahan ada juga kesulitan dan kekurangannya karena jenis kualitas gambar film (Movie) berbeda-beda. Di bawah ini adalah beberapa istilah dan kualitas gambar bergerak yang sering muncul ketika akan men-download film pada internet : 1) CAM

Tipe ini merupakan kualitas terburuk dari sebuah film. Sumber film direkam dari bioskop dengan menggunakan video kamera portabel / handycam. Selain gambarnya buram, suaranya juga buruk, karena banyak noise yang ikut terekam, misal suara penonton. Diantara itu semua yang paling menyebalkan adalah, gambar kadang sering bergerak-gerak, hal ini mungkin disebabkan karena kamera yang digunakan untuk merekam film tersebut bergoyang. 2) Telesync (TS)

Kualitasnya gambarnya sama dengan CAM, hanya bedanya hanya di suaranya yang agak lumayan, soalnya suaranya direkam lewat line khusus, biasanya di bioskop ada line khusus yang biasanya digunakan untuk orang yang pendengarannya terganggu, nah si pembajak menggunakan media ini. 3) Telecine (TC)

45

Kualitas gambar dan suaranya bagus, karena dicopy dari sumber aslinya. Biasanya film ini masih memiliki time counter di atas dan bawahnya layarnya. 4) Screener (SC)

Film jenis ini biasanya dicopy dari video VHS yang telah resmi di release. Ciri khas film dengan flag ini adalah, masih adanya peraturan undang-undang hak cipta di awal film tersebut. Kualitasnya cukup baik, karena dicopy dari sumber aslinya langsung. 5) DVDScreener (DVDScr)

Sama dengan SCREENER hanya pada tipe ini, data diubah kedalam format DVD. 6) DVDRip

Sumber film di copy dari DVD release resminya. Kualitasnya sangat baik, karena langsung dicopy dari sumber aslinya. 7) VHSRip

Dicopy langsung dari VHS tapenya langsung. 8) R5

Sama dengan DVDRip, namun sourcenya berasal dari DVD yang telah release terlebih dahulu di Rusia. 9) TVRipEpisodes

Film dengan jenis ini, biasanya direkam langsung pada saat film tersebut sedang disiarkan. Kulitas bergantung pada stasiun televisi yang menyiarkan, apakah film tersebut disiarkan dalam format high definition atau tidak. Kalau film tersebut disiarkan dengan format high definition, maka kualitasnya akan sangat baik. 10) DSRip (DigitalSatelite) Direkam dari transmisi satelite, kualiatasnya baik, biasanya di encode dalam format xvid. 11) PDTV (PureDigitalTV)

46

Film jenis ini direkam melalui jaringan TV digital dengan menggunakan Tv Tuner yang mendukung format digital. Kualitasnya sangat baik, biasanya di encode dalam format xvid. 12) HDTV(HighDefinitionTV) Sama dengan PDTV. 13) Workprint (WP) Merupakan salinan dari film yang belum selesai, bisanya terdapat adegan yang hilang, suara yang tidak beraturan. Kualitas film dengan tipe ini bevariasoi, dari yang paling baik hingga yang paling buruk. 14) DivXRe-Enc Merupakan film yang disalin dari DVD / VCD aslinya, damun di encode ulang, untuk menghasilkan ukuran yang lebih kecil. Tipe ini sering dijumpai pada dunia underground dan fansub. Contoh film-film anime biasanya tergolong ke dalam jenis ini. 15) Bluray (HDVD) Type paling baru dengan kualitas High Def. Sumbernya dari Bluray atau HDVD. Kualitasnya sangat amat bagus dengan resolusi 1080. Diperlukan spec komputer lumayan biar bisa nonton tanpa patah2. Ukuran filenya sekitar 3-4 lebih besar dari DVDrip. (Ganesha,tekno : Movie:Vol VII Edisi IV2011:12) dan (http://bioskop17.blogspot.com/2010/05/mengenal-jenisjenis-kualitas-video.html , 03 Oktober 2011) B. Kerangka Berpikir Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

ERROR: ioerror OFFENDING COMMAND: image STACK:

También podría gustarte