Está en la página 1de 21

LUKA PENDARAHAN DAN PENANGANANNYA

BAB I LUKA PENDARAHAN DAN PENANGANANNYA A. Defenisi Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel B. Jen-Jenis Luka Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997). Luka di bagi menjadi 2 jenis, yakni :  Luka tertutup Luka ini adalah luka dimana kulit korban tetap utuh dan tidak ada hubungan antara jaringan dibawah kulit dengan dunia luar, jadi kerusakan diakibatkan trauma benda tumpul. Luka tertutup yang kita kenal diantaranya, luka memar yang dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu : y y contusio, dimana kerusakan jaringan dibawah kulit dari luar hanya tampak sebagian benjolan hematoma, dimana kerusakan jaringan di bawah kulit disertai perdarahan sehingga dari luar tampak kebiruan. Tindakan gawat darurat yang dapat dilakukan pada luka memar adalah : Jaringan dibawah kulit harus di kompres dengan es atau air dingin dan kalau perlu diberi balutan penekanan atau pembengkakan dapa diberi salep lasonil yang dioleskan di tempat yang membengkak. Jika sudah terjadi hematoma maka memar harus di kompres dengan air hangat kemudia jika perlu bisa dilakukan punctie dengan jarum besar untuk menyedot darah yang terdapat dibawah kulit. BANTUAN KECEMASAN LUKA TERTUTUP Berikan tuaman sejuk untuk menghentikan pendarahan yang berlaku di bawah kulit. Luka tertutup yang serius ialah yang menyebabkan berlakunya pendarahan dalam seperti di otak, paru-paru, perut dan lain-lain lagi. Contoh Luka Tertutup a. Kontuse Akibat daripada terkena pukulan kuat.

Pendarahan berlaku di bawah kulit. b. Haematoma Pendarahan yang menjadi beku dan kelihatan biru kehitaman.

 Luka terbuka Jenis luka ini adalah luka dimana kulit atau jaringan dibawah kulit mengalami kerusakan. Penyebab luka ini adalah karena terkena benda tajam, tembakan, benturan keras dari benda tumpul pada kecelakaan lalu lintas Macam-macam luka ringan, yaitu : 1. Luka lecet ( vulnus excoriasi ) Yang dimaksud luka lecet adalah apabila permukaan kulit terkelupas akibat pergeseran dengan benda yang keras dan kasar. Tindakan gawat darurat yang dapat dilakukan yaitu : y Luka lecet yang kecil cukup dicuci dan diolesi dengan mercurochrom atau larutan betadin dan kalau perlu bisa diplester. y Luka lecet yang agak besar dibersikan dan didisinfeksi dengan anti septic. Selanjutnya, segera tutup luka dengan kasa steril yang kering dan kirim kedokter untuk mendapat suntikan pencegahan tetanus apabila perlu.

2. Luka gigitan ( Vulnus marsum ) Luka ini biasanya ditimbulkan akibat gigitan binatang seperti anjing, kucing, harimau, beruang, ular. Perlu diketahui bahwa penyakit anjing gila tidak hanya terdap pada anjing saja. Ia juga dapat menghinggapi kucing, monyet dan binatang berdarah panas lainnya. Maka sebaiknya binatang yang menggigit segera ditangkap untuk diketahui apakah ia menderita penyakit anjing gila atau tidak. Binatang yang tidak terserang penyakit tersebut biasanya hanya menggigit secara kompulsif (tanpa diganggu atau terancam), ada kemungkinan bahwa ia menderita penyakit anjing gila. Masa tunas penyakit anjing gila pada manusia cukup lama (10 hari sampai 2 tahun). Tetapi pada binatang lebih kurang 2 hari kemudian tanda-tanda penyakit itu sudah nampak.

3. Luka iris ( vulnus scissum ) Luka robek pada umumnya diakibatkan kecelakaan lalulintas atau kecelakaan lain. Tapi luka berupa garis yang tidak teratur dan jaringan kulit disekitar luka ikut mengalami kerusakan, atau disebabkan oleh alat tajam seperti pisau atau kaca, luka senang ditautkan kembali dan senang dirawat. Walau bagaimanapun oleh sebab saluran darah di tepi luka telah terpotong mungkin berlaku pendarahan yang banyak. Penanganannya : y Lakukanlah disinfeksi

y y y

Tutup luka dengan sofratule atau kasa steril kering Balut dengan menggunakan tekanan Bawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut

4. Luka robek ( vulnus traumaticus) Luka robek ini biasanya merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam,mulut luka lebih sempit dibandingkan ukuran dalamnya. Tepi luka biasanya ikut terdorong masuk kedalam luka, misalnya tusukan pisau, menginjak paku. a. Luka tusuk di dada Luka yang timbul ini biasanya akan menembus rongga paru-paru, dengan demikian udara akan masuk kedalam paru-paru akibatnya paru-paru pada sisi yang luka akan collaps atau mengempis. Penderita akan nampak kesakitan ketika bernafas, gerakan iga pada sisi yang luka menjadi kurangdan mendadak merasa sesak. Tindakkan gawat darurat yang dapat dilakukan : y y y Tutup luka dengan kain kasa steril yang dibasahi dengan larutan atau cairan steril Bersihkan saluran pernafasan dari lender, kotoran dan juga darah Luka di balut dengan plester yang dibuat kedap udara

5. Luka bakar Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh perubahan suhu, zat kimia, ledakan listrik. Penyakit yang timbul pada luka bakar antara lain, gagal ginjal akut, odema paru, SIRS (System Inflamatory Response Sindrom ), infeksi, dan sepsis serta parut hipertropik dan kontraktur. y Luka Tikaman Luka tikaman mempunyai liang yang kecil tetapi dalam, seperti terkena paku, tercucuk jarum atau terkena tikaman. Oleh kerana lukanya dalam, kekotoran, kuman mudah meresap jauh ke dalam tubuh dan risiko jangkitan adalah terlalu tinggi.

Luka Terkoyak Tisu yang koyak seperti terkena kawat atau alat jentera yang mengakibatkan kerosakan tisu yang teruk, walau bagaimanapun darah yang keluar mungkin berkurangan daripada luka terhiris.

Luka Tembakan Luka akibat daripada terkena peluru tembakan senjata adalah kecil di tempat tembusan tetapi lukanya meluas di ruang keluar. Peluru yang tidak keluar daripada badan, mengakibatkan kecederaan dalam yang teruk.

1. Factor-faktor yang mempengaruhi penanganan luka bakar y y y y y y Tergantung pada dalam dan luasnya permukaan yang terbakar. Penanganan syok hingga penyembuhan Daerah kebakaran Usia Keadaan kesehatan pasien Luka bakar pada daerah perinium, ketik, leher dan tangan sulit dalam perawatannya karena mudah mengalami kontraktur. 2. klasifikasi luka bakar 1. luka bakar berat atau kritis bila, y y y y Derajat II dengan luas >25% Derajat III dengan luas >10% atau terdapat di muka, kaki dan tangan. Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan lunak atau fraktur. Luka bakar karena listrik. 2. sedang bila, y y Deraja II dengan luas 15-25% Deraja III dengan luas 10 % kecuali muka, kaki dan tangan 3. ringan bila, y y Derajat II dengan luas <15% Derajat III dengan luas < 2%

3. X. Luas Luka bakar. BAGIAN TUBUH Kepala dan leher Extrimitas atas ( kiri dan kanan ) Badan depan Badan belakang Extimitas bawah ( kiri dan kanan ) Genetalia 4. Berdasarkan tingkat kontaminasi a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%. b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%. 1 TAHUN 18 % 18 % 18 % 18 % 27 % 1% 2 TAHUN 14 % 18 % 18 % 18 % 31 % 1% DEWASA 9% 18 % 18 % 18 % 30 % 1%

c.

Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%.

d.

Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka

5. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal. c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Gambar 1. Tingkat Kedalaman Luka 6. Berdasarkan waktu penyembuhan luka a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Gambar 2. Luka Akut b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Gambar 3. luka kronis Mekanisme terjadinya luka : 1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal : yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi) 2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. 5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. 6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. 7. Luka Bakar (Combustio) C. Penyembuhan Luka Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. Luka Pendarahan Dan Penanganannya

Pastikan, korban sadar atau tidak waktu disapa y Pasien sadar y raba nadi radialis y evaluasi perfusi y ukur tek darah y Pasien tak sadar y raba nadi carotis y Ada nadi carotis y raba nadi radialis y evaluasi perfusi y ukur tek darah y Tidak ada nadi carotis y Resusitasi

y Jantung Paru 1. Prinsip Penyembuhan Luka Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: 1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, 2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, 3. Respon tubuh secara sistemik pada trauma, 4. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, 5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme 6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri. 2. Fase Penyembuhan Luka 1. Menurut Kozier (1995).  Fase Inflamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari kelima.. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor). Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.

Gambar 4. Fase Inflamasi  Fase Proliferasi Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan

mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.

Gambar 5. Fase Proliferasi  Fase Penyudahan (Remodelling) Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

Gambar 6. Fase Remodelling 2. Menurut Taylor (1997):  Fase Inflamatory Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka.

Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.  Fase Proliferative Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini membentuk lapisan lapisan perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah.  Fase Maturasi Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih. 3. Menurut Potter (1998):  Devensive / Tahap Inflamatory Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 46 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory adalah saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma menyebabkan kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.  Reconstruksion / Tahap Prolifrasi Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut selama 2 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.  Tahap Maturasi

Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat. D. KLASIFIKASI PENYEMBUHAN Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, seperti yang telah diterangkan tadi, berjalan secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam intentionem (Latin: sanatio = penyembuhan, per = melalui, secundus = kedua, intendere = cara menuju kepada). Cara ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar. Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem, yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Namun, penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya, sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 47 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda. Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan penyembuhan primer E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA 1. Usia Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.

2. Nutrisi Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).

7. Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a.

Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. F. Komplikasi Penyembuhan Luka Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan viscerasi. 1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih. 2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan. 3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka. F. G. Perkembangan Perawatan Luka Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah denganmembuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan

bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan lembab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998). Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996) Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu. Kita dapat menduga tanda-tanda dari penyembuhan luka bekas bedah incisi : 1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka. 2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam setelah pembedahan ditutup. 3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 3 hari. 4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil. 5.Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan

menutup selama 7 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak. 6. Pembentukan bekas luka. 7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih. 8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas luka menunjukkan pembentukan kelloid. G. H. Tujuan Perawatan Luka 1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka 2. Absorbsi drainase

3. Menekan dan imobilisasi luka 4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis 5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri 6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing 7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien I. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka 1. Sodium Klorida 0,9 % Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alas an ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah 2. Larutan povodine-iodine. Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan. Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999). H. MERAWAT LUKA A. Pengertian Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa ataujaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit B. Tujuan 1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa 2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

3. Mempercepat penyembuhan 4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris 5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat 6. Mencegah perdarahan 7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain. C. Persiapan alat 1. Set steril yang terdiri atas : 1. Pembungkus 2. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka 3. Tempat untuk larutan 4. Larutan anti septic 5. 2 pasang pinset 6. Gaas untuk menutup luka. 2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf 3. Gunting 4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama 5. Plester atau alat pengaman balutan 6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien 7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester D. Cara kerja 1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien. 2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil 3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar 4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu. 5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur. 6. Angkat plester atau pembalut. 7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu. 8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau

menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien. 9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik. 10. Buka set steril

11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka 12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain. 13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka. 14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril. 15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain : a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah lukakearah luar, gunakan pergerakan melingkar. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut Amnkan balutan dengan plester atau pembalut Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan buang

sampah dengan baik. 22. 23. Cuci tangan Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung

jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien. Membersihkan Daerah Drain Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.

BAB II PERDARAHAN DAN PENANGGULANGANNYA


A. Pengertian Perdarahan adalah pembuluh nadi atau arteri mengalami kerusakan yang mengakibatkan arteri terbuka. Kasus perdarahan merupakan kasus yang dapat dilakukan baik dalam kelompok gawat darurat umum maupun gawat darurat local tergantung jumlah darah yang keluar. Kasus

perdarahan yang termasuk gawat darurat umum adalah kasus perdarahan dimana jumlah darah yang keluar dari pembuluh relative banyak. Perdarahan ini dapat di dalam maupun di luar tubuh. Sedikit perdarahan misalnya oleh karena jari terkena pisau biasanya tidak berbahaya untuk anak. Tapi bila perdarahan terjadi karena luka yang besar, maka tentu memerlukan pertolongan medis, sebab tergantung pada jenis dan lokasi luka, maka bisa terjadi kerusakan pada tendon dan serat saraf. Yang harus dilakukan jika terjadi perdarahan pada anak : 1. Untuk perdarahan yang sedikit karena luka kecil atau lecet : Bersihkan luka dari kotoran dan bekuan dengan air bersih Cuci luka dengan sabun biasa dan bilas sampai bersih (luka yang kecil saja tidak perlu diberikan larutan antiseptik!). Tutup luka dengan kasa steril dan diplester Periksa luka tiap hari; jika kasa basah ganti dengan yang baru. Jika luka telah kering atau berkeropeng tetapi kering, tidak perlu memakai kasa lagi. Hubungi dokter anak anda jika luka nampak merah, bengkak, teraba hangat dan nyeri atau terlihat ada nanah 2. Untuk perdarahan dari luka yang besar atau luka terbuka : Cuci luka dengan air bersih sekaligus untuk melihat keadaan luka (dalam maupun ukurannya) Gunakan sarung tangan steril (jika punya), tutup seluruh permukaan luka dengan kasa steril; bila mungkin usahakan agar bagian tubuh yang berdarah dibuat posisinya lebih tinggi dari jantung. Jangan menggunakan torniket. Dengan telapak tangan penolong, lakukan penekanan pada kasa yang menutup luka tadi selama 5 menit terus menerus Jika darah merembes melalui kasa, jangan ganti/buang kasa tersebut. Tambah kasa baru diatasnya dan terus lakukan penekanan. Hubungi segera dokter anak anda atau bawa ke UGD terdekat jika luka besar atau : 1. Perdarahan tetap terjadi setelah penekanan 5 menit atau perdarahan berulang kembali 2. Kotoran dan debris pada luka tidak bisa dibersihkan dengan sempurna atau terdapat benda asing pada luka 3. Lokasi luka di wajah atau leher 4. Luka disebabkan oleh karena gigitan manusia, luka bakar, luka oleh karena sengatan listrik atau luka tusuk. 5. Luka yang panjangnya lebih dari 0,5 inci atau dalam karena bisa terjadi kerusakan tendon atau serat saraf.

Langkah-langkah untuk menghentikan perdarahan adalah, 1. baringkan penderita. Jika sudah membaringkan korban maka kita harus memposisikan kepalanya lebih sedikit rendah dari pada tubuhnya. Atau kita bias juga mengangkat kedua kaki korban. Kepall harus lebih rendah dari badannya karena dengan posisi seperti itu akan menghindarkan dari pingsan. 2. bersihkanlah luka korban dan hentikanlah perdarahan. Jika ada kotoran atau serpihan yang terlihat pada luka maka bersihkanlah. Namun perlu diingat janganlah mencabut benda apapun yang tertancap pada luka korban. Jika anda bisa menghentikan perdarahannya maka lakukanlah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekan luka dengan perban steril atau kain bersih. Jika tidak ada apapun boleh menggunakan sobekan baju atau gunakan tangan. Teruskan hingga perdarahan berhenti. Jika sudah berhenti maka yang harus anda lakukan adalah membalut luka. 3. bila perdarahan merembes keluar yang harus dilakukan adalah membebat luka dengan bahan lain dan menekannya. Namun jangan sampai melukai penderita. Jika perdarahannya tidak berhenti maka anda juga harus menekan arteri utama. Misalnya jika luka berada disekitar daerah lengan maka tekan juga daerah arteri lengan atas kearah tulanng. Biarkan jari-jari anda tetap berada di posisi mendatar sementara tangan yang lain terus menekan luka. Ada juga perdarahan dalam yang juga membahayakan tubuh, yaitu : y y y y y perdarahan dalam telinga, hidung, anus atau vagina, muntah dan batuk darah. Memar didada, leher atau perut. Luka yang menembus tengkorak dada attau rongga perut Rasa sakit pada perut disertai kejang perut. Perdarahan pada tulang retak.

B. Tempat Timbulnya Perdarahan. Perdarahan pada umumnya dapat terjadi pada, a. Perdarahan di bawah kuku perdarahan ini dapat terjadi apabila kuku terjepit pintu, terpukul martil hingga warna kuku menjadi merah dan terasa sakit. Apabila hal ini terjadi maka kompreslah kuku dengan air es. Setelah itu, lubangi sedikit bagian kuku yang berdarah tadi untuk memungkinkan darah yang berada di bawah kuku keluar kemudian berikan saleep anti biotic pada lubang kuku tersebut. b. Perdarahan pada hidung ( mimisan ) perdarahan ini dapat terjadi mungkin karena hipertensi, penyakit darah, influensa atau kelainan di hidung saja. Perdarahan ini bisa juga timbul karena hal-hal yang biasa kita lakukan untuk

membersihkan hidung misalnya, membuang ingus, mencukil-cukil hidung atau karena tekanan udara rendah atau merendah (misalnya naik pegunungan) untuk membantu korban, maka segera dudukkan dia dengan kepala menunduk, hal ini untuk mencegah agar darah tidak terhisap ke paru-paru. Selanjutnya masukkan segulungan kain kasa kedalam hidung (druk). Untuk beberapa waktu (20-30 menit mintalah korban untuk membuka mulutnya dan katakana padanya untuk sementara waktu tidak menelan ludah. Selain itu, untuk beberapa jam penderita tidak boleh mendengus atau membuang ingus. b. perdarahan pada waktu hamil. Perdarahan yang terjadi ketika seorang wanita hamil bisa dimungkinkan karena keguguran. Oleh karena itu jangan ambil resiko. Kirim segera korban ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Akan tetapi, selain kemungkinan keguguran, ada juga kemungkinan lain yakni akibat penyakit. Tindakan gawat darurat yang dapat dilakukan,
y y y

usahakan agar korban istirahat total berikan kepda korban obat pengurang rasa mulas segera bawa korban ke rumah sakit (untuk tanda-tanda keguguran, akan lebih baik apabila korban langsung di kirim segera ke rumah sakit).

c.

perdarahan pada rongga perut

1. perdarahan luar : bisa disebabkan oleh karena tusukan pada perut 2. perdarahan dala : bisa disebabkan oleh tabrakan dari depan, tendangan, dan pukulan. Tindakkan gawat darurat yang dapat dilakukan yaitu, y y korban dilarang makan dan minum secepatnya bawa korban kerumah sakit.

C. Cara mengatasi perdarahan Tindakan gawat darurat dapat dilakukan dengan cara, 1. Dengan setumpuk kasa steril (kain biasa): tekan perlahan tempat di mana perdarahan itu terjadi. Tekanan ini harus berlangsung terus sampai perdarahan berhenti atau kain yang digunakan sudah basah dengan darah dan perlu diganti, sampai datang pertolongan selanjutnya. Kirim kerumah sakit, dan bagian yang mengalami perdarahan diusahakan lebih tinggi dari bagian badan yang lain. Perhatikan tanda-tanda shock. Jikalau perdarahan masih berlangsung terus maka perbaiki ikatan balutan yang telah di buat. Usahakan penderita tetap tenang sebab apabila penderita gelisah maka perdarahan justru akan bertambah banyak. 2. menekan pada tempat tertentu. Untuk memper cepat penghentian perdarahan. Dapat ditekan pada hulu atau pangkal pembuluh nadi yang terluka. menekan dengan torniket. Teknik ini digunakan agar aliran darah dari jantung ketempat luka terhenti sama sekali. Sehelai pita yang lebar, pembalut mitela atau sepotong karet ban dalam

sepeda dapat dipergunakan dalam keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket ini adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).

Tata-laksana mengatasi perdarahan y Airway (+ lindungi C-spine) y Breathing (+ Oxygen jika ada) y Circulation + kendalikan perdarahan y Posisi shock y Ganti kehilangan darah y Hentikan perdarahan Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan : y Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban. y Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan y Cucilah tangan segera setelah selesai merawat y Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban. Pada perdarahan ringan atau kecil : y Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka y Tekan sampai perdarahan terkendali y Pertahankan penutup luka dan balut y Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama Pada perdarahan besar: y Tenangkan penderita agar tidak terlalu banyak bergerak. y Baringkan bagian yang terluka dalam posisi lebih tinggi. y Jangan buang waktu mencari penutup luka y Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan bahan lain. y Segera telpon ambulan / RS

Bila ada benda dalam luka. y Tekan bagian bawah dan atas luka.

y Jangan tekan langsung pada lukanya. y Pertahankan dan tekan cukup kuat. y Bila perdarahan berhenti jangan bersihkan darah-darah yang mengering pada permukaan luka. Darah yang mengering merupakan reaksi alami tubuh untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. y Pasang pembalutan penekan y Setelah itu segera panggil dokter atau bawa ke rumah sakit. Perdarahan dalam y Baringkan dan istirahatkan penderita y Buka jalan napas dan pertahankan y Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi y Jangan beri makan dan minum y Rawatlah cedera berat lainnya bila ada y Segera rujuk ke fasilitas kesehatan Penutup luka Penutup luka adalah bahan yang ditempelkan langsung pada permukaan luka, berfungsi untuk : y Membantu mengendalikan perdarahan y Mencegah kontaminasi lebih lanjut y Mempercepat penyembuhan y Mengurangi nyeri Pembalut mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain,

berfungsi untuk : y Penekanan menghentikan perdarahan.

y Mempertahankan pada tempatnya. y Menjadi penopang.

También podría gustarte