Está en la página 1de 21

SKENARIO 2 BLOK MUSKULOSKELETAL TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR 2010-2011

KELOMPOK A.8 Ketua : Ayu Agustin (1102009048) Sekretaris : Febrina Rizkya (1102009111) Anggota Andika Prayoga (1102008027)

Annisa Rachmatia Mony (1102008037)

Aprilia Ramandani Jamin (1102008041)

Adhito Karistomo (1102009008)

Aura Rachmawati (1102009047)

Fatihah Iswatun Sahara (1102009109)

Fazmial Rakhmawati (1102009110)

SKENARIO 2 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Laki-laki, 30 tahun, datang berobat ke UGD RSUD diantar polisi dengan keluhan nyeri di tungkai kanan atasnya setelah terjatuh akibat kecelakaan sepeda motor. Pada pemeriksaan dokter didapatkan : Airway, Breathing dan Circulation : Baik, GCS : 15. Status lokalis : Regio Femur Dextra : Look : Deformitas (+), vulnus laseratum, hematoma Feel : Nyeri tekan (+), Neurovaskuler Distal : baik

Move : Pergerakan aktif dan pasif : nyeri (+)

Dokter yang memeriksanya meminta rontgen femur dextra AP/Lat. Hasil pemeriksaan rontgen tampak fraktur femur 1/3 proksimal cum contraxionem, punctum proksimal tampak
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 2

abduksi dan eksorotasi sedangkan punctum distal adduksi dan endorotasi. Pada keadaan ini penderita sama sekali tidak bisa berdiri hanya berbaring tidur, sementara pasien diwajibkan untuk sholat lima waktu.

STEP 1 (Menentukan sasaran belajar) I. Memahami dan menjelaskan otot-otot di regio femur 1. Mekanisme otot-otot di regio femur 2. Otot-otot yang berperan di regio femur II. Memahami dan menjelaskan tentang fraktur femur 1. Menjelaskan etiologi fraktur femur 2. Menjelaskan klasifikasi fraktur femur 3. Menjelaskan mekanisme/patofisiologi fraktur femur 4. Menjelaskan manifestasi klinis fraktur femur 5. Menjelaskan komplikasi yang timbul pada fraktur femur

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 3

III. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (radiologi) pada fraktur batang femur terbuka 1. Pemeriksaan fisik 2. Pemeriksaan penunjang (radiologi) IV. Memahami dan menjelaskan tentang terapi/penatalaksanaan fraktur batang femur terbuka 1. Terapi farmakologi 2. Terapi non-farmakologi 3. Komplikasi pasca terapi V. Memahami dan menjelaskan tentang rukhshah bagi orang sakit sehingga tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri

STEP 2 (Tugas mandiri)

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 4

STEP 3 (Menyajikan materi dan informasi) I. Memahami dan menjelaskan otot-otot di regio femur 1. Mekanisme otot-otot di regio femur * Flexi : gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang/dua bagian tubuh seperti saat menekuk lutut. * Ekstensi : gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang/dua bagian tubuh kembali ke posisi anatomi, seperti gerak meluruskan persendian pada lutut setelah flexi. * Abduksi : gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh. * Adduksi : gerakan bagian tubuh saat kembali ke axis utama tubuh/kebalikan abduksi. 2. Otot-otot yang berperan di regio femur OTOT-OTOT PAHA ANTERIOR M.iliposoas

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 5

M.Psoas Mayor Perlekatan Proximal : sisi vertebra T12 15 dan discus intervertebralis, processus traverses dan semua lumbalis Perlekatan distal : throcanter minor Fungsi utama : bersama mengflexikan paha pada Articulatio Coxae dan menstabilkannya. M.iliacus Perlekatan proximal : crista iliaca, fossa iliaca ala sacralis, dan ligamentum sacro iliaca arteriora. Perlekatan distal : tendo m.psoas mayor,throcanter minor dan femur distal dari throchanter minor M.tensor fasciae latae Perlekatan proximal : SIAS dan bagian anterior crista iliaca Perlekatan distal : tractus iliotiblalis yang melekat pada candylus lateralis ( tibia ) Fungsi utama : abdukasi, endorotasi dan flexi paha membantu extensi lutut, menetapkan batang paha. M. Sartorius Pelekatan proximal : SIAS dan bagian atas takik di bawahnya Perlekatan distal : bagian proksimal, permukaan medial tibia. Fungsi utama : flexi,abduksi,dan eksorotasi, paha pada Articulatio Coxae : flexi tungkai bawah pada Articulatio Genu

M. quadriceps femoris o M. rectus femoris Perlekatan proximal : SIAI dan os.ilii cranial dari acetabulum o M. vastus lateralis Perlekatan proximal : throcanter mayor dan labium laterale lineae asperae corporis femoris o M.vastus medial Perlekatan proximal : linea intertrochanterica dan labium mediale lineae asperae corporis femoris o M.vostus intermedius Perlekatan prosikmal : permukaan anterior dan lateral corpus femoris Perlekatan distal umum : alas patela dan lewat ligamentum patella pada tuberositas tibiae.

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 6

Fungsi utama : extensi tungkai bawah pada Articulatio Genu M.rectus femoris juga menstabilkan Articulatio coxae dan membantu M.iliapsoas memfleksikan paha.

OTOT-OTOT PAHA MEDIAL

o M.pectinatus Perlekatan prosikmal : ramus jupertor ossis pubis Perlekatan distal : linea pectinata femur di bawah throcanter minor (femur) Fungsi utama : aduksi dan fleksi paha, membantu rotasi medial paha

o M.adductor Perlekatan proksimal : corpus ossis pubis Perlekatan distal : 1/3 tengah linea aspera femoris Fungsi utama : aduksi paha

o M.adduktor brevis Perlekatan proksimal : corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis Perlekatan distal : linea pectinata dan gogian proximal linea aspera femoris. Fungsi utama : aduksi paha dan sedikit banyak flexi paha. o M.adductor magnus Perlekatan prosikmal : ramus inferior ossis pubis, ramus ossis ischii(bagian adductor) dan tubes ischiadicurt Perlekatan distal: tuberositas glutealis, linea, aspera, linea supracondylaris, medialis, turbeculum adductor femoris (bagian hamstring). Fungsi utama : aduksi paha, aduksi juga melakukan flexi paha, extensi (bagian hamstring). o M.gracilis Perlekatan prosikmal : corpis ossis pubis dan ramus inferios ossis pubis.
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 7

Perlekatan distal : bagian superior permukaan media tibia.


Fungsi utama : aduksi paha, flexi tungkai bawah, membantu endorotasi tungkai bawah.

II. Memahami dan menjelaskan tentang fraktur femur 1. Menjelaskan etiologi fraktur femur Fraktur pada regio femur sering disebabkan oleh beberapa faktor : Osteoporosis Kecelakaan lalu lintas Jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi ( seperti terpeleset di kamar mandi) Trauma memuntir Trauma yang hebat Jatuh dari tempat yang tinggi Trauma langsung Trauma angulasi Tekanan varus/valgus

2. Menjelaskan klasifikasi fraktur femur Klasifikasi secara garis besar : 1. Fraktur intrakapsuler femur yang terjadi didalam tulang sendi, panggul, dan melalui kepala femur ( capital fraktur ) : 1.)Hanya di bawah kepala femur, 2.) melalui leher dari femur. Biasanya disebabkan karena trauma langsung dan tidak langsung Trauma langsung Penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokantor mayor langsung terbentur karena benda keras. Trauma tak langsung Disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen di dalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur.

Klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan: 1. Lokasi anatomi,dibagi menjadi:


SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 8

Fraktur subkapital Fraktur trans-servikal Fraktur basis kolum femur 2. Arah garis patah,dibagi menurut Pauwel: Tipe I : sudut 30 Tipe II : sudut 50 Tipe III: sudut 70 3. Dislokasi/tidak fragmen,dibagi menurut Garden: Garden I : Incomplete(impacted)

Garden II : Fraktur kolum femur tanpa dislokasi Garden III : Fraktur kolum femur dengan sebagian dislokasi Garden IV : Fraktur kolum femur dan dislokasi total 2. Fraktur Extrakapsuler : 1.) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trochanter mayor / minor / pada daerah intratrochanter, 2.) Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inchi di bawah trochanter minor. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 oleh Evan-Massie, yaitu : Stabil i. ii. Garis fraktur intertrochanter-undisplaced Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus

Tidak stabil i. ii. Garis fraktur kominutiva dan displaced varus Garis fraktur intertrochanter dan subtrochanter

Klasifikasi menurut letak fraktur : 1. Fraktur leher femur 2. Fraktur daerah trochanter 3. Fraktur Subtrochanter 4. Fraktur diafisis femur/Batang femur 5. Fraktur Suprakondiler 6. Fraktur kondilus femur/ Intrakondiler Pembagian/ klasifikasi untuk tiap fraktur :
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 9

Fraktur Subtrochanter Fraktur dimana garis patah berada 5cm distal dari trochanter minor,disebabkan oleh trauma yang ringan. Klasifikasinya yaitu : Klasifikasi Zickel Klasifikasi Scinshaemer Klasifikasi Fielding dan Magliato, yaitu : tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor Fraktur diafisis femur/Batang femur fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Fraktur batang femur pada anak-anak disebabkan oleh jatuh waktu bermain di rumah / di sekolah, dan diagnosanya mudah ditegakkan. Dibagi menjadi : - tertutup - terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu : Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar. Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar. Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).

Fraktur suprakondiler femur


SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 10

Disebabkan karena adanya tariakan dari otot-otot gastroknemeus,biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi(kecelakaan sepeda motor). Klasifikasi : Undisplaced impacted Displaced Comminutive Fraktur interkondiler femur Biasanya fraktur interkondiler diikiuti oleh fraktur suprakondular,sehingga umunya terjadi bentuk T/Y fraktur.Terdapat pembengkakkan daerah lutut dan deformitas.

Fraktur kondiler femur

Mekanisme traumanya bisa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke atas. Klasifikasi : Undisplaces Displaced Bicondylar Coronal

3. Menjelaskan mekanisme/patofisiologi fraktur femur Fraktur leher femur Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama wanita umur 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis dan terjadinya di daerah proksimal femur. Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi dimana panggul dalam keadaan flexi dan rotasi. Fraktur daerah trochanter
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 11

Fraktur daerah trokanter biasa disebut trokanterik adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan minor. Fraktur ini bersifat ekstra-artikuler dan sering terjadi pada orang tua diatas umur 60 tahun. Fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung pada trokanter mayor/ pada trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proximal cendrung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat komunitif terutama pada korteks bagian posteromedial Fraktur Subtrochanter Fraktur subtrokanter dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat yang hebat. Fraktur diafisis femur/Batang femur Fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki lekat erat pada dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur. Fraktur yan bersifat tranversal dan oblik terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi. Fraktur Suprakondiler Fraktur terjadi karena tekanan varus / valgus disertai kekuatan aksial dan putaran. Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi. Fraktur kondilus femur/ Intrakondiler Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur 4. Menjelaskan manifestasi klinis fraktur femur Terjadi syok hebat dan pada fraktur tertutup, dan fat emboli sering ditemukan. Kaki berotasi keluar, memendek dan deformitas. Paha membengkak dan memar. Patah pada daerah ini menimbulkan pendarahan yang cukup banyak. Penderita biasanya tidak hanya nyeri bahkan tidak bisa bangun. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan fraktur. 5. Menjelaskan komplikasi yang timbul pada fraktur femur Syok, terjadi perdarahan 1-2 liter, walaupun fraktur bersifat tertutup Fat emboli, sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur perlu dilakukan pemerikasaan gas darah Trauma pembuluh darah besar, ujung fragment H menembus jaringan lunak dan merusak A. Femoralis Trauma saraf, trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragment dapat disertai kerusakan saraf yang dapat bervariasi Infeksi, dapat terjadi pada fraktur terbuka akibat kontaminasi dari luka,tetapi infeksi dapat terjadi setelah tindakan operasi
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 12

III. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (radiologi) pada fraktur batang femur terbuka 1. Pemeriksaan fisik Look Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh, atau robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cidera terbuka. Feel Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan. Move a. Krepitasi: terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi tombul oleh pergeseran atau beradunya ujung tukang kortikal b. Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif dan pasif c. Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan yang tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuatan d. Gerakan yang tidak normal: gerakan yang terjadi tidak pada sendi. Misalnya: pertengahan femur dapat digerakan. Ini adalah bukti paling penting adanya fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum, misalnya: bila tidak ada fasilitas rontgen. 2. Pemeriksaan penunjang (radiologi) Radiologi untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari : 1. Dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral 2. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur, contoh panggul dan lutut 3. Memuat gambaran foto dua ekstermitas Fraktur dapat terjadi pada setiap bagian batang, tetapi tempat yang paling sering adalah sepertiga bagian tengah. Fraktur dapat berbentuk spiral atau melintang, atau mungkin terdapat fragmen berbentuk segitiga (kupu-kupu) yang terpisah pada satu sisi. Pergeseran dapat terjadi pada setiap arah. Kadang-kadang terdapat dua fragmen melintang, sehingga segmen femur akan terisolasi.

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 13

IV. Memahami dan menjelaskan tentang terapi/penatalaksanaan fraktur batang femur terbuka 1. Terapi farmakologi Penanganan fraktur batang femur ditangani dengan cara : Antibiotik Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka misalnya pada fraktur corpus femur. Luka pada fraktur terbuka harus segera diberi antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena terkena benda dari luar atau luka yang kotor dan jaringan lunak banyak yang rusak, sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk melalui luka tersebut. Contoh antiobiotik yang diberikan yaitu : Penisilin G Obat untuk terapi tetanus (C.tetani), perlu ditambahkan toksoid tetanus dan imunoglobulin tetanus (ATS) sebab Penisilin G hanya tertuju pada pembasmian mikroorganisme vegetatif saja Tetrasiklin Obat ini merupakan pengganti apabila tidak ada Penisilin G Kombinasi benzilpenisilin dan flukloksasilin tiap 6 jam selama 48 jam Gentamisin atau metronidazol Mencegah dari bakteri gram negative

Analgesik dan Anti inflamasi Non-Steroid (AINS) Dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah proses terjadinya inflamasi pada pasien. Contoh obat jenis analgesik dan Anti-Inflamasi NonSteroid(AINS) diantaranya ibuprofen, salisilat, salisilamid, diflunisial, dan para amino fenol (parasetamol)

2. Terapi non-farmakologi Prinsip-Prinsip Pengobatan Fraktur : a. Jangan membuat keadaan lebih jelek

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 14

Beberapa fraktur terjadi akibat trauma disebabkan oleh pengobatan yang diberikan disebut iatrogenik b. Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat Perlu ditetapkan apakah fraktur tersebut merupakan jenis fraktur tertutup atau terbuka c. Seleksi pengobatan untuk tujuan khusus Menghilangkan nyeri : terjadi karena adanya trauma pada jaringan lunak dan akan bertambah nyeri bila ada pergeseran Memperoleh posisi yang lebih baik dari fragmen Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang d. Bersifat realistik dan praktis e. Menyesuaikan pengobatan sesuai dengan penderita (umur, jenis fraktur, komplikasi) Prinsip umum pengobatan fraktur. Ada empat prinsip pengobatan fraktur: Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan Reduction; reduksi fraktur apabila perlu Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari. Posisi yang baik adalah : Alignment yang sempurna Aposisi yang sempurna Retention; imobilisasi fraktur Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin Penatalaksanaan Awal Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan : 1. Pertolongan pertama

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 15

Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih, steril dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum ambulans datang. 2. Penilaian klinis Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh darah atau saraf 3. Resusitasi Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang dengan keadaan syok, sehingga diperlukan resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah serta obat-obat anti nyeri

Terapi pada Fraktur Terbuka

Banyak pasien dengan fraktur terbuka mengalami cidera ganda dan syok hebat. Bagi mereka, terapi di tempat seperti pada prinsip diatas merupakan hal penting. Semua fraktur terbuka, tak peduli seberapa ringannya harus dianggap terkontaminasi karena itu penting untuk mencegahnya dari infeksi. Untuk hal ini, ada beberapa hal yang penting : 1) Pembalutan luka dengan segera 2) Profilaksis antibiotik 3) Debridemen luka sedini mungkin Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati misalnya kulit, Fasia, Otot mati (makanan bagi bakteri), vaskuler, nervous, Tendon dan tulang 4) Stabilisasi fraktur Penutupan luka Pada luka setelah debridemen, dapat ditutup dengan dijahit, atau dengan cangkokan kulit. Perawatan setelahnya Tungkai ditinggikan di atas tempat tidur, jika luka dibiarkan terbuka, periksa setelah 5-7 hari, jika terjadi toksemia atau septikemia dilakukan drainase. Tindakan terhadap fraktur terbuka:

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 16

Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan. Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6 jam (golden period 4 jam) penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin. Terapi pada Fraktur Diafisis (batang) Femur

Terapi darurat Sama seperti prinsip terapi dan terapi pada fraktur terbuka, selain itu pada terapi fraktur diafisis femur, pengangkutan menggunakan bebat Thomas . Begitu sampai di rumah sakit jika harus dioperasi, sebelumnya pasien dianastesi, bebat dilepas (dilakukan pembersihan terbuka pada luka terbuka). Non operatif Dilakukan skeletal traksi, yang paling sering digunakan ialalah metode Parkin. Metode Parkin : digunakan apabila fasilitas terbatas Alat yang diperlukan ( Steinman pin, Tali, Beban katrol) Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberisitas tibis, dibor dengan steinman pin, dipasang staple, ditarik dengan tali, paha ditahan dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu hingga terbentuk kalus yang kuat Operatif Pada fraktur 1/3 tengah femur dipasang intermedullary nail, Kuntscher nail Sneider nail Ao nail Pada intermedullary nail, dapat dipasang dengan cara Tertutup : tanpa menyayat di daerah yang patah, pen dimasukkan melalui ujung trokantor mayor dengan bantuan image intersifier Terbuka : dengan menyayat kulit fasia (jaringan fibrosa kulit)
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 17

Keuntungan menggunakan intermedullary nail, tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas. Tindakan reposisi terbuka: 1. Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik. 2. Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/ sensitifity test. 3. Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan dicukur. 4. Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi. 5. Tutup luka dengan doek steril 6. Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya 7. Desinfeksi anggota gerak 8. Drapping 9. Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali neirovascular vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan ndiikuti reposisi terbuka, kalau perlu perpanjang luka dan membuat incisi baru untuk reposisi tebuka dengan baik. 10. Fiksasi: a. fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya (unstable fracture) minimal dengan Kischner wire b. Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya seperti pada operasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa golden period untuk fraktur terbuka grade 1-2 c. Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai (karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk atau sirkular) d. Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan ketegangan, biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa atau dibuat sayatan kontra lateral. Untuk grade 3 kalau perlu: Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K nail/wire dan acrylic cement). Usahakan agar alignment dan panjang anggota gerak sebaik-baiknya. Apabila hanya dipasang gips, pasanglah gips sirkuler dan kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai operasi. e. Buat x-ray setelah tindakan

V. Memahami dan menjelaskan tentang rukhshah bagi orang sakit sehingga tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri Pada dasarnya orang sakit sama dengan orang sehat dalam hal kewajiban melaksanakan shalat, hanya bagi orang sakit ada beberapa rukhsah (keringanan) dalam melaksanakannya. Di dalam al-Quran dijelaskan bahwa agama Islam itu mudah tidak sulit, dan Allah tidak menjadikan untuk kita dalam agama suatu kesempitan.


SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 18

Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarbenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (ikutilah) Agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. [QS. al-Hajj (22): 78] 1. Ketika akan melaksanakan shalat hendaklah melakukan wudhu terlebih dahulu. Jika orang sakit mampu melakukan wudhu dengan menggunakan air, maka hendaklah ia melakukannya seperti orang sehat. Apabila ia tidak mampu melakukannya dengan menggunakan air, maka hendaklah ia melakukan tayamum sebagai ganti dari wudhu, yaitu, dengan menekankan kedua telapak tangan ke tanah atau tempat yang mengandung unsur tanah/ debu, kemudian meniup kedua telapak tangan tersebut, lalu mengusapkannya pada muka dan kedua punggung telapak tangan masingmasing satu kali. 2. Orang sakit selama ia mampu melakukan shalat dengan berdiri, maka hendaklah ia shalat dengan berdiri. Jika ia tidak mampu melaksanakannya dengan berdiri, maka shalatlah dengan duduk, baik dengan duduk bersila maupun dengan cara duduk tawaruk atau iftirasy. 3. Jika tidak mampu duduk karena mendapatkan kesulitan ketika duduk atau mendapatkan madharat, seperti penyakitnya bertambah parah, maka hendaklah ia melaksanakan shalat dengan tidur miring. Tata cara shalat orang sakit seperti itu ditegaskan dalam hadits sebagai berikut; Artinya: Diriwayatkan dari Imran bin Husein ra., ia berkata; Saya menderita penyakit wasir, lalu saya bertanya kepada Rasulullah saw., maka beliau menjawab: Shalatlah kamu sambil duduk. Jika tidak mampu (duduk), maka hendaklah shalat sambil berbaring. [HR. al-Bukhari] 1. Gerakan atau cara ruku dan sujud orang sakit hendaklah dibedakan. Untuk sujud caranya dengan membungkukkan badan lebih rendah (bawah) dari ruku.

Artinya: Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra., dari Nabi saw. beliau bersabda: Orang sakit melakukan shalat dengan berdiri jika ia mampu berdiri. Jika ia tidak mampu (berdiri), shalatlah ia dengan duduk. Jika ia tidak mampu sujud ke tanah (tempat sujud), maka ia memberi isyarat, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah (posisi atau caranya) dari rukunya. Jika ia tidak mampu shalat dengan duduk, maka ia shalat dengan tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat. Jika tidak mampu tidur miring ke sebelah kanan, maka ia shalat dengan menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat. [HR. al-Baihaqi dan ad-Daruquthni] Dari kedua hadits di atas (hadits riwayat Imran bin Husein dan riwayat Ali bin Abi Thalib) dapat disimpulkan bahwa tatacara shalat bagi orang sakit adalah sebagai berikut:
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 19

1. Jika ia mampu berdiri hendaklah ia melakukannya dengan berdiri 2. Jika tidak mampu berdiri, hendaklah melakukannya dengan duduk, baik duduk iftirasy, duduk tawarruk atau cara duduk yang ia mampu lakukan. 3. Apabila ia tidak mampu melaksanakan shalat dengan duduk, maka ia dapat melakukannya dengan cara tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat jika memungkinkan. 4. Jika tidak mampu tidur miring, maka ia menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat jika memungkinkan. 5. Jika tidak memungkinkan menghadap ke arah kiblat, maka shalat tetap dapat dilakukan ke arah mana saja orang sakit itu menghadap. Allah berfirman:


Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. al-Baqarah (2): 115] Cara ruku dan sujud bagi orang sakit yang tidak mampu melakukannya dengan berdiri hendaklah dibedakan antara keduanya. Sujud dilakukan dengan cara membungkukkan badan lebih rendah (bawah) dari cara untuk ruku.

DAFTAR PUSTAKA
SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR Page 20

Al-Quran dan Al-Hadits Gan Gunawan, Sulistia. 2007 . Farmakologi dan Terapi. FKUI : Jakarta. Graham Apley,A & Solomon Louis. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur sistem Apley, Ed. 7. Widya Medika : Jakarta.

Moore, Keith L.2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates : Jakarta. Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yarsif Watampoe : Jakarta.

Reksoprodjo, Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI. Binarupa Aksara : Jakarta. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. EGC : Jakarta. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC : Jakarta. http://medicastore.com.htm http://kuliahsyariah.wordpress.com/2010/08/09/tata-cara-shalat-bagi-orang-sakit/ www.muhammadiyah.or.id

SKENARIO 2 : TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 21

También podría gustarte