Está en la página 1de 24

ASKEP PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KOMPLIKASI SEPSIS

MATA KULIAH : MATERNITAS

KELOMPOK 3
APRILIA WULANDARI AFIF DWI PASANA AYU DWI PUTRI ELGHA LESTARI FATIMAH HAFLIAH FERAWATI JUNHADI FIKRI MELIA TRYANA

TINGKAT : 2B.1

A.PENGERTIAN SEPSIS
Sepsis adalah infeksi berat yang di derita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri di dalam darah. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Pembagian sepsis Sepsis dini > terjadi 7 hari pertama kehidupan. Sepsis lanjutan/nosokomial > terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir

B.ETIOLOGI

Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah 1.berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. 2. Perdarahan 3. Infeksi pada uterus atau plasenta 4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) 5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) 6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

C.PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu : Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi.

A.

B.

Lanjutan..
C.

Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot).

D.MANIFESTASI KLINIS
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif, 2000)

E.FAKTOR RESIKO
1.Sepsis Dini Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal Malnutrisi pada ibu Prematuritas, BBLR 2.Sepsis Nosokomial BBLR>berhubungan dengan pertahanan imun Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

F. Penatalaksanaan medis
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.

G.PENCEGAHAN

Pada masa Antenatal > Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai. Pada masa Persalinan > Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. Pada masa pasca Persalinan > Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

H.PROGNOSIS

25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN KOMPLIKASI SEPSIS


A.PENGKAJIAN a. Pengakajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah : - Riwayat perawatan antenatal - Ada/tidaknya ketuban pecah dini - Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus) - Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain - Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll) - Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)

Lanjutan..
b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi : - Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama) - Tidak mau minum/reflek menghisap lemah - Regurgitasi - Peka rangsang - Pucat - Hipotoni - Hiporefleksi - Gerakan putar mata - BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis - Sianosis - Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare) - Hipotermi

Lanjutan
C.Riwayat Tumbuh kembang Anamnesis riwayat inkontipabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang di berikan ibu seelama hamil/ persalinan. Riwayat neonatal ada ikterik yang tampak, bayi menderita sindrom gawat nafas, hepatitis neonatal, sianosis, infeksi pasca natal. Riwayat imunisasi

Lanjutan
D.Riwayat Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah : - Bilirubin - Kadar gular darah serum - Protein aktif C - Imunogloblin IgM - Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine. - Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme. 2.Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia. 3.Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial. 4.Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan. 5.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman

C.INTERVENSI KEPERAWATAN NO. Tujuan Intervensi


Dx 1 Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 ) 1.Pantau suhu pasien 2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi 3. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol 4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen

Rasional 1. suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut 2. suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal 3. membantu mengurangi demam 4. mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus

NO. Dx
2

Tujuan
mempertah ankan perfusi jaringan

Intervensi
1.Pertahankan tirah baring 2.Pantau perubahan pada tekanan darah 3. Pantau frekuensi dan irama jantung,perhatikan disritmia 4.Kaji frekuensi nafas,kedalaman dan kualitas

Rasional
1. Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen 2. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah 3. Disritmia jantung dapat terjadi akibat dari hipoksia. 4. Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat

NO. Dx
3

Tujuan

Intervensi

Rasional
1. penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia 2.pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah 3. hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi 4. cairan dapat mengatasi hipovolemia

terpenuhiny 1. Catat haluaran urine setiap a kebutuhan jam dan berat jenisnya cairan di 2. Pantau tekanan darah dan dalam denyut jantung tubuh. 3. Kaji membrane mukosa 4. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid

NO. Dx
4

Tujuan

Intervensi

Rasional
1. Meningkatkan ekspansi paru 2. Pernafasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia stress dan sirkulasi endotoksin 3. kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial 4. menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate

terpenuhiny 1. Pertahankan jalan nafas a oksigen dengan posisi yang nyaman dalam tubuh atau semi fowler 2. Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas 3. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi 4. Catat adanya sianosis sirkumoral

D.IMPLEMENTASI

Implementasi di lakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat.

E.EVALUASI
Suhu

kembali normal. Berat badan meningkat. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami dispnea dan sianosis. Tidak terjadi infeksi nosokomial.

H I

También podría gustarte