Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Bismillahirrahmaani rrahiim.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi, dalam wawancara dengan TVOne
mengatakan, bahwa serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Desember lalu, adalah serangan
ilegal yang telah terjadi selama puluhan tahun. Dalam ulasan berita di MetroTV disebutkan,
serangan Israel kali ini merupakan kejadian paling buruk sejak 60 tahun terakhir (sejak Israel
berdiri tahun 1948). Para mahasiswa Arab mempertanyakan posisi Liga Arab yang tidak bisa
berbuat apa-apa. Dunia internasional, termasuk negara-negara Eropa mengutuk keras serangan
Israel ke Gaza, tetapi pihak yang dikutuk terus melancarkan serangan. Bahkan Israel telah
menyiapkan tank-tank dan pasukan cadangan sekitar 6500 orang. Targetnya jelas, seperti kata
Ehud Barak, yaitu menggulingkan Hamas.
Masalah konflik Palestina-Israel bukanlah konflik satu bangsa dengan bangsa lain. Ia adalah
konflik peradaban yang usianya sangat tua. Disana terbentang benang merah panjang, sejak
konflik antara Nabi Muhammad shallallah 'alaihi wa sallam dengan kaum Yahudi di Madinah,
konflik antaraYahudi dan Romawi, konflik antara Yahudi dengan negara-negara Eropa, konflik
antara Musa dengan Fir'aun, bahkan konflik antara Yusuf 'alaihissalam dengan saudara-
saudaranya. Ujung-ujungnya adalah konflik abadi antara Allah Ta'ala dengan iblis laknatullah
'alaih.
Kalau memahami konflik ini hanya secara lokal dan temporer, yakinlah Anda akan tersesat dalam
frustasi. Kondisi Ummat Islam di jaman modern yang penuh kesulitan dan derita, merupakan
bagian dari konflik ini. Yahudi sendiri adalah bangsa "terkuat di dunia", dalam arti: merekalah
satu-satunya ras manusia yang berani konfrontatif melawan kehendak Allah Ta'ala.
Ketika melihat konflik Palestina-Israel, kita perlu merunut kembali catatan-catatan perjalanan
sejarah di masa lalu. Disana kita akan menemukan bahan-bahan untuk memahami peta konflik
ini secara utuh. Jika tidak demikian, maka kita hanya akan "konsumen terbaik" berita-berita
media massa seputar konflik ini. Bayangkan semua ini sudah dimulai sejak era Perang Arab,
pembakaran Masjid Aqsha, tragedi Sabra Satila, Intifadhah akhir 80-an, tragedi Al Khalil Hebron,
penembakan Muhammad Ad Durrah, pembunuhan Syaikh Ahmad Yasin dan Abdul Aziz Rantisi,
dll. sampai serangan Israel saat ini. Dan rata-rata model peristiwanya serupa, hanya berbeda
waktu dan para pelakunya saja.
[1] Bani Israil pada dasarnya masih keturunan Ibrahim 'alaihissalam. Ibrahim memiliki dua anak,
Ismail dan Ishaq 'alaihimassalam. Ismail nanti menurunkan keturunan bangsa Arab Adnani, lalu
Ishaq mempunyai anak Ya'qub 'alaihissalam. Nah, Ya'qub inilah yang kemudian disebut Israil,
sehingga anak-anak Ya'qub di kemudian hari disebut Bani Israil.
[2] Saat berbicara tentang Bani Israil, perhatian kita segera tertuju kepada anak-anak Ya'qub.
Mereka adalah Yusuf 'alaihissalam, Benyamin, dan 11 saudara Yusuf. Semuanya berjumlah 13
orang; sama jumlahnya dengan matahari, bulan, dan 11 bintang yang terlihat dalam mimpi Yusuf
sedang bersujud kepadanya. Karena itu angka 13 merupakan "angka keramat" bagi Yahudi
sampai saat ini. Banyak logo-logo perusahaan top dunia dibuat dari karakter 13 ini.
[3] Secara umum, Bani Israil itu mewarisi dua sifat besar, yaitu: sifat keshalihan dan sifat durjana.
Sifat keshalihan diturunkan dari garis Yusuf 'alaihissalam. Sedangkan sifat durhaka diturunkan
dari sifat saudara-saudara Yusuf (seayah berbeda ibu). Disana sudah tampak bakat-bakat
kelicikan, dengki, kebohongan, dan sebagainya. Tetapi itu sebatas potensi, bukan kemutlakan
takdir. Apalagi, di akhir hayat Ya'qub, seluruh anak-anaknya tunduk dalam agama tauhid. (Al
Baqarah: 133). Saat berbicara tentang Bani Israil, sebagian orang sangat shalih dan sebagian
sangat durhaka. Namun setelah kedatangan Islam, Bani Israil tidak diperkenankan lagi mengikuti
agama selain Islam. Jika mereka tidak masuk Islam, dianggapdurhaka seluruhnya, tidak ada
toleransi sedikit pun. (Ali Imran: 85).
[4] Perjalanan sejarah Bani Israil dimulai ketika Yusuf 'alaihissalam bersentuhan dengan
peradaban Mesir. Waktu itu atas jasa Yusuf membantu bangsa Mesir, mereka diberi lahan luas
oleh penguasa Mesir di wilayah Kan'an. Disana Ya'qub dan anak-keturunannya mulai
membangun kehidupan. Mereka memilih tinggal di Kan'an sebab dekat dengan Mesir yang
makmur,
sedang di tempat asalnya sering dilanda paceklik. Waktu itu anak keturunan Ya'qub sangat
dihormati penguasa Mesir. Entah bagaimana mulanya, hubungan bangsa Mesir dengan anak-
keturunan Ya'qub lama-lama menjadi buruk. Alih-alih Mesir akan menghargai jasa-jasa Yusuf di
masa lalu, mereka malah menjadikan Bani Israil sebagai budak-budak. Setelah ditinggal oleh
Ya'qub
dan Yusuf, nasib Bani Israil menjadi bulan-bulanan bangsa Mesir. Hal itu bisa terjadi karena sifat
buruk Bani Israil sendiri atau sifat menindas bangsa Mesir. Tetapi kalau mencermati sikap
penguasa Mesir yang bersikap sportif kepada Yusuf, kemungkinan hal itu karena sifat Bani Israil
sendiri.
[5] Era perbudakan Bani Israil di Mesir sangat mengkhawatirkan. Bukan saja
karena perbudakan itu kejam, tetapi ia bisa menghancurkan karakter sebuah bangsa (Bani Israil).
Bayangkan, selama ratusan tahun mereka tertindas oleh sistem tirani di Mesir. Bani Israil diberi
anugerah berupa bakat-bakat kecerdasan besar, dan manakala bakat itu dibesarkan di bawah
sistem perbudakan, ia bisa melahirkan penyimpangan mental dan pemikiran luar biasa. Oleh
karena itu Allah Ta'ala mendatangkan Musa dan Harun 'alaihimassalam untuk menyelamatkan
Bani Israil. Misi dakwah Musa bukan untuk mengislamkan Fir'aun dan rakyatnya, tetapi untuk
menyelamatkan Bani Israil dari penindasan Fir'aun. Dalam Al Qur'an: Dan Musa berkata: "Hai
Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku
tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang
kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari
Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku." (Al A'raaf:104-105). Musa tidak
pernah diperintahkan untuk memerangi Fir'aun, tetapi membawa Bani Israil tinggal di Palestina
(waktu itu namanya bukan Palestina). [Perlu dicatat juga, Fir'aun (Pharaoh) adalah gelar raja-raja
Mesir, bukan nama seseorang. Sedangkan Fir'aun yang tenggelam di Laut Merah
bukanlah Fir'aun yang memangku Musa di waktu kecil, lalu direnggut janggutnya oleh Musa.
Fir'aun dalam Al Qur'an lebih mencerminkan tabiat kekuasaan tiranik, bukan sekedar pribadi].
[6] Musa berhasil membawa Bani Israil keluar dari Mesir, Fir'aun dan bala
tentaranya tenggelam di Laut Merah. Lalu mereka menetap di Ardhul Muqaddas
(Palestina) setelah berhasil mengalahkan kaum Jabbarin di dalamnya. (Al
Maa'idah: 20-26). Ini adalah peradaban mandiri Bani Israil kedua setelah
era Ya'qub dan Yusuf di wilayah Kan'aan. Musa dan Harun mendampingi Bani Israil sampai saat
mereka wafat. Ketika Musa masih hidup, Bani Israil tidak henti-hentinya menguji kesabaran Musa
'alaihissalam. Betapa banyak kasus-kasus kedurjanaan Bani Israil, sekalipun di hadapan Nabinya
sendiri, Musa dan Harun. Di antaranya: Mereka menyuruh Musa dan Allah berperang di alestina,
sedang mereka mau duduk-duduk saja; mereka meminta Musa agar membuatkan berhala untuk
disembah seperti suatu kaum tertentu; mereka mengikuti Samiri, menyembah patung anak lembu
dari emas; mereka hendak membunuh Harun 'alaihissalam karena selalu menasehati mereka;
mereka hampir tidak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih sapi betina, karena terlalu
banyak bertanya; mereka bosan makan Manna wa Salwa dan meminta bawang, menitumun,
kacang adas; dan lain-lain. Begitu sabarnya Musa, sehingga Nabi shallallah 'alaihi wa sallam
pernah bersabda, "Semoga Allah merahmati Musa, karena dia telah diganggu lebih banyak dari
ini (ujian yang menimpa Nabi), tetapi dia tetap sabar." (HR. Bukhari-Muslim). Sangat
mengagumkan kalau melihat ketabahan perjuangan Musa 'alaihissalam. Di dalamnya terdapat
sangat banyak inspirasi untuk menghadapi konspirasi global seperti saat ini. Orang-orang Yahudi
di jaman sekarang mengklaim mencintai Musa, padahal di era nenek-moyang mereka, Musa
benar-benar mereka sia-siakan. Musa itu lebih dekat kepada kita (kaum Muslimin), daripada
Yahudi laknatullah itu.
[8] Peradaban terakhir Bani Israil yang wujud di muka bumi adalah Kerajaan
Nabi Sulaiman 'alaihissalam di Palestina. Beliau adalah putra Nabi Dawud
'alaihissalam dari salah satu isterinya. Nabi Dawud adalah seorang pejuang
yang berhasil membunuh Jalut (Goliath) di Palestina. (Oleh karena itu
bangsa Barat mengenal kisah "David and Goliath"). Beliau ikut dalam pasukan Bani Israil di
bawah pimpinan Thalut (Saul). Hal ini terjadi di masa Nabi Samuel 'alaihissalam. Al Qur'an
menjelaskannya dalam Surat Al Baqarah ayat 246-251.
[11] Perilaku Yahudi di Jazirah Arab sangat menarik. Mereka datang ke Madinah bukan hanya
karena ingin menyelamatkan diri dari kekejaman Romawi.
Tetapi mereka juga berniat menjemput Kenabian terakhir yang akan datang
setelah Musa dan Isa 'alaihimassalam. Mereka ingin "memaksakan" agar Kenabian itu jatuh ke
pangkuan mereka. Kenabian ini mereka butuhkan agar
mampu membangun kejayaan Bani Israil kembali seperti di jaman Musa dan Sulaiman. Namun
setelah mereka menyadari bahwa Kenabian tidak lagi di
pihak mereka, tetapi jatuh ke tangan bangsa Arab, mereka marah sekali.
Dalam Al Qur'an disebutkan: "Dan ketika datang kepada mereka (Yahudi) sebuah Kitab dari sisi
Allah (Al Qur'an) yang membenarkan keberadaan apa yang ada di sisi mereka (Taurat), padahal
sebelumnya mereka selalu memohon (kedatangan Nabi) agar dimenangkan atas orang-orang
kafir. Maka ketika
telah datang (Kenabian dan Wahyu) yang sangat mereka kenal, mereka mengkafirinya. Maka
laknat Allah atas orang-orang kafir itu (Yahudi)." (Al
Baqarah: 89).
[12] Yahudi Bani Israil sangat marah ketika tahu bahwa Kenabian jatuh ke
tangan bangsa Arab, anak keturunan Ismail 'alaihissalam. Itu pun turun di
Makkah, bukan Madinah tempat mereka tinggal disana. Yahudi telah habis-habisan dalam
menanti kedatangan Nabi penerus Musa 'alaihissalam ini. Ratusan tahun mereka tinggal di
Madinah, melebur bersama budaya Arab,
berbahasa Arab, dan memberi nama anak-anaknya dengan istilah Arab, bukan
istilah Hebrew (Ibrani). Bahkan mereka ikut terlibat dalam konflik antara
kabilah besar Aus dan Khazraj di Madinah. Sebagian Yahudi membela Aus,
sebagian mendukung Khazraj.
[14] Kemudian terbukti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
shallallah 'alaihi wa sallam tidak hanya menyalahkan perilaku jahat kaum
Yahudi. Tetapi ia juga menyebabkan kaum Yahudi tercabut akar-akarnya dari
Jazirah Arab. Sejak Islam datang, kabilah-kabilah Yahudi tersingkir,
seperti kabilah Nadhir, Qainuqa, Quraidhah, hingga benteng terakhir mereka
di Khaibar.
[18] Satu titik sejarah yang jarang diperhatikan oleh para ahli sejarah,
yaitu kedatangan Yahudi ke wilayah Turki Utsmani. Kejadian ini terpisah
jarak sekitar 700 atau 800 tahun sejak era Nabi shallallah 'alaihi wa
sallam. Tentu setelah masa selama itu, peristiwa kejahatan Yahudi di
Madinah telah dilupakan. Yahudi diterima dengan tangan hangat di tengah-tengah masyarakat
Turki Utsmani. Hal ini juga merupakan aplikasi dari ajaran Islam yang memperbolehkan di
dalamnya orang Yahudi dan Nashrani tinggal, selama mereka membayar jizyah. Yahudi tidak
dianiaya di negeri ini, mereka diberi pelayanan dan penghormatan, layaknya warga negara Islam.
Tentu saja, Yahudi berusaha "bersikap sopan". Di seluruh dunia tidak ada yang memperlakukan
mereka dengan manusiawi, selain Peradaban Islam. Disini Yahudi tidak mungkin akan
melakukan ritual pengorbanan yang mengerikan itu. Lagi pula, Yahudi waktu itu tinggal di bawah
negeri Islam. Mereka tidak takut akan dikutuk oleh Allah, sebab negeri Islam menjadi pelindung
mereka. Di Turki Utsmani, Yahudi tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan bejat mereka. Yahudi
berlaku baik. Tanpa diduga, ternyata disinilah Yahudi mempersiapkan segala konsep-konsep
kejahatan global mereka. Kemurahan Khilafah Islam justru dimanfaatkan Yahudi untuk
mempersiapkan imperium kejahatan di seluruh dunia, seperti kita saksikan saat ini.
[20] Berdirinya Israel tahun 1948 adalah impian besar Yahudi sejak jaman
Musa, Dawud, Sulaiman, bahkan jaman Nabi Muhammad shallallah 'alaihi wa
sallam. Yahudi sangat membutuhkan "Kerajaan Bani Israil" untuk mengalahkan
orang-orang kafir. Mereka sebenarnya beriman kepada Allah, dalam arti
mereka percaya bahwa datangnya seorang Nabi akan membuat mereka mulia, dan
musuh-musuhnya dari kalangan orang kafir terkalahkan. Tetapi setelah jelas
di mata mereka bahwa Kenabian terkahir itu bukan untuk Bani Israil, maka
mereka tidak lagi menanti kedatangan seorang Nabi. Lalu apa yang mereka
lakukan? Mereka hendak mendirikan "Kerajaan Bani Israil" dengan kekuatan
tangan, otak, dan uang mereka sendiri. Dan hal itu berhasil, tahun 1948
lalu. Lebih buruk lagi, mereka menganggap kaum Muslimin sebagai orang
kafir. Padahal yang mengingkari Kenabian Rasulullah adalah mereka,
sehingga disebut kafir dalam Surat Al Baqarah ayat 89.
[23] Dapat disimpulkan, kaum Yahudi itu bukan para pemeluk agama Samawi
(ajaran Ya'qub, Yusuf, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa
'alaihimussalam). Mereka adalah orang-orang yang sangat arogan dengan
etnisnya. Hakikat agama Yahudi adalah: pemujaan terhadap etnis mereka sendiri! Tidak ada satu
pun ras manusia yang sangat ekstrim dalam soal etnis, selain Yahudi. Begitu ekstrimnya sampai
mereka berani menghina
Allah, marah ketika Isa membawa ajaran Injil, marah ketika Kenabian terakhir jatuh ke tangan
bangsa Arab. Mereka menulis "kitab suci" tandingan bagi Taurat (Talmud), menyebut bangsa non
Yahudi sebagai Ghaiyim, merusak kehidupan di muka bumi. Mereka merasa mulia sebagai
pewaris "darah biru"
Nabi-nabi, merasa diunggulkan atas semua ras manusia, pernah disumpah
langsung oleh Allah dengan diangkat bukit Tursina di atasnya, dan lain-lain. Yahudi benar-benar
mewarisi ideologi arogansi dari makhluk yang
pernah mendebat Allah Ta'ala: "Ana khairun minhu, khalaqtani min naarin wa
khalaqtahu min thiin" (aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari
api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah). Pemerintah Yahudi, baik di
Israel maupun di dunia internasional, adalah perwujudan dari imperium arogansi. Wajar jika
simbol-simbol yang selalu mereka angkat selalu bernuansa satanic. Contoh, logo yang dipakai
Manchester United (MU) saat
ini the red devil. Dan ada ribuan logo atau lambang yang intinya memuja
arogansi iblis laknatullah.
Andai Yahudi sudah tidak menemukan solusi lain, selain harus menegakkan
"Kerajaan Bani Israil" di Palestina, mengapa mereka harus juga
menghancurkan peradaban manusia di dunia? Mengapa Yahudi tidak cukup
menempuh cara-cara politik atau militer, tanpa harus menghancurkan
peradaban manusia? Kenyataan yang sangat menyakitkan, berdirinya Israel
ditempuh bukan hanya dengan menteror warga Muslim Palestina, tetapi juga
dengan menyebarkan kehancuran peradaban di seluruh muka bumi. Lihatlah di
dunia selama ini, adakah yang selamat dari film Hollywood, media massa Yahudi, bank ribawi,
IMF dan World Bank, pornografi, seks bebas, prostitusi, narkoba, perjudian, dan lainnya? Hingga
ke anak-anak balita pun, banyak "diracuni" oleh kartun-kartun Walt Disney.
Lalu siapa yang ingin dilawan Yahudi? Mereka tidak sekedar ingin melawan
Muslim Palestina, Hamas atau Syaikh Ahmad Yasin, dunia Arab dan Ummat
Islam sedunia, atau segala peradaban manusia. Tetapi mereka ingin melawan
Allah Ta'ala dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Yahudi adalah
satu-satunya ras manusia yang berani menghina Allah dengan ucapan mereka:
"Tangan Allah terbelenggu." Kemudian mereka dikutuk oleh Allah karena
perkataannya itu. (Al Maa'idah: 64). Mereka pula yang berani mengatakan,
"Sesungguhnya Allah itu fakir dan kami kaya raya." (Ali Imran: 131). Disini
ada dendam sejarah yang amat sangat parah di hati kaum Yahudi terhadap
eksistensi agama Allah.