Está en la página 1de 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran

para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa. Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan. Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air. Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H +. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan

ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 Bagaimana efektifitas suatu desinfektan ? Bagaimana keefektifan suatu desinfektan (fenol dan super pel) terhadap pertumbuhan bakteri ?

1.3 Tujuan Makalah 1.3.1 1.3.2 Untuk mengetahui efektifitas suatu desinfektan. Untuk mengetahui keefektifan suatu desinfektan (fenol dan super pel) terhadap pertumbuhan bakteri.

1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Praktis Dengan praktikum ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui teknik uji koefisien fenol. 1.4.2 Manfaat Teoritis Dengan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang uji koefisien fenol Sebagai sumbangan pemikiran yang akan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi kepentingan keilmuan di bidang mikrobiologi.

También podría gustarte