BAHAN KI MI A PENATALAKSANAAN PENANGANAN KORBAN KERACUNAN MAKANAN DAN BAHAN KI MI A HERNOMO O. KUSUMOBROTO Panitia Medik/Pusat Penanggulangan dan Informasi Keracunan RSUD Dr. Soetomo Surabaya Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Pertemuan Pengembangan Pelayanan Informasi Keracunan SIKER Propinsi Jawa Timur Surabaya, 31 Agustus 2004 BATASAN KERACUNAN BATASAN KERACUNAN Terpaparnya tubuh oleh bahan kimia dalam dosis yang melebihi dosis terapetik atau yang dapat diterima oleh tubuh dalam keadaan normal, baik lewat saluran makanan, saluran napas, kulit, mata, maupun secara parenteral. KERACUNAN/INTOKSIKASI KERACUNAN/INTOKSIKASI W Intoksikasi bahan kimia dapat timbul akut atau kronik. W Dapat terjadi akibat * usaha bunuh diri ("tentamensuicide"), * pembunuhan ("homicide"), maupun * kecelakaan tidak sengaja ("accidental"). W Pada orang dewasa keracunan umumnya akibat usaha bunuh diri, sementara pada anak karena kecelakaan. ANN. CHEM. POISONING IRD. Soetomo Hospital ANN. CHEM. POISONING IRD. Soetomo Hospital 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 0 100 200 300 400 500 600 YEAR YEAR N u m b e r
o f
C a s e s N u m b e r
o f
C a s e s Hernomo, 2004 5 MJR ACUTE POISONING IRD Soetomo Hospital (1995-2003) 5 MJR ACUTE POISONING IRD Soetomo Hospital (1995-2003) 0 10 20 30 40 50 P. Drugs Pest Hydr.CB Food ALC 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 P e r c e n t a g e
o f
C a s e s
( % ) P e r c e n t a g e
o f
C a s e s
( % ) Hernomo, 2004 Others (0.47 %) House Hld (0.93 %) Unknown (0.93 %) Corrosives (5.58 %) Trad.drugs (2.32 %) Alcohol (15.35 %) Pharm.drugs (21.86 %) Food (9.30 %) Hydrocarbon (8.37 %) Pesticides (34.89 %) CHEMICAL POISONING IRD, Sutomo Hosp. Surabaya (2003) CHEMICAL POISONING IRD, Sutomo Hosp. Surabaya (2003) MORTALITY RATE OF ACUTE POISONING IRD, Soetomo Hosp. Surabaya (1995 2003) MORTALITY RATE OF ACUTE POISONING IRD, Soetomo Hosp. Surabaya (1995 2003) Hernomo, 2004 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 YEAR MORTALITY FOOD POISONING IRD, Sutomo Hosp Surabaya FOOD POISONING IRD, Sutomo Hosp Surabaya Hernomo, 2004 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 FOOD PS KERACUNAN MAKANAN IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1995-2003) KERACUNAN MAKANAN IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1995-2003) 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TOT 1. Makanan 25 4 25 35 21 5 26 20 13 174 2. Singkong 3 1 - 1 - 1 1 - - 7 3. Gadung 4 1 1 - - 1 1 4 2 14 4. Jamur 1 - 1 3 - - 2 - - 7 5. Kupang/kerang 1 - 4 - - - - - 2 7 6. Tempe 3 1 - - - - - - - 4 7. Lain-lain 2 6 4 - 2 1 2 7 3 27 TOTAL 39 13 35 39 23 8 32 31 20 240 Hernomo, 2004 KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) Keracunan makananadalah sindroma yang ditandai dengan gejala: Mual, muntah, diare Tidak jarang disertai dehidrasi dan syok, Setelah makan atau minum Terjadi pada lebih dari 1 orang Sinonim: gastroenteritis akutatau muntaber Batasan KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) Tidak termasuk dalam kelompok ini: 1. Penyakit infeksi tertentu (tifoid, kholera, disentri) 2. Alergi makanan 3. Gangguan pencernaan (akibat lemak, cabai, asam) Penyebab: 1. Toksin atau kuman yang hidup dan berkembang biak di usus: Salmonella 2. Toksin yang dibuat di luar tubuh: Staphlylococcus, Clostridium botulinum Clostridium perfringens 3. Racun dalam makanan: As, Pb, jengkol, jamur, ikan, kerang, penyu KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) MAKANAN BERACUN Karena: 1. Tercemar bahan kimia + Pestisida, lapisan dalam kaleng 2. Ditambah zat kimia tertentu + Penyedap, pemanis, pewarna, pengawet 3. Mengandung zat kimia alami + Singkong (HCN), jengkol, jamur 4. Tercemar mikroba + Salmonela, Clostridium, tempe bongkrek KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) KERACUNAN MAKANAN (FOOD POISONING) DIAGNOSIS 1. Anamnesis: mendadak, lebih dari 1 orang, bersama-sama, sesudah pesta/ tamasya/ jeda makan 2. Pemeriksaan fisik: tentukan derajat dehidrasi 3. Laboratorium: BJ plasma, faal ginjal, elektrolit 4. Dugaan etiologi: cepat (1/ 2 6 jam): zat kimia 6 12 jam: racun 12 48 jam: kuman (+demam) Tindakan diagnosis 1. Periksa semua orang yang ikut makan - Catat waktu terjadi gejala Bahan muntahan, darah, tinja, kirim ke lab catat: nama saat pengambilan 2. Pemeriksaan makanan dan minuman - Daftar semua makanan/ minuman Contoh sisa makanan/ minuman dikirim ke lab (steril + label) ` Sisa bahan muntahan 3. Pemeriksaan cara kontaminasi - Cari carrier diantara petugas Periksa cara masak Makanan/ minuman yang diduga sebagai penyebab segera dimusnahkan (setelah periksa ke lab). Pengobatan 1. Keracunan ringan sedang Istirahat di tempat tidur Kompres hangat di perut Banyak minum air garam Karbon aktif (norit) 2. Keracunan berat Kirim ke rumah sakit Keracunan makanan (MAKANANBASI) Keracunan makanan (MAKANANBASI) Karena kuman Staphylococcus Tercemar oleh batuk/ tangan kotor Makanan tidak disimpan di lemari es Disebabkan enterotosin tanah panas Gejala timbul - 6 jam setelah makan salivasi, mual, muntah, kejang perut, diare Pengobatan: simtomatik + supportive Traveller Diarrhea Traveller Diarrhea Karena kuman E. coli W 2 tipe: dengan dan tanpa toksin toksin (+): sering epidemi W Gejala timbul 8 12 jam sampai beberapa hari setelah makan. W Kejang perut, tenesmus, diare profus W Pengobatan: Antibiotik Tetrasiklin/ sulfa KERACUNAN SIANIDA KERACUNAN SIANIDA 1. Sifat-sifat Hydrogen Cyanide (HCN) bahan fumigasi dan bahan sintesis kimia dalam industri kimia (karet sintesis, pupuk, pembersih metal dll) HCN dalam biji buah al.: apel, cherry, peach, apricot dll hanya bahaya bila kulit biji pecah di usus Beb. tanaman tertentu mengandung HCN, membahayakan bila penyajian tidak baik Keracunan dapat melalui: +saluran makanan +pernapasan +kulit 2. Macam-macam: Beberapa tanaman mengandung sianida: Minyak alam Bitter Almond 4% Lima Beans (Phaseolus Lunatus) 300 mg per 100 gr biji- bijian Akar cassava (Manihot utilissima, tapioka, singkong) 245 mg per 100 gr tanaman Singkong mengandung HCN dalam umbi (akar) dan daunnya, kadar tertinggi di bagian luar umbi Singkong tak beracun HCN 50 100 mg/ kg singkong Singkong sangat beracun HCN > 100 mg/ kg 3. Patogenesis Biji-bijian yang mengandung glikosida sianogenetik (Amigdalin) melepas sianida pada proses pencernaan di usus. HCN menghambat kerja sistem Cytochrome Oxydase yang penting untuk pemakaian O 2 dalam sel Pengaruh pertama respirasi, akibat efek HCN pada pusat pernapasan dan Carotid Body selanjutnya timbul kelumpuhan pada seluruh sel tubuh 4. Diagnosis Gejala klinik i. Gambaran klinik yang menyolok: pernapasan cepat, hipotensi, konvulsi, koma ii. Keracunan akut dalam dosis tinggi (melalui saluran makan/ pernapasan): kesadaran , hipotensi, koma mati dalam 4 jam Pengobatan Keracunan Sianida 1. Resusitasi Beri O 2 murni (100%), sebaiknya dengan respirator ut mempertahankan tek O 2 tinggi dalam darah. Bila perlu dengan oksigen hiperbarik 2. Eliminasi Bawa penderita ke tempat udara segar, bila keracunan diduga lewat saluran napas Pada keracunan melalui saluran makan, KL dilakukan ssd pemberian antidotum 3. Antidotum a) Amyl nitrite : dalam bentuk sedotan (inhalation) dalam dosis 1 ampul (0,2 ml) tiap 5 menit. Stop segera bila tensi < 80 mmHg b) Sodium thiosulfate : diberikan IV lar. Na thiosulfate 25% Kecepatan 2,5 5 ml/ menit c) Sodium nitrite : diberikan IV lar. Na nitrite 3% kecepatan 2,5 5 ml/ menit. Stop bila T < 80 mmHg d) Dicobalt edetate (Kelocyanor) : sangat toksik, harus pasti ada keracunan sianida Pencegahan Keracunan Singkong [ Memilih jenis singkong yang sedikit mengandung HCN [ Persiapan yang baik sebelum dimasak: _ Diiris-iris dulu, kemudian direndam dalam air/ air mengalir dalam 24 jam sebelum dimasak _ Merebus sebaik mungkin daun singkong menghilangkan 95% HCN KERACUNAN PESTISIDA KERACUNAN PESTISIDA Pestisida: Semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama Contoh: insektisida membasmi serangga (insect) rodentisida membasmi tikus (rodent) herbisida membasmi hama tanaman Insektisida: Yang paling banyak digunakan untuk pertanian: 1. Insektisida hidrokarbon khlorin (IHK = chlorinated hydrocarbon) 2. Insektisida fosfat organik (IFO = organo phosphate insecticide) 3. Insektisida piretrin/ piretroid Selama beberapa tahun terakhir ini, pemakaian IFO dan piretrin semakin meningkat, karena pemakaian IHK dilarang di banyak negara. PESTICIDES POISONING IRD, Sutomo Hosp Surabaya PESTICIDES POISONING IRD, Sutomo Hosp Surabaya Hernomo, 2004 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 PESTICIDES PESTICIDES POISONING IRD, Sutomo Hosp Surabaya PESTICIDES POISONING IRD, Sutomo Hosp Surabaya Hernomo, 2004 0 20 40 60 80 100 120 140 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 CARBAM ORG.PH ORG.CL PYRETH DEET RODENT KERACUNAN PESTISIDA IRD, RSUD Dr. Soetomo Surabaya KERACUNAN PESTISIDA IRD, RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TOT 1. Karbamat 88 115 126 65 45 50 64 72 53 678 2. Organofo 11 3 12 10 15 7 3 6 13 80 3. Organokl - 2 4 - - - 2 - - 8 4. Piretroid 1 - 1 - - 1 1 - 1 5 5. DEET - - 1 - 1 - 2 5 3 12 6. Rodent 8 7 6 7 13 20 7 11 5 84 7. Herbis - - - - 1 - - 1 - 2 8. Lain-lain 1 1 1 2 - - 1 1 - 7 TOTAL 109 128 150 84 75 78 80 96 75 876 Hernomo, 2004 INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK SIFAT-SIFAT Nama lain dari IFO : insektisida organo fosfat (cholinesterase inhibitor). IFO: insektisida poten, paling banyak digunakan dalam pertanian, toksisitas tinggi. Derivatnya (Tabun dan Sarin), dipakai di P.D. II, sebagai gas syaraf atau gas perang. Absorbsi: kulit yang normal (intact), paru dan saluran makanan, tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK. MACAM-MACAMNYA Malathion (Tolly), Parathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon, Phosdrin, Raid, Systox, TEPP (tetraethyl pyrophosphate) dll. Cholinesterase inhibitor insecticide: - IFO yang murni dan - Carbamate Keduanya mempunya sifat-sifat fisik/ gambaran klinik yang sama. Salah satu contoh golongan carbamate: Baygon Macam-macamIFO yang BANYAK beredar: Mafu = DDVP (dimethyl-2-2 dichlorvinyl phosphate = dichlorvos) Baygon = DDVP + propoxur Raid = DDVP + propoxur Startox = DDVP + allethrin Sheltox = DDVP + pyrethroid PATOGENESIS PATOGENESIS KhE Akh inaktif IFO KhE AKh XX inaktif AKh efek kholinergik: 1. Muskarinik : otot polos 2. Nikotinik : otot bergaris (skelet) 3. SSP : stimulasi kemudian depresi Ikatan IFO KhE : irreversible Ikatan carbamate KhE : reversible Efek Farmakologik AKh: a) Muskarinik: Saluran makanan, kelenjar ludah dan keringat, pupil, bronkhus dan jantung b) Nikotinik: Otot-otot skelet, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot pernapasan c) SSP: Nyeri kepala, perubahan emosi, kejang- kejang (konvulsi) sampai koma DIAGNOSIS DIAGNOSIS Keracunan ringan: anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, takut, tremor lidah/ kelopak mata, miosis Keracunan sedang: nausea, muntah-muntah, kejang/ kram perut, hipersalivasi, hiperhidrosis, fasikulasi otot, bradikardi. Keracunan berat: diare, pupil pin-point, reaksi cahaya (-), sesak napas, sianosis, edema paru, inkontinensia urin dan feses, konvulsi, koma, blokade jantung, akhirnya meninggal 2. Pemeriksanaan laboratorik Lab rutin tidak banyak menolong Penguk. KhE dalam SDM dan plasma kepastian diagnosis Keracunan akut: Ringan 40 70% N Sedang 20 40% N Berat < 20% N 3. Pemeriksanaan PA Tidak khas edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-organ lain. PENGOBATAN PENGOBATAN 1. Resusitasi: ABC Hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat-obat depresan saluran napas, k.p. digunakan respirator pada kegagalan napas yang berat. 2. Eliminasi: Emesis, katarsis, KL, kramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun. 3. Antidotum: Atropin sulfat (SA) menghambat efek akumulasi AKh pada tempat-tempat penumpukannya. Dimulai bolus i.v. 1 2,5 mg, dilanjutkan 0,5 1 mg setiap 5 10 15 menit atropinisasi. Atropinisasi: muka merah, mulut kering, takhikardia, midriasis, febris, psikosis. Kemudian setiap 15 30 60 menit setiap 2 4 6 dan 12 jam. SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. (Penghentian SA yang mendadak rebound effect edema paru dan kegagalan pernapasan, sering fatal). Reaktivator KhE bekerja dengan cara memotong ikatan IFO-KhE, hingga timbul reaktivasi ensim KhE. Yang terkenal: 2 PAM (pyridine-2-aldoxime = Protopam). Hanya bermanfaat pada keracunan IFO, kontraindikasi pada keracunan carbamate. Dosis 1 gram iv perlahan-lahan (10 20 menit), diulang setelah 30 menit, 2 x dalam 24 jam. Hanya diberikan bila pemberian atropin telah adekuat. PROGNOSIS PROGNOSIS Pada umumnya baik, bila belum terlambat. Beberapa kesalahan pengobatan: a) Resusitasi kurang baik b) Eliminasi kurang sempurna c) Atropin kurang adekuat/ terlalu cepat dihentikan ALCOHOL ABUSED IRD, Sutomo Hosp Surabaya ALCOHOL ABUSED IRD, Sutomo Hosp Surabaya Hernomo, 2002 0 5 10 15 20 25 30 35 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 ALC.ABS 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TOT 1. Alkohol/eth 24 22 14 18 26 17 24 17 29 191 2. Spiritus 2 2 - 1 1 - 3 - 1 10 3. Metanol 1 - - 1 2 1 - 9 3 17 4. Tuak - - - - - - 2 - - 2 5. Anggur - - - - - 1 - - - 1 6. Lain-lain - - - 2 1 1 - - - 4 TOTAL 27 24 14 22 30 20 29 26 33 225 KERACUNAN ALKOHOL I RD, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya Hernomo, 2004 Penyebab Kematian Keracunan di IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1997 2003) Penyebab Kematian Keracunan di IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1997 2003) Hernomo, 2004 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TOT 1. Alkohol 1 4 1 3 1 - - 10 2. Pestisida 1 1 2 1 - 2 - 7 3. Narkotik - - 1 - - 1 - 2 4. Potas - - - - 1 - - 1 5. Korosif - - - - 1 - - 1 6. Gas CO 1 - - - - - - 1 7. Tak jelas - 2 - - 1 - - 3 TOTAL 3 7 4 4 4 3 0 25 ANGKA KEMATIAN PADA 5 PENYEBAB KERACUNAN TERBANYAK (1997 2003) ANGKA KEMATIAN PADA 5 PENYEBAB KERACUNAN TERBANYAK (1997 2003) Hernomo, 2004 Nama bahan Jumlah Meninggal % 1. Pharm. Dugs 866 4 0.46 % 2. Pesticides 638 7 1.09 % 3. Hydrocarbon 197 0 0 4. Food Poisoning 188 0 0 5. Alcohol 174 10 5.74 % TOTAL 2063 21 1.01 % RINGKASAN RINGKASAN Terdapat perubahan pola keracunan akut yang masuk IRD selama 9 tahun terakhir. Penderita yang masuk akibat keracunan makanan, jumlahnya bervariasi tergantung ada tidaknya KLB. Sebagian besar penyebab keracunan makanan yang dirawat kemungkinan besar akibat makanan yang kurang baik penyediaannya. Keracunan pestisida masih tetap didominasi oleh keracunan karbamad, dengan angka kematian yang relatif rendah. Terdapat peningkatan jumlah pemakai alkohol, dengan angka kematian yang cukup tinggi, akibat penggunaan metanol. Surabaya, 31 Agustus 2004