Está en la página 1de 86

PEMERIKSAAN ANTIGEN NS1 DENGUE

Posted on January 11, 2009 | 35 Comments

PENDAHULUAN Demam dengue maupun penyakit lain akibat virus dengue merupakan penyakit akibat arbovirus yang endemik terutama di daerah tropik dan subtropik lainnya. WHO sendiri memperkirakan terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus ini setiap tahun di seluruh dunia dan menghasilkan 24.000 kematian setiap tahunnya. Diagnosis penyakit ini adalah dari gejala klinis yang menunjukkan panas mendadak tinggi disertai dengan gejala-gejala lain yang tidak khas kadang menyerupai gejala flu biasa. Dari tanda klinis didapatkan nyeri mid epigastrik, hepatomegali dan mungkin terdapat tanda-tanda perdarahan. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk diagnosis maupun evaluasi hasil pengobatan. Saat ini terdapat beberapa teknik untuk mendeteksi infeksi virus dengue yaitu kultur dan isolasi virus, RTPCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction), serologi(IgM dan IgG anti Dengue) dan pemeriksaan hematologi rutin. Isolasi virus atau PCR masih merupakan standar emas untuk mendeteksi virus dengue ini, tetapi terdapat keterbatasan untuk pemeriksaan ini terutama biaya, waktu dan teknik pengerjannya. Pemeriksaan serologi IgM dan IgG antidengue yang secara rutin dan relatif mudah dikerjakan masih mempunyai keterbatasan yaitu ketidakmampuannya mendeteksi proses infeksi lebih awal. Saat ini terdapat terobosan pemeriksaan baru terhadap antigen nonstruktural-1 dengue (NS1)yang dapat mendeteksi virus dengue lebih awal.

STRUKTUR GENOM DAN REPLIKASI VIRUS DENGUE Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, terdapat empat serotipe yang berbeda yaitu DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 yang semuanya terdapat di Indonesia. Virus dengue memiliki genom 11 kb yang mengkode 10 macam protein virus yaitu tiga protein struktural (C/protein core, M/protein membrane, E/protein envelope)dan tujuh protein nonstruktural (NS1,NS2a,NS2b,NS3,NS4a,NS4b,NS5). Pada saat virus masuk ke sel melalui proses endositosis melalui reseptor,genom virus yang terdiri dari RNA rantai tunggal akan dilepaskan ke alam sitoplasma dan digunakan sebagai cetakan atau template untuk proses translasi menjadi prekursor protein yang lebih besar. Pemotongan pada bagian terminal dari poliprotein ini oleh enzim-enzim sel inang(signalase,furin)akan menghasilkan protein-protein struktural yang membentuk partikel virus berselubung. Poliprotein yang tersisa dibutuhkan untuk menghasilkan lebih banyak virus yang nantinya mengulang proses yang sama. Protein-protein nonstruktural virus tersebut diduga bersama-sama dengan protein-protein host yang belum diketahui, membentuk mesin replikasi didalam sitoplasma sel-sel yang terinfeksi yang mengkatalisis peningkatan jumlah RNA. Sebagai contoh, NS3 dan NS5 mempunyai aktivitas protease, helicase,polymerase yang sangat berperan dalam proses replikasi. NS3 hanya akan aktif bila berikatan dengan NS2b yang mempunyai peran pada protein folding. RNA baru yang dihasilkan kemudian digunakan lagi untuk proses translasi dan menghasilkan kembali protein-protein virus, untuk sintesis lebih banyak RNA virus atau untuk ankapsidasi kedalam partikel virus. Pada akhirnya virion virion meninggalkan sel melalui proses eksositosis.

PROTEIN NOSTRUKTURAL-1 DENGUE (NS1 DENGUE) NS1 adalah glikoprotein nonstrukturaldengan berat molekul 46-50 kD dan merupakan glikoprotein yang sangat conserved. Pada awalnya NS1 digambarkan sebagai antigen Soluble Complement Fixing (SCF) pada kultur sel yang terinfeksi. NS1 diperlukan untuk kelangsungan hidup virus namun belum diketahui aktivitas biologisnya. Dari bukti yang sudah ada menunjukkan bahwa NS1 terlibat dalam proses replikasi virus. NS1 sendiri dihasilkan dalam 2 bentuk yaitu membran associated dan secreted form. Selama infeksi sel, NS1 ditemukan berkaitan dengan organel-organel intrasel atau ditransfer melalui jalur sekresi ke permukaan sel (membran sitoplasma). Ns1 bukan bagian dari struktur virus tapi diekspresikan pada permukaan sel yang terinfeksi dan memiliki determinan-determinan yang spesifik group dan tipenya.peran NS1 dalam imunopatogenesis juga telah disampaikan berdasarkan temuan anti-SCF antibodies dalam serum pasien-pasien dengan infeksi sekunder tapi tidak pada infeksi primer. NS1 dengue disekresikan ke dalam system sirkulasi darah pada individu yang terjangkit virus dengue dengan konsentrasi yang tinggi pada infeksi primer maupun sekunder selama fase klinik sakit dan hari-hari pertama masa konvalesen (pemulihan).

HASIL PENELITIAN NS1 DENGUE Dussart dkk melakukan penelitian terhadap 299 sampel serum dari pasien dengan penyakit dengue yang terdiri dari 42 kasus DEN1. 43 kasus DEN2, 109 kasus DEN3, 49 kasus DEN4 dan56 tidak diketahui serotipenya. Lima sampel serum fase akut onset hari ke 3-4, 51 fase konvalesen onset hari ke 5-10. Dussatr juga menambahkan 50 sampel serum fase akut (hari 1-4) pasien yang mengalami dengue like syndrome dan 20 sampel serum yellow fever. Sampel serum yang terinfeksi dengue dibagi dua yaitu serum fase akut (hari 0-4) dan early convalescent (hari ke 5-10). Semua sampel kemudian diperiksa MAC ELISA (IgM Antibody Captured ELISA) dan NS1 dengue. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sensitivitas NS1 terhadap PCR sebesar 85% dan terhadap kultur virus 94,1%, dengan sensitivitas total terhadap semua jenis serotipe 88,7%. Sensitivitas pemeriksaan NS1 optimal hari ke 0-4, sementara pemeriksaan serologi dengan MAC ELISA sensitivitasnya hanya 8,6% pada waktu tersebut. Spesivitas NS1 dengue diperoleh sebesar 100%. Kombinasi pemeriksaan NS1 dengue pada fase akut dan MAC ELISA pada fase konvalesen akan meningkatkan sensitivitas dari 88,7% menjadi 91,9%. Penelitian lain dilakukan oleh Kumarasamy dkk yang menggunakan sampel pasien yang sudah dikonfirmasi dengan RT-PCR dan atau isolasi virus. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa sensitivitas reagen komersial dengue NS1 antigen-capture ELISA untuk infeksi virus dengue akut sebesar 93,4% dan spesivitasnya 100%. Sensitivitas untuk dengue primer sebesarakut sebesar 97,3 % dan untuk dengue akut sekunder sebesar 70%. Nilai ramal positif dan negatif masing-masing sebesar 100% dan 97,3%. Positive isolation rate isolasi vrus secara keseluruhan adalah sebesar 68% (73,9% untuk dengue pimer akut dan 31% untuk dengue sekunder akut) sedangkan positive detection rate RT-PCR secara keseluruhan adalah 66,7% (65,2% untuk dengue primer akut dan 75,9% untuk dengue sekunder akut). Dari hasil penelitian tersebut, Kumarasamy menyimpulkan bahwa reagen komersial dengue NS1 antigen-

capture ELISA dapat lebih superior dibandingkan isolasi virus dan RT- PCR untuk diagnosis laboratorium infeksi dengue akut berdasarkan sampel tunggal.

PENUTUP Pemeriksaan dengue NS1 antigen dapat mendeteksi infeksi akut lebih awal dibandingkan pemeriksaan antibodi dengue. Deteksi lebih awal adanya infeksi dengue ini sangat penting karena kita dapata melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien segera dan dapat mengurangi risiko komplikasi maupun kematian.

About these ads

Share this:

StumbleUpon Google +1 Twitter Email Facebook10

Like this:

This entry was posted in health and tagged NS1 anti dengue, pemeriksaan dini demam berdarah. Bookmark the permalink. 35 RESPONSES TO PEMERIKSAAN ANTIGEN NS1 DENGUE

1.

robertusarian | February 9, 2009 at 03:46 |


Kapan kita bisa memeriksa NS1 pada pasien dengan demam (hari keberapa dan apakah perlu pengulangan), dan apakah masih perlu pemeriksaan IgM dan IgG anti dengue? Salam!

2.

abidfahruddin | February 16, 2009 at 06:07 |


maf nih, lama g online. ns1 karena yang diperiksakan adalah partikel virus dapat diperiksakan pada hari ke 0-4 dari mula munculnya panas. Pengulangan saya rasa tidak efektif lagi mengingat setelah hari ke 4 kadar dalam darah sudah menurun. Kalo pada hari ke 4-7 sudah saatnya dilakukan pemeriksaan lain yaitu antibodi IgG/IgM dengue krn antibodi thd dengue sudah mulai terbentuk.tks

3.

arian | February 19, 2009 at 06:46 |

Terima kasih informasinya. Salam!

4.

herin | February 24, 2009 at 07:24 |


ns-1 antigen apakah bisa bereaksi silang dengan penyakit lain

5. he..he

cssd | March 5, 2009 at 14:36 |

6.

abidfahruddin | March 6, 2009 at 06:42 |


secara pasti saya masih belum menemukan jawaban pastinya. Tapi NS1 Antigen ini terdapat pada hampir semua jenis virus influenza. Jadi masih ada kemungkinan untuk terjadi reaksi silang.Saat ini kami sedang meneliti kejadian false positif maupun false negatif ns1 di RS kami, moga2 masih bisa konsisten. Terima kasih

7.

aji | April 14, 2009 at 04:28 |


Apakah anda menemukan hasil positif palsu selain pada kasus DBD? mengingat resiko positif juga pada virus2 RNA lain? Mohon penjelasan

8.

abidfahruddin | April 14, 2009 at 04:40 |


dari pengalaman beberapa sejawat, kasus positif palsu seringkali bersamaan dengan kasus typhoid, tapi ini belum ada studi ilmiahnya. Yang sudah ada bukti bereaksi silang adalah virus japanese encephalitis.tks

9.

Zoen'S | May 6, 2009 at 18:38 |


Istri saya stelah di cek darah di lab hasilnya NS-1 Positif, sementara trombosit 253.000, eritrosit kurang, Hb kurang, leukosit terlalu banyak. Apa artinya?? (makasih)

10.

abidfahruddin | May 7, 2009 at 16:04 |

NS! positif berarti istri bapak hampir pasti terkena infeksi virus dengue (penyebab Demam Berdarah), meskipun beberapa virus spt Japanese encephalitis juga memberikan hasil yg positif pd pemeriks NS! ini tetapi kasusnya sgt jarang di Indonesia. NS1 ini mrp deteksi dini jadi tidak perlu menunggu trombosit rendah untuk penegakan diagnosis. Kalo melihat hasil lab yang lain, harus dikonfirmasi dg keluhan dan tanda2 fisik di tubuh istri bpk. Krn biasanya infeksi virus dengue kadar lekositnya cenderung rendah, kecuali kalo ada infeksi oleh kuman lain Pemeriks laborat hanyalah alat penunjang penegakan diagnosis, wawancara dan pemeriks fisik oleh dr tetaplah yg utama.segera konsultasikan dg dr anda.semoga membantu

11.

Ristiyanto DS | June 8, 2009 at 12:49 |


Salam kenal.. Boleh gabung gak dengan milis NS1-nya?saya bukan sapa2, cuma karyawan salah satu perusahan yang memasarkan produk Dengue NS1 yang dicombine dengan IgG/IgM.Bisa gak kasih saran bgmn mengedukasi analis atau pun pihak-pihak terkait akan arti pentingnya NS1 dalam hal meminimalisasi korban DBD?Thanx

12.

aris | June 12, 2009 at 08:28 |


apakah NS1 setiap serotipe DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 sama? jika protein NS1 dari serotipe DEN1 digunakan untuk diagnosis serotipe DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 apakah bisa? yang membedakan antara dengue serotipe DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 apanya?

13.

desi | June 21, 2009 at 06:59 |


jk NS1 + tp Ig G dan Ig M negatif apakah masih mungkin dengue?

14.

lisa | November 10, 2009 at 17:05 |


Alo, saya hari minggu siang mulai mencret2(maaf) air, kurang lebih 5 kali sehari. Lalu malamnya saya mulai demam. Hari senin pagi demam hilang, saya pergi bekerja. Sekitar jam 2 siang, badan saya lemas sekali, perut mulas, kepala saya berat banget seperti melayang. Lalu saya pulang ke rumah dan suhu tubuh saya mencapai 38.7^C. Lalu menurun sampai saya terkahir cek suhu 37.1 sekitar pukul 8 malam. Paginya suhu tubuh saya masih di 37.3. Lalu siang, demam saya menghilang sampai malam. Saya telah cek NS1 tadi pagi dan hasil negatif. Apa saya harus cek ulang atau apa ada saran lain yg harus saya perhatikan? Thx ya..

15.

abidfahruddin | November 25, 2009 at 12:46 |


Saya rasa kasus anda bukanlah kasus DBD, pemeriksaan NS1 untuk anda sebenarnya belum perlu, jadi tidak perlu mengulang pemeriksaannya. Justru kecenderungan sumber panasnya berasal dari mencretnya. Semoga membantu

16.

rizal | January 6, 2010 at 06:42 |


hasil pemeriksaan NS-1 hari ke-3 pada pasien saya positif dengan trombosit 195.000, namun di hari ke-5 trombosit masih 178.000. Mohon masukan dan terima kasih

17.

abidfahruddin | January 7, 2010 at 05:18 |


kalo gejala klinis dan pemeriksaan fisiknya mendukung, saya rasa ini Dengue Fever. Banyak kasus di tempat saya yang tidak diikuti dengan penurunan trombosit, tapi tetap harus waspada dengan evaluasi hematokrit dan Hb untuk mengetahui ada tidaknya plasma leakage. Tks

18.

laila | February 21, 2010 at 15:46 |


bagi literatur donk mas mengenai NS 1.Saya lagi penelitian nih.ada nggak..makasih ya

19.

Rina | March 5, 2010 at 08:01 |


Anak saya umur 10 tahun tgl. 2 Maret sekitar jam 3 sore demam, malamnya saya kasih obat penurun demam. Untuk amannya Rabu pagi saya bawa ke dokter specialis anak, dan dites darahnya dg hasil trombosit 183.000 dan DBnya negatif. Hari itu dokter menyarankan agar anak saya dirawat inap dan selama hari rabu mengalami 3 kali demam sampai 39.7C. Hari Kamis suhunya berkisar 37-37,5C. Jumat 36.6C dan tes darah menunjukan trombositnya 211.000 dan tidak ditest denguenya, menurut perawat test dengue hari Minggu. Jadi sebenarnya anak saya itu sakit apa ya?

20.

m3ltha | March 6, 2010 at 15:44 |


boleh th rfrensi anda membuat artikel ini?? terlebih utk apa itu protein struktural dan hasil penelitianny

terima kasihhh ^^

21.

aris | March 30, 2010 at 02:33 |


protein struktural ada 3 (C/protein core, M/protein membrane, E/protein envelope) protein struktural untuk membentuk body dari virus. di Indonesia sudah ada beberapa yang meneliti protein E (envelope) rekombinant yang digunakan untuk diagnosis dengue.

bergabung bersama kami di biotech_indonesia@googlegroups.com

22.

abidfahruddin | March 31, 2010 at 05:54 |


tks mas aris

23.

evi | September 20, 2010 at 23:26 |


minta saeannya, kalo panas selama 2 hari & dihari ke3 menjad panas dingin tapi ditest trombosit normal apa perlu dilakukan test NS1 terimaksaih

24.

abidfahruddin | September 21, 2010 at 18:56 |


perlu bu, tapi hasil negatif belum menyingkirkan kasus DBD.

25.

Indra | September 25, 2010 at 12:43 |


Terimakasih atas infonya yg berharga, mau nanya dan butuh jawaban cito ni. Anak saya panas dan pada tgl 26 sudah hr keempat. sebaiknya periksa NS1 atau IgG IgM anti dengue, dan akurasinya lebih kuat mana?

26.

farrah | October 6, 2010 at 19:57 |

Maaf dok.setelah saya baca2 komen komen diatas saya menarik kesimpulan kalau sebenarnya pemeriksaan NS1 masih blm bisa menegaskan kalau pasien terdiagnosis DHF.jadi pemeriksaan Antibodi dan pemeriksaan lain masih diperlukan kalau begitu Cost yg dikeluarkan pasien akan lebih besar dong..

27.

Ida sari | June 26, 2011 at 02:03 |


Mbak saya tanya, kemaren saya demam badan saya rasanya ngilu semua, saya tidak ada gejala mau flu, cuma panas aja. Setelah saya cek di lab hasilnya anti dangue IGM saya positif tetapi anti dangue IGG negatif maksudnya apa tuh mbak?

28.

abidfahruddin | June 30, 2011 at 07:36 |


sedang terkena DBD

29.

pradini | July 26, 2011 at 06:30 |


NS1 tidak untuk membedakan serotipe. Hanya bermanfaat untuk mendeteksi apakah ada protein NS1 yang merupakan komponen virus dengue sehingga bisa menunjukkan apakah seseorang terserang infeksi dengue atau tidak. Pemeriksaan ini paling tinggi nilai gunanya pada hari ke-2 demam dimana mencapai 90% akurat, mulai hari ke-3 demam nilai gunanya akan semakin menurun.

Kalau untuk membedakan DBD dan Demam Dengue biasa tidak bisa dengan NS1. Bisa dengan menggunakan pemeriksaan dengue blood dimana hasil pemeriksaannya nanti adalah IgG dan IgM (antibodi) terhadap dengue.

Demam dengue terjadi pada infeksi pertama tubuh oleh dengue dimana tubuh diserang oleh 1 serotipe. DBD terjadi bila orang yang sebelumnya pernah terinfeksi oleh 1 serotipe dengue tertentu lalu terserang infeksi lagi namun oleh serotipe dengue yang berbeda.

IgM akan terbentuk mulai dari demam hari ke-4 sedangkan IgG mulai demam hari ke-14. Pada demam dengue dimana pasien baru terserang oleh 1 serotipe virus saja maka pemeriksaan pada hari ke-4 akan memunculkan hasil IgM yang positif tapi IgG negatif. Sedangkan pada DBD dimana pasien sudah terserang oleh 2 serotipe yang berbeda (kalau tertarik silakan baca teori secondary infection) maka IgM dan IgG keduanya akan memberikan nilai positif. Namun yang perlu dicatat disini, IgG yang positif di

demam hari ke-4 pada DBD bukanlah merupakan antibodi untuk serotipe virus yang sedang menginfeksi saat ini, namun merupakan antibodi yang sudah dimiliki oleh tubuh terhadap serotipe lain yang berbeda yang disebabkan oleh karena sebelumnya pasien sudah pernah terserang oleh dengue namun dari serotipe yang berbeda. Jadi disini terdapat kesalahan di sistem imun kita, salah menganggap bahwa sekarang kita terserang oleh serotipe yang sama dengan serotipe dengue yang sebelumnya pernah menyerang kita. Sebagai akibatnya, walaupun sudah ada antibodi IgGnya namun tetap tidak bisa membunuh virus dan virus tetap bereplikasi, karena merupakan IgG dari serotipe yang berbeda. Hal ini disebabkan ke-4 serotipe dengue sangat mirip sehingga sulit dibedakan.

Namun untuk membedakan Demam Dengue dan DBD sebenarnya cukup dengan melihat angka trombosit dan hematokrit dari pemeriksaan darah rutin. Dimana pada DBD akan terjadi penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. Pada Demam dengue tidak ada penurunan hematokrit, dan penurunan trombosit kalaupun ada tidak akan setajam pada DBD dan jarang sampai di bawah 100.000

Salam, semoga bermanfaat.

ANTARA NS1 Ag DENGUE DAN IgG/IgM DENGUE


Posted on April 20, 2010 | 30 Comments

Kasus demam berdarah saat ini kembali meningkat kasusnya di berbagai daerah. Problem yang berulang setiap tahun ini selalu menimbulkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi di masyarakat. Kegiatan pencegahan melalui berbagai kegiatan sampai saat ini masih belum memberikan hasil yang signifikan. Program pemberantasan jentik nyamuk, pengelolaan lingkungan yang baik, pengasapan dan abatisasi masih menjadi tumpuan dalam program pemberantasan demam berdarah ini. Masalah lain yang muncul adalah deteksi dini untuk mengetahui apakah saat ini seseorang sedang atau pernah terkena infeksi virus dengue. Hal ini dipersulit dengan gejala infeksi virus dengue yang seperti sakit panas atau batuk pilek biasa. Gejala spesifik dari infeksi ini juga hampir tidak ada. Bervariasinya jenis dan serotipe dari virus dengue dengan manifestasi klinis yang juga bervariasi membuat semakin sulitnya melakukan deteksi dini penyakit dengue ini. Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu penunjang dalam penegakan diagnosis infeksi virus dengue juga telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Mulai dengan pemeriksaan isolasi virus dengue, pemeriksaan PCR dengue, hingga pemeriksaan cepat seperti IgG/IgM Dengue dan yang terbaru NS1 Ag Dengue. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Saat ini yang menjadi pilihan adalah IgG/IgM Dengue dan NS1 Ag Dengue karena akurasinya yang bagus, kecepatan selesai hasil yang cepat, mudahnya cara pemakaian serta biaya yang relatif murah dibanding pemeriksaan yang

lain. Mengingat jumlah kasus kematian akibat infeksi virus dengue, maka pemeriksaan cepat atau rapid test ini sangat membantu tenaga medis dalam menegakkan diagnosis dengue. IgG/IgM Dengue adalah rapid test yang muncul lebih dulu dibanding NS1 Ag Dengue, pemeriksaan ini mendeteksi adanya antibodi terhadap virus dengue. Ada dua antibodi yang dideteksi yaitu Imunoglobulin G dan Imunoglobulin M, dua jenis antibodi ini muncul sebagai respon tubuh terhadap masuknya virus ke dalam tubuh penderita. Imunoglobulin G akan muncul sekitar hari ke-4 dari awal infeksi dan akan bertahan hingga enam bulan pasca infeksi. Atas dasr hal diatas maka antibodi ini menunjukkan kalau seseorang pernah terserang infeksi virus dengue, setidaknya dalam enam bulan terakhir. Imunoglobulin M juga diproduksi sekitar hari ke-4 dari infeksi dengue, tetapi antibodi jenis ini lebih cepat hilang dari tubuh. Adanya Imunoglobulin M dalam tubuh seseorang menandakan adanya infeksi akut dengue atau dengan kata lain menunjukkan kalau penderita sedang terkena infeksi virus dengue. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan ini cukup tinggi dalam menentukan adanya infeksi virus dengue. Pemeriksaan IgG/IgM anti dengue meskipun cukup baik dalam mendeteksi adanya infeksi virus dengue dalam tubuh seseorang tapi masih memiliki kekurangan dalam mendeteksi virus dengue secara dini. Karena yang diperiksa adalah antibodi terhadap virus dengue dan antibodi baru muncul hari keempat pasca infeksi, maka pemeriksaan ini seringkali tidak dapat mendeteksi infeksi virus dengue pada penderita yang mengalami gejala panas hari ke-0 hingga hari ke-4.Nah baru-baru ini telah ditemukan rapid test yang mendeteksi adanya antigen dari protein struktural virus dengue. Untuk mempertahankan hidup, virus dengue memerlukan dukungan dari protein yang mempertahankan tubuhnya, terutama untuk membantu masuk dalam sel inang. Protein ini disebut sebagai protein struktural yang berfungsi sebagai enzim dan katalis dalam upaya virus mempertahankan hidupnya. Pemeriksaan NS1 Ag yang berarti nonstruktural 1 antigen adalah pemeriksaan yang mendeteksi bagian tubuh virus dengue sendiri. Karena mendeteksi bagian tubuh virus dan tidak menunggu respon tubuh terhadap infeksi maka pemeriksaan ini dilakukan paling baik saat panas hari ke-0 hingga hari ke -4, karena itulah pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi virus dengue bahkan sebelum terjadi penurunan trombosit. Setelah hari keempat kadar NS1 antigen ini mulai menurun dan akan hilang setelah hari ke-9 infeksi. Angka sensitivitas dan spesifisitasnya pun juga tinggi. Bila ada hasil NS1 yang positif menunjukkan kalau seseorang hampir pasti terkena infeksi virus dengue. Sedangkan kalau hasil NS1 Ag dengue menunjukkan hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan infeksi virus dengue dan

masih perlu dilakukan observasi serta pemeriksaan lanjutan. Ini terjadi karena untuk mendeteksi virus dengue diperlukan kadar yang cukup dari jumlah virus dengue yang beredar, sedangkan pada fase awal mungkin belum terbentuk cukup banyak virus dengue tetapi apabila pengambilan dilakukan setelah munculnya antibodi maka kadar virus dengue juga akan turun. Disinilah diperlukan ketepatan dalam pemilihan waktu dan jenis pemeriksaan. Apabila panas masih awal pilihan pemeriksaannya adalah NS1 Ag Dengue tetapi apabila sudah melewati hari ke-4 panas maka pilihannya adalah pemeriksaan IgG/IgM Dengue. Terkadanhg kedua pemeriksaan ini dilakukan bersamaan terutama saat waktu borderline atau hari ke-3 hingga hari ke-5 panas. Jadi apabila ada gejala demam berdarah seperti panas tinggi, kedua pemeriksaan tadi dapat dilakukan disamping pemeriksaan standar seperti pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kadar trombosit. Semoga membantu !.

About these ads

Share this:

StumbleUpon Google +1 Twitter Email Facebook10

Like this:

This entry was posted in health. Bookmark the permalink. 30 RESPONSES TO ANTARA NS1 AG DENGUE DAN IGG/IGM DENGUE

1.

Christian Triwibowo | June 22, 2010 at 09:01 |


Anak pertama saya pada tgl 18 Juni 2010 hari jumat malam sabtu mengalami demam, kebetulan masih ada obat racikan turun panas (10 hr sebelumnya kena gejala flu,mbeler dan dikasih antibiotik serta puyer turun panas yg diminumkan jika masih demam) akan tetapi setelah diminumkan hingga hari senin panas nya seperti yoyo.. jika efek obat habis panas lagi.. senin sore saya bawa ke dokter sekalian minta test darah lengkap termasuk Direct test & widal dan hasil test Darah lengkap semua masih di rata rata normal, Widal (O;H;A;B)

Negatif , Igm Anti DHF Negatif akan tetapi IgM Anti DHF (Direct Test) POSITIF.. Saya bawa lg ke dokter katanya Alert..secara intensif.. jika muncul gejala- gejala : Perut kembung, Kebirubiruan pada ujung jari,hibung, bibir. Dingin pada kaki.. segera bawa ke Rumah sakit.. smp detik ini saya masih tetep pantau.. kondisi anak saya .. berkeringat dingin, perut kembung saya masih bingung harus langsung bawa ke RS untuk rawat intensif?

2.

abidfahruddin | June 25, 2010 at 21:45 |


sebaiknya dibawa langsung ke RS untuk opname, direct test biasanya dilakukan dengan memakai stik sehingga hasil bisa langsung diketahui. Hasilnya biasanya tidak berbeda dengan metode yang lain misalnya ELISA. Bagaimanapun pemeriksaan lab adalah pemeriksaan penunjang, kondisi klinis tetap yang jadi acuan.

3.

Yusuf K | July 13, 2010 at 08:24 |


sblmnya sy ucapkan trimakasih atas postingan mas abid. sy hr ini mndpt hasil Lab atas pemeriksaan darah anak saya. kesimpulan hasil : tes IgG dan IgM anti denguenya positif, dan trombosit 200rb. mlm ini jg sdh dirawat inap di RS. gejala panas awal hari sabtu tgl 10/07/10 sampel tes diambil selasa 13/07/10. apakah sudah benar langkah yg sy lakukan dan setelah dirawat s.d hari ke brp yg baik utk melakukan tes lg.

4.

abidfahruddin | July 13, 2010 at 16:01 |


Alhamd klo berguna. Langkahnya sudah benar, tapi menurut saya pada hari ketiga panas adalah saat terbaik untuk pemeriksaan lab dengue.Ini untuk menghindari kondisi syok yang biasa muncul antara hr ke-4-7 panas. Tes ulang untuk melihat kadar trombosit bisa dilakukan harian, untuk IgG/Igm tidak perlu diulang lagi krn IgG akan bertahan hingga 6 bulan dan Igm lebih cepat lagi.Tks

5.

rina | August 14, 2010 at 22:06 |

Dear mas abid, Thank u bgt u/ postingnya yg sangat berguna! Ada hal yg mau saya tanyakan.. Dihari puasa pertama stelah berbuka saya merasa sakit kepala yg amat sangat tapi saya coba hiraukan karena saya pikir bdn masih beradaptasi dgn aktivitas puasa tapi malam harinya badan mulai panas dgn temp 37.5 dan disertai oleh rasa nyeri luar biasa disekujur tubuh terutama dibagian punggung bagian pinggang tepatnya. keesokan harinya (hari ke dua) disiang hari suhu tubuh meningkat menjadi 38.6 dan masih disertai oleh rasa nyeri tubuh sepanjang hari. Tenggorokan, mata, dan kuping saya terasa sangat panas sehingga saya dianjurkan orang dirumah untuk meminum larutan penyegar karena takutnya panas dalam. Dihari ke tiga, panas sudah mulai turun dan badan sudah tidak lagi nyeri namun pada hari ini saya mulai terserang diare, perut kembung, mual luar biasa, dan kehilangan napsu makan walaupun merasa lapar. Pada hari ini juga bola mata saya terasa sakit jika digerakkan kekanan-kiri. Karena takut terjangkit DBD maka dimalam hari ke tiga ini saya menjalani tes darah lengkap + NS 1 antigen atas anjuran dokter yg bertugas dilaboratorium klinik tersebut. Hasilnya adalah trombosit saya berada pd jumlah 252.000, eritrosit 6.27 (diberi lambang *), hematokrit 39.8 (diberi lambang *), lekosit 8.930, serta NS 1 antigen negatif. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan terjangkit DBD sudah dapat disingkirkan, dan dokter menjelaskan bahwa kemungkinan bsr ini adalah gangguan lambung (bbrp tahun yg lalu saya pernah sakit maag namun jarang sekali kambuh), dan bahwa saya mengalami anemia (mcv 63.5, mch 19.0, mchc 30.0) sehingga hanya diminta untuk makan makanan yg mengandung zat besi saja. Namun, sampai hari ini (hari ke lima) walaupun badan sudah tidak demam dan tidak nyeri, saya masih mengalami diare, mual, perut kembung, keluar keringat dingin setiap sedang tidur sehingga harus ganti baju berkali-kali, kehilangan napsu maka, dan bola mata saya masih agak sakit apabila digerakkan walaupun tidak sesakit waktu hari ke tiga. Pertanyaan saya adalah apakah saya masih perlu mencemaskan kemungkinan terjangkit DBD? Karena simptom2 yang saya rasakan mirip sekali dengan penderita DBD walaupun NS 1 antigen saya dinyatakan negatif. Mohon bantuan sarannya dan saya ucapkan terima kasih banyak atas perhatiannya..sekian

6.

abidfahruddin | August 16, 2010 at 05:20 |

Thanks mbak rina, secara umum diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan wawancara mengenai keluhan pasien, pemeriksaan fisik oleh dokter dan pemeriksaan penunjang baik lab maupun rontgen. Dari wawancara biasanya dikeluhkan panas mendadak tinggi, nyeri pada persendian dan belakang mata, nyeri perut kanan atas dan bisa disertai gejala seperti flu. Dokter akan mencari adakah tanda dari DBD seperti bercak merah dengan membendung lengan (tes rumple leed),pembesaran dari liver.dsb. Dari lab disamping darah lengkap juga diperiksa NS1 atau IgG/M Dengue. NS1 negatif belum menyinkirkan DBD karena sangat tergantung hari periksa, sedangkan bila NS1 positif dapat dipastikan sedang menderita DBD. Menurut saya lebih baik anda cek ulang Darah lengkap, IgG/M dengue dan widal atau IgM Salmonella untuk melihat adanya kemungkinan sakit thypus (Ada gejala pencernaan sbg salah satu diagnosis banding DBD). Diagnosis banding yang lain adalah campak atau morbili (diketahui dari anamnesa dan pemx fisik) dan penyakit krn virus lain. Kasus Maag atau gastritis jarang disertai dengan panas kecuali ada dehidrasi. Segera periksakan ke dokter anda. Mohon maaf saya baru online, semoga membantu.

7.

timmysuputra | October 28, 2010 at 21:36 |


trims infonya,,,

8.

deana | November 4, 2010 at 06:34 |


salam, mas abid. bapak mertua saya 2 hari demam sampai ga bisa tidur. ada lemes. hari ke 3 kami bawa ke dokter, kemudian disarankan u pemeriksaan darah. trombosit 94000. maka sore itu langsung dirawat. hari ke 4 trombosit 50rb. hari ke 5 trombosit 25000. hari ke 6 trombosit 21000 leukosit ada kenaikan. pada hari ke 5 menjalani test IgG/M hasilnya negatif. kemudian pada hari ke 6 menjalani test NS-1. baru besok hasilnya keluar. apakah mungkin DB tapi hasil igG/M negatif? mohon penjelasannya, mas. kami khawatir ada penyakit lain. terima kasih banyak u informasinya.

9.

abidfahruddin | November 5, 2010 at 00:41 |


Sangat mungkin apalagi pada orang tua. Karena yang diperiksa adalah sistem anibodi tubuh,sehingga pada ortu atau org dg daya tahan tubuh rendah hasilnya bisa negatif.

Pemeriksaan dokter dan gejala klinis tetap yang utama.Jangan hanya mengandalkan hasil lab yang mrp penunjang pemeriksaan> semoga berguna

10.

yeni | November 13, 2010 at 03:32 |


assalamualaikum mas,,trimakasih postingan nya sangat berguna tuk bahan penelitian saya, namun konsep tgg RDT bagaimana ya mas..punya bahan referensi?? trimaksih ^_^

11.

nanny | January 4, 2011 at 21:42 |


salam, anak saya ke -2 berusia 1 tahun 8 bln terkena panas yang disertai batuk pilek & tidak mau makan, setelah 4 hari panas nya turun naik, saya bawa ke dr anak & disarankan dicek darah. hasil testnya Igm Anti DHF Negatif akan tetapi IgM Anti DHF (Direct Test) POSITIF. karena tidak ada biaya saya tanya hasilnya di dr Umum UGD, hasilnya positif Typus & harus dirawat. Anak saya saya bawa pulang & saya kasih cacing tanah buatan sendiri, hasilnya panas langsung turun & tidak naik lagi. tapi saya perhatikan setiap sore kaki anak saya pada dingin, saya cuma bisa kasih m.kayu putihApakah anak saya sudah bisa dikatakan sembuh? Mohon bantuannya. trimakasih

12.

Abdullah | May 7, 2011 at 23:38 |


mas mau tanya..gimana dengan IgA dengue? karna baru2 ini saudara saya sakit panas ,hari ke 3 saya bawa ke RS, dan di cek di lab hanya IgA dengue dan hasilnya positive.lalu di rawat ,tapi kalau saya lihat kondisinya tidak terlalu parah, dan akhirnya hanya 1 hari dirawat saya bawa pulang lagi, dan alhamdulillah sampe skrg sehat wal afiatgimana menurut mas abid?? ko sodara saya tidak di check NS1 atau IgG/igM?? mohon penjelasannya

13.

abidfahruddin | June 30, 2011 at 07:37 |


Ada yg bisa bantu,saya belum pernah dengar..

14.

nawiazky | January 8, 2012 at 22:06 |


ANak saya 1,5 tahun hari Rabu malam tgl 4 /01/ mulai panas besoknya dibawa ke dokter kemungkinan ISPA dengan indikasi adanya radang tenggorok, tapi belum ada indikasi pilek dan batuk. Hari Sabtu demam juga masih muncul demamnya naik turun hingga mencapai > 39 C hari Sabtu saya cek darah: anti NS1 negatif; iGG dan IgM positip (memang 6 bulan lalu anak saya dirawat demam berdarah) tapi haduhhh anak bayi dirawat dan diinfus yg sakit hampir seluruh keluarga deh.. Trombosit 157 000 Dokter mendiagnosa kemungkinan Chikungunya nah hari ini diperiksa kembali trombosit 147.000 kira2 ada advise ngga yah dari teman2 disini thanks ya

15.

abidfahruddin | January 9, 2012 at 07:22 |


Turut sedih juga mas, semoga adek cepet sembuh. Saya rasa masih perlu diikuti terus dengan pemeriksaan darah rutin, kadar hemoglobin dan hematokrit/Pcv yg meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan. Apabila naik kemungkinan demam berdarah. Kriteria diagnosis demam berdarah sendiri bisa dilihat di website WHO. Yg sabar ya mas..

16.

lina | January 10, 2012 at 02:09 |


mau tanya nih mas.minggu tgl 1jan anak pertama saya panas,panasnya naik turun,sampai kamis tgl 5 jan tes lab dan hasil ns1 positif,tp trombosit masih 190rb,lsg disuruh rawat inap,padahal kondisi anak saya hanya lemas tp tidak terlihat parahsaat anak pertama opname,anak kedua saya panas jumat malam tgl 6jan,sabtu k dr dan selasa ini djadwalkan tes darahnyakrn sesuatu hal,selasa ini saya konsul ulang k dr yg lebih senior,tp jawaban dr tsb malah tidak menganjurkan tes darah dan menurutnya walaupub ns1 positif selama trombosit masih bagus tidak perlu opname,kondisi anak kedua saya sangat mirip dengan kakaknya saat sakit kmrnsaya bingung jadinyasebenarnya mana pendapat dari dua dokter ini yg benar?tks banyak

17.

abidfahruddin | January 13, 2012 at 17:07 |


Indikasi opname tidak berdasarkan kadar trombosit, tetapi lebih kepada gejala klinisnya. Apakah ada nyeri perut, muntah sering, perdarahan spt mimisen (warning sign)dsb. Klo kondisi masih bagus tidak ada warning sign bisa rawat jalan. Mengenai warning sign lebih lengkap bisa donlot di situs who. Tks

18.

Athaya Dzikra Rinjani | February 21, 2012 at 10:58 |


Makasih info nya mas Abid klo boleh tahu, ciri atau prosedur sama keakuratan NS-1 ini gimana? Takutnya dokter nya aneh-aneh maklum pernah pengalaman ketemu dokter kaya gitu mas

19.

abidfahruddin | February 21, 2012 at 18:42 |


Ns1Ag dibuat utk deteksi dini infeksi virus dengue, karena dia memeriksa bagian tubuh dari virus dengue. Krn itu sangat baik diperiksa saat panas hari ke 0-4. Sensitivitas (kemampuan alat mendeteksi Antigen virus) sekitar 77%, sedangkan spesifitas nya(kemampuan alat membedakan virus dengue dg nfeksi atau bahan lain) mencapai 98%. Artinya ketika hasil NS1Ag dengue positif,kemungkinan besar terkena virus dengue(98%). Tp bila negatif belum menyingkirkan diagnosis dengue (sensitivitas nya 77%).

20.

EKO | September 20, 2012 at 23:50 |


NS 1 boleh juga tuk mendeteksi secara dini, tp secara pastinya dilihat darah rutinya(hb,ht,lko,trombo) dan pemeriksaan limfosit plasma biru dari spesimen.

21.

m.nasir abdullah | December 2, 2012 at 06:37 |


Mau tanya mas,,bener ngga sih dengue Ns1 itu adlah virus dbd ganas,,,,masalahnya saya bawa anak saya ke dokter,,lalu dokter menyarankan u/tes lab,,nah ternyta hasilnya dengue ns1nya positif tp trombositnya masih 187rb,,saya telp ke dokternya u/konfirmasi atas hasil

lab,,dokter menyarankan u/segera opname krna itu katanya dbd yg ganas,,nah saya bingung bener ngga sih itu dbd ganas atau cuma pemeriksaan u/hasil yg akurat aja,,tq y mas

22.

abidfahruddin | December 4, 2012 at 06:37 |


Ns1 adl bag struktur virus dengue, tidak menggambarkan serotipe dri virus dengue, klo tau serotipe virus dengue ini bisa diperkirakan prognosinya akan kemana,memberat / ganas atau ringan2 saja.PEMERIKSAAN NS1 ini mendeteksi adanya infeksi virus dengue tersebut lwt deteksi thd struktur/bagian tubuh virus dengue tsb. NS 1 positif pun hanyalah salah satu kriteria utk mendx demam berdarah. Yg perlu dibedakan adl adanya infeksi virus dengue belum tentu memberikan gejala demam berdarah, kadang2 hanya seperti flu saja. Utk kriteria demam berdarah,bisa di cek di situs WHO

23.

hervina | December 31, 2012 at 03:34 |


Kalau NS1Ag hasilnya negatif dan hasil trombosit dibawah normal apakah itu termasuk infeksi virus dengue? Dan apa perlu pemeriksaan lebih lanjut? Kalau iya, pemeriksaan apa? Terimakasih..

24.

abidfahruddin | January 1, 2013 at 18:55 |


Hasil neg NS1 tak bisa menyingkirkan adanya infeksi virus dengue, krn kadar NS1 makin hari makin rendah. Biasanya dokter akan mengevaluasi kondisi klinis px,melihat adanya peningkatan kadar Hb,hematokritnya. Juga pemx tambahan misalnya IgG/IgM dengue.

25.

Siti romlah | February 13, 2013 at 02:47 |


Saya mau tnya,panas dh hr k 3,trombositnya 124.000 widal negati,tp tes IgG IgM Dengue negatif,gmn tuh

26.

korikumen | February 20, 2013 at 10:04 |

terima kasih info nya bro ayah saya hari ke 2 demam prx NS1 dgn hsl negatiftromb 130rb, leu 4700, ht 41, hb 13.7, pada hari ke 4 didapatkan IGG IGM -, Hb 14, ht 41, leu 2700, tromb 99rb, prtanyaannya, jika NS1 IGG IGM dianggap akurasi benar, dianggap tidak ada virus dengue di tubuhnya, apakah masih mungkin ada infeksi virus lain(selain dengue) yang memiliki karakter penurunan trombosit (H2TL) yang sama? apakah ayah saya disebut menderita DHF??

Deteksi dini demam berdarah dengan NS1


REVIEW ARTIKEL Dr. Yoshua Viventius Demam berdarah adalah penyakit yang banyak terdapat di negara tropis seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus flavi yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Penyebaran tertinggi biasanya dijumpai pada masa musim pancaroba. Penegakkan diagnosis DBD masih menggunakan kriteria WHO, 1997, yaitu kriteria klinis dan laboratoris berupa trombositopenia kurang dari 100.000/ul atau peningkatan hematokrit 20%. Untuk mendapatkan peningkatan hematokrit sebesar 20% secara tepat, sulit dilakukan, mengingat belum ada nilai standar hematokrit orang Indonesia anak-anak maupun dewasa. Selain itu menentukan peningatan hematokrit biasanya hanya dapat dilakukan di ruma sakit tempat dirawat karena dibutuhkan data-data harian hematokrit untuk dibuat kurva sehingga dapat ditentukan nilai tertinggi dan terendahnya. Menurut penulis diagnosis demam berdarah dengue hanya dapat ditentukan di rumah sakit dengan alasan yang telah disebutkan diatas.
Pemeriksaan serologis berupa IgM dan IgG antidengue diperlukan untuk membedakan demam yang diakibatkan virus dengue ataukah demam oleh sebab lain (demam tifoid, influenza, malaria, hepatitis dan lain-lain).

Saat ini sudah ada tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam 3 hari pertama yaitu antigen virus dengue yang disebut dengan antigen NS1. Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya antibodi. Hal ini perlu mengingat perjalanan penyakit ini sangat cepat apabila tidak ditangani dengan cepat. Menurut pengalaman penulis, antigen NS1 sudah dapat ditangkap pada hari pertama demam dan setelah dirawat di RS dan diamati trombositnya memang akan turun trombositnya dibandingkan dengan pasien dengan hasil NS1 negatif tapi menunjukkan gejala klinis DBD. Pemeriksaan antigen NS1 diperlukan untuk mendeteksi adanya infeksi virus dengue pada fase akut, dimana pada berbagai penelitian menunjukkan bahwa NS1 lebih unggul sensitivitasnya dibandingkan kultur virus dan pemeriksaan PCR maupun antibodi IgM dan IgG antidengue. Spesifisitas antigen NS1 100% sama tingginya seperti pada gold standard kultur virus maupun PCR. Pemeriksaan antigen NS1 merupakan pemeriksaan rapid dengan menggunakan strip atau yang dalam bentuk kotak. Pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lain seperti kecepatan, kemudahan, hasil sensitif yang tinggi dengan waktu untuk mendeteksi lebih lama (dari hari ke 1 sampai hari ke 9 demam), dan spesifitas yang tinggi (100%)

NS1 merupakan glikoprotein yang highly conserved , yang tampaknya merupakan regio penting dalam viabilitas virus namun tidak memiliki aktivitas biologis. Tidak seperti glikoprotein virus yang lain, NS1 diproduksi baik dalam bentuk yang berhubungan dengan membran maupun dalam bentuk yang disekresikan (Dussart, 2006). Antigen NS1 terdapat baik pada infeksi primer maupun sekunder. Antigen NS1 dapat dideteksi dalam 9 hari pertama demam, yang terdapat baik pada serotipe DEN-1 (terbanyak), DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 (Alcon, 2002). Kumarasamy, 2007, meneliti sensitivitas dan spesifisitas NS1 pada 554 donor sehat dan 297 pasien terinfeksi virus dengue dimana 157 pasien PCRnya positif dan pasien diperiksa juga IgM dan IgG antidengue. Beliau mendapatkan spesifisitas 100% dan sensitivitas 91,0 % dari 157 sampel yang positif PCR nya dengan perbedaan yang tidak signifikan untuk ke empat serotipe, sedangkan Blacksell, 2008 meneliti NS1 dan beliau mendapatkan sensitivitas NS1 63% dan spesifisitas 100% dengan memperhatikan adanya perbedaan sekresi yang bervariasi antar serotipe. Terdapat 2 macam kit pemeriksaan antigen NS1 di Indonesia, yaitu dari Panbio dan BioRad, keduanya memakai prinsip metode ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). Saat ini juga sudah terdapat reagen NS1 dalam bentuk rapid test(ICT). Kesimpulan: Pemeriksaan dengan antigen NS1 memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi. Namun harus klinisi harus hati-hati karena hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue, hal ini diduga berhubungan dengan serotipe virus dengue yang menginfeksi. Apabila dijumpai hasil negatif dengan pemeriksaan antigen NS1 namun tanda klinis (+) maka sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan terhadap antibodi IgM dan IgG antidengue sebagai penentu apakah termasuk jenis infeksi primer atau sekunder dan juga untuk mengatasi kemungkinan didapat hasil negatif palsu pada pemeriksaan antigen NS1. Jangan lupa untuk tetap melakukan pemeriksaan trombosit apabila dicurigai demam berdarah pada pasien dengan gejala demam tanpa tanda peradangan.

Referensi:

1.Application of the Dengue Virus NS1 Antigen Rapid Test for On-Site Detection of Imported Dengue Cases at Airports access at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2668285/ 2.The role of dengue NS1 antigen as diagnostic tool : http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fitd.unai r.ac.id%2Fpdf%2Ffiles%2FTHE%2520ROLE%2520OF%2520DENGUE%2520NS1%2520ANTIGEN %2520AS%2520DIAGNOSTIC%2520TOOL.doc&rct=j&q=The%20role%20of%20dengue%20NS1%2 0antigen%20as%20diagnostic%20tool%20&ei=6bynTffmMIHYrQepsYGoCA&usg=AFQjCNHm5XVPp VETU0Dz3dEVxk_-7TwTHA&sig2=e-ZBz3VS6G-iM97hn3wg2g&cad=rja 3. Kebocoran Plasma pada Demam Berdarah Dengue http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_183Kebocoranplasmadbd.pdf/06_183Kebocoranplasmadbd.h tml

Dengue NSI Antigen

Latar belakang

Virus Dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, Infeksi dari satu serotipe dengue dapat memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan, namun tetap tidak terbukti adanya proteksi silang terhadap serotipe lainnya.Di Indonesia paling banyak didapatkan serotipe DEN 2 & 3. v Vektor

Virus Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Vektor paling utama (yang biasanya dapat mybb Epidemi) : Ae. aegypti Vektor Sekunder : Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus v Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). menurut WHO tahun 1997 Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis). v Kriteria Klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 1-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan : - Uji tourniquet positif (Uji Bendung) - Petekia, ekimosis, purpura - Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi - Hematemesis dan atau melena

- Hematuria (ditemukan Eritrosit dalam urin) - Pembesaran hati (hepatomegali). - Manifestasi syok/renjatan v Kriteria Laboratoris

Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml) (karena terjadinya agregasi Trombosit, pembekuan darah akibat kerusakan endotel juga akibat tertekannya fungsi megakaryosit (sel yang kelak pecah dan menjadi trombosit) serta destruksi trombosit yang matur (dewasa/matang). Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit > 20%) , tanda Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler) (Permeabilitas adalah kemampuan suatu membran - dalam hal ini dinding pembuluh darah- untuk melewatkan bahan-bahan tertentu). untuk menilai tingkat kekentalan darah, menunjukkan darah semakin mengental akibat plasma darah merembes ke luar dari sistem sirkulasi. Untuk menentukan berat-tidaknya demam Dengue adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah, penurunan volume plasma (hipovolemia), hipotensi (penurunan tekanan darah), trombositopeni Selain itu infeksi virus Dengue ini juga menyebabkan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) (suatu keadaan kehabisan bahan pembekuan darah, sehingga terjadi pendarahan yang terus-menerus).

Lekosit Awal penyakit biasanya normal / menurun, dominasi oleh netrofil Ditemukan lekositosis > 10.000 nugj\kin karena infeksi sekunder. Mengingat akan bahaya yang ditimbulkan adanya infeksi Dengue maka, Berbagai tehnologi dikembangkan untuk dapat mendeteksi infeksi virus dengue secara dini dengan sensitivitas dan Spesivisitas yang lebih baik, mengingat bahaya komplikasi yang akan ditimbulkan.

Semakin cepat dapat dideteksi maka akan mengurangi resiko komplikasi seperti Demam Berdarah Dengue (DHF) ataupun Dengue Syok Sindrome (DSS)

Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu : - uji serologi - isolasi virus - deteksi RNA/DNA dg tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR). - deteksi antigen (pmx Ns1)

WHAT

Sebelum menjelaskan pmx Ns1, perlu diketahui bhw Genom dengue tersusun dari 3 protein struktural (Badan Virus Envelope, Membrane, Core/inti) dan 7 Protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar terdiri dari (NS1, NS2a, NS2b, NS3,NS4a, dan NS5, NTR-5'). Dan masing2 mempunyai fungsi2 tersendiri, namun pada protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1, Peran NS1 adalah diperlukan untuk kelangsungan hidup virus. Dan yang terlibat dalam proses replikasi virus sehingga ada keterkaitan dengan virulensi / daya tular infeksi penyakit. NSI dan infeksi dengue NSI dengue disekresikan ke dalam sistem darah pada individu-individu yang terinfeksi dengan virus dengue. NSI bersirkulasi pada konsentrasi yang tinggi di dalam serum pasien dengan infeksi primer maupun sekunder

Apa Yang Dimaksud Dengan Pemeriksaan Dengue NSl Antigen? Pemeriksaan Dengue NSl Antigen adalah pemeriksaan baru terhadap antigen non struktural-I dengue (NSl) yang dapat mendeteksi infeksi virus dengue dengan lebih awal bahkan pada hari pertama onset demam.

WHY

Mengapa Perlu Pemeriksaan Dengue NSl Antigen? Pemeriksaan Antigen NSl dengue dapat mendeteksi infeksi akut lebih awal

dibandingkan pemeriksaan antibodi dengue.

Deteksi lebih awal adanya infeksi dengue sangat penting karena kila dapat melakukan terapi supportive (pemberian cairan intravena/ oral dan penggunaan obat2 terkait missal Paracetamol,dll-- bukan dengan pemberian antibiotic) serta dapat dilakukan pemantauan pasien dengan segera dan hal ini tentunya akan mengurangi risiko komplikasi seperti demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome (DSS).

WHO & WHEN

Siapa Yang Memerlukan Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen? Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen scbaiknya dilakukan pada individu yang mengalami demam disertai gejala klinis infeksi dengue pada hari 13 onset demam.

Data Teknis Sensitifitas

Dengue NS1 Antigen : 92.3% : 100%

Spesifisitas

Sampel Stabilitas sampel Nilai Rujukan Persyaratan spes.

: serum atau plasma (EDTA, heparin, sitrat) : 7 hari pada 2-8 C dan 7 hari : Negatif : Pasien dengan demam < 3 hari -20 C.

Kesimpulan NS1 Antigen :

Masing2 pemeriksaan mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebelum dilakukan pemeriksaan yang perlu dipastikan adalah berapa hari onset si pasien mengalami gejala demam /gejala klinis . Ns1 adalah pemeriksaan yang perlu dilakukan apalagi pada pasien yang megalami gejala Demam/klinis lain < 3 hari, dikarenakan Early detection sangatlah penting untuk menentukan pengobatan (terapi supportif) yang tepat (cegah Resistensi antibiotik), serta pemantauan pasien dengan segera. Tanpa meninggalkan pemeriksaan Dengue serologi karena pemeriksaaan NS1 bersifat komplementer (saling menunjang), terkhusus apabila didapatkan hasil Ns1 (-) dan gejala infeksi tetap muncul. Penggunaan Dengue IgG / IgM juga diperlukan bagi dokter penganut paham "infeksi sekunder dapat menyebabkan infeksi yang lebih berat dan memerlukan penanganan yang berbeda dengan infeksi primer" Reagen yang digunakan oleh Prodia adalah Biorad, dengan kelebihan tidak adanya Cross reaction. Dengan adanya Spesifisitas 100% dan sensitivitas 92.3%. Dengan dcmikian pomakaian pemeriksaan ini akan dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis infeksi dengue.

PENANGANAN DEMAM BERDARAH DENGUE


14-Desember-2012 | hit : 2391

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan bentuk infeksi Dengue yang disertai dengan manisfasi perdarahan dari ringan sampai berat. DBD menja di problem kesehatan baik didaerah tropic maupun didaerah sub tropik (sebagai imported cases, kasus yang dibawah dari daerah tropik).

Sejak munculnya penyakit ini beberapa dekade yang lalu, sampai saat ini praktis tidak ada penurunan baik insiden maupun prevalensinya. Demam dengue adalah Demam yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue. Dikenal 4 macam jenis Virus Dengue yaitu : Den-1,Den-2.Den-3,dan Den4.

Tanda dan gejala klinik Biasanya asimptomatik (tanpagejala). Pasien dibawa ke RS biasanya sudah dalam keadaan

yang berat. Gejala dan tanda-kliniknya berupa sindrom (kumpulangejala) dari ringan berupa demam ringan sampai syok karena perdarahan yang hebat.

Perdarahan dan plasma leakage (kebocoran pembuluh darah) yang terjadi biasanya karena penderita mendapatkan serangan infeksi oleh satu jenis virus Dengue.Didaerah endemic (seperti Indonesia) sebaiknya kita mencurigai setiap demam yang terjadi sebagai Demam berdarah sampai pemeriksaan selanjutnya membuktikan bahwa ternyata bukan Demam berdarah.

Para dokter spesialis bedah (yang menduga ada radang usus buntu) dan dokter spesialis kandungan (yang menduga terdapat Kehamilan di luar kandungan) harus waspada bila berhadapan dengan

penderita yang berasal dari daerah endemic atau baru kembali dari daerah endemic dengan demam tinggi disertai nyeri abdomen (perut).

Jangan tergesa-gesa melakukan operasi, sebelum yakin bahwa nyeri perutnya bukan karena demam berdarah. Sebab gejalanya mirip antara Demam berdarah Dengue dengan Radang usus buntu, maupun Kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik terganggu).

Pemeriksaan laboratorium ditandai dengan penurunan trombosit dan tanda-tanda plasma Leakage

(perembesan plasma akibat kebocoran pembuluh darah) yaitu terjadinya hemokonsentrasi (kadar hematokrit meningkat). Perubahan klinik dan laboratorik penderita DHF Sangat cepat, sehingga diperlukan monitoring tanda vital secara ketat serta pemeriksaan laborat secara serial (tiap 12 jam atau 24 jam).

Kriteria WHO masih dipakai untuk diagnosis DHF.Akan Tetapi dalam keadaan tertentu kita tidak boleh hanya berpegangan dengan satu macam pemeriksaan. Nilaitrombosit yang kurang dari 100.000 ( saja ) tidak bias dijadikan pegangan untuk memasukkan penderita ke Rumah sakit, karena trombosit yang masih diatas 100.000/mm3 dapat mendadak turun secara drastis. Sehingga kalau penderita masih dirumah tentu sangat membahayakan jiwa penderita.

Diagnosis DBD dengan pemeriksaan serologi ELISA maupun rapidtest (tescepat) dengan Dengue blot.Untuk Dengue Blot biasanya baru positif di hari kelima demam. Ada pemeriksaan lain: Antigen NS1,dianjurkan untuk pasien dengan demam kurang 3 hari, bila positif mend ukung kearah Demam

Dengue, Tetapi bila hasilnya negative harus dikonfirmasi lagi dengan Dengue Blot setelah hari ke 5 demam.

Penatalaksanaan Terapi Demam Berdarah Dengue bersifat suportif (meningkatkan daya tahan tubuh) dan simtomatis (menghilangkan gejala). Belum ditemukan obat khusus untuk membunuh virus Dengue.

Perlu mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma (virus Dengue menyerang dinding pembuluh darah) dan memberikan terapi substitusi (pengganti) komponen darah bilamana

diperlukan. Jika jumlah trombosit sangat rendah dan timbul perdarahan, maka diberikan transfuse trombosit.

Dalam pemberian terapi cairan, perlu pemantauan pemberian cairan. Dengan memperhatikan pasien baik secara klinis maupun laboratories (melihat kadar Hemoglobin, Hematokrit, dantrombosit). Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia (trombosit yang turun) umumnya terjadi hari ke 4 hingga 6 sejak demam. Dengan demikian, perlu waspada bila merawat DBD di hari ke 4 hinggi ke 6. Pada hari tersebut pasien sering tidak mengeluh panas dan cenderung minta rawat jalan.

Hari ke-7 demam, proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan kembali dari ruang interstitial (di sekitar pembuluh darah) ke intravascular (ke dalam pembuluh darah). Terapi cairan pada keadaan tersebut secara bertahap harus dikurangi. Sebab, akan menimbulkan ti mbunan cairan

yang cukup banyak di pembuluh darah.

Perlu pemantauan kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura (penumpukan cairan di lapisan paru) atau pun asites (penumpukan cairan di rongga perut). Dapat dilihat dari gejala klinis : sesak nafas, nafas terasa berat, dan perasaan tidak nyaman.

PerluTerapi nonfarmakologis (tanpa obat) yang meliputi tirah baring (pada trombosit openia= penurunan jumlah trombosit yang berat). Kadar trombosit normal: 150 ribu sampai 450 ribu. Apabila turun di bawah 100 ribu, sebaiknya dirawat di rumah sakit. Karena dikhawatirkan akan terjadi perdarahan dan kemungkinan Syok (Sindrom Syok pada Dengue).

Pemberian makanan dengan kandungan gizi: nasi biasa atau nasi lunak sesuai dengan selera pasien. Diperlukan makanan yang tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna (pedas, asam).

Terapi simptomatis (penghilang gejala), diberikan antipiretik (obat penurun panas): parasetamol, mengatasi keluhan dyspepsia (rasa tidaknyaman di uluhati, berupa mual, muntah, sebah, mudah kenyang, kembung, sering sendawa). Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, yang mengacu pada protokol WHO.

Protokol tersebut terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut: 1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok. 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat. 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit (kekentalan darah) >20% 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa 5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

Demam Berdarah Dengue akan selalu ada sepanjang tahun. Kita bias mencegah penularan penyakit ini dengan bersama-sama mengusahakan pemutusan rantai penularan dengan pemberantasan sarang nyamuk.

Oleh: Dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD-KPTI SMF Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi Semarang

Berita terkait

Jaga Kebersihan Diri Hindari Amandel Jangan Remehkan Nyeri Pinggang Penyembuhan Kanker Dengan Radioterapi Laser Cara Terstandar Menghapus Tato

PEMERIKSAAN NS1 DENGUE PADA PENDERITA DEMAM


23 Oktober 2012 oleh infosehat09hartonoprasetyo

Sore itu, anak kami kembali diserang demam. Berbekal surat pengantar dokter untuk melakukan pemeriksaan NS1 5 hari sebelumnya, kami menuju laboratorium di rumah sakit. Biaya pemeriksaan NS1 cukup tinggi, namun mengingat demam berdarah memiliki siklus pelana kuda, hal tersebut tetap kami lakukan. Saat kontrol, dokter menyatakan bahwa pemeriksaan NS1 setelah hari ke-3 kurang bermanfaat. Mengapa ? Penyakit yang diakibatkan virus Dengue World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 50-100 juta kasus infeksi virus dengue terjadi setiap tahun baik di negara yang terletak di daerah tropik maupun subtropik, yang mengakibatkan 250.000-500.000 kasus demam berdarah dengue dan 24.000 kematian setiap tahunnya. Demam dengue adalah penyakit yang disebabkan virus dengue yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti. Gejala umum penyakit demam berdarah 1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 C- 40 C) 2. Manifestasi pendarahan. 3. Hepatomegali (pembesaran hati) 4. Syok, nadi turun, sistolik turun. 5. Trombositopeni, pada hari ke 3 7 s/d di bawah 100.000/mmk. 6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit. 7. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: tidak nafsu makan, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan sakit kepala. 8. Pendarahan pada hidung dan gusi. 9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah. Namun demikian, Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue sering tidak khas, dapat menyerupai penyakit flu, demam tifoid, demam chikungunya, leptospirosis, malaria dan berbagai penyakit lain. Manifestasi klinis akibat infeksi virus dengue ini dapat menyebabkan keadaan yang beranekaragam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), demam dengue (DD) atau bentuk yang lebih berat yaitu demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD). Saat ini sudah ada tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam 4 hari pertama yaitu antigen virus dengue yang disebut dengan antigen NS1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan NS1 ?

Pemeriksaan Non Struktural 1 (NS1) ditujukan untuk mendeteksi virus dengue lebih awal. Virus dengue memiliki 3 protein structural dan 7 protein non structural. NS1 adalah glikoprotein non structural yang diperlukan untuk kelangsungan hidup virus. Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya antibodi. Dengan demikian kita dapat segera melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien . Hal ini tentunya akan mengurangi risiko komplikasi seperti demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome yang dapat berakibat kematian. Kapan waktu terbaik untuk pemeriksaan NS1 ? Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen sebaiknya dilakukan pada penderita yang mengalami demam disertai gejala klinis infeksi virus dengue (pada hari 1-3 mulai demam) untuk mendeteksi infeksi akut disebabkan virus dengue. Menurut Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K), positivitas dan kadar Ag NS1 Dengue tertinggi pada hari-hari awal demam dan akan menurun dengan bertambahnya hari demam, sehingga sebaiknya dilakukan sebelum hari keempat demam. Apakah pemeriksaan IgG dan IgM tetap diperlukan ? Pemeriksaan serologis berupa IgM dan IgG antidengue diperlukan untuk membedakan demam yang diakibatkan virus dengue ataukah demam oleh sebab lain (demam tifoid, influenza, malaria, hepatitis dan lain-lain). Pemeriksaan IgM dan IgG antidengue tetap diperlukan untuk membedakan infeksi primer atau infeksi sekunder. Hal ini penting untuk penatalaksanaan manajemen terapi di samping epidemiologi, karena pada infeksi sekunder keadaan dapat menjadi lebih berat (DBD/SSD= Sindrom Syok Dengue).

Dengue NS1 Antigen


Deskripsi : Pemeriksaan terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS1) dapat mendeteksi infeksi virus dengue dengan lebih awal dari pemeriksaan antibodi dengue, dan bahkan dapat terdeteksi pada hari pertama mulai demam. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada penderita demam yang disertai dengan gejala klinis infeksi virus dengue pada hari 1-3 mulai demam. Bila hasilnya negatif tetapi gejala infeksi virus dengue menetap, dianjurkan untuk periksa Anti-Dengue IgG & IgM, serta hematologi rutin. Manfaat Pemeriksaan Persyaratan & Jenis Sampel Stabilitas Sampel Persiapan Pasien Hari Kerja Metode Nilai Rujukan Tempat Rujukan Catatan : : Mendeteksi awal adanya infeksi virus dengue yang dapat menyebabkan demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome. -

: : : :

Pemeriksaan Laboratorium - Imuno Serologi

Gangguan imunologi dan rheumatoid

Imunologi Pemeriksaan imunologi yang dilakukan di Laboratorium Klinik Bio Medika meliputi pemeriksaan serologi khususnya pada penyakit infeksi, kelainan tulang/rematik dan petanda tulang. Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai dengue haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM. Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue. Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 10 demam. Selain itu dikenal juga pemeriksaan antibodi dengue IgA yang merupakan pertanda

serologi infeksi yang aktif. Kadar antibodi dengue IgA lebih tinggi pada infeksi akut yang akan mengalami renjatan dibanding dengan penderita infeksi primer/sekunder sehingga dapat dikatakan kadar IgA berkorelasi dengan beratnya penyakit. Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun penderita. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C. Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman usus sehingga pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi yang spesifik dapat diperiksa Salmonella typhi IgM. Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan radang, tukak pada lambung dan dapat menimbulkan keganasan. Oleh karena itu, adanya infeksi dengan kuman Helicobacter pylori dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM. Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap amoeba golongan IgG. Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis. Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum. C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan jaringan dan peradangan. Kadarnya akan meningkat di dalam darah 6 10 jam setelah peradangan akut atau kerusakan jaringan dan mencapai puncak 24 72 jam. Peningkatan kadar CRP dapat terjadi pada arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan keganasan. Kadar CRP akan menjadi normal 3 hari setelah kerusakan jaringan membaik. Makin tinggi kadar CRP, maka makin luas proses peradangan atau kerusakan jaringan. Pemeriksaan CRP lebih dini menunjukkan hasil yang abnormal dibanding dengan pemeriksaan laju endap darah. hsCRP adalah uji yang sangat sensitif untuk deteksi risiko kelainan kardiovaskuler dan penyakit pembuluh darah tepi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan profil lipid. Dalam kepustakaan dikatakan, sepertiga dari pasien yang mendapat serangan jantung menunjukkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang normal tetapi hsCRP sudah menunjukkan peningkatan sehingga peningkatan dari hsCRP menunjukkan adanya risiko tinggi untuk timbulnya penyakit pembuluh darah koroner dan stroke. Pada angina pectoris, hsCRP tidak meningkat. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya inflamasi/peradangan pada proses arterosklerosis, khususnya pada arteri koroneria.

Rheumatoid Arthritic Factor (RAF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita arthritis rheumatoid. Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 94% pasien dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RAF bisa didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sipilis dan usia lanjut. Bakteri -hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 2 minggu sebelumnya dan mencapai puncak 3 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk deteksi kanker. Petanda tumor ini dipakai untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis untuk kanker, mengikuti perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan (relapse). Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa secara tunggal untuk mendeteksi adanya kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor. Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi pada kasus dengan keganasan hati primer sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dapat pula dijumpai pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok. Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk menegakkan diagnosis, bila

diperlukan harus digunakan lebih dari 1 petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 75% kanker pankreas dan 60 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar. Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5) dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel nonmusinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemoterapi. Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon yang dihasilkan plasenta, didapatkan pada darah dan urin wanita hamil 14 26 hari setelah konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dan 3 4 hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa, koreonepitelioma, koreocarcinoma dari testis. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat. Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 thn. Total PSA (tPSA) terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas. Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit, keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan penyakit pada otak. Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks utri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher. Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma. Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3

disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroidreleasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat dengan thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 80%, prealbumin 9 27% dan albumin 11 35%. Sisanya sebanyak 0.2 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan tiroid. Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar tiroid. Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisa interior. TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3 melalui receptornya yang ada di permukaan sel thyroid. Sintesis dari TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah. Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3 dan T4. Sebagaimana diketahui, hormon tiroid di dalam aliran darah terikat pada protein yang disebut thyroxin binding protein. Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat hormon tiroid merupakan ukuran dari T-Uptake. Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat pada beberapa protein seperti yang telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat pada kehamilan, pengobatan dengan estrogen, hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau kelainan bawaan pada tempat pengikatan T4. Pada keadaan ini , peningkatan T4 seolah-olah menunjukkan gangguan fungsi tiroid yang berlebihan, yang sebenarnya peningkatan itu bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk mengetahui fungsi tiroid yang baik dapat diperiksa dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4, FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dapat dilakukan dengan metoda ELISA. Anti-thyroglobulin antibody adalah autoantibodi terhadap tiroglobulin dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Pada penyakit autoimmune tiroid akan dihasilkan antibodi tiroid yang akan berikatan dengan tiroglobulin yang menimbulkan reaksi radang daripada kelenjar tiroid. Pada tirotoxikosis, titer anti-thyroid antibody dapat mencapai 1/1600 dan pada thyroiditis Hashimoto lebih dari 1/5000. Pada keadaan tertentu seperti kanker tiroid dan penyakit rheumatoid, titer anti-thyroglobulin antibody dapat meningkat. Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya bersamaan dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi, LH membantu merangsang timbulnya corpus luteum yang menghasilkan progesteron. Selain itu, LH juga merangsang produksi testosteron bersamaan dengan FSH akan mempengaruhi pematangan spermatozoa. Oleh karena itu, pemeriksaan LH dipakai untuk mengetahui infertilitas baik pada pria maupun wanita. Kadarnya yang sangat tinggi didapatkan pada disfungsi kelenjar gonad seperti testis dan ovarium, dan kadarnya rendah dikaitkan dengan kelainan pada hipotalamus dan hipofisa. Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya

pada kelenjar payudara saat menyusui, serta merangsang dan mempertahankan laktasi pada saat melahirkan. Bila ibu tidak menyusui, kadar prolaktin serum menurun menjadi normal. Kadar prolaktin dalam darah menurun pada pertumbuhan tumor hipofisa dan pada penggunaan bromocriptine yang mengakibatkan penurunan kadar prolaktin serum dan mengurangi pertumbuhan tumor hipofisa. Pemeriksaan kadar prolaktin dipakai untuk monitoring pasca bedah, pasca kemoterapi dan pasca radiasi pada keganasan kelenjar yang menghasilkan prolaktin. Estradiol (E2) mempunyai sifat lebih kuat daripada estrone (E1) dan estriol (E3). Pemeriksaan estradiol dipakai untuk mengetahui kelainan kelenjar gonad, juga dipakai untuk mengevaluasi siklus haid dan masa fertilisasi pada wanita. Pada pria, estradiol meningkat pada keganasan tumor testis dan tumor adrenal, sedangkan wanita pada tumor ovarium. Progesteron adalah hormon primer yang dihasilkan oleh corpus luteum dari ovarium dan dalam jumlah yang kecil diproduksi oleh korteks adrenal. Kadar progesteronemencapai puncak pada fase lutheal dari siklus haid selama 4 5 hari dan selama kehamilan. Pemeriksaan serum progesteron berguna untuk konfirmasi ovulasi, masalah infertilitas dan untuk mengetahui fungsi plasenta pada kehamilan. Testosteron adalah hormon seks pada pria yang dihasilkan oleh testis dan kelenjar adrenal. Pada wanita, hormon ini selain dihasilkan ovarium, juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Pemeriksaan testosteron serum untuk menegakkan diagnosis male sexual precocity sebelum usia 10 thn dan infertilitas pada pria. Kadar testosteron serum tertinggi pada pagi hari. Kadar rendah didapatkan pada hipogonadism primer dan sekunder. Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi sangat kompleks. Faktor pertumbuhan IGF-1 merupakan perantara terhadap hormon pertumbuhan, memicu pengambilan asam amino, sintesis protein dan utilisasi penggunaan glukosa. Faktor pertumbuhan ini diproduksi oleh hati yang membantu kerja dari fungsi endokrin. Kadar IGF-1 dalam serum meningkat pada saat pertumbuhan dan menurun setelah dewasa. Kortisol adalah hormon golongan glikokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal atas pengaruh adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak ; sebagai anti inflamasi ; mempertahankan tekanan darah ; memperlambat kerja insulin dan memicu terjadinya glikogenesis di hati. Kadar kortisol di dalam darah dipengaruhi oleh waktu pengambilan, pada pagi hari kadarnya lebih tinggi dan rendah pada sore hari. Pemeriksaan kadar kortisol bertujuan untuk mengetahui fungsi korteks adrenal. Transferin adalah protein yang tergolong dalam fraksi beta globulin yang dihasilkan oleh hati. Transferin berfungsi mengangkut besi dari dinding usus atau cadangan besi ke sumsum tulang untuk pembentukan prekursor eritrosit dan limfosit. Kadar transferin ini meningkat bila didapatkan defisiensi besi dan menurun pada infeksi menahun, peradangan, penyakit kanker, penyakit ginjal dengan proteinuria dan penyakit kelainan hati. Fosfatase asam adalah enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan didapatkan dalam kadar tinggi di dalam semen. Selain itu, enzim ini didapatkan pula dalam sumsum tulang, eritrosit, limpa dan hati. Sepertiga sampai seperempat dari kadar fosfatase asam total dihasilkan oleh kelenjar prostat yang disebut sebagai fosfatase asam prostat yang merupakan isoenzim fosfatase asam. Kadar fosfatase asam dan fosfatase asam prostat ini

meningkat terutama pada kanker prostat, sedangkan kadarnya pada hipertrofi prostat jinak normal. Setelah prostatic massage atau extensive palpation dapat meningkatkan kadar fosfatase asam. Untuk menentukan adanya kanker prostat lebih baik dilakukan pengukuran kadar Prostate Spesific Antigen (PSA). Beta crosslaps adalah pemeriksaan yang dipakai untuk monitoring pasien dengan pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada penggunaan biphosphonate, Hormone Replacement Therapy (HRT) dan pada wanita post menopausal. Total Procollagen type 1 amino-terminal propeptide (P1NP) dipakai untuk monitoring pengobatan penderita dengan osteoporosis, pada wanita post menopausal dan penyakit Paget pada tulang. N-MID Osteocalcin adalah pemeriksaan yang dipakai untuk mengontrol hasil pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada kasus dengan osteoporosis atau dengan hiperkalsemi. Di Laboratorium Klinik Bio Medika, pemeriksaan serologi dilakukan dengan menggunakan metoda rapid test, reaksi aglutinasi dan immunochromatography dan pada pemeriksaan imunologi digunakan metoda Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dengan metoda Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) dan Electrochemiluminescence Immmunoassay (ECLIA).
0 KOMENTAR

Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun saat pemeriksaan laboratorium dilakukan dan lamanya kelainan yang dialami penderita. Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai Dengue Haemorragic Fever (DHF). Penyakit ini dapat berlanjut dengan renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, antibodi dengue IgG dan IgM.

Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue. Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 10 demam.

Pemeriksaan antibodi terhadap virus Chikungunya IgM dilakukan terhadap pasien demam dengan gejala pusing, sakit kepala, nyeri sendi dan ruam berwarna merah pada kulit. Untuk memastikan perlu dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap virus Chikungunya IgM. Bila hasil negatif sebaiknya diulang 2 4 hari kemudian. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C. Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman yang berasal dari usus sehingga pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi yang spesifik dapat diperiksa Salmonella typhiIgM. Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan radang, tukak lambung dan dapat menimbulkan keganasan. Oleh karena itu adanya infeksi dengan kumanHelicobacter pylori dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM. Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi IgG terhadap amoeba. Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis. Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum. Chlamydia trachomatis adalah bakteri Gram negatif yang hidup intraseluler. Infeksi dengan bakteri ini dapat menimbulkan non-gonorrheal urethritis, lymphogranuloma venereum, trachoma, neonatal pneumonia dan sindrom Reifer's. Penyakit terbanyak yang ditimbulkan oleh bakteri ini adalah non-gonorrheal urethritis. Empat puluh persen (40%) kasus non-gonorrheal urethritis disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia, 70% kasus pada wanita menyebabkan infeksi endoserviks dan 50% pada lelaki timbul urethritis asimptomatik. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya infeksi dengan bakteri C. trachomatis dapat dilakukan dengan mendeteksi antibodi atau antigen C. trachomatis. Pemeriksaan dengan antibodi terhadap C. trachomatis menggunakan serum atau plasma. Antibodi C. trachomatis ada 2 macam yaitu golongan IgG dan IgM. Deteksi antibodi C. trachomatis IgM mempunyai banyak kelemahan karena antibodi IgM

tidak selalu timbul pada infeksi akut demikian juga dengan antibodi IgG. Antibodi IgG dapat menimbulkan hasil positif palsu bila terdapat faktor rheumatoid dalam darah yang mengganggu reaksi pada pemeriksaan. Virus measles menyebabkan penyakit demam akut pada anak yang sangat menular. Penyakit ini ditandai oleh radang selaput lendir saluran napas atas disertai ruam pada kulit. Penyakit ini disertai komplikasi radang paru, telinga dan otak. Pada telinga dapat menyebabkan hilang pendengaran dan pada wanita hamil infeksi virus Measles dapat mengakibatkan abortus spontan, kematian janin dan cacat kongenital. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan antibodi IgM terhadap virus Measles di dalam serum pada keadaan akut dan antibodi IgG setelah penyembuhan karena antibodi IgG ini bertahan dalam waktu yang cukup lama atau akibat vaksinasi. Infeksi virus Mumps dalam keadaan akut dapat menimbulkan radang kelenjar liur (parotitis), radang selaput otak (meningitis) dan radang pada testis (orchitis). Untuk memastikan adanya infeksi akut diperiksa antibodi IgM terhadap virus Mumps dan infeksi masa lampau diketahui dengan memeriksa antibodi IgG. Antibodi IgG terhadap Mumps mungkin didapatkan setelah imunisasi 12 24 bulan.

Anti-Dengue IgG & IgM


Deskripsi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi (IgG & IgM) terhadap virus dengue.Anti-Dengue IgG & IgM baru dapat dideteksi setelah hari ke-3 demam. : Mendeteksi awal adanya infeksi virus dengue yang dapat menyebabkan demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome. : Serum, plasma (EDTA, heparin, sodium sitrat) 50-100 l

Manfaat Pemeriksaan Persyaratan & Jenis Sampel Stabilitas Sampel Persiapan Pasien Hari Kerja Metode Nilai Rujukan Tempat Rujukan Catatan

: 2 minggu pada suhu 2-8oC; > 2 minggu pada suhu -20oC : Tidak ada persiapan khusus : : Immunochromatografi : Negatif : : -

Pemeriksaan Laboratorium - Imuno Serologi

you are here: Home

Virologi


search...

o Bakteri grampositif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop,

sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.

Written by Kris Cahyo Mulyatno


Thursday, 13 January 2011 08:32

VIROLOGI
Hepatitis HBsAg (ELISA) Anti-HBs (ELISA) Anti-HBc Anti-HBc IgM HBeAg Anti-HBe Anti-HAV IgM Anti-HAV Anti HCV HBV/HCV kuantitatif HBV/HCV kualitatif HBV/HCV typing Uji serologi (IgG & IgM) untuk mengetahui antigenS virus Hepatitis B Uji serologi (IgG & IgM) untuk mengetahui antibodi terhadap S virus Hepatitis B Uji serologi untuk mengetahui antibodi terhadap Cvirus Hepatitis B Uji serologi (IgM) untuk mengetahui antibodi terhadap C virus Hepatitis B Uji serologi untuk mengetahui antigen HBe Uji serologi untuk mengetahui antibodi HBe Uji serologi (IgM) untuk mengetahui infeksi virus HAV Uji serologi untuk mengetahui antibodi terhadapHAV Uji serologi untuk mengetahui antibodi terhadapHCV Mengetahui kuantitas HBV/HCV Identifikasi gen penyandi untuk menentukan adanya infeksi virus HBV/HCV/HGV Tahap lanjutan dari tes kualitatif yang positif untuk mengetahui sub-tipe virus HBV/HCV/HGV 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari Maks 1 bulan Maks 1 bulan 1 bulan

VIROLOGI
Avian Influenza H5N1 - PCR Pemeriksaan DNA untuk menentukan adanya infeksi virus H5N1 12 jam Hasil diambil Selasa dan Jumat

H5N1 - serologi H5N1 - sequencing

Uji serologi untuk mengetahui infeksi virus H5N1 Untuk mendeteksi mutan dari virus H5N1 dengan menggunakan sequencer. Juga untuk mengetahui urutan nukleotida yang diteliti Suatu cara cepat untuk mendeteksi adanya infeksi virus H5N1

1 hari 1 minggu

H5N1 rapid test Dengue Dengue ns-1 Ag Anti DHF IgG/ IgM PCR Dengue

1 hari

Uji serologi / biologi molekuler untuk mengetahui antigen virus Dengue Uji serologi (IgG / IgM) untuk mengetahui antibodi terhadap infeksi virus Dengue Identifikasi virus Dengue pada penderita

1 hari 1 hari 12 jam Hasil diambil Selasa dan Jumat

HIV /AIDS Anti-HIV 3 metode HIV RNA viral load CD 4 Uji serologi (3 metode) untuk mengetahui infeksi HIV Identifikasi jumlah RNA HIV Uji status imunitas (jumlah CD 4) 1 hari 24 minggu Maks 1 minggu

PEMERIKSAAN VIROTEC DENGUE IgG/IgM XP DALAM MENEGAKAN DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun Oleh : Farikhah Lutfiana G0C.007.018 I.1. Latar Belakang Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam yang disertai perdarahan bawah kulit, selaput hidung dan lambung, yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. (Soegijanto S, 2004)

Nyamuk Aedes aegypti hidup dengan subur didaerah tropis dan subtropis. Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit/menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes aegypti betina sekitar 2-3 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. (Rejeki, sri. Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari.1999). Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti Kingdom :Animalia Filum :Invertebrata Kelas :Insecta Ordo :Dipera Famili :Culicidae Subfamili :Culicinae Genus :Aedes Subgenus :Stegomiya Spesies : Aedes aegypti (women. M. 1993) Populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat pesat saat musim hujan namun nyamuk ini juga dapat hidup dan berkembang biak pada bak-bak penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat, setelah tergigit nyamuk pembawa virus. Masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai 15 hari sampai gejala demam dengue muncul. (Woman M.1993). Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar. Setelah itu mulai muncul antibodi yang spesifik untuk penyakit dengue. (Soegijanto S, 2004) Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, untuk Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah infeksi. Titer IgG ini meningkat cepat, kemudian menurun secara lambat dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG dimana pada hari kedua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam. (Rejeki, sri. Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari.1999). Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang biak didalam sel retikuloendotelial, kemudian terjadi viraemia yang diikuti dengan respon imun terhadap virus dengue baik humoral maupun seluler. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit, sel limfosit B dan sel limfosit T. Sebagi reaksi terhadap infeksi virus, tubuh akan membuat antibodi anti-dengue, baik berupa anti netralisasi, anti-hemaglutinasi dan anti komplemen. Diduga bahwa kebocoran vaskuler pada DBD disebabkan oleh pelepasan sitokin (IL-1 dan

TNF-) serta PAI oleh monosit dan pelepasan IL-2, IL-1 serta TNF- oleh limfosit T yang terinfeksi oleh infeksi virus tersebut. ( Aryati, Yolanda Probohoesodo. 2000) Penemuan virus dengue dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif untuk menunjukkan infeksi dengue, meskipun demikian perlakuannya tidak mudah karena virus dengue tumbuh kurang baik di hewan atau biakan sel serta membutuhkan waktu lebih dari dua minggu untuk mendapatkan hasil yang positif. Isolasi virus merupakan cara diagnosa laboratorium yang terbaik karena hasilnya langsung akan dapat diketahui sampai pada serotipenya, namun cara ini sulit, lama dan mahal. (Rezeki Sri H. Hadinegoro , Hindra Irawan Satari . 1999) Lima uji serologi berdasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita DBD yang terjadi setelah infeksi yaitu: 1. Uji HI (Hemaglitination Inhibition test) Uji HI merupakan uji serologi yang paling banyak dipakai secara rutin. Selain sederhana, mudah, murah juga sensitive dan hasilnya bisa dipercaya apabila dilakukan sesuai prosedur yang ada. Tapi antibodi HI akan berada di dalam darah untuk waktu yang sangat lama (> 50 thn). Hal ini menjadi masalah besar karena uji laboratorium tersebut tidak dapat memberikan hasil yang cepat, dan dapat menimbulkan keraguan atas penerapan secara umum, uji ini dalam klasifikasi dengue. 2. Uji Pengikatan Komplemen (Complement Fixation test) Uji ini tidak banyak dipakai untuk diagnosis serologi secara rutin. Selain rumit caranya juga memerlukan keahlian tersendiri. Antibodi pengikatan komplemen (CF antibody) biasanya timbul setelah antibodi HI timbul dan sifatnya lebih spesifik pada infeksi primer dan biasanya cepat menghilang dari darah. 3. Uji Neutralisasi (Neutralization tes) Uji ini merupakan uji serologi yang paling sensitif dan spesifik untuk infeksi dengue dibandingkan dengan uji serologi yang lain. Antibodi netralisasi timbul bersamaan atau sedikit lebih lambat dari antibodi HI tetapi lebih cepat dari timbulnya antibodi pengikatan komplemen. Antibodi ini akan bertahan di dalam darah untuk waktu yang lama (>50 th). Uji netralisasi ini tidak dipakai secara rutin karena caranya sangat rumit, mahal, dan memerlukan ketrampilan khusus. 4. Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay) Uji ini berdasarkan atas adanya antibody IgM pada serum penderita yang ditanggap oleh Goat anti Human IgM yang sebelumnya dilekatkan pada suatu permukaan yang kasar. Untuk memberikan kepastian maka pemeriksaan ulang terhadap specimen konvalasen sangat diperlukan IgM Mac-Elisa sedikit kurang sensitive dibandingkan dengan uji HI dan konplemen. 5. Uji IgG Elisa indirek Uji IgG Elisa indirek merupakan uji serelogi yang sebanding dengan uji HI karena uji ini harus menggunakan dua specimen yaitu akut dan konvalesen. Uji Elisa sangat tidak spesifik, banyak reaksi silang dengan flafirus yang lain, juga tidak dapat menentukan serotif. (Rezeki Sri H. Hadinegoro , Hindra Irawan Satari . 1999) Akhir-akhir ini beredar uji cepat dalam bentuk kit untuk mendeteksi antibodi IgM atau IgG salah satunya yaitu pemeriksaan VIROTEC DENGUE IgG/IgM XP. Pemeriksaan ini merupakan tes cepat generasi terbaru secara Immunochromatographic untuk membedakan

infeksi dengue primer dan sekunder. Tes ini juga dapat mendeteksi semua serotip Dengue, yaitu 1-4. (Suroso, torry Chrishantoro.2004) I.2. Permasalahan Dari uraian latar belakang diatas terdapat permasalahan yaitu bagaimana pemeriksaan serologi Virotec Dengue IgG/IgM XP untuk deteksi kualitatif antibodi IgG atau IgM terhadap virus dengue dalam serum atau darah manusia. I.3. Tujuan Untuk mengetahui pemeriksaan serologi Virotec Dengue IgG/IgM Xp, untuk deteksi kualitatif antibodi IgG atau IgM terhadap virus dengue dalam serum atau darah manusia serta untuk membedakan antara infeksi dengue primer dan sekunder. BAB II METODE PEMERIKSAAN II.1. Bahan Pemeriksaan (Alat dan Reagen) Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini antara lain Komponen Kit yang terdiri dari Tes device Virotec Dengue IgG/IgM XP, dilluent dalam dropper vial, dan plastic loops (1 l) II.2. Bahan Pemeriksaan (Sampel) Sampel yang digunakan adalah Serum atau darah manusia dari darah vena, serum atau darah manusia yang segar akan memberikan hasil yang terbaik. II.3. Prinsip Sampel apabila mengandung antibodi IgG dan atau IgM yang diteteskan pada tes devis, maka akan bergerak ke arah konjugat yaitu blue particle conjugated with purified recombinant dengue envelope protein membentuk complexes. Senyawa complexes ini akan terus bergerak ke area tes yang merupakan bagian membran, dimana masing-masing sudah dilapisi dengan purified monoclonal anti human IgM yang diimobilisasikan pada area IgG. Selanjutnya akan terjadi ikatan sesuai dengan jenis antibody yang terdapat pada sampel ditandai dengan terbentuknya garis berwarna biru pucat pada area IgG dan atau IgM. Hal ini menunjukan hasil positif dari antibody IgG dan atau IGM.intensitas garis yang terbentuk tersebut bervariasi tergantung dari jumlah/kadar antibody yang terdapat dalam sampel. Garis warna merah pada area control menandakan bahwa tes bekerja dengan baik. II.4. Cara Kerja Pemeriksaan Verotex Dengue IgG/IgM XP 1. tes device terlebih dahulu diadaptasikan pada suhu kamar 2. sejumlah tes devis yang diperlukan disiapkan, kemudian tes devis diletakan pada tempat yang datar dan bersih 3. sampel diambil menggunakan plastic loops yang tersedia dalam kemasan, untuk serum sebanyak 1 loops (1 l) atau 2 loops (2 l) untuk darah, tanpa adanya gelembung udara. Kemudian plastic loops ditempelkan pada lubang sampel (S) dengan posisi sekitar 45, plastic loops dibalik dan diulang penekannya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Serum dipastikan tidak tersisa dalam plastic loops 4. ditambah 4 tetes dilluent buffer pada lubang sampel (S) 5. dibaca hasilnya dalam waktu 15-30 menit. Hasil yang Negatif dapat dikonfirmasikan setelah 30 menit. Dengan catatan :

1. tidak boleh menukar dilluent buffer maupun tes devis dari satu lot ke lot yang laen. 2. untuk mendapatkan hasil yang valid, sebaiknya tes devis dibaca dengan bantuan lampu/cahaya. 3. hasil sebaiknya tidak dibaca setelah 60 menit. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN III.1. HASIL Adanya perbedaan warna pada area Kontrol dan area tes. I. Positif Tampak 1 atau 2 garis biru pada salah satu atau kedua area dan garis merah pada area Kontrol dari Virotec Dengue IgG/IgM XP. I.1 Infeksi Dengue Primer Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue primer apabila IgM positif (garis biru pada area 1), IgG negative (tidak tampak garis pada area 2) dan adanya garis merah pada area Kontrol (C). I.2. Infeksi Dengue Sekunder Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue sekunder apabila IgM positif (garis biru pada area 1), IgM positif (garis biru pada area 2) dan adanya garis merah pada control (C) atau IgM negatif (tidak tampak garis pada area 1), IgG positif (garis biru pada area 2) dan adanya garis merah pada area control (C). 2. Negatif Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya terdapat garis merah pada area control (C) yang terlihat pada saat 15 sampai 30 menit. Pemeriksaan diulangi dalam 4 sampai 7 hari apabila gejala klinis tetap muncul. 3. Invalid Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila IgM positif (terdapat garis biru pada area 1), IgG positif (terdapat garis biru pada area 2) dan tidak terdapat garis merah pada area Kontrol (C). III.2. Pembahasan Pemeriksaan VIROTEC DENGUE IgG atau IgM XP menggunakan membran dengan kapasitas pengikatan dan daya alir yang tinggi, Monoklonal anti human IgM antibodi dan Monoklonal anti human IgG antibodi berafinitas tinggi yang dilapiskan pada membran, konjugat yakni recombinant dengue envelope protein yang dikonjugasi dengan blue particle. Pemeriksaan ini menghasilkan sensitifitas dan spesifisitas tinggi. Perbedaan garis warna pada area control dan area memberikan kemudahan dan akurasi pada interpretasi hasil.

BAB IV KESIMPULAN Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit

orang yang terinfeksi dengue. Nyamuk Aedes aegypti hidup dengan subur didaerah tropis dan subtropis. Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah infeksi. Titer IgG ini meningkat cepat, kemudian menurun secara lambat dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG dimana pada hari kedua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam. Virotec Dengue IgM atau IgG XP berbentuk strip memiliki nilai diagnostic yang tinggi dalam membantu menegakan diagnose DBD karena sensitifitas dan spesitifitas diagnostic yang tinggi, disamping itu pemeriksaan ini juga sangat praktis, cepat dan mudah dalam pelaksanaanya. BAB V DAFTAR PUSTAKA Aryati, Yolanda Probohoesodo. 2009. Mendeteksi Demam Berdarah Dengan Cepat. Vol 3 (6) Rezeki Sri H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. 1999. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: FKUI. Soegijanto S, 2004. Demam Berdarah Dengue. Airlangga University Press Surabaya. Hal 99. Suroso, Torry Chrishantoro.2004. Panbio Dengue Fever Rapid Strip Igg dan Igg . Jakarta: Pasific Biotekindo. Woman, M.1993. The Yellow Fever Mosquito,Aedes Aegypti wing beats vol 5 (4) 4. www.blogdokter.net/2008/06/27/demam-berdarah-dengue.

PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE Infeksi virus dengue akan mengakibatkan terbentuknya antibody. Antibody yang pertama dibentuk ialah Neutralizing antibody (NT), yaitu pada hari kelima. Titer antibody ini naik sangat cepat, kemudian menurun secara lambat untuk waktu yang lama, biasanya seumur hidup. Antibody ini bersifat spesifik. Setelah pembentukan NT, segera akan timbul Hemaglutination inhibition antibody (HI). Titer naik sejajar dengan NT dan kemudian akan turun secara perlahan-lahan, lebih cepat daripada antibody NT. Untuk waktu yang lama, tetapi lebih pendek daripada antibody NT. Antibodi HI bersifat spesifik terhadap golongan tapi tidak terhadap tipe virus. Dengan demikian dalam satu golongan dengan lebih dari satu tipe virus dapat terjadi reaksi silang diantara masing-masing tipe virus. Antibodi yang terakhir timbul adalah Complement fixing antibody (CF), yaitu sekitar hari kedua puluh, titer naik setelah perjalanan penyakit mencapai maksimum dalam waktu 1-2 bulan dan kemudian turun secara cepat dan menghilang setelah 1-2 tahun. Dasar pemeriksaan serologis adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dan masa konvalesen. Pemeriksaan dapat berupa Neutralizing test, complement fixation test atau hemagglutination inhibition test. Bergantung pada kebutuhannya. Pemeriksaan serologis dapat membantu menegakkan diagnosis klinis. Untuk pemeriksaan serologis ini dibutuhkan 2 contoh darah pada masa konvalesen yang diambil 1-4 minggu setelah perjalanan penyakit. Dalam praktek sukar sekali mendapatkan contoh darah kedua karena biasanya penderita setelah sembuh tidak bersedia diambil darahnya.

Maksud diambil contoh darah yang kedua ialah selain untuk menjaga kemungkinan tidak didapatkan contoh darah ketiga juga untuk mempercepat hasil akan sudah cukup nyata sehingga dapat diinterpretasi. Apabila hanya diperoleh satu contoh darah, penafsiran akan sulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan. Hemagglutination Inhibition Test Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara :

Dalam bentuk serum yaitu dengan mengambik 2-5 ml darah vena dengan menggunakan semprit atau vacutainer. Selanjutnya serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam botol steril yang tertutup rapat. Sebelum dikirim serum disimpan dalam lemari es dan pada waktu dikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam termos berisi es. Dengan menggunakan kertas saring filter paper disc. Kerta saring ini khusus, dengan diameter 12,7 mm, mempunyai tebal dan daya hisap tertentu. Darah dari tusukan pada ujung jari atau darah vena dari semprit dikumpulkan pada kertas saring sampai jenuh bolak-balik, artinya seluruh permukaan kertas saring harus tertutup darah. Diusahakan agar kertas saring tidak diletakkan pada permukaan yang memudahkan kertas saring melekat, misalnya pada kaca atau plastik. Kertas saring yang dikeringkan pada suhu kamar selama 2-3 jam dapat dikirim dalam amplop dengan perantaraan pos ke laboratorium.

Cara pertama merupakan cara yang terbaik, tetapi bila diingat bahwa pengumpulan serum serum memerlukan alat-alat khusus (semprit steril, lemari es, sentrifuse, pipet Pasteur steril, termos es dll.), maka cara kedua adalah lebih tepat. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring adalah cukup baik, terutama apabila cara pengisian dilakukan dengan betul. Antibodi HI dapat diperiksa dengan suatu pemeriksaan yang disebut uji HI (hemagglutination inhibition test). Dasar pemeriksaan ini ialah sifat virus yang dapat menggumpalkan (mengaglutinasi) darah yang dapat dihambat oleh serum yang mengandung antibody homolog terhadap antigen (dalam hal ini virus) yang dipakai. Untuk pemeriksaan HI terhadap virus dengue dipakai antigen 8 satuan. Pertama-tama digunakan antigen virus dengue tipe1 atau 2. Apabila hasil pemeriksaan negative, percobaan diulangi dengan menggunakan ketiga antigen lain. Pada pemeriksaan serologis uji HI serum diencerkan menjadi kelipatan 2 kali, dimulai dengan pengenceran 1:10, 1:20, 1:40 dan seterusnya. Interpretasi hasil pemeriksaan berdasarkan Kriteria WHO (1975) yaitu: 1. Pada infeksi primer, titer antibody HI pada masa akut, yaitu bila serum diperoleh sebelum keempat sakit adalah kurang dari 1:20 dan titer anak naik 4 kali atau lebih pada masa konvalesen, tetapi tidak akan melebihi 1:1280. 2. Pada infeksi sekunder, adanya infeksi baru (recent dengue infection) ditandai oleh titer antibody HI kurang dari 1:20 pada masa akut, sedangkan pada masa konvalesen titer bernilai sama atau lebih besar daripada 1:2560. Tanda lain infeksi sekunder ialah apabila

titer antibody akut sama atau lebih besar daripada 1:20 dan titer akan naik 4 kali atau lebih pada masa konvalesen. 3. Persangkaan adanya infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive diagnosis) ditandai oleh titer antibody HI yang sama atau lebih besar daripada 1:280 pada masa akut. Dalam hal ini tidak diperlukan kenaikan titer 4 kali atau lebih pada masa konvalesen. Tabel interpretasi hasil uji HI

Titer Ab akut < 1:20 < 1:20 1:20 1:1280

Titer Ab konvalesen Naik 4x atau lebih (<1:1280) 1:2560 Naik 4x atau lebih Tidak perlu naik 4x atau lebih

Interpretasi Infeksi primer Infeksi sekunder baru Infeksi sekunder baru Infeksi sekunder tersangka baru terjadi

Dengue Blot IgG dan IgM Tes serologi lainnya adalah dengue blot IgG dan IgM. Dengue blot IgG masih banyak kelemahannya. Sensitivitas pada infeksi sekunder tinggi, tetapi pada infeksi primer sangat rendah. Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Tetapi bisa juga dibaca sebagai pernah terkena infeksi virus dengue. Untuk IgM sensitivitasnya lebih baik, khususnya untuk infeksi primer dengue. Sayang harganya relatif lebih mahal. Tes ini merupakan pemeriksaan kualitatif dengan mempergunakan metode enzyme immunoassay. Dengan tes ini, antibodi IgM baru dapat diketahui setelah hari ke-5 infeksi dengue. Tes lainnya yang beredar adalah Dengue IgG dan IgM Capture ELISA (Enzymelinked Immunosorbent Assay). Pemeriksaan ini memerlukan waktu 90 menit untuk IgM dan 60 menit untuk IgG. Hasilnya dapat keluar sebagai kadar dari IgG dan IgM (kuantitatif). Kit yang lebih baru lagi adalah Dengue Rapid Strip IgG-IgM. Antigen yang digunakan yaitu rekombinan Den-1, 2, 3, 4 dengan metode Rapid Immunochromatographic Captured antibodi virus IgG dan IgM. Deteksi IgM menginterpretasikan infeksi primer atau sekunder. Nilai cut-off IgG dirancang untuk mendeteksi kadar tinggi yang khas muncul dari infeksi sekunder. Tes ini terbukti mempunyai korelasi yang sangat baik terhadap uji HAI. Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari tes ini dilaporkan sebesar 92-99%. Tes ini sangat praktis dan hanya memerlukan waktu selama 15 menit. Antibodi IgM akan muncul 2 sampai 6 hari setelah dimulainya gejala, sedangkan IgG setelah 6 hari. IgG akan meningkat secara perlahan dalam beberapa minggu. Ini umumnya yang terjadi pada infeksi primer dengue. Pada infeksi sekunder dengue, kadar IgM kadangkadang bisa lebih rendah atau sulit terdeteksi sehingga dalam keadaan ini deteksi IgG menjadi sangat penting. Kadar antibodi IgG akan cepat meningkat karena telah adanya memori antigen dengue. Enzym-enzym hati pada kasus infeksi sekunder dengue (DHF) cenderung menunjukkan adanya kenaikan seperti SGOT (AST) dan SGPT (ALT). Kenaikan kadar ini kadang juga dapat dipakai untuk membedakan apakah infeksinya termasuk DF atau DHF. Hal ini disebabkan oleh adanya kerusakan sel-sel karena terjadinya perdarahan kecil dalam hati. Dalam perkembangan diagnostik sampai saat ini di samping dengan menilai gejala-gejalanya, juga

pemeriksaan laboratorium akan sangat membantu untuk menegakkan diagnostik penyakit DHF. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana bisa menegakkan diagnosis sedini mungkin, sehingga pengobatan secara adekwat dapat segera diberikan. Pemeriksaan Rumple leed test Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena, sehingga darah menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit (petechiae). Pemeriksaan dilakukan dengan memasang sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan berada ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit, setelah itu lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi. Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi mendapat lagi warna kulit lengan yang tidak dibendung. Lalu carilah petechiae yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm kira-kira 4 cm distal dari vena cubiti. Test dikatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petechiae dalam lingkaran tadi.
About these ads

Like this:

6 Responses to PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE


1. mbak punya literatur tentang metode HI yang digunakan untuk virus dengue gak? kalo boleh tau partikel apa dari virus dengue yang menyebabkan terjadinya hemaglutinasi. karena setahu saya, hemaglutinasi disebabkan oleh partikel hemaglutinin dari virus. thank you sebelumnya

2 0 Rate This Wiwid DVM - March 11, 2011 at 9:23 am | Reply Reply 2. thanks yaaa, boleh dikopi kann ke blog saya terima kasih sebelumnyaa

0 0 Rate This eliza - November 14, 2010 at 10:36 pm | Reply

Reply

boleh2silahkan mba eliza

0 0 Rate This ifan050285 - November 14, 2010 at 11:31 pm | Reply Reply 3. tolong kalo buat tulisan ilmiah diberi sumber dan daftar pustakanya yaaaa thanks infonyaaa..

1 1 Rate This ima - May 17, 2010 at 7:28 pm | Reply Reply

iya maap emang beberapa artikel gak ada daftar pustaka nya. lain kali saya akan tulis daftar pustaka nya. btw thanks for your critics

1 1 Rate This ifan050285 - May 17, 2010 at 9:04 pm | Reply Reply 4. theng so..

0 0 Rate This yeny - May 16, 2010 at 11:51 pm | Reply Reply

HUBUNGAN antara pemeriksaan antibodi LGM/IgG dengan jumlah tranbosit pada penderita Dbd

Edition Call Number ISBN/ISSN Author(s) Subject(s) Classification Series Title GMD Language Publisher Publishing Year Publishing Place Collation Abstract/Notes
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) disebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ada beberapa tes serologi yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk identifikasi penyakit DBD salah satunya 610.7 TRI h

TRIYANI KARYA TULIS ILMIAH ANALIS KESEHATAN


610.7 KARYA TULIS ILMIAH ANALIS KESEHATAN Text Indonesia AK PERGURUAN TINGGI MH THAMRIN 2011 jakarta

adalah pemeriksaan dengue rapid test IgG dan IgM. Pemantauan jumlah trombosit pada penderita DBD sangat penting dan Pemeriksaan serologis anti dengue IgM dan IgG juga sangat diperlukan untuk membedakan demam yang diakibatkan virus dengue ataukah demam oleh sebab lain ( demam typoid, malaria, influenza ) dan juga untuk membedakan derajat infeksi yang terjadi. Penelitian ini membahas hubungan pemeriksaan antibody dengue IgM dan IgG dengan jumlah trombosit dengan melakukan pengumpulan data sekunder pada 50 orang penderita DBD pada bulan Januari sampai Mei tahun 2011 di RS st. Carolus Jakarta. Berdasarkan hasil pengolahan data ratarata jumlah trombosit mengalami penurunan pada hari kedua selama tiga hari perawatan. Hal tersebut dapat terjadi karena penurunan produksi trombosit (penekanan produksi di sumsum tulang), penggunaan trombosit yang berlebihan dan adanya antibodi anti trombosit dalam darah. Maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi dari hasil pemeriksaan antibodi dengue IgM dan IgG mempengaruhi jumlah Trombosit.

Pemeriksaan IgG dan IgM pada Demam Berdarah Dengue


15 February 2013 Goto commentsLeave a comment

Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder.

(Halstead, 2008) Dengue primer Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue sebelumnya. Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat dengan titer yang rendah. Dengue Sekunder Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan virus dengue sebelumnya. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau homolog muncul seumur hidup. Setelah beberapa waktu bisa terjadi infeksi dengan virus dengue yang berbeda. Pada awalnya akan muncul antibodi IgG, sering pada masa demam, yang merupakan respon memori dari sel imun. Selain itu juga muncul respon antibodi IgM terhadap infeksi virus dengue yang baru. Untuk mudahnya bisa dilihat pada tabel di bawah :

Selain itu juga bisa digunakan rasio IgM/IgG. Rasio > 1,8 lebih mendukung infeksi dengue primer, sedangkan raso 1,8 lebih ke arah infeksi dengue sekunder.

Semoga bermanfaat Sumber: Dengue, Tropical Medicine: Science and Practice


Pemeriksaandemam berdarah, dengue

No Comments to Pemeriksaan IgG dan IgM pada Demam Berdarah Dengue


Leave a Reply
Name (required) E-mail (required) URI Your Comment

CAPTCHA Code *
submit

Leukemia, Jarang Tapi BanyakTrombositopenia dan Trombositosis

Subscribe RSS
Search for:
Search

February 2013
M T W T F S S

February 2013
M 4 T 5 W 6 T 7 F 8 S S

9 10

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

RECENT POSTS
Cara Mudah Membaca Analisa Gas Darah Pemeriksaan Serologi pada Hepatitis B Sindroma Mielodisplasia atau MDS Pemeriksaan Lactate Dehydrogenase (LDH) Strategi Penatalaksanaan Laboratorium pada Gagal Ginjal Kronis

RECENT COMMENTS
Anonymous on Hello world!

ARCHIVES
February 2013

CATEGORIES
Hematologi Misc. Pemeriksaan Penyakit Uncategorized

Diagnosis Laboratoris DBD Terkini


DIAGNOSIS LABORATORIS DBD TERKINI

PENDAHULUAN
Sampai saat Demam Berdarah Dengue ( DBD ) masih merupakan masalah kesehatan, bersifat endemis dan timbul sepanjang tahun. Penyakit ini walau banyak terjadi pada anak-anak, namun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penderita dewasa serta menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Diagnosis laboratoris DBD baik pada anak maupun dewasa belum pernah dibedakan secara jelas, di mana masih memakai kriteria umum yaitu isolasi virus dengan cara kultur, pemeriksaan serologis dengan mendeteksi antibodi anti-dengue, maupun pemeriksaan asam nukleat dari RNA virus dengue yang sekaligus dapat mendeteksi jenis serotipe virus dengue yang diperlukan tidak saja untuk keperluan epidemiologi, namun salah satu faktor yang kemungkinan dapat mengarah pada gradasi berat ringannya gejala infeksi virus dengue. Konsekuensinya, diperlukan pemahaman prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan secara rutin maupun untuk penelitian, beserta interpretasi hasil uji laboratorisnya. Pengertian mengenai kinetik replikasi virus dengue dan respons terhadap host, demikian juga untuk pengumpulan dan penanganan spesimen diperlukan untuk mengklarifikasi kekuatan dan kelemahan dari berbagai uji/metode diagnosis infeksi virus dengue.

Diagnosis infeksi virus Dengue, selain dengan melihat gejala klinis, juga dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium. Pada Demam Dengue (DD), saat awal demam akan dijumpai jumlah leukosit (sel darah putih) normal, kemudian menjadi leukopenia (sel darah putih yang menurun) selama fase demam. Jumlah trombosit pada umumnya normal, demikian pula semua faktor pembekuan, tetapi saat epidemi/wabah dapat dijumpai trombositopenia (jumlah trombosit yang menurun ). Enzim hati dapat meningkat ringan. Pada Demam Berdarah Dengue (DBD), pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pada kasus syok/SSD, selain ditemukan hasil laboratorium seperti DBD di atas, juga terdapat kegagalan sirkulasi ditandai dengan terjadi penurunan demam disertai keluarnya keringat, ujung tangan dan kaki teraba dingin, nadi cepat atau bahkan melambat hingga tidak teraba serta tekanan darah tidak terukur. Seringkali sesaat sebelum syok, penderita mengeluh nyeri perut, beberapa tampak sangat lemah dan gelisah. Dalam menegakkan diagnosis infeksi virus Dengue diperlukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap virus Dengue di dalam serum penderita baik berupa IgM antidengue maupun IgG antidengue. Penting diketahui bahwa IgG antidengue bersifat diagnostik, dapat menjadi parameter terjadinya dugaan infeksi dengue sekunder akut. Hal ini sesuai dengan teori yang masih dianut sampai saat ini, yaitu teori heterologous infection maupunADE (Antibody Dependent Enhancement).Jadi IgG yang terdeteksi dalam pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan adanya proteksi atau sekedar infeksi virus dengue di masa lampau. Diagnosis yang telah ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris (WHO,1997), ditunjang dengan pemeriksaan serologis adanya baik IgM anti dengue ataupun IgG anti dengue yang idealnya diikuti kadarnya ( apabila memungkinkan ), hal ini akan mempertajam diagnosis DBD. Pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui serotipe Den1,2,3,4 dari virus dengue saat ini banyak dilakukan dengan metode molekuler yaitu nested RT-PCR ( Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ).Untuk wabah DBD yang sekarang merebak di Indonesia saat ini, idealnya pemeriksaan dilanjutkan tidak hanya sampai serotipe namun untuk melihat subtipe, yang akhir-akhir ini diduga sebagai strain baru.

IMUNOPATOGENESIS
Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistim retikuloendotelial, dengan target utama virus dengue adalah APC ( Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar ( hepatosit) juga dapat terkena.Viremia timbul pada saat menjelang tampak gejala klinik hingga 5 - 7 hari setelahnya. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit/makrofag, sel limfosit B dan sel limfosit T. Imunopatogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan SSD yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis antibody dependent enhancement ( ADE ). Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi terhadap jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama, tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Pada teori

kedua(ADE), menyebutkan tiga hal yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance infection serta limfosit T dan monosit akan melepaskan sitokin yang berkontribusi terhadap terjadinya DBD dan SSD.Singkatnya secara umum ADE dijelaskan sebagai berikut, bahwa jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat dalam tubuh merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus, justru dapat menimbulkan penyakit yang berat. Infeksi dari salah satu serotipe dengue menimbulkan imunitas seumur hidup, namun hanya sebagian kecil yang memiliki imunitas silang protektif terhadap infeksi serotipe lain. Pada anak, infeksi virus dengue sering bersifat subklinis atau dapat menyebabkan penyakit demam yang selflimited, namun apabila suatu saat penderita terkena infeksi virus dengue berikutnya dengan serotipe yang berbeda, penyakit ini akan lebih berat, menjadi demam berdarah dengue ataupun dengue syok sindrom ( anamnestic dengue infection ).Di daerah endemis, penderita yang terdiagnosis demam dengue seringkali terbukti infeksi sekunder. Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah infeksi. Titer IgG ini meningkat amat cepat, lalu menurun secara lambat dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup.Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG di mana pada hari ke dua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam. Pada berbagai penelitian di daerah di mana dengue primer dan sekunder terjadi keduanya, didapatkan suatu angka signifikan yang menyatakan bahwa pada pasien dengan infeksi sekunder dengue, antibodi IgM tidak terdeteksi dalam waktu lima hari sejak infeksi timbul, bahkan pada beberapa kasus tidak menunjukkan suatu respon hingga hari ke 20.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ( metode cell culture ) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR ( Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ), namun karena teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah tes serologis ( adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG ). Pemeriksaan serologis ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI ( hemagglutination inhibition test= uji hambatan hemaglutinasi ) yang merupakan standar WHO, kemudian uji Indirect ELISA, ujiCaptured ELISA untuk Dengue baik IgM Captured-ELISA ( MAC-ELISA ) maupun IgG Captured ELISA, Dengue blot/Dengue Stick/ Dot imunoasai Dengue, dan uji ICT ( Immuno-chromatographic Test ) antara lain Dengue Rapid Test ,sedangkan uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis. Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibodi anti-dengue, di mana infeksi virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesen, di samping itu titer 1:2560 menunjukkan interpretasi infeksi flavivirus sekunder.

1.Uji Rumpel Leede ( RL )

Pemeriksaan RL ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan vaskuler. Perlu diingat bahwa bila uji ini positif tidak selalu disebabkan oleh virus dengue saja, namun juga dapat oleh penyakit virus lainnya .Hasil dikatakan normal bila petekia yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm yang terletak 4 cm di bawah lipatan siku berjumlah 5 atau kurang.

2.Kadar hematokrit Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih. Harga normal hematokrit di laboratorium PK RSUD Dr.Sutomo ,wanita 35-45%, pria 40-50%. 3.Jumlah trombosit Penurunan jumlah trombosit ( trombositopenia ) pada umumnya terjadi sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Trombositopenia 100.000/Ul atau kurang dari 1-2 trombosit per lapangan pandang besar (lpb) dengan ratarata pemeriksaan dilakukan pada 10 lpb, biasanya dapat dijumpai antara hari sakit ketiga sampai ketujuh. Apabila diperlukan, pemeriksaan trombosit perlu diulangi setiap hari sampai suhu turun. 4.Isolasi virus Diagnosis pasti yaitu dengan cara isolasi virus dengue dengan menggunakan kultur sel. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan isolasi virus adalah pengambilan spesimen yang awal biasanya dalam lima hari setelah timbulnya demam , penanganan spesimen serta pengiriman spesimen yang baik ke laboratorium. Bahan untuk isolasi virus dengue dapat berupa serum, plasma atau lapisan buffy-coat darah-heparinized. Kultur sel yang banyak digunakan adalah dari sel AP/61, C6/36 dan TRA-284-SF. Hasil kultur diidentifikasi dengan menggunakan metode imunofloresen DFA ( Direct Immunofluorescent Assay ) atau IFA ( Indirect Immunofluorescent Assay ) dengan

menggunakan antibodi monoklonal spesifik. Keterbatasan metode ini adalah sulitnya peralatan serta memerlukan waktu dua sampai tiga minggu untuk mendapatkan hasil.

5.Uji serologis 5.1.Uji Inhibisi Hemaglutinasi ( Haemagglutination Inhibition Test )


Uji serologi HI merupakan gold standard WHO untuk diagnosis infeksi virus dengue. Uji ini untuk menetapkan titer antibodi anti-dengue yang dapat menghambat kemampuan virus dengue mengaglutinasi sel darah merah angsa. Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai bertahun-tahun, sehingga uji ini baik untuk studi sero-epidemiologi. Sayangnya uji ini membutuhkan sepasang sera dengan perbedaan waktu fase akut dan konvalesen paling sedikit 7 hari, optimalnya 10 hari.Uji ini dapat digunakan untuk membedakan infeksi primer dan sekunder berdasarkan titer antibodinya.

Tabel 1. Interpretasi Uji HI (Hambatan Hemaglutinasi ; WHO , 1997 )

Kenaikan titer 4kali

Interval Serum I-II 7 hari

Titer konvalesen 1 : 1280

Interpretasi Infeksi flavivirus primer akut,

4 kali

spesimen apapun

1 : 2560

Infeksi flavivirus sekunder

akut,

Infeksi flavivirus akut, primer atau sekunder 4 kali < 7 hari 1 : 1280

Infeksi flavivirus baru, Sekunder Tidak ada kenaikan spesimen apapun 1 : 2560

Bukan dengue

Tidak ada kenaikan

7 hari

1 : 1280

Tdk dpt diinterpretasi

Tidak ada kenaikan

< 7 hari

1 : 1280

Tdk dpt diinterpretasi

Tidak diketahui

spesimen tunggal

1 : 1280

5.2.Uji ELISA Uji ELISA tidak membutuhkan sepasang serum, cukup dengan serum tunggal dapat untuk mendeteksi IgG maupun IgM anti-dengue.Uji ini bersifat kuantitatif, biasanya hasil yang dibaca berupa absorbans yang kemudian dikonversikan menjadi satuan unit atau rasio. Prinsip uji ELISA untuk deteksi antibodi terhadap virus dengue, tehnik dapat berupa ELISA tak langsung ( Indirect ELISA ) maupun Captured ELISA. Di pasaran Indonesia saat ini terdapat pemeriksaan ELISA baik yang Indirect ELISA untuk mendeteksi IgG anti-dengue maupun yang Captured ELISA yang dapat mendeteksi IgG anti-dengue serta IgM anti-dengue dalam serum penderita.MAC ELISA adalah istilah dari singkatan IgM Captured ELISA, dengan prinsip dasar goat atau rabbit antihuman IgM yang dilapiskan pada fase padat (microtiter plate ELISA ) akan berikatan dengan IgM anti-dengue dari serum penderita .Langkah berikutnya ditambahkan antigen dengue, selanjutnya diberi konjugat anti viral IgG-HRP dan substrat lalu diukur kadar absorbansnya sehingga dapat diketahui konsentrasi IgMnya.

Keuntungan uji Captured ELISA dibandingkan uji HI pada infeksi dengue akut yaitu lebih cepat dan dengan hanya spesimen serum tunggal didapatkan sensitivitas ELISA 78% sedangkan uji HI 53%, di mana pada sepasang serum sensitivitas uji ELISA ini meningkat menjadi 97% melebihi uji HI.

Pemeriksaan Captured ELISA untuk IgM dan IgG sekaligus pada pemeriksaan dengan metode Dengue Duo ELISA ( Panbio, Australia) dapat untuk membedakan infeksi primer dan infeksi sekunder, walaupun hanya memakai serum tunggal.

Tabel 2. Interpretasi uji ELISA Dengue ( Panbio, Catalogue No. E-DEN02G )

Rasio IgM < 0,9 IgM 0,9-1,1 IgM > 1,1 IgG < 1,8 IgG 1,8-2,2 IgG > 2,2

Hasil negatif ekuivokal positif negatif ekuivokal positif

Interpretasi tidak ada infeksi dengue perlu tes ulang dugaan infeksi baru dengue tidak ada infeksi sekunder perlu tes ulang dugaan infeksi sekunder aktif

5.3.Uji Dengue Blot/Dot imunoasai/Dengue Stick Prinsip dasar uji dengue blot/ dengue stick/ dot imunoasai adalah uji ELISA, baik uji ELISA tak langsung ( Indirect ELISA ) atau menggunakan Captured-ELISA. Yang membedakan uji dengue blot/dengue stick/dot imunoasai dibandingkan dengan ELISA yaitu pada fase padatnya, menggunakan kertas nitroselulose yang bersifathigh capacity. Pemeriksaan ini dilakukan pada serum tunggal dengan hasil kualitatif. Pada uji dengue blot/dengue stick/dot imunoasai dapat menggunakan metode ELISA tak langsung yaitu antigen virus dilekatkan langsung pada fase padat, di mana setelah diberikan blokade untuk menutup celah-celah di antara antigen pada kertas nitroselulose, langsung diberikan serum penderita. Bila di dalam serum penderita terdapat antibodi anti-dengue dapat berupa IgG anti-dengue atau IgM anti-dengue , yang dikerjakan secara terpisah yaitu IgG Indirect ELISA saja atauIgM Indirect ELISA, maka antibodi tersebut akan berikatan dengan antigen yang terikat pada kertas nitroselulose. Setelah tahap inkubasi dan

pencucian, ikatan antigen-antibodi ini dapat dilacak dengan menggunakan konjugat yaitu antibodi yang berlabel enzim AP (alkalinefosfatase), HRP (horseradish peroxidase) maupuncolloidal gold yang akan memberikan dot berwarna biru keunguan setelah ditambah substrat berkromogen.

Selain dengan metode ELISA tak langsung, uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Captured ELISA , misalnya pada IgM Captured ELISA di mana antihuman IgM dilekatkan pada fase padat kertas nitroselulose. Antihuman IgM ini akan menangkap IgM di dalam serum penderita. Tahap berikutnya diberikan antigen dengue, selanjutnya diberikan pelacak seperti yang terdapat pada metode ELISA tak langsung di atas dan akan memberikan hasil dot berwarna biru keunguan yang menunjukkan hasil positif.

5.4.Uji Imunokromatografi (ICT)


Dewasa ini di pasaran berkembang pemeriksaan dengue cara cepat dengan menggunakan metode imunokromatografi, antara lain Dengue Rapid Test (Dengue Duo IgM and IgG Rapid Strip Test Catalogue No. DEN-25S ) dari PanBio Pty Ltd. Uji ini menggunakan protein envelop rekombinan dengue, serta digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer dan sekunder.

Uji ini dapat mendeteksi baik IgM dan IgG anti-dengue sekaligus dalam serum tunggal dalam waktu 15-30 menit. Pada Dengue Rapid Test (uji ICT) berbentuk strip ini telah distandardisasi sedemikian rupa sehingga pada penderita infeksi primer IgM positif dimana IgGnya negatif, sebaliknya pada infeksi sekunder hasil IgG positif dapat disertai dengan atau tanpa hasil IgM yang positif.
Prinsip pemeriksaan yaitu Captured ELISA dengan fase padat nitroselulose/dipstick dengan daya kromatografi maka antibodi IgM atau IgG anti-dengue yang terdapat di dalam serum penderita akan berikatan dengan antihuman IgM atau antihuman IgG yang telah diimobilisasi pada fase padatnya membentuk garis melintang pada membran tes.Secara bersamaan antibodi monoklonal anti-dengue yang berlabel gold bereaksi dengan antigen dengue (rekombinan). Konjugat ini ( antibodi monoklonal anti-dengue yang berikatan dengan antigen dengue ) akan berikatan dengan antibodi IgM atau IgG dari serum penderita tersebut membentuk garis berwarna ungu.

Nuryati, 2001 mendapatkan sensitivitas diagnostik Dengue Rapid Test 97,36% dan spesifisitas diagnostik 84,38% pada penderita demam berdarah dengue.

Tabel 3. Hasil penelitian Dengue Rapid Strip Test Panbio Pty Ltd

Peneliti Cuzzubo AJ et al Nuryati S Aryati et al

Sensitifitas diagnostik 99 % ( 149/150 ) 97,36 % ( 37/38 ) 98,28 % ( 57/58 )

Spesifisitas diagnostik 87% ( 85/98 ) 84,38 % ( 27/32 ) 81,82 % ( 36/44 )

Tabel 4. Analisis Spesifisitas Dengue Rapid Strip Test Sampel Tifoid Bronkopnemoni Difteri ISK Malaria Total (spesifisitas ) Jumlah IgM15/19 (78,95%) 8/8 (100%) 4/4 (100%) 1/1 (100% ) 9/12 ( 75% ) 37/44 ( 84, 09% ) Jumlah IgG19/19 (100%) 8/8 (100%) ( 75% ) 1/1 ( 100% ) 12/12 ( 100 ) 43/44 ( 97,73% ) Jumlah IgM & IgG 15/19 (78,95%) 8/8 (100%) ( 75% ) 1/1 ( 100% ) 9/12 ( 75% ) 36/44 ( 81,82% )

Berpijak dari data penelitian Dengue Rapid Test ( strip ) baik yang dilakukan oleh Cuzzubo et al, Nuryati S dan kami sendiri , terdapat hal-hal yang perlu dicermati yaitu pada infeksi sekunder tidak perlu harus menunggu timbulnya garis IgM antidengue yang positif, cukup bila timbulnya garis IgG antidengue yang karakteristik untuk infeksi sekunder sudah dapat

dikatakan indikasi infeksi dengue sekunder ( hanya 25-78% IgM positif pada infeksi sekunder akut ).Di samping itu perlu pula dicermati bahwa pada infeksi primer kita harus lebih waspada dalam mendiagnosis, terutama kecurigaan pada tifoid dan malaria, perlu dikonfirmasi dengan klinis dan pemeriksaan laboratorium lainnya.
Uji imunokromatografi ini baik untuk digunakan di lapangan karena cepat dan praktis serta lebih berguna pada daerah di mana infeksi sekunder lebih sering terjadi misalnya di Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

6. Nested RT-PCR ( Reverse Transcriptase- Polymerase Chain Reaction ) Virus dengue merupakan virus RNA, sehingga untuk melakukan PCR harus dilakukanreverse transcription agar terbentuk cDNA ( complementary DNA ) yang kemudian akan diamplifikasi dengan menggunakan alat DNA Thermal Cycler. Deteksi RNA virus dengue menggunakan teknik Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ( RT-PCR ) ini sekaligus juga dapat untuk menentukan serotipe virus dengue ( D1, D2, D3, D4 ).Teknik yang digunakan adalah nested PCR, di mana pada PCR tahap kedua menggunakan type specific primer ( TS1-4 ) sesuai dengan serotipe virus dengue. Prinsip PCR terdiri atas tiga tahap yaitu denaturasi untai ganda DNA, selanjutnya annealing( penempelan ) primer pada DNA targetnya, terakhir primer extension ( pemanjangan primer ) dengan adanya DNA polimerase. Hasil DNA yang terjadi merupakan n akumulasi eksponensial dari DNA target yang spesifik, sekitar 2 di mana n adalah jumlah siklus yang diatur dalam proses PCR ini. Visualisasi proses penggandaan DNA ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan elektroforesis gel atau dengan menggunakan DNA probe.

Primer yang dipakai pada nested RT-PCR untuk deteksi virus dengue di TDC (Tropical Disease Centre ) Unair adalah sebagai berikut.

Primer

Sekuens

Posisi genom

Jumlah dlm bp

D1 5-TCAATATGCTGAAACGCGCGAGAAACCG-3

134-161

511

D2 5-TTGCACCAACAGTCAATGTCTTCAGGTTC-3

616-644

511

TS1

5-CGTCTCAGTGATCCGGGGG-3

568-586

482

TS2

5-CGCCACAAGGGCCATGAACAG-3

232-252

119

TS3

5-TAACATCATCATGAGACAGAGC-3

400-421

290

TS4

5-CTCTGTTGTCTTAAACAAGAGA-3

506-527

392

RINGKASAN
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ( metode cell culture ) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR ( Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ), namun karena teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah tes serologis ( adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi tota sumber : pusat penelitian dan pengabdian masyarakat UNAIR
Diposkan oleh danny satriyo di 12:50 AM TwitterBerbagi ke Facebook Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke

KOMENTAR :
ada 0 Comment ke Diagnosis Laboratoris DBD Terkini Poskan Komentar dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.

My profil

LIHAT PROFIL LENGKAPKU

Search

BLOG ARCHIVE
2013 (22) 2012 (60) o Desember (16)

o November (44) KELAHIRAN PRETERM PRETERM BIRTH KARSINOMA HEPATOSELULER PURPURAE TROMBOSITOPENIA IDIOPATIK (PTI) ANTITROMB... LYMPHANGIOMA KESEHATAN MATA MASYARAKAT BRONCHIOLITIS DIFTERI Inflammatory bowel disease (IBD) REFERAT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK Ca Of Unknown Origin SEPSIS FILARIASIS Dengue Shock Syndrome Flu Burung (Avian Influeza) Glomerulonefritis Akut Meningitis Bakterial Morbili / Campak Demam Pertusis Sepsis Neonatorum Tetanus Crohn Disease Varicella WILMS TUMOR ANEMIA DEFISIENSI BESI Kern Icterus Glomerulonefritis Akut Pascastreptokokus Persisten Ductus Arteriosus Meningitis TB Penatalaksanaan Bayi dengan Ibu HBsAg Positif Hipertensi Krisis Pada Anak Luka Bakar ( Combustio )

TUKAK PEPTIK ( Perforasi Gastrointestinal ) Cholelithiasis Penyakit Hirschsprung HERNIA INGUINALIS APPENDICITIS ACUTE DEMAM TIFOID Benign Prostat Hypertrophy Diagnosis Laboratoris DBD Terkini LEUKOPLAKIA Informasi Terbaru Tentang Manfaat ASI Infeksi Human Immunodeficiency Virus pada Kehamila... Belajar nge-BLOG

ARTIKEL POPUPLER

MENINGITIS ( Radang Selaput Otak )

A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi set...

TORCH

Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita h...

Prolaps Uteri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di dalam...

SIFILIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum , yang merupakan pen...

Perdarahan Post Partum ( HPP )

Jika kita berbicara tentang persalinan sudah pasti berhubungan dengan perdarahan, karena semua persalinan baik pervaginam ataupun perabdomin...

PENGUNJUNG

109373
FOLLOW DIGITAL CLOCK

BLOGGER INDONESIALink Exchange

ASPEK SEROLOGIS DALAM DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE


Author : Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K) Year : 2011 Abstact : Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu manifestasi klinik dari infeksi virus dengue (IVD). Sering terjadi kerancuan dalam menegakkan diagnosis DBD hanya berdasarkan hasil positif pemeriksaan serologi baik deteksi antibodi IgM antidengue, IgG antidengue dan IgA antidengue serta antigen dengue NS1. Positivitas dari hasil antibodi antidengue maupun antigen NS1 tersebut, tidak

mencerminkan kepastian DBD tetapi kepastian adanya paparan IVD baik di saat ini ataupun di masa yang lalu. Untuk memastikan DBD tetap diperlukan kriteria WHO 1997 yaitu demam, trombositopenia, minimal salah satu tanda perdarahan (misal Rumpel Leede/tes tourniket), dan salah satu tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit 20% dari basal atau penurunan hematokrit 20% setelah terapi cairan atau efusi pleura/asites/hipoalbuminemia), ditambah pemeriksaan serologi untuk mengkonfirmasi adanya paparan IVD tersebut. Dengue guidelines 2009 masih dalam taraf sosialisasi untuk dapat diterima secara luas di kalangan klinisi mengingat masih banyak keterbatasan dalam penentuan diagnosis maupun tatalaksana. IgM dan IgG antidengue diperlukan untuk membedakan jenis infeksi apakah primer atau sekunder/tersier/dan seterusnya. Infeksi sekunder ditakutkan dapat jatuh pada keadaan yang lebih berat seperti sindrom syok dengue. Antigen NS1 memiliki keterbatasan dalam hal sensitivitasnya, namun memiliki spesifisitas yang sangat tinggi, artinya hasil NS1 yang positif memastikan seseorang terinfeksi virus dengue. Sebaliknya bila hasil NS1 negatif, hal ini tidak menyingkirkan seseorang terinfeksi virus dengue. Sensitivitas diagnostik NS1 tampaknya juga tergantung pada jenis infeksi maupun hari demam pengambilan sampel. IgA antidengue saat ini telah beredar secara komersial dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik terutama pada jenis infeksi yang sekunder, untuk menutupi validitas NS1 yang kurang sensitif. Dengan adanya 4 macam parameter serologi untuk infeksi virus dengue yaitu IgM, IgG, IgA antidengue maupun NS1, perlu diperhatikan segala kelebihan maupun kelemahan berbagai tes tersebut. Keyword : IgM IgG IgA antidengue antigen dengue NS1

También podría gustarte