Está en la página 1de 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . Pada dasarnya pengeringan adalah proses menghilangkan air dari padatan dengan

jalan dikontakkan dengan udara pengering. Material yang akan dikeringkan terdapat banyak macamnya. Karakteristiknya tergantung pada sifat kandungan kadar air di dalam material tersebut (Ryozo dkk, 1994). Mujumdar dan Zhonghua (2007,2008) menyatakan bahwa proses pengeringan menjadi proses yang makin banyak diaplikasikan di industri dengan makin banyaknya jenis bahan yang dikeringkan dan adanya isu mengenai penghematan energi dan isu lingkungan. Beliau menekankan perlunya penelitian dan pengembangan proses pengeringan menggunakan pendekatan kombinasi model matematik dan eksperimen yang teliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses yang terjadi dan menemukan inovasi teknologi baru. Rotary dryer adalah alat yang banyak digunakan di industri untuk mengeringkan partikel padat granular. Supaya terjadi kontak antara padatan dan gas, maka rotary dryer dilengkapi dengan flights, yang diletakkan di sepanjang silinder rotary dryer. Volume material yang ditransport oleh flights antara 10 sampai 15 % dari total volume material yang terdapat di dalam rotary dryer (Lisboa dkk, 2002). Mekanismenya sebagai berikut, pada saat silinder pengering berputar, padatan diambil keatas oleh flights, terangkat pada jarak tertentu kemudian terhamburkan melalui udara. Kebanyakan pengeringan terjadi pada saat seperti proses ini, dimana padatan berkontak dengan gas. Flights juga berfungsi untuk mentransfer padatan melalui silinder (Yliniemi, 1999). Proses yang terjadi di dalam rotary dryer sangat kompleks dan masih sedikit dimengerti dengan baik sehingga menjadi obyek penelitian dari banyak peneliti. Untuk dapat menganalisis dan mendesain sistem rotary dryer secara benar dan meyakinkan, perlu difahami fenomena perpindahan panas, perpindahan massa dan transportasi partikel padat di dalam rotary dryer. Mula-mula panas dipindahkan dari gas ke padatan basah, karena adanya driving force suhu, dan temperatur padatan akan naik dan kehilangan uap air. Uap air berpindah ke aliran gas karena adanya gradien tekanan uap. Hal ini merupakan proses simultan dari perpindahan massa dan perpindahan panas yang terjadi pada saat partikel padat bergerak secara kontinyu membentuk pancaran berputar di seluruh silinder dari masukan sampai keluaran (Kamke dan Wilson,1986b). Metoda perpindahan panas yang terjadi adalah konveksi dan konduksi. Pada umumnya kebanyakan pengering, panas dipindahkan dengan lebih dari satu cara, tetapi pengering

industri tertentu (misalnya pengeringan makanan) mempunyai satu metoda perpindahan panas yang dominan. Sedangkan dalam rotary dryer, perpindahan panas yang dominant adalah perpindahan panas konveksi, panas yang diperlukan biasanya diperoleh dari kontak langsung antara gas panas dengan padatan basah. Penelitian mengenai pemodelan proses pengeringan didalam rotary dryer perlu dilakukan. Penelitian-penelitian terdahulu (Prutton dkk, 1942; Saeman dan Mitchell, 1954;
Schofield dan Glikin, 1962; Sharples dkk,1964; Deich dan Skalskii ,1975; Thorne dan Kelly,1980; Kamke dan Wilson, 1986; Riquelme dan Benarvides, 1991; Palmer dan Howes, 1992; Douglas, 1993; Wang dkk,1993; Papadakis dkk, 1994; Ryozo dkk, 1994; Wang dkk,1995; Kiranoudis dkk, 1997; Pacheco dan Stella, 1998; Yliniemi, 1999; Tsourveloudis dan Kiralakis, 2003; Cao dkk,

2007; Fernandez dkk, 2009) mengenai pemodelan proses pengeringan didalam rotary dryer adalah dengan mengasumsikan pola alir padat dan gas yang ideal yaitu mixed flow (lump parameter model) atau plug flow (distributed parameter model) dan pemodelan Fuzzy. Sebagai contoh Yliniemi (1999) mengembangkan pemodelan rotary dryer unsteady state dengan lumped parameter model menggunakan partikel calcite ukuran seragam. Model ini digunakan untuk merancang sistim pengendalian rotary dryer. Sedangkan Fernandez dkk (2009) mengembangkan model matematik proses pengeringan dalam rotary dryer skala industri dengan anggapan pola alir plug flow untuk gas dan partikel padat serta anggapan ukuran partikel seragam bentuk bola. Pada kenyataan nya pola alir padat dan gas bukan plug flow dan bukan mixed flow, kedua nya mempunyai pola alir yang tak ideal yaitu pola alir plug flow dengan pencampuran balik (back mixing), padahal pengaruhnya diperkirakan cukup signifikan pada laju pengeringannya dan pada suhu partikelnya. Backmixing adalah peristiwa mengalirnya kembali partikel atau udara pengering dalam rotary dryer, sehinggah terjadi dispersi kearah aksial dan radial. Pengaruh lain yang belum diamati juga adalah bentuk dan ukuran partikel, dan kebanyakan asumsi yang diambil peneliti terdahulu adalah bentuk bola dengan ukuran seragam padahal sesungguhnya partikel dalam pengeringan mempunyai ukuran yang bervariasi. Penelitian ini akan mengembangkan model matematik proses pengeringan partikel padat didalam rotary dryer untuk aliran non-ideal dan ukuran partikel tak seragam. Pengaruh bentuk partikel terhadap laju pengeringan juga dieksplorasi dalam penelitian ini. Model matematik ini bermanfaat untuk memprediksi kinerja rotary dryer skala industri.

1.2

Peneliti-peneliti terdahulu Untuk melengkapi latar belakang, akan dipaparkan tentang hasil dari peneliti-

peneliti yang sebelumnya.Ada dua pendekatan untuk mendapatkan informasi mengenai fenomena yang terjadi didalam sistem rotary dryer, yaitu pendekatan eksperimen dan pendekatan simulasi.

1.2.1

Penelitian eksperimen Beberapa peneliti menggunakan pendekatan eksperimen untuk mengkaji proses

pengeringan didalam rotary dryer. Beberapa diantaranya dipaparkan berikut ini. Friedman dan Marshall (1949a) telah merancang dan mengoperasikan rotary dryer. Mereka menyatakan bahwa jumlah material yang tinggal dalam alat pengering dipengaruhi oleh terjadinya perpindahan panas dalam pengering dan energi yang diperlukan untuk menjalankannya; dimana dusting dari alat pengering membatasi jumlah udara yang dapat digunakan secara ekonomis. Paper ini menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi hold up dan dusting dalam rotary dryer, me-review data yang telah ada, dan hasil yang didapat dari penelitian ini dimana hold up dan dusting dalam rotary dryer diameter 1 ft dan panjang 6 ft telah diukur untuk sebelas material yang berbeda. Penelitian ini menghasilkan suatu persamaan empiris yang juga meng-korelasikan data peneliti lain dan secara memuaskan mem-prediksi hold up dalam pengering besar. Friedman dan Marshall (1949b) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh laju udara, laju umpan, kecepatan rotasi, slope, dan jumlah flights terhadap laju perpindahan panas. Peristiwa perpindahan panas yang terjadi dari udara panas ke beberapa pasir yang berbeda telah dipelajari dalam rotary dryer dengan diameter 1-ft dan panjang 6- ft. Suhu material dan kehilangan panas telah diukur sepanjang dryer dan koeffisien perpindahan panas volumetrik telah di-evaluasi. Pengaruh variabel-variabel dinyatakan berdasarkan laju perpindahan panasnya baik untuk aliran udara berlawanan dan aliran searah. Suhu

material dan kadar air telah diukur sepanjang pengering , sehingga dapat dihitung true average temperature difference. Miskell dan Marshall (1956) mengadakan penelitian mengenai deviasi dari waktu rata-rata partikel padatan yang melalui rotary dryer yang dilakukan dengan pertolongan pelacak radio active; hasilnya menyatakan bahwa untuk perancangan flight pengering terjadi deviasi terhadap waktu tinggal rata-rata dengan harga minimum pada hold up pengering 7,5 sampai 8 % dan di bawah atau di atas hold up ini maka deviasi akan naik.

Okazaki dkk (1995) telah mengadakan penelitian yang terfokus pada konsep fungsi sifat-sifat pengeringan yang merupakan cara efektif untuk menghubungkan kurva laju pengeringan untuk pengeringan konveksi untuk material nonporous homogen, porous hygroscopic, dan porous non-hygroscopic. Pemakaian pertama adalah untuk estimasi kurva laju pengeringan Sebab setiap kurva laju pengeringan dapat diubah menjadi fungsi karakteristik dan sebaliknya, laju pengeringan dapat diestimasi untuk berbagai kondisi pengeringan dari eksperimen pengeringan tunggal. Pemakaian lain adalah untuk menentukan difusivitas kadar air.

1.2.2

Penelitian pemodelan Garside dkk (1970) mengadakan penelitian untuk menganalisa mekanisme

pengeringan dan prediksi kinerja pengeringan. Material yang diteliti adalah pupuk granular dengan kadar air sampai 5 % berat. Model pengeringan telah dipelajari dalam beberapa peralatan laboratorium. Analisa teoritis penelitian ini dapat juga di-trapkan pada rotary-dryer skala penuh. Kamke dan Wilson (1986b) telah mengadakan penelitian mengenai suatu model komputer dari single-pas, rotary drum dryer dengan atau tanpa bagian pusat mempunyai flights, untuk pengeringan partikel kayu. Bagian pertama penelitian ini membuat model waktu tinggal partikel didalam dryer sedang bagian kedua adalah mengenai model perpindahan panas dan massa untuk proses pengeringan. Hasil simulasi dengan data waktu tinggal dari rotary dryer ukuran besar menunjukkan kesesuaian dengan kesalahan root mean square 14,2 % Ryozo dkk (1994) mengadakan penelitian dengan metoda sederhana untuk estimasi secara kasar ukuran pengering berdasarkan pada data yang didapat dari operasi pengering industri. Persamaan-persamaan perancangan dasar untuk type pengering batch atau kontinu telah diturunkan. Panas di dipindahkan ke material secara konveksi dan/atau konduksi. Persamaan telah disederhanakan menjadi: laju penurunan pengeringan adalah sebanding dengan kadar air material. Koeffisien perpindahan panas yang digunakan dalam persamaan-persamaan-nya dapat ditentukan berdasarkan perhitungan atau data yang

didapat dari eksperimen atau pengering industri. Persamaan-nya berguna untuk estimasi scale-up pengering. Naon dkk (1995) telah mengusulkan model matematis untuk memperoleh deskripsi perpindahan energi dan massa selama pengeringan konveksi dari material granular. Model

yang digunakan memerlukan kepastian dari eksperimen mengenai koeffisien perubahan air antara material dan udara pengering dengan menggunakan kinetika pengeringan lapisan batas. Software yang di-usulkan dapat memungkinkan untuk simulasi lapisan tebal material granular, seperti dalam pengering industri. Tujuan simulasi adalah untuk mengoptimumkan parameter pengeringan guna perancangan pengering industri. Duchesne dkk (1996) mengadakan penelitian mengenai pemodelan transportasi partikel padat didalam rotary dryer dan telah diusulkan dua model sederhana yaitu model tangki seri terinteraksi teraduk sempurna dan model Cholette Cloutier. Wan Daud dkk (1997) telah menurunkan model pengeringan pada padatan berbentuk bola berdasarkan pada model difusi isotermik. Peneliti melakukan estimasi parameter model dengan jalan meminimalkan integrated squrares error antara kurva pengeringan teoritis dan eksperimental. Sebagai studi kasus adalah kernel minyak palma. Penelitian ini memndapatkan nilai koefisien difusivitas moisture didalam kernel minyak palma pada range 0.5 5 x 10-10 m2/s. Kiralakis dan Tsourveloudis (1998) mengadakan penelitian tentang pengeringan olive stones. Pengeringan olive stones adalah sulit untuk dimodelkan. Persamaan yang menggambarkan perpindahan panas di dalam silinder pengeringan adalah sangat tidaklinear dan karena itu maka model matematik yang dipergunakan untuk men-simulasi proses pengeringan adalah rumit. Disini peneliti menyarankan memakai teknik fuzzy dan neurofuzzy untuk memodelkan proses pengeringan olive stones. Yliniemi (1999) mengadakan penelitian pemodelan rotary dryer unsteady state dengan model parameter lumped. Hal ini dilakukan karena model parameter terdistribusi adalah kompleks dan sulit penyelesaiannya, sedang suhu dan terutama kadar air dalam padatan dan udara pengering di dalam pengering sulit pengukurannya. Modelnya adalah tidak-linear, karena faktor laju pengeringan Rw, yang menggambarkan pengeringan di dalam padatan, yang umumnya merupakan fungsi tidak-linear dari karakteristik padatan dan suhu udara pengering dalam falling rate period, seperti kebanyakan peneliti telah menemukan dalam penelitian eksperimen mereka.Laju pengeringan dianggap dalam penelitian ini sebagai fungsi linear dari kadar air dalam padatan, suhu padatan dan suhu udara pengering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan kontrol pengering dengan cara mengembangkan sistem kontrol hybrid. Evaluasi dari hasilnya menyatakan bahwa intelligent hybrid controller adalah sangat sesuai untuk meng-kontrol

rotary dryer, dimana disturbance dapat di-eliminasi secara cepat dan operasi pengering dapat ditingkatkan. Kemp (2004) mengadakan penelitian pemodelan gerakan partikel didalam rotary dryer. Formula baru diusulkan dalam bentuk yang dapat secara langsung menggantikan hubungan-hubungan yang telah ada, dan dalam suatu bentuk alternatif yang lebih sesuai untuk keperluan desain mula-mula. Pan dkk (2006) telah mengadakan eksperimen pada perpindahan granule dan waktu tinggal rata-rata dalam sebuah silinder berputar horizontal dengan flight miring menyatakan bahwa granule dapat ditransport secara konstan.. Sebuah model untuk transport granule berdasarkan analisa gerak granule dan penelitian lain pada silinder telah dikembangkan untuk menghitung waktu tinggal rata-rata granule, dan pembuktian eksperimen dengan kondisi yang berbeda telah dilakukan. Variasi waktu tinggal rata-rata dengan laju umpan, slope dari flight, dan kecepatan rotasi telah dimodelkan dan dibandingkan terhadap hasil eksperimen. Cao dkk.(2007) melakukan pemodelan dan simulasi komputer untuk pengeringan bijih-bijih an dengan anggapan pola alir mixed-flow (Mixed-Flow Grain Dryer) . Software yang telah dikembangkan dipakai untuk menganalisa, merencanakan dan mengoptimumkan mixed flow grain dryers. Telah didiskusikan dan dianalisa pengaruh suhu dan laju alir udara pengering dan geometri grain dryer terhadap kinerja alat. Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk validasi hasil-hasil simulasi. Haghi dkk (2007) melakukan pengembangan model matematik sederhana dalam proses pengeringan wool secara konveksi yang dapat digunakan untuk memprediksi krakteristik pengeringan nya. Fernandez dkk (2009) mengembangkan model matematik proses pengeringan dalam rotary dryer skala industri dengan anggapan pola alir plug flow untuk gas dan partikel padat serta anggapan ukuran partikel seragam bentuk bola.

1.3

Perumusan dan Pembatasan Masalah Masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah pemodelan matematik proses

pengeringan pupuk ZA dalam rotary dryer. Penelitian terdahulu mengasumsikan pola alir plugflow untuk aliran padat dan udara; dan bentuk partikel bola ukuran seragam. Pada kenyataan, terjadi back mixing pada aliran padatan didalam rotary dryer. Oleh karena itu perlu dikembangkan pemodelan matematik proses pengeringan ZA dalam rotary dryer

dengan memperhitungkan pengaruh back mixing partikel padatan dan ukuran partikel yang tidak seragam. 1.4 1. Tujuan penelitian Mendapatkan karakteristik pengeringan pupuk amonium sulfat secara eksperimen. 2. Mendapatkan model difusi proses pengeringan pupuk amonium sulfat dan mendapatkan parameter-parameter model (koefisien diffusi effektif) dengan fitting model pada data eksperimen. 3. Mengembangkan model matematik proses pengeringan pupuk amonium sulphate dalam rotary dryer dengan anggapan aliran padat plug flow dengan adanya back mixing. 4. Mengembangkan model matematik proses pengeringan pupuk amonium sulfat dalam rotary dryer dengan ukuran partikel tidak seragam dan anggapan lump parameter model. 5. Mengkaji secara teoritis pengaruh berbagai variabel terhadap kinerja rotary dryer sekala industri.

1.5 1

Originalitas dan kontribusi penelitian Peneliti-peneliti sebelumnya telah banyak melakukan penelitian, tetapi belum pernah dibahas mengenai pengaruh back mixing. Dalam penelitian ini diteliti aliran plug flow back mixing, baik untuk udara pengering maupun untuk pupuk amonium sulfat.

2.

Penelitian yang pernah dilakukan kebanyakan partikel-partikel yang pergunakan adalah ukuran seragam. Dalam penelitian ini akan dianalisa pengaruh distribusi ukuran partikel dan coefficient of variation (CV) pada laju pengeringan dari padatan sepanjang rotary dryer.

1.6

Garis besar disertasi Bab pertama disertasi ini membahas peristiwa pengeringan secara umum, untuk

melengkapi pandangan tentang pengeringan di dalam suatu rotary dryer. Latar belakang dari disertasi ini telah dinyatakan. Dibahas juga tentang peneliti-peneliti sebelumnya yang dilakukan baik secara eksperimen dan simulasi. Selain itu juga dibicarakan perumusan dan

latar belakang masalah dan juga tujuannya dan juga dibahas tentang originalitas dan kontribusi penelitian ini. Akhirnya dibicarakan tentang garis besar penelitian. Bab dua membahas tentang karakteristik pengeringan padatan dengan lebih detail yang manjadi dasar penelitian ini. Pembahasan selanjutnya tentang rotary dryer yang di dalam-nya dibahas tentang pemodelan matematik rotary dryer dari peneliti-peneliti sebelumnya. Dan juga dibahas dalam disertasi ini tentang dispersi aksial dalam rotary dryer,model waktu tinggal dan model koefisien perpindahan panas volumetrik. Bab tiga membahas metoda penelitian dan secara garis besar dibagi dua, pertama metoda penelitian secara eksperimen dan kedua secara pengembangan model. Secara eksperimen dibagi dua : pertama karakteristik pengeringan dalam tray dryer dan dalam pilot rotary dryer. Sedangkan pengembangan model dibagi dua yaitu pengembangan model matematik dalam padatan partikel dan dalam rotary dryer. Bab empat membicarakan hasil dan pembahasan, yang secara garis besar dibagi menjadi 4 bagian. Pertama tentang karakteristik pengeringan dalam padatan, kedua pengaruh bentuk padatan partikel, ketiga karakteristik perpindahan massa dan energi dalam rotary dryer dan ke-empat pengaruh distribusi ukuran partikel pada pengeringan ammonium sufat dalam rotary dryer. Bab lima menyimpulkan dari semua yang dibicarakan.

También podría gustarte