Está en la página 1de 4

BEBERAPA SENYAWA LOGAM BERAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KERACU NAN PADA TERNAK

Darmono Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor PENDAHULUAN Senyawa logam berat, merupakan suatu ikatan kimiawi yang tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, baik hewan, manusia maupun tumbuh tumbuhan, serta merupakan senyawa anorganik yang biasa ditemukan di alam, di samping juga sebagai senyawa organik yang biasa digunakan dalam pengobatan (Russel, 1979; Clark dan Clark, 1975; Bartic dan Piskoc, 1981) . Pencemaran lingkungan dan terjadinya kasus keracunan pada ternak dapat juga dihubungkan dengan kehadiran senyawa logam berat ini . Russel (1979) menyatakan, bahwa pencemaran lingkungan, misalnya oleh buangan sampah industri akibat perkembangan industri di suatu negara atau penggunaan secara meluas obat-obatan pemberantas hama di bidang pertanian., merupakan masalah yang sulit dipecahkan . Di Indonesia, pencemaran logam berat terhadap lingkungan belum banyak diteliti . Namun, apabila kita perhatikan bahwa industri di negara kita sudah cukup lama berkembang, maka kemungkinan adanya pencemaran lingkungan oleh logam berat tidak dapat dipungkiri . Di suatu daerah di Jawa Barat, telah dilakukan suatu penelitian oleh tim peneliti Jepang - Indonesia, dengan hasil bahwa kandungan cadmium (Cd) padi yang ditanam di daerah yang berdekatan dengan pabrik tekstil adalah sekitar 0,34 ppm (Suzuki dkk., 1980) . Kandungan tersebut ternyata dua kali lebih besar dari kandungan Cd padi di daerah Houston, Texas, Amerika Serikat (Suzuki dan Iwao, 1982) . Seperti diketahui, kandungan Cd normal padi adalah sekitar 0,029 ppm (Winter, 1982) . Dari hasil penelitian tim Jepang-Indonesia tersebut dapat diketahui, bahwa pencemaran lingkungan oleh logam berat telah dimulai sejak awal perkembangan perindustrian di Indonesia . Tentu saja hal ini menjadi bahan pernikiran yang serius bagi para peneliti untuk rnernecahkannya . LOGAM BERAT YANG BULKAN KERACUNAN DAPAT MENIM1 . Logam berat yang merupakan zat esensial dan diperlukan oleh tubuh, misalnya besi (Fe), yang merupakan zat pembentuk darah, dosis toksik untuk anjing 200 mg/kg. 2. Logam berat yang dalam jumlah sedikit tidak berakibat apa-apa pada tubuh dan diperlukan untuk aktivitas enzimatik, misalnya tembaga (Cu), dosis toksik untuk sapi 200 mg/kg . 3 . Logam berat yang tidak ikut berperan dalam proses kehidupan dan walaupun sedikit, dapat menyebabkan keracunan, misalnya timah hitam (Pb) dosis toksik 50 mg/kg. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas keracunan setiap jenis logam berat, antara lain: bentuk senyawa dari logam berat itu, daya kelarutannya dalam cairan, ukuran partikel dan beberapa sifat kimia dan fisika lainnya . balam beberapa kasus, logam berat biasanya menyerang jaringan tyaraf atau menghambat aktivitas enzimatik melalui reaksi biokimia . Tetapi, lebih sering logam berat ini merusak organ-organ detoksikasi dan ekskresi, yaitu hati dan ginjal, sehingga organ-organ ini harus selalu dimonitor untuk mengetahui derajat keracunan ternak terhadap logam berat (Hammond, 1979) . Beberapa logam berat penting yang dapat menimbulkan keracunan pada ternak antara lain: timah hitam, arsen, air raksa, cadmium dan tembaga . a. Timah hitam (Pb): Logam ini biasanya terdapat di alam sebagai suffid (PbS), karbonat (PbCO3), sulfat (PbSO4) dan kadang-kadang sebagai khromat (PbCr04) . Daerah yang sering tercemar timah hitam biasanya padang rumput yang berada dekat daerah pertambangan timah hitam, atau juga yang terletak di pinggir jalan yang lalu lintasnya ramai (Clark dan Clark, 1975) . Keracunan timah hitam sering 'teqadi pada hewan ruminansia yang merumput di daerah tercemar (Humphreys, 1980) . Racun timah hitam ini biasanya mempengaruhi sistem syaraf, ginjal dan . pembentuk darah, sehingga hewan akan mengalami sakit perut (kolik) yang hebat, anemia, anoreksia, kebutaan, konvulsi dan diarrhea, yang kemudian berakhir dengan kematian (Bartic dan Piskoc, 1981) .

Menurut Russel (1979), logam berat dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu :

DARMONO : Keracunan senyawa /ogam best b . Afsen (As) : Senyawa arsen yang meracuni ternak biasanya berbentuk arsen trioksida (As203), natrium arsenit (Na3AsO3) atau senyawa organik berupa obat-obatan dan pestisida. Keracunan arsen yang bersifat akut menimbulkan gastro-enteritis yang hebat, sedangkan yang berbentuk kronis mengakibatkan berat badan turun, bulu rontok, luka-luka pada kulit dan menurut penemuan terbaru, dapat menimbulkan kanker (Clark dan Clark, 1975) . c. Air raksa (Hg) : Biasanya terdapat sebagai air raksa oksida (HgO) untuk salep mata, sublimat (HgCl2) sebagai anti septika dan kalomel (Hg2Cl2) . Pencemaran air raksa ini biasanya berasal dari sisa air buangan pabrik yang mencemari air sungai dan danau, berbentuk sebagai larutan methyl mercury (HgCH3), sehingga hewan ternak yang minum air tersebut akan keracunan (Clark dan Clark, 1975) . Ternak yang keracunan senyawa air raksa secara akut digejalai oleh adanya gastro-enteritis dan diarrhea, kematian akut yang didahului oleh kolik (sakit perut) yang hebat dan temperatur tubuh yang subnormal (Bartic dan Piskoc, 1981) . d . Cadmium (Cd) : Beberapa senyawa cadmium biasa diternukan sebagai obat cacing, yaitu senyawa oksid dan antranilit untuk pengobatan askariasis pada babi (Clark dan Clark, 1975) . Cadmium juga sering digunakan sebagai bahan pencanipur/tambahan dalarn industri logani . Di alarn, cadmium secara normal dapat diternukan dernikian pula dalam produk hewani, walaupun dalarn jurnlah yang sangat sedikit, misalnya dalam air susu 0,005 ppm, dalam daging 0,0093 ppm . Apabila terjadi pencemaran lingkungan, maka kandungan cadmium tersebut akan naik . Keracunan cadmium secara akut mengakibatkan gastro-enteritis yang hebat dan anemia . Dalam beberapa percobaan di laboratorium, keracunan cadmium dapat pula menimbulkan nekrose pad' a testis, salah bentuk (malformasi) pada foetus dan hipertensi kardio-vaskular (Russel, 1979) . e. Tembaga (Cu) : Dalam tubuh makhluk hidup, logam ini merupakan zat esensial yang selalu ditemukan untuk aktivitas enzimatik (Burns, 1981) . Senyawa tembaga biasanya sering digunakan dalam bidang pertanian dan kedokteran hewan . Senyawa yang paling banyak dikenali antara lain tembaga sulfat (CuS04), terdapat dalam larutan Bordeaux 1-2% . Biasanya larutan ini dipergunakan sebagai bahan pembasmi cendawan pada tanaman (fungisida) dan pembunuh siput (mokuskisida) untuk memberantas vektor penyakit cacing hati (Clark dan Clark, 1975), Menurut Bartic dan Piskoc (1981), gejala keracunan tembaga pada ternak ada tiga bentuk : 50 Akut, yaitu adanya rasa mual, muntah, sakit perut yang hebat, kejang, lumpuh,, kemudian collaps dan akhirnya mati . 2) Sub-akut, adanya kerusakan pada hati, penimbunan cairan dalam paru-paru dan rongga perut, perdarahan pada saluran pencernaan, ikterus dan hemolisis . 3) Kronik, terjadi hemolisis yang kronis .

PEMBAHASAN
Di negara-negara yang sudah maju, masalah pencemaran lingkungan merupakan suatu problem besar yang sudah mulai dapat dikendalikan . Penelitian-penelitian mengenai pencemaran lingkungan oleh logam berat sudah banyak dilakukan, terutama pengaruhnya terhadap ternak dan manusia . Keracunan logam berat pada ternak biasanya melalui tiga jalan (Bartic dan Piskoc, 1981), yaitu, pakan dan minuman yang sudah tercemar, serta asap atau debu buangan pabrik (inhalasi) . Secara garis besar, proses pencemaran lingkungan oleh logam berat dan hubungannya dengan keracunan pada ternak dapat digambarkan sebagai terlihat pada Diagram 1 . Secara normal, dalam hati dan ginjal ternak selalu ditemukan logam-logam berat ini, walaupun dalam jumlah yang amat sedikit (Bartic dan Piskoc, 1981 ; Buck dkk., 1976; Burns, 1981 ; Sahli, 1982 ; lihat juga Tabel 1) . Apabila batas-batas normal terlampaui, maka terjadilah kasus karacunan oleh logam berat ini . Kasus keracunan logam berat pada ternak dan manusia yang paling sering adalah akibat Tabel 1: Kandungan normal logam berat dalam hati dan ginjal ternak ruminansia (sapi) Logam Organ Pb Jumlah kandungan Pustaka (ppm) 1,12 1,21 0,03-0,4 0,04-0,4 0,3 2,75 0,005-0,3 0,041,66 100,00400,00 Buck dkk., 1976 . Sahli, 1982 . Buck dkk., 1976 . Bartic dan Piskoc, 1981 . Burns, 1981 .

Hg Cd Cu

hati ginjal hati ginjal hati ginjal hati ginjal hati dan ginjal

WAR TAZOA Vol. 1 No . 1, Jufi 198?

pencemaran lingkungan oleh timah hitam . Kandungan timah hitam pada rerumputan di tepi jalan besar yang penuh dengan asap kendaraan dan dalam air sisa atau buangan pabrik, biasanya sangat tinggi (De Backere, 1980) . Ada beberapa cara untuk mendeteksi adanya iogam berat ini. Cara yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya logam berat dalam hati dan ginjal ternak yang mati karena keracunan adalah Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS) dan Neutron Activation Analysis (NAA) (Russel, 1979) . Sampai sekarang, berapa banyak kasus keracunan logam berat serta berapa besar kematian ternak olehnya, begitu juga kerugian yang ditim bulkannya, masih belum diketahui dengan jelas di Indonesia . Namun demikian, telah cukup jelas, bahwa pertumbuhan industri serta bertambahnya volume kendaraan, akan sangat mempengaruhi perkembangan peternakan di Indonesia . Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan terjadinya keracunan logam berat ini SUMBER (PERTAMBANGAN)

dengan berbagai tindakan (Russel, 1979), antara lain : a) Hewan ternak harus dikarantinakan apabila terjadi suatu kasus pencemaran lingkungan di daerah peternakan tersebut. b) Daerah-daerah, seperb daerah pertambangan clan industri, sebaiknya tidak dijadikan usaha peternakan. c) Mencegah terjadinya kontaminasi air sungai clan danau oleh logam berat hasil buangan dad pabrik atau sampah industri. d) Untuk mencegah terjadinya keracunan akibat mengonsumsi rumput pakan ternak yang tercemar, perlu dikembangkan pabrik-pabrik pengolahan pakan ternak yang memproduksi protein suplemen . e) Mengontrol makanan produk hewani untuk mencegAh terjadinya keracunan pada manusia . Untuk jelasnya, skema cara-cara pencegahan terjadinya keracunan itu diperlihatkan pada Diagram 2.

LINGKUNGAN

MANUSIA SAMPAH INDUSTRI Diagram 1 : Hubungan antara senyawa logam berat SUMBER i (TAMBANG/INDUSTRI) TERNAK dengan keracunan MAKANANI padahewan ternak. (3) MANUSIA

JARINGAN VITAL (DARAH, HATI DAN GINJAL)

Ket : (1) mengontrol pencemaran . (2) ternak dikarantina . (3) mengontrol makanan produk hewani .

KERACUNAN

Diagram 2 : Cara mencegah terjadinya keracunan ternak oleh iogam berat dan hubungannya dengan keamanan pada manusia yang memakan produk ternak (Russel, 1979) . 51

DARMONO : Keracunan senyawa logam berat

KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan hal yang cukup serius, karena di samping dapat merupakan peternakan, juga dapat membahayakan kehidupan manusia. Meskipun penelitian mengenai masalah ini dan efeknya terhadap kehidupan manusia dan ternak masih merupakan hal yang langka, namun ada be berapa petunjuk, bahwa pencemaran lingkungan akibat makin berkembangnya industri dan pertambangan di Indonesia, berkadar tinggi da-n membahayakan. Oleh karenanya, harus mulai dipikirkan dari sekarang, agar ada usaha dan tindakan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan itu, khususnya keracunan logam berat pada ternak dan manusia . Saran lain yang perlu dikemukakan adalah, agar penelitian ke arah epidemiologi pencemaran lingkungan beserta akibat-akibat lanjutnya, mulai dilaku kan oleh berbagai instansi yang berwenang, yang ditunjang oleh perencanaan yang mantap dan terpadu . DAFTAR PUSTAKA 1 . Bartic, M . dan A . Piskoc, 1981 . Veterinary Toxicology . Elsevier Publishing Coy ., Australia-Oxford-New York . 2 . Buck, W .B., G .D . Osweiler dan G .A . Van Gelder,1976 . Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology . 2nd Ed. Kendal/Hunt, Dubuque, Iowa . 3. Burns, More J ., 1981 . Role of copper in physiological processes . Auburn Vet. J. 38 (1) :12-15 . 4 . Clark, E.G .C . dan Myra L. Clark, 1975. Veterinary Toxicology. Bailliere Tindall, London .

5. De Backere, M ., 1980. Poisoning of domestic animals as indication of environmental pollution . Dalam : Trends in Veterinary Pharmacology and Toxicology . Ed . Van Miert, Frens Van der Kreek. Elsevier, Amsterdam . 314398. 6. Hammond, Paul B., 1979. Metabolism and metabolic action of lead and other metals . Dalam: Toxicity of Heavy Metals in the Environment . Ed . Frederick W. Oehme . Part 1 . Marcel Dekker, Inc., New York . 7. Humphreys, D .J ., 1980 . Recent trends in animal poisoning . Dalam: Trends in Veterinary Pharmacology and Toxicology . Ed . Van Miert, Frens Van der Kreek . Elsevier, Amsterdam . 307-313 8. Russel, Leon H ., 1979 . Heavy metals in food of animal origin . Dalam: Toxicity of Heavy Metals in the Environment . Ed . Frederick W. Oehme . Part 1 . Marcel Dekker, Inc., New York . 9. Sahli, Brenda P ., 1982. Arsenic concentration in cattle liver, kidney and milk. Vet. and Human , Toxicol. 24 (3) : 173-174 . 10 . Suzuki, S ., N. Djuangshi, K . Hyodo dan 0 . Soemarwoto, 1980 . Cadmium, cuprum and zink in riced pro duced in Java . Arch . Environ. Contam. Toxicol. 9: 437-449 . 11 . Suzuki, S dan S. Iwao., 1982 . Cadmium, copper and zink levels in the field soil of Houston, Texas. Biol. Trace Element Res. 4 : 21-28. 12. Winter, H ., 1982 . The hazard of cadmium in man and animals . J. Appl. Toxicol. 2 (2) : 61-67.

También podría gustarte