Está en la página 1de 3

2.

9 Penatalaksanaan Berdasarkan panduan WHO 2009, pasien dengan infeksi dengue dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C. Pasien yang termasuk Grup A dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan pasien yang termasuk Grup B atau C harus menjalani perawatan di rumah sakit. Sampai saat ini belum tersedia terapi antiviral untuk infeksi dengue. Prinsip terapi bersifat simptomatis dan suportif. 2.9.1 Grup A Yang termasuk Grup A adalah pasien yang tanpa disertai warning signs dan mampu mempertahankan asupan oral cairan yang adekuat dan memproduksi urine minimal sekali dalam 6 jam. Sebelum diputuskan rawat jalan, pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan. Pasien dengan hematokrit yang stabil dapat dipulangkan. Terapi di rumah untuk pasien Grup A meliputi edukasi mengenai istirahat atau tirah baring dan asupan cairan oral yang cukup, serta pemberian parasetamol. Pasien beserta keluarganya harus diberikan KIE tentang warning signs secara jelas dan diberikan instruksi agar secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs selama perawatan di rumah. 2.9.2 Grup B Yang termasuk Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien dengan kondisi penyerta khusus (co-existing conditions). Pasien dengan kondisi penyerta khusus seperti kehamilan, bayi, usia tua, diabetes mellitus, gagal ginjal atau dengan indikasi sosial seperti tempat tinggal yang jauh dari RS atau tinggal sendiri harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien tidak mampu mentoleransi asupan cairan secara oral dalam jumlah yang cukup, terapi cairan intravena dapat dimulai dengan memberikan larutan NaCl 0,9% atau Ringers Lactate dengan kecepatan tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu, balans cairan (cairan masuk dan cairan keluar), produksi urine, dan warning signs. Tatalaksana pasien infeksi dengue dengan warning signs adalah sebagai berikut: Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam

selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai respons klinis. Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit stabil atau hanya meningkat sedikit, lanjutkan terapi cairan dengan kecepatan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam. Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai HCT, tingkatkan kecepatan tetes menjdai 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan evaluasi kecepatan tetes infuse. Kurangi kecepatan tetes secara gradual ketika mendekati akhir fase kritis yang diindikasikan oleh adanya produksi urine dan asupan cairan yang adekuat dan nilai hematokrit di bawah nilai baseline. Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien melewati fase kritis), produksi urine, hematokrit (sebelum dan sesudah terapi pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula darah, dan fungsi organ lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi). 2.9.3 Grup C Yang termasuk Grup C adalah pasien dengan kebocoran plasma ( plasma leakage) berat yang menimbulkan syok dan/atau akumulasi cairan abnormal dengan distres nafas, perdarahan berat, atau gangguan fungsi organ berat. Terapi terbagi menjadi terapi syok terkompensasi (compensated shock) dan terapi syok hipotensif (hypotensive shock). Terapi cairan pada pasien dengan syok terkompensasi meliputi: Mulai resusitasi dengan larutan kristaloid isotonik 5-10 ml/kg/jam selama 1 jam. Nilai kembali kondisi pasien, jika terdapat perbaikan, turunkan kecepatan tetes secara gradual menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam dan selanjutnya sesuai status hemodinamik pasien. Terapi cairan intravena dipertahankan selama 24-48 jam. Jika pasien masih tidak stabil, cek nilai hematokrit setelah bolus cairan pertama. Jika nilai hematorit meningkat atau masih tinggi (>50%), ulangi

bolus cairan kedua atau larutan kristaloid 10-20 ml/kg/jam selama 1 jam. Jika membaik dengan bolus kedua, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam dan lanjutkan pengurangan kecepatan tetes secara gradual seperti dijelaskan pada poin sebelumnya. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini mengindikasikan adanya perdarahan dan memerlukan transfusi darah (PRC atau whole blood). Terapi cairan pada pasien dengan syok hipotensif meliputi: Mulai dengan larutan kristaloid isotonik intravena 20 ml/kg/jam sebagai bolus diberikan dalam 15 menit. Jika terdapat perbaikan, berikan cairan kristaloid atau koloid 10 ml/kg/jam selama 1 jam, kemudian turunkan kecepatan tetes secara gradual. Jika tidak terdapat perbaikan atau pasien masih tidak stabil, evaluasi nilai hematokrit sebelum bolus cairan. Jika hematokrit rendah (<40%), hal ini menandakan adanya perdarahan, siapkan cross-match dan transfusi. Jika hematokrit tinggi dibandingkan nilai basal, ganti cairan dengan cairan koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus kedua selama 30 menit sampai 1 jam, nilai ulang setelah bolus kedua. Jika terdapat perbaikan, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian kembali ke cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes seperti poin penjelasan sebelumnya. Jika pasien masih tidak stabil, evaluasi ulang nilai hematokrit setelah bolus cairan kedua. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini menandakan adanya perdarahan. Jika hematokrit tetap tinggi atau bahkan meningkat (>50%), lanjutkan infus koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus ketiga selama 1 jam, kemudian kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian ganti dengan cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes. Jika terdapat perdarahan, berikan 5-10 ml/kg/jam transfusi PRC segar atau 10-20 ml/kg/jam whole blood segar.

También podría gustarte