Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
udara tegangan menengah dan tegangan rendah. Desain Kriteria ini akan menjadi rujukan dalam mendesain sebuah sistem Distribusi Tenaga Listrik, mulai dari SUTM, Trafo, JTR maupun SR. Tujuan pembuatan Desain Kriteria ialah untuk memberikan pegangan yang terarah dalam penyusunan desain sistem dan standar standar kontruksi distribusi yang akan dipergunakan serta perencanaan perluasan jaringan untuk mendapatkan tingkat efisiensi distribusi yang tinggi. Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah : 1) 2) 3) 4) Besaran Drop Tegangan Besaran Susut Cos Phi Loss Load Factor (LLF)
Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah : 1) 2) 3) 4) Sistem Tegangan Menengah 20 kV. Gardu Distribusi . Sistem Tegangan Rendah 230 / 400 Volt . Sambungan Rumah.
Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SPLN yang ada dan Ketentuan ketentuan lain yang berlaku. 1.2. Kriteria Desain Jaringan Tegangan Menengah. Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan dikembangkan adalah Sistem Distribusi Tegangan 20 KV menggunakan hantaran udara dan atau kabel tegangan menengah 20 KV dengan memperhatikan 1 kepadatan beban, tingkat mutu dan keandalan serta kebutuhan pelanggan.
On Becoming The Centre of Excellences
Beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Kriteria kerapatan beban Pola Konfigurasi Korelasi Drop Tegangan Korelasi Susut terhadap standard jaringan. Pengembangan Jaringan Baru Konsistensi pembebanan. antara pembebanan jaringan terhadap standard pola
1.2.1. KRITERIA KERAPATAN BEBAN Dalam mendesain sebuah Jaringan Listrik, perlu diketahui kerapatan beban dalam satuan KVA / KM2 , sehingga dapat ditentukan jenis penghantar dan panjang penghantar yang akan mensuplai beban tersebut. Kriteria Kerapatan beban meliputi : 1) Beban Ringan Daerah / Lokasi yang mempunyai beban ringan bila terdapat beban kurang dari 0,5 MVA per km2 . 2) Beban Sedang Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat beban antara 0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2 . 3) Beban Padat Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban diatas 1 MVA per KM2 . 1.2.2. POLA KONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM) Pola Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah dapat dipilah dalam 4 kelompok besar, yaitu : 1) 2) 3) Konfigurasi Radial Murni Konfigurasi Open Loop (Open Ring) Non Spindel Konfigurasi Spindel 2
4)
Dalam operasionalnya kebanyakan sistem beroperasi Radial, sangat jarang sebuah sistem distribusi beroperasi dalam kondisi Loop. Sistem yang ada di PLN Distribusi Jawa Timur ke tanah maksimum 23 Ampere. Peralatan distribusi yang terpasang di jaringan adalah SSO (saklar seksi otomatis) deteksi tegangan Otomatis dilengkapi dengan Fault Section Indicator (FSI), relay OCR dan DGR yang terpasang di sel 20 KV Gardu Induk / Penyulang. Ada 2 (dua) jenis SSO deteksi tegangan yang digunakan, yaitu : 1. Tree Type dibagi atas : a. b. c. Tree Branch. One Line Loop. Two Line Loop. menggunakan sistem pentanahan tinggi ( high resistance ) 500 ohm dengan arus gangguan fasa
Penggunaan SSO Tree Type di dalam konfigurasi jaringan untuk : a. Tree Branch digunakan untuk sistem Radial Interkoneksi (otomatis) dan Sistem Loop Satu Penyulang. b. c. One Line Loop digunakan hanya pada pertemuan Transline pada Penyulang Sistem Loop Satu Penyulang. Two Line Loop digunakan hanya pada Sistem Open Loop Dua Penyulang dan ditempatkan setelah SSO Tree Branch. Loop Type Penggunaan SSO Loop Type hanya pada Sistem Open Loop Dua Penyulang, SSO tipe ini dipasang pada titik pertemuan antara penyulang transline satu dengan penyulang transline lainnya dalam satu loop. Setting waktu SSO Tree Type : T 1 = waktu menutup ( 10 detik ). T 2 = waktu mengunci ( 5 detik ).
On Becoming The Centre of Excellences
T 3 = waktu membuka ( 0,5 detik ). Setting waktu SSO Loop : T 5 > Tr + ( n +1 ) T1 T 5 = waktu mulai kotak pengatur tidak merasakan tegangan dari salah satu sisinya sampai dengan SSO Loop masuk secara otomatis, setting antara : 60 80 detik. T r = waktu menutup balik Reclose-1 (60 detik) n = banyaknya SSO Tree Type di Penyulang ( diambil yang terbanyak dari satu sisi penyulang. PBO (Pemutus Balik Otomatis) yang terpasang disel 20 KV gardu induk disetting sebagai berikut : Reclose - 1 = 60 detik Reclose - 2 = 180 detik
1.2.2.1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Konfigurasi Radial A. Tanpa Seksionalisasi (Menggunakan LBS)
Catatan : SSO = Saklar Seksi Otomatis Deteksi Tegangan PMT = Pemutus Tenaga / CB LBS = Load Break Switch
B.
Catatan : SSO = Saklar Seksi Otomatis Deteksi Tegangan PMT = Pemutus Tanaga / CB LBS = Load Break Switch = SSO Dioperasikan Manual C. SUTM Radial dengan Seksionalisasi Otomatis Di Jaringan. C.1. Radial Murni
1.2.2.2. SUTM Konfigurasi Open Loop Dengan Seksionalisasi Otomatis A. Loop dari Satu Penyulang 7
Catatan : SSO = Saklar Seksi Otomatis PMT = Pemutus Tenaga / CB = SSO Tree Type Menggunakan Dua Trafo
On Becoming The Centre of Excellences
10
1.3.
POLA JARINGAN BERDASARKAN KERAPATAN BEBAN 1.3.1. POLA JARINGAN UNTUK BEBAN RINGAN Daerah pedesaan atau beban pedesaan umumnya dioperasikan dengan sistem radial murni. Dalam sistem radial murni jika ada section penyulang yang terganggu pengalihan beban ke penyulang lain tidak ada. Penyulang radial mempunyai tingkat keandalan yang rendah . 1.3.2. POLA JARINGAN UNTUK BEBAN SEDANG Daerah atau lokasi mempunyai kerapatan beban sedang maka daerah tersebut mempunyai tingkat mutu dan keandalan lebih baik. Untuk sistem mendapat kualitas mutu dan keandalan yang diinginkan maka beroperasi dengan sistem open loop (open ring) non spindel. Untuk mendukung manuver beban apabila di salah satu section jaringan terganggu perlu dipasang peralatan distribusi seperti : LBS, Recloser, Sectionalizer. 1.3.3. POLA JARINGAN UNTUK BEBAN PADAT Daerah yang mempunyai kerapatan beban padat tingkat keandalan dan mutu pelayanan menjadi tuntutan utama, maka sistem beroperasi dalam konfigurasi Spindel. Apabila area pelayanan cukup luas, maka akan terdapat beberapa cluster Spindel yang saling terkait guna mendukung keandalan sistem. 1.3.4. POLA JARINGAN UNTUK PELANGGAN VVIP Untuk pelanggan yang tidak boleh padam ( pelanggan VVIP ) , maka disuplai dengan Pola Jaringan Spot Net Work sekaligus plus Automatic Change Over. Misal : 1) 2) 3) 4) Istana Presiden / Gedung Gubernuran. Gedung MPR / DPR / DPRD. Bandar Udara. Rumah Sakit 11 dengan 2 penyulang
1.4.
KORELASI JARINGAN
Panjang sebuah Jaringan Tegangan Menengah dapat didesain dengan mempertimbangkan drop tegangan dan susut teknis jaringan. Untuk mendapatkan nilai drop tegangan dan susut yang dikehendaki perlu memasukkan parameter paramater antara lain : 1) 2) 3) Ukuran ( luas penampang ) Penghantar Beban Nominal Penghantar Panjang Jaringan
Berdasarkan SPLN 72:1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dengan kriteria drop tegangan sebagai berikut : 1) 2) Drop Tegangan Spindel maksimum 2 % Drop Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 %
Untuk mendesain jaringan dengan pertimbangan susut jaringan, maka susut jaringan maksimum yang diijinkan : 1) 2) Susut maksimum Spindel maksimum 1 % Susut maksimum Open Loop dan Radial maksimum 2,3 %
Contoh : Panjang maksimum penyulang 3 x 240 mm 2 A3C dengan beban nominal / maksimum adalah 7 KMS (beban merata).
12
1.4.1
= Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
13
1.4.2.
UNTUK BEBAN DITENGAH DAN DI UJUNG (SEIMBANG) 1) SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT
= Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
14
1.4.3.
UNTUK BEBAN MERATA DAN SEIMBANG 1) SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT
2)
SISTEM 1 PHASE
15
1.5.
KORELASI LOSSES A. SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN DIUJUNG (SEIMBANG)
P 3.I 2 .R.L.LLF SusutTeknis =
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km )
B. SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN DITENGAH DAN DIUJUNG (SEIMBANG)
P 3.I 2 .R.L.LLF .LDF SusutTeknis =
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km )
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km )
1.5.1.
menghitung susut sebagai perbandingan antara rugi rugi daya rata-rata terhadap rugi daya beban puncak.
Dimana :
1.6.
KONSISTENSI PEMBEBANAN TERHADAP STANDAR POLA JARINGAN Dalam pengoperasian Jaringan Listrik Tegangan Menengah Pembebanan tidak boleh melebihi kemampuan nominal jaringan yang telah direncanakan, sehingga drop tegangan dan susut teknis tercapai. PENGHANTAR AAAC
120 150 5,00 5,00 0,2851 0,228 0,0957 0,1028 185 5,00 0,1849 0,1094 240 5,00 0,1432 0,1175
17
TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN UNTUK COS = 0,85 & V = 5% PANJANG JTM (kms) BEBAN PENGHANTAR 35 50 70 MVA mm2 mm2 mm2 1,0 23,27 32,42 43,92 1,5 15,52 21,62 29,28 2,0 11,64 16,32 21,96 2,5 9,31 12,97 17,57 3,0 7,76 10,81 14,64 3,5 6,65 9,26 12,55 4,0 5,82 8,11 10,98 4,5 5,17 7,21 9,76 5,0 4,66 6,49 8,78 5,5 4,23 5,90 7,99 6,0 3,88 5,40 7,32 6,5 3,58 4,99 6,76 7,0 3,33 4,63 6,27 7,5 3,10 4,32 5,86 8,0 2,91 4,05 5,49 8,5 2,74 3,81 5,17 9,0 2,59 3,60 4,88 9,5 2,45 3,41 4,62 10,0 2,33 3,24 4,39 YANG DIIJINKAN PER JENIS 95 mm2 56,66 37,78 28,34 22,67 18,89 16,19 14,17 12,59 11,33 10,30 9,44 8,72 8,10 7,56 7,08 6,67 6,30 5,97 5,67 120 mm2 68,24 45,50 34,13 27,30 22,75 19,50 17,06 15,17 13,65 12,41 11,37 10,50 9,75 9,10 8,53 8,03 7,58 7,18 6,82 150 mm2 80,54 53,70 40,28 32,22 26,85 23,02 20,14 17,90 16,11 14,65 13,43 12,39 11,51 10,74 10,07 9,48 8,95 8,48 8,06 185 mm2 92,95 61,97 46,48 37,18 30,99 26,56 23,24 20,66 18,59 16,90 15,49 14,30 13,28 12,39 11,62 10,94 10,33 9,79 9,30 240 mm2 109,04 72,70 54,53 43,62 36,35 31,16 27,26 24,23 21,81 19,83 18,18 16,78 15,58 14,54 13,63 12,83 12,12 11,48 10,91
100
80
60
35 mm2 50 mm2 70 mm2 95 mm2 120 mm2 150 mm2 185 mm2 240 mm2
40
20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BEBAN (MVA)
18
TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN UNTUK COS = 0,85 & V = 2%
PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER BEBAN PENGHANTAR 35 50 70 95 120 150 MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 1,0 9,31 12,97 17,57 22,66 27,30 32,22 1,5 6,21 8,65 11,71 15,11 18,20 21,48 2,0 4,66 6,53 8,78 11,33 13,65 16,11 2,5 3,72 5,19 7,03 9,07 10,92 12,89 3,0 3,10 4,32 5,86 7,56 9,10 10,74 3,5 2,66 3,71 5,02 6,48 7,80 9,21 4,0 2,33 3,24 4,39 5,67 6,82 8,06 4,5 2,07 2,88 3,90 5,04 6,07 7,16 5,0 1,86 2,59 3,51 4,53 5,46 6,44 5,5 1,69 2,36 3,19 4,12 4,96 5,86 6,0 1,55 2,16 2,93 3,78 4,55 5,37 6,5 1,43 2,00 2,70 3,49 4,20 4,96 7,0 1,33 1,85 2,51 3,24 3,90 4,60 7,5 1,24 1,73 2,34 3,02 3,64 4,30 8,0 1,16 1,62 2,20 2,83 3,41 4,03 8,5 1,10 1,53 2,07 2,67 3,21 3,79 9,0 1,03 1,44 1,95 2,52 3,03 3,58 9,5 0,98 1,37 1,85 2,39 2,87 3,39 10,0 0,93 1,30 1,76 2,27 2,73 3,22
JENIS 185 mm2 37,18 24,79 18,59 14,87 12,39 10,62 9,30 8,26 7,44 6,76 6,20 5,72 5,31 4,96 4,65 4,37 4,13 3,91 3,72 240 mm2 43,62 29,08 21,81 17,45 14,54 12,46 10,90 9,69 8,72 7,93 7,27 6,71 6,23 5,82 5,45 5,13 4,85 4,59 4,36
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8
35 mm2 50 mm2 70 mm2 95 mm2 120 mm2 150 mm2 185 mm2 240 mm2
10
BEBAN (MVA)
19
TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN UNTUK COS = 0,90 & V = 5% PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER BEBAN PENGHANTAR 35 50 70 95 120 150 MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 1,0 22,14 31,00 42,28 55,09 66,95 79,85 1,5 14,76 20,67 28,19 36,73 44,64 53,24 2,0 11,07 15,60 21,14 27,55 33,48 39,93 2,5 8,86 12,40 16,91 22,04 26,78 31,94 3,0 7,38 10,34 14,09 18,37 22,32 26,62 3,5 6,33 8,86 12,08 15,74 19,13 22,82 4,0 5,54 7,75 10,57 13,77 16,74 19,96 4,5 4,92 6,89 9,40 12,24 14,88 17,75 5,0 4,43 6,20 8,46 11,02 13,39 15,97 5,5 4,03 5,64 7,69 10,02 12,17 14,52 6,0 3,69 5,17 7,05 9,18 11,16 13,31 6,5 3,41 4,77 6,51 8,48 10,30 12,29 7,0 3,16 4,43 6,04 7,87 9,57 11,41 7,5 2,95 4,13 5,64 7,35 8,93 10,65 8,0 2,77 3,88 5,29 6,89 8,37 9,98 8,5 2,60 3,65 4,97 6,48 7,88 9,40 9,0 2,46 3,45 4,70 6,12 7,44 8,87 9,5 2,33 3,26 4,45 5,80 7,05 8,41 10,0 2,21 3,10 4,23 5,51 6,70 7,99 JENIS 185 mm2 93,21 62,15 46,61 37,29 31,07 26,64 23,30 20,72 18,64 16,95 15,54 14,34 13,32 12,43 11,65 10,97 10,36 9,81 9,32 240 mm2 111,13 74,09 55,57 44,45 37,05 31,76 27,78 24,70 22,23 20,21 18,52 17,10 15,88 14,82 13,89 13,08 12,35 11,70 11,11
100
80
60
40
35 mm2 50 mm2 70 mm2 95 mm2 120 mm2 150 mm2 185 mm2 240 mm2
20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BEBAN (MVA)
20
TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN UNTUK COS = 0,80 & V = 5% PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER BEBAN PENGHANTAR 35 50 70 95 120 150 MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 1,0 24,56 34,05 45,85 58,62 70,04 81,93 1,5 16,38 22,70 30,57 39,09 46,70 54,63 2,0 12,28 17,14 22,93 29,32 35,03 40,97 2,5 9,83 13,62 18,34 23,45 28,02 32,77 3,0 8,19 11,35 15,28 19,54 23,35 27,31 3,5 7,02 9,73 13,10 16,75 20,02 23,41 4,0 6,14 8,51 11,46 14,66 17,51 20,48 4,5 5,46 7,57 10,19 13,03 15,57 18,21 5,0 4,91 6,81 9,17 11,73 14,01 16,39 5,5 4,47 6,19 8,34 10,66 12,74 14,90 6,0 4,09 5,68 7,64 9,77 11,68 13,66 6,5 3,78 5,24 7,05 9,02 10,78 12,61 7,0 3,51 4,87 6,55 8,38 10,01 11,71 7,5 3,28 4,54 6,11 7,82 9,34 10,93 8,0 3,07 4,26 5,73 7,33 8,76 10,24 8,5 2,89 4,01 5,39 6,90 8,24 9,64 9,0 2,73 3,78 5,09 6,51 7,78 9,10 9,5 2,59 3,58 4,83 6,17 7,37 8,63 10,0 2,46 3,41 4,59 5,86 7,01 8,19 JENIS 185 mm2 93,64 62,43 46,83 37,46 31,22 26,76 23,41 20,81 18,73 17,03 15,61 14,41 13,38 12,49 11,71 11,02 10,41 9,86 9,36 240 mm2 108,39 72,27 54,20 43,36 36,13 30,97 27,10 24,09 21,68 19,71 18,07 16,68 15,49 14,45 13,55 12,75 12,04 11,41 10,84
100
80
60
40
35 mm2 50 mm2 70 mm2 95 mm2 120 mm2 150 mm2 185 mm2 240 mm2
20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BEBAN (MVA)
21
TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN UNTUK COS = 0,85 & V = 3% PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER BEBAN PENGHANTAR 35 50 70 95 120 150 MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 1,0 13,96 19,45 26,35 34,00 40,94 48,33 1,5 9,31 12,97 17,57 22,67 27,30 32,22 2,0 6,98 9,79 13,18 17,00 20,48 24,17 2,5 5,59 7,78 10,54 13,60 16,38 19,33 3,0 4,66 6,48 8,78 11,33 13,65 16,11 3,5 3,99 5,56 7,53 9,71 11,70 13,81 4,0 3,49 4,86 6,59 8,50 10,24 12,08 4,5 3,10 4,32 5,86 7,56 9,10 10,74 5,0 2,79 3,89 5,27 6,80 8,19 9,67 5,5 2,54 3,54 4,79 6,18 7,44 8,79 6,0 2,33 3,24 4,39 5,67 6,82 8,06 6,5 2,15 2,99 4,05 5,23 6,30 7,44 7,0 2,00 2,78 3,76 4,86 5,85 6,90 7,5 1,86 2,59 3,51 4,53 5,46 6,44 8,0 1,75 2,43 3,29 4,25 5,12 6,04 8,5 1,64 2,29 3,10 4,00 4,82 5,69 9,0 1,55 2,16 2,93 3,78 4,55 5,37 9,5 1,47 2,05 2,77 3,58 4,31 5,09 10,0 1,40 1,95 2,64 3,40 4,09 4,83 JENIS 185 mm2 55,77 37,18 27,89 22,31 18,59 15,94 13,94 12,39 11,16 10,14 9,30 8,58 7,97 7,44 6,97 6,56 6,20 5,87 5,58 240 mm2 65,42 43,62 32,72 26,17 21,81 18,70 16,36 14,54 13,09 11,90 10,91 10,07 9,35 8,72 8,18 7,70 7,27 6,89 6,54
22
23
2. TRAFO DISTRIBUSI
Trafo Distribusi adalah salah satu peralatan listrik yang mentransfomasikan tegangan menengah menjadi tegangan rendah dan mempunyai karakteristik tertentu. Untuk hal tersebut diatas, maka perlu ditentukan pola pembebanan trafo yang akan menghasilkan drop tegangan maupun susut paling kecil (minimal), disamping itu terdapat sitem pengaman yang harus diperhatikan baik yang terpasang di sisi tegangan 20 KV maupun sisi tegangan rendah 231/400 volt. 2.1. Pola POLA PEMBEBANAN TRAFO DISTRIBUSI pembebanan trafo distribusi hendaknya mengikuti karakteristik trafo
sesuai dengan spesifikasi trafo sesuai SPLN no. 50 : 1997, agar didapatkan susut yang minimal yaitu pembebanan trafo sebesar 60% - 70% dari kapasitas trafo. 2.2. KORELASI ANTARA SUSUT DAN DROP TEGANGAN PADA
TRAFO DISTRIBUSI Besaran maksimal dari drop tegangan maupun susut dari trafo distribusi perlu ditentukan , sehingga dalam pengoperasiannya akan didapat hasil kinerja yang optimal. 2.2.1. DROP TEGANGAN TRAFO DISTRIBUSI. Drop tegangan di trafo distribusi di sisi sekunder pada saat beban maksimum dibolehkan SPLN 72 : 1987). 2.2.2. SUSUT TRAFO DISTRIBUSI Rumus yang digunakan :
LossesTrafo = (i + c.(Pr) 2 .LLF ).N
sebesar
24
Dimana : i c Pr N = Rugi Besi Trafo ( kW) = Rugi Tembaga ( kW) = Pembebanan Trafo rata-rata (%). = Jumlah Trafo.
Catatan = Rugi Besi dan tembaga diambil dari SPLN 50:1997 Losses maksimum 1,5 % ( pada temperatur 75 0C )
2.2.3.
Dari rumus di atas trafo untuk kapasitas 100 KVA hasil perhitungan susut dan efisiensi trafo seperti tabel di bawah :
25
Faktor beban / Cos Phi 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3
Efisiensi 0.8 0 96.2 0 97.7 8 98.1 8 98.2 9 98.2 8 98.2 1 98.1 0 97.9 7 97.8 3 97.6 8 97.5 2 97.3 6 97.1 9 0.85 96.4 2 97.9 0 98.2 9 98.3 9 98.3 8 98.3 1 98.2 1 98.0 9 97.9 6 97.8 1 97.6 6 97.5 1 97.3 5 0.90 96.61 98.02 98.38 98.48 98.47 98.40 98.31 98.19 98.07 97.93 97.79 97.65 97.50 0.8 3.95 2.28 1.85 1.74 1.75 1.83 1.94 2.07 2.22 2.38 2.54 2.71 2.89
Susut 0.85 3.72 2.14 1.74 1.64 1.65 1.72 1.82 1.95 2.09 2.24 2.39 2.55 2.72 0.9 3.51 2.02 1.64 1.54 1.56 1.62 1.72 1.84 1.97 2.11 2.26 2.41 2.57
26
n e s i f E
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 Faktor Beban
) % ( T U S
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 FAKTOR BEBAN
27
Pola
sesuai dengan spesifikasi trafo sesuai SPLN no. 50 : 1997, agar didapatkan susut yang minimal (pembebanan trafo sebesar 50% -60%). Untuk memenuhi kriteria tersebut ,maka perlu dicantumkan secara jelas spesifikasi trafo distribusi dalam setiap pengadaannya, dan dilaksanakan test sampling sebelum trafo tersebut digunakan dalam operasional.
28
KAPASITAS TRAFO = 50 KVA LOAD FACTOR LOSSES (%) (%) PT PLN (PERSERO) 10 10,30 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 15 7,10 20 5,56 30 4,16 40 3,60 50 3,37 60 3,31 70 3,34 80 3,43 90 3,57 100 3,73 110 3,91 130 4,31 150 4,75
KAPASITAS TRAFO = 100 KVA LOAD FACTOR (%) 10 15 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 130 150 LOSSES (%) 5,15 3,55 2,78 2,08 1,80 1,68 1,65 1,67 1,72 1,78 1,86 1,95 2,16 2,38
KAPASITAS TRAFO = 160 KVA LOAD FACTOR LOSSES (%) (%) 10 4,29 15 2,95 20 2,30 30Becoming The Centre 1,71 On of Excellences 40 1,47 50 1,37 60 1,33 70 1,34 80 1,37
29
Besaran maksimal dari drop tegangan maupun susut dari trafo distribusi perlu ditentukan , sehingga dalam pengoperasiannya akan didapat hasil kinerja yang optimal.
DROP TEGANGAN MAKSIMUM TRAFO DISTRIBUSI Drop tegangan maksimum trafo distribusi disisi sekunder trafo saat beban maksimum adalah 3 % ( SPLN 72 : 1987).
30
SUSUT TRAFO DISTRIBUSI PADA BEBAN 100% DAN COS = 0.85 STANDAR RUGI SESUAI SPLN NO 50 PT PLN (PERSERO) TAHUN 1997 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI No RUGI RUGI TEMBAGA DAYA BESI (CU) LOSSES (KVA) (KW) ( KW) %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 25 50 100 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 0,075 0,150 0,300 0,400 0,480 0,600 0,770 0,930 1,100 1,300 1,750 2,300 0,425 0,800 1,600 2,000 2,500 3,000 3,900 4,600 5,500 6,500 9,100 12,100 2,12 2,02 2,02 1,60 1,59 1,54 1,58 1,48 1,41 1,32 1,44 1,53
TABEL PEMBEBANAN TRAFO DISTRIBUSI TERHADAP SUSUT SUSUT (%) PEMBEBANAN TRAFO 10% 4,91 4,90 4,90 4,08 3,92 3,92 3,99 20% 2,70 2,68 2,68 2,22 2,14 2,13 2,17 30% 2,08 2,05 2,05 1,68 1,63 1,61 1,65 40% 1,84 1,81 1,81 1,47 1,43 1,41 1,45 50% 1,77 1,72 1,72 1,39 1,36 1,34 1,37 60% 1,78 1,72 1,72 1,38 1,36 1,33 1,36 70% 1,83 1,76 1,76 1,41 1,39 1,35 1,39 80% 1,91 1,83 1,83 1,46 1,44 1,40 1,44 90% 2,00 1,92 1,92 1,53 1,51 1,46 1,51 100% 2,12 2,02 2,02 1,60 1,59 1,54 1,58 110% 2,24 2,13 2,13 1,69 1,67 1,62 1,67
31
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% PEMBEBANAN
5,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% PEMBEBANAN
32
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% PEMBEBANAN
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110% PEMBEBANAN
33
( CSP-Completely Self
Transformator distribusi yang dilengkapi dengan sistem pengaman arus lebih yang ditempatkan di dalam transformator dan pada sisi primer dilengkapi dengan penangkap petir (lightning arrester).
Transformator Fase Tunggal : Penandaan terminal transformator fase tunggal : Terminal tegangan tinggi : H1 - H2 : H1 : x1 - x3 - x2 - x4 : diantara x3 dan x2
34
2.4. Transformator Tanpa Pengaman Sendiri (NCSP-Non Completely Self Protection ) : Transformator distribusi yang tidak dilengkapi pengaman sendiri, tetapi sistem pengaman arus lebih ditempatkan di luar transformator sisi primer dengan penangkap petir (lightning arrester) dan dilengkapi panel tegangan rendah. Transformator Fase Tiga : Urutan penandaan terminal transformator fase tiga, dari kiri ke kanan dilihat dari sisi tegangan rendah berturut-turut adalah : Terminal primer : (1N) - 1U - 1V - 1W Terminal sekunder : (2N) - 2U - 2V - 2W
Dyn5 / Yzn5
35
36
2.5.
Hubungan belitan : Hubungan bintang ( Y ) : Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga salah satu ujung dari setiap belitan transformator fase-tiga, atau salah satu ujung setiap belitan transformator fase-tunggal yang bertegangan pengenal sama dalam gugus fase-tiga, dihubungkan ke titik bersama (titik netral) dan ujung lainnya adalah terminal fase.
37
Hubungan delta ( ) : Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga belitan-belitan fase transformator fase-tiga, atau belitan dari tiga unit transformator fase-tunggal yang bertegangan pengenal sama dalam gugus fase-tiga, dihubung seri hingga membentuk sirkit tertutup.
38
Hubungan zigzag ( Z ) : Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga salah satu ujung dari setiap belitan fase transformator fase-tiga, dihubungkan ke titik bersama (titik netral) dan tiap belitan fase terdiri dari dua bagian yang tegangan induksinya berbeda fase. Kedua bagian ini mempunyai jumlah lilitan yang sama.
39
2.6.
Rugi-rugi transformator : a) Rugi tanpa beban (rugi besi) : Daya aktif yang diserap ketika tegangan pengenal pada frekuensi pengenal diberikan pada terminal salah satu belitan sedangkan belitan lainnya terbuka. Arus tanpa beban : Arus yang mengalir pada terminal fase belitan ketika tegangan pengenal dengan frekuensi pengenal diberikan pada belitan tersebut, sedangkan belitan lainnya terbuka. Arus tanpa beban pada transformator fase tiga adalah nilai rata-rata dari ketiga fase dan dinyatakan dalam persen terhadap arus pengenal. b) Rugi berbeban (rugi belitan) : Daya aktif yang diserap pada frekuensi pengenal ketika arus pengenal
mengalir melalui terminal fase salah satu belitan, sedangkan terminal belitan On Becoming The Centre of Excellences 40
lainnya dihubung-singkat. Nilai rugi berbeban ditetapkan pada suhu acuan 75C. c) Rugi total :
41
Inti besi : Inti besi dibentuk dari laminasi baja silikon ( cold-rollled grain oriented) atau baja amorphous (amorphous steel) dengan rugi-rugi yang rendah dan arus magnetisasi sekecil mungkin. Konstruksi inti besi dapat dibentuk dengan dua cara : Susunan (stacking). Gulungan (wound type)
Kenaikan suhu :
On Becoming The Centre of Excellences
42
Kelas suhu isolasi transformator adalah A. Batas maksimum kenaikan suhu di atas suhu ambien pada kapasitas pengenal : Suhu minyak atas Suhu belitan rata-rata Tegangan primer : Tegangan primer adalah tegangan nominal sistem jaringan tegangan menengah : a) b) Transformator fase tiga Transformator fase tunggal untuk sistem distribusi JTM 3 kawat untuk sistem distribusi JTM 4 kawat : 20 kV : 20/3 kV : 20 kV. : 50 K : 55 K
Tegangan sekunder : Tegangan sekunder pada keadaan tanpa beban adalah tegangan nominal sistem jaringan tegangan rendah : a) b) Transformator fase tiga Transformator fase tunggal : 400 V : 231 V
Tegangan sadapan : Penyadapan belitan menggunakan pengubah sadapan 5 (lima) langkah yang ditempatkan pada belitan primer. Sadapan No. 3 merupakan sadapan utama. Nilai-nilai tegangan sadapan tercantum pada tabel.
43
20,5 kV 20 19,5 19 kV kV kV
20,5 kV 20 19,5 19 kV kV kV
Minyak isolasi : Minyak sebagai media pendingin dan isolasi transformator adalah jenis mineral dan tidak beracun. Minyak harus memenuhi persyaratan IEC 60296 dengan tegangan tembus 50 kV/2,5 mm.
44
Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Rendah yang dikembangkan adalah sitem tegangan 220/380 Volt menggunakan penghantar Twisted Cable (TC). Dalam desain Jaringan Tegangan Rendah (JTR) beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah : 1). Drop Tegangan . 2). Susut Jaringan. 3). Kerapatan Beban. 4). Keandalan pasokan tenaga listrik
3.1. KORELASI PANJANG JTR DENGAN DROP TEGANGAN Salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam mendesain Jaringan Tegangan Rendah adalah drop tegangan, berdasarkan SPLN No.72 : 1987 % dari tegangan kerja. Untuk mendapatkan besaran jatuh tegangan pemilihan sebagai berikut : Jenis Penghantar Luas penampang penghantar. Panjang Jaringan Kerapatan beban dalam batas tersebut maka batas drop tegangan yang diijinkan untuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR) maksimum 4
Selain pemilihan penghantar yang digunakan harus dibatasi besar arus beban yang mengalir sesuai dengan KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari jenis penghantar agar batas drop tegangan yang diijinkan dapat tercapai.
45
Jenis penghantar untuk JTR ada dua macam menurut kontruksinya yaitu Open Wire (telanjang) dan yang berisolasi (Insulated) sedang ditinjau dari bahan yang digunakan ada dua jenis yang umum digunakan yaitu dari bahan Tembaga (CU) dan dari bahan Aluminium (Al). Untuk keandalan dan keamanan dalam penyaluran tenaga listrik penghantar JTR yang paling banyak digunakan saat ini dari jenis Insulated dibandingkan dengan kabel telanjang. Jenis bahan penghantar berisolasi yang banyak digunakan adalah dari bahan aluminium (Al) karena lebih ringan namun daya hantarnya lebih rendah dibandingkan dengan dari bahan Tembaga (Cu). Jenis , Luas dan panjang penghantar yang digunakan untuk JTR akan mempengaruhi besarnya Impedansi (Z) dari JTR, perkalian impedansi Z dengan arus yang mengalir akan didapatkan besarnya Drop tegangan pada JTR, seperti rumus berikut ini :
V = I x Z .. (1)
Keterangan : V = Jatuh tegangan (Volt). I Z = Arus beban yang mengalir (A). = Impedansi JTR (Ohm)
46
Bilamana JTR direprentasikan sebagai diagram seperti diatas, maka sesuai HUKUM Kirchhoff VS = VL + (R + j X ) . L = VL + RI + j X. I V drop = VS VL = RI + j X. I = I (R + j X) Volt = Re (I Z) dimana : Besaran Real
Z = (R2 + X2)^1/2
Desain sebuah jaringan tegangan rendah dengan kriteria sbb, Drop Tegangan Rendah maksimum 4 % . Susut Tegangan Rendah 3,5 % Dengan menggunakan JTR 3 x 70 mm2 +1 x50mm2 3.2. KORELASI PEMBEBANAN DENGAN TEGANGAN JATUH. 3.2.1. UNTUK FORMULA DROP TEGANGAN JTR DENGAN BEBAN UJUNG (SEIMBANG)
47
3.2.2. UNTUK FORMULA DROP TEGANGAN JTR DENGAN BEBAN MERATA (SEIMBANG)
3.3. KORELASI PEMBEBANAN DENGAN SUSUT 3.3.1. UNTUK FORMULA SUSUT JTR BEBAN DIUJUNG (SEIMBANG)
PSusutTeknis = 3.I 2 .R.L.LLF
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor 3.3.2. UNTUK FORMULA SUSUT JTR BEBAN MERATA (SEIMBANG)
PSusutTeknis = 3.I 2 .R.L.LLF .0,333
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor
48
Vs = Tegangan Sumber
Bilamana Arus I dihitung dari daya nominal tersalur P (VA) dengan asumsi beban terpusat di ujung (seimbang) maka formula tersebut diatas menjadi :
% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos + X * Sin ) *0,5* 100)/ (V) 2 Dimana : % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % ) P = Daya Nominal yang tersalur (VA) R = Resistensi Jaringan ( ohm /km ) X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km ) Vs = tegangan sumber L-L ( 400 Volt )
3.4.
Dalam mendesain JTR maka hal yang sangat penting diperhitungkan adalah batas maksimun losses yang akan terjadi pada jaringan tersebut. Dalam SPLN 722 : 1987 telah ditentukan losses maksimum di JTR adalah 3,5 %. Untuk mencapai range losses tersebut maka desain JTR juga harus mempertimbangkan hal hal yang sama seperti pada saat menekan drop tegangan yaitu : Jenis Penghantar yang digunakan Panjang Jaringan Tegangan Rendah Luas penampang Pembatasan Jumlah beban yang tersambung sesuai dengan KHA penghantar. Formula susut tergantung dari model jaringan yang ada. Untuk
menyederhanakan perhitungan dibuat asumsi seperti yang dilalukan pada perhitungan drop tegangan yaitu :
3.4.1.
(Watt)
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor
50
(Watt)
Dimana : I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere) R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km) L = Panjang Jaringan (km ) LLF= Loss Load Factor
TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2
6,0% 1,484 1,113 0,891 0,742 0,636 0,557 0,495 6,0% 1,267 0,950 0,760 0,634 0,543 0,475 0,422 6,0% 1,164 0,873 0,698 0,582 0,499 0,436 0,388 6,0% 1,022 0,766 0,613 0,511 0,438 0,383 0,341 5,0% 1,237 0,928 0,742 0,618 0,530 0,464 0,412 5,0% 1,056 0,792 0,634 0,528 0,453 0,396 0,352 5,0% 0,970 0,727 0,582 0,485 0,416 0,364 0,323 5,0% 0,852 0,639 0,511 0,426 0,365 0,319 0,284 4,0% 0,989 0,742 0,594 0,495 0,424 0,371 0,330 4,0% 0,845 0,634 0,507 0,422 0,362 0,317 0,282 4,0% 0,776 0,582 0,465 0,388 0,332 0,291 0,259 4,0% 0,681 0,511 0,409 0,341 0,292 0,255 0,227 3,0% 0,742 0,557 0,445 0,371 0,318 0,278 0,247
51
TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2
154 125 103 196 154 125 103 196 154 125 103
3,0% 0,634 0,475 0,380 0,317 0,272 0,238 0,211 3,0% 0,582 0,436 0,349 0,291 0,249 0,218 0,194 3,0% 0,511 0,383 0,307 0,255 0,219 0,192 0,170 2,0% 0,495 0,371 0,297 0,247 0,212 0,186 0,165 2,0% 0,422 0,317 0,253 0,211 0,181 0,158 0,141 2,0% 0,388 0,291 0,233 0,194 0,166 0,145 0,129 2,0% 0,341 0,255 0,204 0,170 0,146 0,128 0,114 1,0% 0,247 0,186 0,148 0,124 0,106 0,093 0,082 1,0% 0,211 0,158 0,127 0,106 0,091 0,079 0,070 1,0% 0,194 0,145 0,116 0,097 0,083 0,073 0,065 1,0% 0,170 0,128 0,102 0,085 0,073 0,064 0,057
0,190 0,175 0,153 0,148 0,127 0,116 0,102 0,074 0,063 0,058 0,051
52
53
KORELASI PANJANG DENGAN SUSUT ENERGI JTR TWISTED CABLE Tegangan sumber 400 Volt Asumsi Beban merata ( Cos Q Beban 0.85) Jenis Pengahntar TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 TC 3 x 70+50 mm2 TC 3 x50+50 mm2 TC 3 x 35+50 mm2 TC 3 x 25+50 mm2 KHA SUSUT (A) (%) 196 154 125 103 196 154 125 103 196 154 125 103 196 154 125 103 196 154 125 103 PANJANG JTR MAKSIMUM UNTUK BEBAN DENGAN % KHA : (M) 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0,451 0,382 0,347 0,305 0,386 0,328 0,297 0,261 0,322 0,273 0,248 0,218 0,258 0,219 0,198 0,174 0,129 0,109 0,099 0,087 54
3,5% 1,502 1,127 0,901 0,751 0,644 0,563 0,501 3,5% 1,275 0,956 0,765 0,637 0,546 0,478 0,425 3,5% 1,156 0,867 0,694 0,578 0,496 0,434 0,385 3,5% 1,016 0,762 0,609 0,508 0,435 0,381 0,339 3,0% 1,288 0,966 0,773 0,644 0,552 0,483 0,429 3,0% 1,093 0,819 0,656 0,546 0,468 0,410 0,364 3,0% 0,991 0,743 0,595 0,496 0,425 0,372 0,330 3,0% 0,871 0,653 0,522 0,435 0,373 0,326 0,290 2,5% 1,073 0,805 0,644 0,537 0,460 0,402 0,358 2,5% 0,911 0,683 0,546 0,455 0,390 0,341 0,304 2,5% 0,826 0,620 0,496 0,413 0,354 0,310 0,275 2,5% 0,725 0,544 0,435 0,363 0,311 0,272 0,242 2,0% 0,858 0,644 0,515 0,429 0,368 0,322 0,286 2,0% 0,728 0,546 0,437 0,364 0,312 0,273 0,243 2,0% 0,661 0,496 0,396 0,330 0,283 0,248 0,220 2,0% 0,580 0,435 0,348 0,290 0,249 0,218 0,193 1,0% 0,429 0,322 0,258 0,215 0,184 0,161 0,143 1,0% 0,364 0,273 0,219 0,182 0,156 0,137 0,121 1,0% 0,330 0,248 0,198 0,165 0,142 0,124 0,110 1,0% 0,290 0,218 0,174 0,145 0,124 0,109 0,097
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN DROP TEG 5 % (Beban Merata) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
55
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN DROP TEG 4 % (Beban Merata) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN DROP TEG 3 % (Beban Merata) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
56
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN DROP TEG 2 % (Beban Merata) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN DROP TEG 1 % (Beban Merata) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
57
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN LOSSES 3,0 % (Beban Merata, cos Q 0.85) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
58
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN LOSSES 3,0 % (Beban Merata, cos Q 0.85) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN LOSSES 2.0% (Beban Merata, cos Q 0.85) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
59
KURVA PANJANG JTR vs ARUS BEBAN LOSSES 1,0 % (Beban Merata, cos Q 0.85) 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
0%
Panjang(km)
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
60
61
4. SAMBUNGAN RUMAH
Sambungan Rumah adalah titik akhir dari pelayanan listrik kepada Konsumen, sehingga potret pelayanan dapat dilihat dari mutu tegangan dan tingkat keandalan dari sisi Sambungan Rumah. Selain itu sambungan rumah juga termasuk salah satu bagian penyumbang susut teknis, maka dalam Desain Jaringan distribusi sambungan rumah (SR) harus bisa dihitung drop tegangan serta losses yang timbul untuk panjang dan jenis penghantar tertentu yang digunakan serta jumlah seri SR yang tersambung.
4.1 DROP TEGANGAN SAMBUNGAN RUMAH ( SR ) Drop tegangan Sambungan Rumah Maksimum 1 % ( SPLN 72 :1987) atau Tegangan Pelayanan tidak boleh kurang dari 208 Volt (sesuai SPLN No 1:1995). Agar drop tegangan masih dalam range tersebut diatas maka perlu pemilihan jenis dan panjang penghantar SR yang digunakan serta pembatasan jumlah SR Seri yang tersambung. 4.2 MENGHITUNG SUSUT SAMBUNGAN RUMAH (SR) Menghitung susut sambungan rumah per konsumen Dalam hal ini juga diambil asumsi bahwa arus beban konsumen merata ,sehingga dalam perhitungan ini akan dipakai arus rata-rata perkonsumen pada waktu beban puncak Ada beberapa macam SR 1. SR 1 fasa dengan satu konsumen 2. SR satu fasa dengan beberapa konsumen, dimungkinkan sampai 5 konsumen 3. SR 3 fasa 1 konsumen
62
R1
Maka susut perkonsumen :
E (Watt ) = 2 I 2 R1
R1 = Tahanan penghantar dengan panjang maks 30 mtr 4.2.2. SR satu fasa dengan beberapa sambungan konsumen L1 L2 L3
L4
Secara pendekatan diasumsikan panjang seksi L1 = L2 =L3== L Maka susut perkonsumen rat-rata :
E 4K = 1/4 . 2. (I2 +(2I)2+(3I)2 +(4.I)2 ).R1 = 15.I2 R1 E5K = 1/5 . 2.(I2 +2(I)2 +3(I)2+4(I)2 + 5 (I)2 )R1 = 22.I2.R1(Watt)
63
Jika dibandingkan dengan susut SR 1 phasa untuk 1 Konsumen maka akan diperoleh angka perbandingan
EiK (Watt) KSR = -------------------------E1 K (Watt) Sebagai berikut : JENIS SR 1 1K 1 2K 1 3K 1 4K 1 5K KSR 1,0 2,5 4,78 7.5 11,0
E i K = KSR. S1 K
(Watt)
E5 K = 11. S1 K
(Watt)
64
I Susut SR perkonsumen :
= = = =
2 Amp 0, 6 1, 2 Amp 30 35 40 45 50 meter meter meter meter meter R/kms 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45
LLF
x/km
65
TIC 2 x 10 mm2 AL Jumlah Panjang Sambungan SR (m) Rumah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 30 30 30 30 30 30 30 35 35 35 35 35 35 35 40 40 40 40 40 40 40 Tahana n Kawat (R) 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,086 0,086 0,086 0,086 0,086 0,086 0,086 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 Energi Tersalurk an (kwh) 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 Losses (kWh) 0,0534 0,1335 0,2491 0,4005 0,5874 0,8091 1,0681 0,0623 0,1558 0,2907 0,4673 0,6854 0,9439 1,2461 0,0712 0,178 0,3322 0,534 0,7833 1,0788 1,4241 (%) 0,03 0,08 0,15 0,25 0,36 0,5 0,66 0,04 0,1 0,18 0,29 0,42 0,58 0,77 0,04 0,11 0,21 0,33 0,48 0,67 0,88
Beban (A) 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
66
Panjang SR (m) 45 45 45 45 45 45 45 50 50 50 50 50 50 50 55 55 55 55 55 55 55
Tahanan Kawat (R) 0,110 0,110 0,110 0,110 0,110 0,110 0,110 0,123 0,123 0,123 0,123 0,123 0,123 0,123 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135
Beban (A) 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Energi Tersalurka n (kwh) 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568 161,568
Losses (kWh) 0,0801 0,2003 0,3737 0,6008 0,8812 1,2136 1,6021 0,0890 0,2225 0,4152 0,6676 0,9791 1,3485 1,7801 0,0979 0,2448 0,4567 0,7343 1,0770 1,4833 1,9582 (%) 0,05 0,12 0,23 0,37 0,55 0,75 0,99 0,06 0,14 0,26 0,41 0,61 0,83 1,10 0,06 0,15 0,28 0,45 0,67 0,92 1,21
67
= = = = =
V Amp LLF Amp meter meter meter meter meter meter R/kms 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45 R/30 mtr 0,074 0,086 0,098 0,110 0,123 0,135 0,350 4
Panjang SR (m) 30 30 30 30 30 30 30
Tahanan Kawat (R) 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074
Energi
Tersalurkan
Losses (kWh) 0,2136 0,5340 0,9965 1,6021 2,3498 3,2363 4,2723 (%) 0,0 7 0,1 7 0,3 1 0,5 0 0,7 3 1,0 0 1,3 2
68
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
35 35 35 35 35 35 35
0,0 8 0,1 9 0,3 6 0,5 8 0,8 5 1,1 7 1,5 4 0,0 9 0,2 2 0,4 1 0,6 6 0,9 7 1,3 4 1,7 6
40 40 40 40 40 40 40
Panjang SR (m) 45 45 45 45 45 45 45 50 50 50 50 50 50
Tahanan Kawat (R) 0,110 0,110 0,110 0,110 0,110 0,110 0,110 0,123 0,123 0,123 0,123 0,123 0,123
Beban (A) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Energi
Tersalurkan
Losses (kWh) 0,3204 0,8011 1,4948 2,4032 3,5247 4,8545 6,4085 0,3560 0,8901 1,6609 2,6702 3,9163 5,3938 (%) 0,10 0,25 0,46 0,74 1,09 1,50 1,98 0,11 0,28 0,51 0,83 1,21 1,67
(kwh) 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136 323,136
69
PT PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 7 1 2 3 4 5 6 7 50 55 55 55 55 55 55 55 0,123 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
SR 30 M TR SR 35 M TR SR 40 M TR SR 45 M TR SR 50 M TR SR 55 M TR
70
SAMBUNGAN RUMAH
Tiang JTR 6
= = = = =
220 V 6 Amp 0,6 3,6 Amp 30 35 40 45 50 55 meter meter meter meter meter meter R/kms 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45 2,45
0,3504
TIC 2 x 10 mm2 AL
Panjang SR (m) 30 30 30 30 30 30 30 35 35 35 35
Tahanan Kawat (R) 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,086 0,086 0,086 0,086
Beban (A) 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6
Energi Tersalurka n (kwh) 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704
Losses (kWh) 0,4806 1,2016 2,2422 3,6048 5,2870 7,2817 9,6128 0,5607 1,4019 2,6159 4,2056 (%) 0,1 0,2 5 0,4 6 0,7 4 1,0 9 1,5 0 1,9 8 0,1 2 0,2 9 0,5 4 0,8 7
71
5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
35 35 35 40 40 40 40 40 40 40
0,086 0,086 0,086 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098
3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6 3,6
484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704 484,704
6,1682 8,4953 11,2149 0,6409 1,6021 2,9896 4,8064 7,0494 9,7089 12,8170
1,2 7 1,7 5 2,3 1 0,1 3 0,3 3 0,6 2 0,9 9 1,4 5 2,0 0 2,6 4
72
S U S U T(% )
2 ,5 0 2 ,0 0 1 ,5 0 1 ,0 0 0 ,5 0 0 ,0 0 1
SR 50 MTR SR 55 MTR
KESIMPULAN Desain Kriteria sebagai salah satu tools untuk merencanakan sebuah instalasi distribusi tenaga listrik yang baik. Dengan mengacu pada desain kriteria ini seperti pembatasan panjang jaringan untuk luas penghantar tertentu, pola pembebanan trafo yang efisien, pembatasan jumlah konsumen yang terhubung deret diharapkan kinerja jaringan berupa tegangan ujung atau tegangan pelayanan masih dalam stantard yang berlaku serta losses teknik yang disebabkan oleh jaringan distribusi dapat ditekan sekecil mungkin.dengan biaya yang optimal.
73