Está en la página 1de 26

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari berlangsungnya suatu reaksi.

Kinetika reaksi menerangkan dua hal yaitu mekanisme reaksi dan laju reaksi. Dalam kehidupan konsep laju reaksi sudah banyak diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, dan yang menjadi prinsipnya adalah semakin luas bidang sentuh maka akan semakin cepat laju reaksinya, seperti contoh penduduk pedesaan membelah kayu gelondongan menjadi beberapa bagian sebelum dimasukkan ke tungku perapian. Sedangkan dalam bidang industri konsep pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi diterapkan pada beberapa industri seperti industri alumunium, logam alumunium diperoleh dari mineral bauksit melalui proses peleburan dan elektrolisis. Pada industri semen konsep laju reaksi konsep laju reaksi diterapkan saat batu kapur dihancurkan menggunakan mesin penghancur sampai halus. Penghancuran ini bertujuan mempercepat reaksi pada proses selanjutnya. Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan didapat cara untuk menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi. Persamaan laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang bersangkutan, karena orde reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi setiap zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan bagian langkah suatu reaktan berubah menjadi suatu produk. 2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum pembuatan larutan dan standarisasinya ini adalah Menentukan tingkat reaksi logam Mg dengan larutan HCl 3. Waktu dan Tempat Praktikum Kinetika reaksi ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 November 2010 pukul 07.30 WIB di Laboraturium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Tinjauan Pustaka Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama semakin bertambah (Anderton, 1997).

Untuk mempercepat laju rekaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu memperbesar energi kinetik suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua cara itu bertujuan agar molekulmolekul semakin banyak memiliki energi yang sama atau lebih dari energi aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak (Ryan, 2001). Jika suatu zat dipanaskan, pertikel-partikel zat tersebut menyerap energi kalor. Pada suhu yang ebih tinggi molekul bergerak lebih cepat sehingga energi kinetiknya bertambah. Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks teraktivasi lebih cepat terbentuk, karena energi aktivasi mudah terlampaui, dengan dewnikian reaksi berlangsung lebih cepat (Suroso, 2002). Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk menentukan hukum laju dan konstanta laju, seringkali dilakukan pada beberapa temperature. Idealnya langkah pertama untuk mengenali semua produknya, dan untuk menyelidiki ada tidaknya antar hasil sementara dan reaksi samping (Atkins, 1999). Daya (laju) suatau reaksi kimia sama dengan hasil kali massa aktif (konsentrasi) pereaksi dan koefisien afinitas (tetapan kecepatan) dengan setiap massa aktif meningkat sampai daya tertentu. Daya tertentu tersebut tidak harus angka-angka bulat dan tidak disimpulkan dari persamaan reaksinya. Hukum Gulberd dan Waage tersebut dikenal sebagai hukum aksi massa (Anonim, 2010). C. Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Alat a. Tabung reaksi b. Stopwatch 2. Bahan a. 8 potong pita Mg

b. larutan HCl 3. Cara Kerja a. b. c. Menyediakan 8 potong pita Mg @ 2 cm. Menyediakan larutan HCl : 1.0 M;1.2 M;1.4 M;1.6 M;1.8 M;dan 2 M @10 ml. Memindahkan 10 ml larutan HCl 2 M ke tabung reaksi dan masukan 1 potong pita Mg.

d. Mencatat waktu mulai memasukkan pita sampai reaksi selesai (pita habis). e. Menggambar grafik konsentrasi terhada 1/t dan konsentrasi pangkat dua terhadap 1/t.

f.

Menentukan tingkat/orde reaksinya.

D. Hasil dan Analisis Pengamatan 1. Hasil Pengamatan Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Reaksi 1
No () 1 2 3 4 5 6 jml 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 9 645 338 270 203 186 148 1790 0.00155 0.002959 0.003704 0.004926 0.005376 0.006757 0.025272 1 1.44 1.96 2.56 3.24 4 14.2 2.4037 8.75319 x 1.37174 x 2.42665 2.89051 4.5653 x 0.0001237 0.001550388 0.003550296 0.005185185 0.007881773 0.009677419 0.013513514 0.041358575 2.4037x 1.26046x 2.68861x 6.21224x 9.36524x 0.000182615 0.000380284

Sumber: Laporan Sementara

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Reaksi 2


No 1 2 3 4 5 6 jml x2 1 1.44 1.96 2.56 3.24 4 14.2 y2 2.4037 8.75319 x 1.37174 x 2.42665 2.89051 4.5653 x 0.0001237 x4 1 2.0736 3.8416 6.5536 10.4976 16 39.9664 y4 5.77778 7.66184 1.88168 5.88865 8.35503 2.08427 3.7792 x x4y4 5.7778 1.5888 7.2286 3.8592 8.7708 3.3348 4.6866x

Sumber: Laporan Sementara 2. Analisis Hasil Pengamatan Mencari persamaan garis regresi linier pada tingkat 1 dengan persamaan y=a+bx =-0,003 = = 0,006 Sehingga persamaan regresinya y= a+bx y= -0,003 + 0.006x

Misal y = 0 0=-0,003 + 0,006x X= = 0,5 Misal X= 0 Y=-0,003 + 0,006(0) Y= - 0,003 Mencari titik potong dengan sumbu x dan sumbu y S= S = S = 0,003 Misal 0=0,026 + (-0,009)x Misal A. Pembahasan dan Kesimpulan 1. Pembahasan Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung lambat. Cepat rambatnya suatu reaksi dinyatakan sebagai laju reaksi. Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Jika pereaksi volumenya 2x lipat maka jumlah mol juga akan meningkat menjadi 2x tapi konsentrasinya tetap sama. Dari hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi HCl maka waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan logam Mg akan semakin sedikit, karena laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu dan berbanding lurus dengan konsentrasi. Konsentrasi 1.0 M dapat melarutkan logam Mg dengan waktu 645 detik, 1,2 M 338 detik, 1,4 M 270 detik, 1,6 M 203 detik, 1,8 M 186 detik, 2.0 M 148 detik. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Luas permukaan sentuh : luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak hal. Luas permukaan yang besar menyebabkan laju reaksi semakin cepat, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel sehingga laju reaksi pun semakin kecil.

b. Suhu : apabila suhu ada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering dan menyebabkan laju reaksi semakin cepat begitu juga sebaliknya. c. Katalis : suatu zat yang mempercepat laju reaksi pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. d. Molaritas : banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Semakin besar molalitas maka semakin cepat laju reaksi. e. Konsentrasi : semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin besar sehingga kecepatan reaksi meningkat. 2. Kesimpulan a. Laju reaksi dipengaruhi oleh besar kecilnya suatu konsentrasi.

b. Menurut persamaan, laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu dan berbanding lurus dengan konsentrasi. c. Semakin tinggi konsentrasi HCl maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan Mg. DAFTAR PUSTAKA

Anderton, J. D. 1997. Foundations of Chemistry. Edisi kedua. Melbourne: Longman Anonim, 2010. www.strompages.com/aboutchemistry. Di unduh tanggal 10 Desember 2010 pada pukul 19.15 WIB Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga: Jakarta Suroso, A. Y. 2002. Ensiklopedia Sains dan Kehidupan. Tarity Samudra Berlian: Jakarta Ryan, Lawrie. 2001. Chemistry For You. Nelson Thornes: Londo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai besi yang berkarat dan bensin yang mudah terbakar dari pada kayu. Perkaratan besi merupakan contoh reaksi yang berlangsung secara cepat.

Contoh reaksi kimia yang lainnya baik yang cepat, sedang atau lambat seperti kembang api yang dinyatakan, proses proses perubahan beras menajdi nasi dan proses pembusukan makanan baik diluar atau didalam kulkas. Mengapa perkaratan besi berlangsung lama sedangkan serat baja yang direaksikan dengan oksigen cepat sekali terbakar? Mengapa minyak tanah yang dipilih sebagai bahan bakar untuk memasak bukan bensin atau solar? Cepat atau lambatnya suatu reaksi kimia yang berlangsung dengan keadaan tertentu dinamakan laju reaksi. Laju reaksi di pengaruhi oleh beberapa factor, yaitu konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, suhu, dan katalis. Konsentrasi larutan merupakan kepekaan larutan-larutan yang mengandung zat terlarut relative sedikit disebut larutan encer. Oleh karena itu, dalam percobaan ini diharapkan kita dapat memahami tentang cara pengukuran laju reaksi. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai bahan perubahan konsentrasi p reaksi/ konsentrasi hasil reaksi dan laju reaksi hanya di peroleh melalui percobaan, salah satunya melalui percobaan ini. 1.2 Tujuan percobaan - Mengetahui pengertian laju reaksi - Mengetahui rumus laju reaksi - Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai bahan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi untuk fase gas, satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer (atm). Millimeter merkorium (mmHg) atau Pascal (Pa), satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan, atau tahun. Bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau lambat; Persamaan Umum : laju reaksi = laju reaksi dapat di ikuti dengan mengamati perubahan yang menyertai reaksi tersebut. Misalnya laju reaksi logam magnesium dengan larutan asam klorida. Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2 (aq) + H2(aq) Dari reaksi diatas dapat kita mengamati kecepatan pembentukan gas hydrogen atau kecepatan melarutnya logam magnesium. Setiap jumlah magnesium dan hydrogen klorida berkurang. Pada setiap reaksi jumlah pereaksi berkuran, makin lama makin banyak. Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008) Pada reaksi endoterm terjadi keadaan yang berlainan. Dimana reaksi ini, memerlukan energi tidak hanya

untuk memulai reaksi, tetapi juga untuk melanjutkan reaksi. Sebagai contoh, reaksi yang mengubah air dan karbon diosida menjadi karbohidrat. Reaksi ini memerlukan energi cahaya secara terus menerus. Bila sinar dihalangi maka reaksi akan berhenti. Untuk mengukur laju reaksi kimia, perlulah menganalisa secara langsung maupun tak langsung banyak produk yang berbentuk atau banyak pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal waktu yang sesuai. Karena laju reaksi kimia terpengaruh oleh perubahan temperature, maka perlulah menjaga agar campuran reaksi dalam air atau minyaknya yang temperaturnya diatur secara termostatis (konstan). Metode untuk menentukan konsentrasi pereaksi atau produk bermacam-macam menurut jenis reaksi yang diselidiki dan keadaaan fisika dan komponen reaksi. Untuk reaksi fase gas, susunan campuran gas sering ditentukan dengan analisa meluas untuk reaksi-reaksi gas menyangkut pengukuran kenaikan atau penurunan tekanan, yang disebabkan oleh bertambahnya atau berkurangnya jumlah molekul dalam penguraian anomia menjadi nitrogen dan hydrogen. 2NH3 N2 + 3H2 Dalam suatu wadah yang volumenya konstan, tekanan akan naik bila reaksi berlangsung, sebab tekanan yang dilakukan oleh empat molekul produk. Secara ideal adalah dua kali dari tekanan yang dilakukan oleh dua molekul pereaksi. Sebaliknya, bila suatu wadah yang konstan volumenya, pembentukan anomia dari nitrogen dan hydrogen. N2 + 3H2 2NH3 Menyebabkan penurunan tekanan ketika berlangsungnya reaksi. Laju reaksi metal bromide dengan air, yang menghasilkan metal alcohol dan asam bromide. CH3Br +NOH CH3OH + Hbr Banyaknya mol NaOH yang diperlukan untuk menetralkan HBr sama dengan banyaknya mol HBr yang terbentuk ini juga sama dengan banyaknya mol CH3Br yang telah bereaksi. Banyaknya faktor yang berperan dalam penentuan bagaimana kecepatan reaksi akan berlangsung bila reaksi telah diawali dan seberapa jauh reaksi ini akan berlanjut sampai reaksi menjadi sempurna, yaitu pada saat semua pereaksi berubah menjadi produk. Struktur atom dari suatu unsur tertentu menentukan bagaimana kereaktifannya terhadap berbagai unsur lain. Demikian juga halnya dengan sekelompok unsur atau molekul. Kecepatan suatu reaksi juga meningkat oleh apapun yang menyebabkan pereaksi-pereaksi semakin besar hubungannya antara satu sama lain, ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menaikkan suhu untuk reaksi endoterm, memperluas permukaan bidang sentuh pereaksi, meningkat konsentrasi pereaksi gas dan penambahan katalis (Purba : 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi : - Suhu Dari percobaan setiap kenaikan 10oc menyebabkan laju reaksi menjadi dua kali. Kenaikan laju reaksi ini

disebabkan dengan kenaikan suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga memperbesar kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif antar molekul. Semua partikel kimia ada dalam keadaan bergerak sampai pada batas tertentu, kecuali pada suhu yang sangat rendah yang disebut sebagai nol mutlak, -4600 F (-2730c). pada waktu suhu suatu campuran kimia demikian, pereaksi bergerak lebih cepat, sebagai akibatnya pertikel pereaksi ini akan bertumbukan dengan kuat dan lebih sering, yang akan mengakibatkan putusnya ikatan-ikatan dan ikatan baru akan terbentuk. Penambahan panas mengakibatkan/ menyebabkan kecendeungan reaksi endoterm atau reaksi menyerap energi dan mengalahkan reaksi eksoterm, atau reaksi melepas energi. Misalnya batubara eras berwarna abu-abu (c) bereaksi dengan karbon dioksida (CO2) di udara dan menghasilkan gas beracun karbon monoksida (CO). C(s) + CO2(g) + panas 2CO() Jika ada karbon monoksida dalam jumlah sedikit akan terbentuk pada suhu kamar,sebab reaksi kebalikannya akan berlangsung dengan cepat. 2CO(g) Cc + CO2 + panas - Konsentrasi Laju suatu reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi zat yang bereaksi, walaupun pengaruh itu selalu tidak sama untuk setiap zat dan untuk setiap reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurang konsentrasi suatu pereaksi atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Contohnya pada reaksi umum, AB+C Konsentrasi A pada waktu t1 dinyatakan sebagai [A1] dan konsentrasi pada t2 sebagai [A2], laju rata-rata berkurangnya konsentrasi A dinyatakan sebagai : Laju rata-rata berkurangnya [A] = = Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi B dan C adalah : Laju rata-rata berkurangnya [B] = = Laju rata-rata berkurangnya [C] = = Hubungan satu sama lain ketiga rumus itu adalah : == Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi zat dapat bermacam-macam, ada reaksi berlangsung dua kali lebih cepat jika konsentrasi pereaksinya dinaikkan dua kali dari konsentrasi sebelumnya. Dengan kata lain, laju reaksi sebanding dengan harga (zat)1. Ada juga zat jika konsentrasinya dinaikkan dua kali, maka laju reaksi akan bertambah empat kali, sehingga laju sebanding dengan harga (zat)2. Dan ada pula reaksi yang lajunya sebanding dengan harga (zat)3. untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematika yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Contohnya pada reaksi : aA + bB cC + dD

a,b,c dan d merupakan koefisien reaksi. Laju reaksi disimbulkan dengan v yang dirumuskan dengan : v = k (A)m(B)n Lamban (A) dan (B) merupakan konsentrasi moral, pangkat m dan n merupakan angka-angka bulat dan kecil, dapat pula pecahan. Pangkat m dan n ditentukan melalui percobaan . pangkat-pangkat di dalam laju reaksi dinamakan dengan orde reaksi. Total jumlah pangkat m + n merupakan orde total, sedangkan k dalam persamaan v = k (A)m(B)n disebut tetapan laju reaksi. Menentukan tingkat reaksi/orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksinya. Dalam mencari orde reaksi dapat dilakukan dengan cara membandingkan persamaan laju reaksi : = Harga k1 + k2 dan konsentrasi yang sama dapat di coret. Maka perbandingan konsentrasi zat yang berubah (pangkat orde reaksi) sama dengan perbandingan laju reaksi. - Permukaan Bidang Sentuh. Tingkat persentuhan antara molekul-molekul yang bereaksi mempengaruhi kecepatan reaksi. Jadi kecepatan reaksi dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan permukaan bidang sentuh pereaksi. Cara yang termudah adalah dengan menumbuk halus partikel-partikel besar. Pembakaran batubara adalah reaksi kimia yang menggambarkan reaksi diatas. Batubara terbakar sebab mengandung banyak atom karbon yang akan bereaksi kuat dengan oksigen di udara pada suhu tinggi. Bila batubara berbentuk bongkah maka waktu yang diperlukan untuk membuat api akan lama sekali. Sebab permukaan bidang sentuh terbatas. Bila bongkah batubara tersebut di tembak, maka permukaan bidang sentuhnya akan luas sekali. Oleh karena itu, dinyatakannya bila serbuk batubara ini disemprotkan melalui pipa, maka pertikel-partikelnya akan terbakar hampir secepat bensin bila terkena api. Mengapa debu batubara. Serbuk gergaji dan kulit gandum menimbulkan bahaya di tambang-tambang batubara. Pabrik pengolahan kayu dan alat pemanen gandum. Jumlah permukaan yang terbuka terhadap oksigen di udara sangatlah besar sehingga dapat menimbulkan gerakan yang akan memicu ledakan. Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan reaksi yang berlangsung dengan system heterogen. Pada reaksi homogen, campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsung jika molekul-molekul , atom-atom, ion-ion, dan zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat maka semakin luas permukaannya, semakin besar kemungkinan bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung. - Katalis Beberapa reaksi berlangsung lambat sekali meskipun suhu cukup tinggi dan zat-zat pereaksi berada cukup dekat. Dalam kasus ini perlu ditambahkan bahan lain, yang tidak terlihat langsung dalam reaksi, yang kadang kala akan mempercepat perubahan kimia. Bahan-bahan ini di sebut katalis. Katalis-katalis mengubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah secara permanent. Dengan perkataan lain. Suatu jumlah katalis sebelum dan sesudah reaksi akan tetap sama. Suatu katalis menurunkan energi aktivitas untuk reaksi tertutup, yaitu dengan memperlemah atau memutuskan ikatan molekul pereaksi. Katalis yang berbeda memodifikasi kecepatan reaksi yang berbeda. Semua sel-sel hidup terdiri dari katalis alami yang

disebut enzim, yang memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimia yang penting. Zat yang bertindak sebagai katalis disebut katalisator. Senyawa katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan, yaitu dengan pembentukan senyawa antara (katalis homogen) atau dengan adsorbsi (katalis heterogen) katalisator menyediakan suatu jalan yang lebih menguntungkan yaitu dengan jalan energi pengaktifan yang lebih rendah. Fungsi katalis yaitu menurunkan sejumlah energi aktivitas yang dibutuhkan agar suatu reaksi dapat berlangsung (Tamran dan J. Abdul ;) DAFTAR PUSTAKA Krisbiyanto. Adi. 2008, Panduan Kimia Praktis SMA. Pustaka Widyautama; Jakarta Purba. Michel.2002.Kimia Untuk SMA 2A. Erlangga : Jakarta Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 1

KEISOMERAN GEOMETRI: PENGUBAHAN ASAM MALEAT MENJADI ASAM FUMARAT


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kimia Organik 1 Oleh: Kelompok 10 M. Agung Pratama 1211704045 Ranti Pitriani 1211704056 Risky Sukmarawati 1211704062

JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Menentukan titik leleh dan bentuk kristal dari asam maleat dan asam fumarat Menentukan massa asam maleat dan asam fumarat yang terbentuk Menentukan % rendemen asam maleat dan asam fumarat Mengubah asam maleat menjadi asam fumarat

1.2 Prinsip Kerja Pada praktikum keisomeran geometri pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat, asam maleat direfluks dengan HCl yang akan mengubahnya menjadi asam fumarat yang lebih stabil. Asam fumarat lebih sedikit larut dalam air dari pada asam maleat, sehingga menyebabkan mudah mengkristal dari larutan.

BAB II TEORI DASAR


Isomer adalah molekul yang memiliki rumus molekul sama, tetapi memiliki pengaturan yang berbeda dari atom dalam ruang. Yang mengecualikan setiap pengaturan yang berbeda yang hanya karena molekul berputar secara keseluruhan, atau berputar tentang obligasi tertentu. Suatu senyawa memiliki rumus molekul dan rumus struktur. Rumus molekul adalah rumus umum yang dimiliki oleh suatu senyawa yang dalam hal ini kadang kala sama dengan rumus molekul pada senyawa organik yang lain. Rumus struktur adalah rumus yang dimiliki oleh suatu senyawa yang membedakannya sengan senyawa organik yang lain. Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan atom yang berbeda (dapat diibaratkan sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda.

Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1propanol (n-propil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I, atom oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada karbon kedua (tengah). Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan isomer ketiga, metil etil eter, memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul sebelumnya. Senyawa ini bukan sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, dimana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak memiliki gugus hidroksil. Terdapat dua jenis isomer, yaitu isomer struktural dan stereoisomer. Isomer struktural adalah isomer yang berbeda dari susunan/urutan atom-atom terikat satu sama lain. Sedangkan stereoisomer memiliki struktur yang sama, namun beberapa atom atau gugus fungsional memiliki posisi geometri yang berbeda. Isomer rantai

Isomer-isomer ini muncul karena adanya kemungkinan dari percabangan rantai karbon. Sebagai contoh, ada dua buah isomer dari butan, C4H10. Pada salah satunya rantai karbon berada dalam dalam bentuk rantai panjang, dimana yang satunya berbentuk rantai karbon bercabang. Isomer posisi Pada isomer posisi, kerangka utama karbon tetap tidak berubah. Namun atom-atom yang penting bertukar posisi pada kerangka tersebut.

Sebagai contoh, ada dua isomer struktur dengan formula molekul C3H7Br. Pada salah satunya bromin berada diujung dari rantai. Dan yang satunya lagi pada bagian tengah dari rantai. Isomer grup fungsional Pada variasi dari struktur isomer ini, isomer mengandung grup fungsional yang berbeda- yaitu isomer dari dua jenis kelompok molekul yang berbeda.

Sebagai contoh, sebuah formula molekul C3H6O dapat berarti propanal (aldehid) or propanon (keton). Vant Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan rotasi di ikatan ganda, suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik. Isomer jenis ini disebut dengan isomer geometri. Dalam bentuk trans subtituennya (dalam kasus asam fumarat dan maleat, gugus karboksil) terletak di sisi yang berbeda dari ikatan rangkap, sementara dalam isomer cis-nya subtituennya terletak di sisi yang sama. Dari dua isomer yang diisoasi, Vant Hoff menamai isomer yang mudah melepaskan air menjadi anhidrida maleat isomer cis sebab dalam isomer cis kedua gugus karboksi dekat satu sama lain. Dengan pemanasan sampai 300 C, asam fuarat berubah menjadi anhidrida maleat. Hal ini cukup logis karena prosesnya harus melibatkan isomerisasi cis-trans yang merupakan proses dengan galangan energi yang cukup tinggi. Karena beberapa pasangan isomer geometri telah diketahui, teori isomer geometri memberikan dukunagn yang baik bagi teori struktural Vant Hoff. Berikut merupakan mekanisme pembentukan asam fumarat dari asam maleat:

Pengubahan anhidrida maleat menjadi asam maleat

Pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat

Ikatan ionik diberntuk oleh tarkan elekrostatik antara kation dan anion. Karena medan listrik suatu ion bersimetri bola, ikatan ion tidak memiliki karakter arah. Sebaliknya, ikatan kovalen dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom. Karena tumpang tindih sedemikian sehingga orbital atom dapat mencapai tumpang tindih maksimum, ikatan kovalen pasti bersifat

terarah. Jadi bentuk molekul ditentukan oleh sudut dua ikatan, yang kemudian ditentukan oleh orbital atom yang terlibat dalam ikatan.

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat & Bahan 3.1.1 Alat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Alat Erlenmeyer 250 ml Erlenmeyer 50 ml Gelas kimia 100 ml Kaca arloji Gelas ukur 10 ml Corong Spatula Pembakar spirtus Kaki tiga + kassa Neraca analitik Pipa kapiler Termometer Loupe Klem + statif Pipet tetes Banyaknya 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah @1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah @1 buah 1 buah

3.1.2 Bahan No 1 2 3 4 5 6 Bahan Anhidrida maleat HCl pekat Aquades Air kran Aluminium foil Kertas saring Banyaknya 3g 3 ml 4 ml secukupnya Secukupnya 2 buah

3.2 Prosedur Kerja

1) 4 ml aqades dididihkan di dalam labu erlenmeyer 50 ml (saat pendidihan, erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil untuk mencegah uap keluar). Kemudian ditambahkan 3 g anhidrida maleat. 2) Setelah larutan menjadi jernih, labu erlenmeyer yang berisi campuran aquades dan anhidrida maleat didinginkan di bawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan. (larutan tersebut jangan sampai mengkristal semua karena filtrat akan dipakai untuk pembentukan asam fumarat). 3) Larutan disaring dengan kertas saring. Kristal asam maleat yang terbentuk dikeringkan dan ditimbang. 4) Setelah kristal kering, ditentukan titik leleh serta bentuk kristal dari asam maleat. 5) Filtrat yang tadi mengandung banyak asam maleat dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 3 ml HCl pekat, dan kemudian dipanaskan atau direfluks perlahan selama 20 menit. 6) Setelah asam fumarat mengendap dalam larutan panas, kristal asam fumarat yang terbentuk didinginkan & dikeringkan pada suhu kamar kemudian ditimbang. 7) Setelah kristal kering, ditentukan titik leleh serta bentuk kristal dari asam fumarat.

BAB IV PENGAMATAN
No 1 2 3 4 Perlakuan 4 ml aquades dalam erlenmeyer Aquades dipanaskan + 3 g anhidrida maleat Erlenmeyer dimasukkan ke dalam air (didinginkan) Larutan disaring dengan 5 kertas saring (kristal asam maleat) Filtrat + 3ml HCl pekat, 6 ditutup aluminium foil & dipanaskan (kristal asam fumarat) Kristal asam maleat ditentukan titik lelehnya Hasil Larutan tidak berwarna Larutan mendidih, tidak berwarna Larut, larutan tidak berwarna Larutan sebagian menjadi kristal. Kristal berwarna putih, larutan tidak berwarna Kristal yang terbentuk tersaring, kristal berwarna putih, filtrat tidak berwarna Larutan larut & tidak berwarna. Pada menit ke-10 larutan mulai mengkristal sedikit, menit ke-15 mengkristal sebagian, menit ke-20 larutan mengkristal semua Pada suhu 50C tidak terjadi perubahan. Pada suhu 75C mulai mencair. Pada suhu 95C mencair Pada suhu 50C tidak terjadi perubahan. Pada suhu 80C mulai mencair. Pada suhu 99C mencair

Kristal asam fumarat ditentukan titik lelehnya

Data Penimbangan No 1 2 3 4 5

Penimbangan Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 Kaca arloji Kertas saring Anhidrida maleat

Massa(g) 36,7 106,2 21,7 0,2 3

Kristal asam maleat + kaca arloji + kertas saring

24,1

Kristal asam fumarat + erlenmeyer 2

109,1

Data Refluks No 1 2 3 4 Menit ke3 10 12 20 Hasil Mulai mengkristal Senyawa besar telah mengkristal Campuran larutan sudah hampir mengkristal semuanya Mengkristal semua

BAB V

PENGOLAHAN DATA & PERHITUNGAN


5.1 Perhitungan % Rendemen Asam Maleat

(berat asam maleat kotor)

5.2 Perhitungan % Rendemen Asam Fumarat

BAB VI PEMBAHASAN

Pada percobaan keisomeran geometri dilakukan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Mula-mula dilakukan pembuatan asam maleat terlebih dahulu dengan menggunakan 3 g anhidrida maleat yang ditambahkan dengan 4 ml aquades yang telah dididihkan. Pada saat pendidihan aquades dalam erlenmeyer, erlenmeyer yang digunakan ditutup aluminium foil agar air yang menguap tidak habis keluar, sehingga air tidak cepat habis saat dididihkan. Proses pendidihan aquades berfungsi agar anhidrida maleat dapat cepat larut. Ketika penambahan anhidrida maleat ke dalam air mendidih dalam erlenmeyer dilakukan dengan cepat sehingga air yang mendidih tadi tidak banyak menguap. Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut sehingga mempermudah terjadi pembukaan ikatan pada senyawa siklik dari anhidrida maleat dan terbentuknya karbokation. Setelah penambahan anhidrida maleat pada air mendidih, larutan tersebut tetap dididihkan sampai larutannya tidak berwarna. Larutan tidak berwarna menandakan bahwa anhidrida maleat larut semua dalam air. Kemudian erlenmeyer yang berisi larutan tersebut didinginkan di dalam air agar terbentuk kristal. Pembentukan kristal pada proses ini harus terbentuk sebagian, artinya sebagian larutan terbentuk kristal dan sebagian lagi masih dalam keadaan cair (filtrat). Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan kertas saring agar kristal dan filtratnya terpisah. Setelah kristal yang tersaring kering, kristal tersebut ditimbang dan diperoleh 2,2 g untuk kristal asam maleat, kemudian asam maleat kotor sebesar 3,55 g sehingga menghasilkan % rendemen asam maleat sebesar 61,97%.

Proses pengubahan anhidrida maleat menjadi asam maleat adalah:

Kristal asam maleat yang terbentuk kemudian ditentukan titik lelehnya. Titik leleh yang didapatkan adalah 95C. Hal ini tidak sesuai dengan titik leleh asam maleat secara literatur yang leleh pada suhu 130C. Hal ini terjadi karena kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang padatnya penyimpanan kristal sehingga kurang terlihat apakah sudah mencair atau belum, air yang digunakan langsung dalam keadaan panas, sehingga kristal langsung meleleh dan tidak secara bertahap, api yang digunakan adalah spirtus sehingga apinya merah dan sulit untuk diatur. Filtrat yang diperoleh sebelumnya ditambahkan dengan HCl pekat. Proses ini merupakan proses perubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Penambahan HCl berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan lagi dari reaksi pada tahap keempat. Kemudian larutan direfluks dan erlenmeyer yang berisi filtrat ditutup dengan aluminium foil. Fungsi refluks adalah untuk membantu proses pemanasan pada asam fumarat, sehingga panas yang dihasilkan dapat berlangsung secara kontinu dan merata. Sedangkan penutupan erlenmeyer dengan aluminium foil berfungsi agar uap tidak keluar ke udara. Proses pemanasan dihentikan apabila kristal terbentuk semua dan sempurna dan tidak ada lagi larutan di dalamnya. Proses ini memakan waktu 20 menit. Kemudian kristal dikeringkan dan ditimbang. Maka diperoleh berat asam fumarat sebesar 2,9 g dan berat asam fumarat kotor sebesar 1,35 g sehingga diperoleh % rendemen asam fumarat sebesar 214,81%. Besarnya rendemen asam fumarat yang

melebihi 100% ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti saat penimbangan kristal yang terbentuk masih dalam keadaan basah, kemudian adanya zat pengotor yang masuk dalam kristal. Proses pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat adalah:

Kristal asam fumarat kemudian ditentukan titik lelehnya. Titik leleh yang didapatkan sebesar 99C. Hal ini tidak sesuai dengan titik leleh asam fumarat secara literatur yang leleh pada suhu 287C. Hal ini terjadi karena kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurang padatnya penyimpanan kristal asam fumarat pada pipa kapiler sehingga tidak terlalu terlihat apakah asam fumarat sudah mencair atau belum, api yang digunakan terlalu besar sehingga asam fumarat lebih cepat mencair, banyaknya pengotor yang masuk dalam kristal sehingga kristal yang meleleh tersebut kemungkinan pengotornya.

BAB VII KESIMPULAN


Pada praktikum keisomeran geometri, anhidrida maleat sebanyak 3 g diubah menjadi asam maleat dengan cara penambahan air yang dididihkan. Filtrat yang diperoleh ditambah HCl

dan direfluks sehingga menjadi asam maleat. Kristal asam maleat yang didapatkan berbentuk serbuk putih seberat 2,2 g dengan % rendemen 61,97% dan titik lelehnya 95C. Sedangkan kristal asam fumarat yang didapatkan berbentuk serbuk putih seberat 2,9 g dengan % rendemen 214,81% dan titik lelehnya 99C.

DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga. Keenan, Charles. W dkk. 1992. Kimia untuk Universitas jilid 2. Jakarta: Erlangga. Brandy, E. James. 1989. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara. Fessenden and Fessenden. 1986. Kimia Organik jilid I. Jakarta: Erlangga. Heart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga

También podría gustarte