Está en la página 1de 3

Aktivitas dalam proses belajar

Pada proses belajar anak dalam pengembangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), pembentukan dan peningkatan tidak hanya diorientasikan pada satu aspek individu saja, melainkan seluruh aspek individu. Dalam hal ini, biasanya yang dikembangkan yaitu kurikulumnya. Kurikulum yang dikembangkan diharapkan untuk memberi kemungkinan yang seluas luasnya dalam pengembangan beberapa aspek seperti pengembangan fisik, emosi, sosial dan kognitif. Dalam pengembangan kurikulum, hal terpenting yang juga harus tetap diperhatikan yaitu kesesuaian antara isi kurikulum usia dan tingkat kemampuan anak. Dalam mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum, dalam proses pembelajaran di kelas guru harus dapat memanfaatkan hasil pengamatannya terhadap anak didik dan mencatat kemampuan anak didik yang berbeda beda. Hal ini sangat penting, karena informasi yang demikian sangat dibutuhkan ketika seorang guru menyusun rencana pembelajaran yang tentunya sesuai dengan kemampuan anak didiknya. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Pengembangan anak memerlukan kebutuhan yang tidak hanya dibatasi paa aspek akademik saja, melainkan aspek sosial dan emosional. Hal ini mendorong guru untuk menjadikan belajar sebagai proses interaktif. Maksudnya, anak didik tidak hanya dibatasi kontak dengan teman, orang dewasa, tetapi dengan lingkungan sosial dan fisik secara luas. Kondisi dan situasi seperti itu akan mendorong siswa lebih melibatkan semua aspek yang ada dalam dirinya secara keseluruhan dalam interaksi sosial dan memecahkan suatu permasalahan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, bidang bidang studi yang dikembangkan juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan seluruh aspek individu serta kehidupan anak, khususnya latar belakang sosial dan ekonominya. Perlu kita sadari di Indonesiaa, macam macam perbedaan yang terdapat pada diri anak merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu oleh karena itu guru harus mampu menyatukan perbedaan perbedaan tersebut agar pembelajaran berjalan secara relevan, menyenangkan dan mencapai keberhasilan. Pada siswa SD, guru hendaknya terus menerus melakukan pemantauan secara langsung baik di dalam maupun di luar kelas. Hasil pengamatan tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan program belajar yang pada akhirnya dapat memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu kehadiran guru di dalam kelas hendaknya tidak menekankan perannya sebagai satu satunya pihak yang berkuasa di kelas, apalagi kalau guru bersifat otoriteruntuk itulah guru diharapkan dapat memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan belajar. Kesempatan yang luas juga hendaknya diberikan kepada anak didik untuk memilih kegiatan dan materi serta fasilitas yang tersedia agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Kegiatan yang diciptakan juga hendaknya melibatkan seluruh aspek mental, fisik, sosial, dan moral siswa. Dengan demikian, hendaknya siap menyediakan materi yang kaya akan variasi kegiatannya.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran. Sebenarnya tidak ada satu satumya model pembelajaran yang sangat efektif dapat dipilih untuk semua jenis pembelajaran. Karena pada praktek yang dilakukan, model itu bersifat kontekstual. Namun dengan tidak melupakan tujuan pendidikan nasional yang dapat membentuk manusia seutuhnya, maka hendaknya memilih model pembelajaran yang benar benar mengarah pada pengakuan keberadaan individu sebagai manusia utuh dan arah peningkatannya tidak dibatasi pada satu aspek individu saja, tetapi keseluruhan semua aspek individu.

3. Aktifitas belajar Siswa adalah suatu oraganisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masingmasing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu. Siswa memiliki kebutuhan- kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat pemuasan, dan oleh karenanya menimbulkan dorongan berbuat tertentu. Tiap saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah, sehingga varietasnya menjadi bertambah besar. Dengan sendirinya perbuatan itupun menjadi banyak macam ragamnya. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas (keaktifan) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jenis- jenis aktivitas Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan : Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis : Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar : Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik : Melakukan percobaab, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental : Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan, membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional : Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas, dan bersifat tumpang tindih (Burton, 1952, h. 436). Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni : 1) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen. 2) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan pelatihan diluar. 3) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

También podría gustarte