Está en la página 1de 4

Bronkitis Akut

Definisi Inflamasi bronkus terus-menerus dan peningkatan progresif pada batuk produktif yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab spesifik adalah gambaran klasik dari bronchitis akut. Istilah ini biasanya digunakan pada individu yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-turut dalam 2 tahun terakhir. Biasanya inflamasi dan batuk ini adalah respon pada mukosa bronchial terhadap iritasi kronis dari merokok sigaret, polusi atmosfer, atau infeksi (Tambayong, 1999).

Etiologi Penyebab paling sering adalah virus, seperti virus influenza, parainfluenza, adenovirus, serta rhinovirus. Bakteri yang sering menjadi penyebab adalah Mycobacterium pneumonia, tetapi biasanya bukan merupakan infeksi primer. Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya, namun jika dilatarbelakangi oleh penyakit kronik seperti emfisema, bronchitis kronik, serta bronkiektasis, infeksi bakteri ini harus mendapat perhatian serius (Djojodibroto, 2007).

Manifestasi Klinis Biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu (stuffy), pilek (runny nose), dan sakit tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimulai dengan batuk yang tidak produktif. Batuk ini sangat mengganggu di waktu malam. Udara dingin, banyak bicara, napas dalam, serta tertawa akan merangsang terjadinya batuk. Pasien akan mengeluh ada nyeri retrosternal dan rasa gatal pada kulit. Setelah ebberapa hari, akan terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga mukopurulen. Sesak napas hanya terjadi jika terdapat penyakit kronik kardiopulmonal. Peradangan bronkus biasanya menyebabkan hiperreaktivitas saluran pernapasan yang memudahkan terjadinya bronkospasme. Pada penderita asma, penyakit ini dapat menjadi pencetus serangan asma. Pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan keadaan normal, dan kadang-kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat; ronkhi dapat terdengar jika produksi sputum meningkat. Foto toraks menunjukkan gambaran normal (Djojodibroto, 2007).

Patofisiologi Serangan bronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang

lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut (Somantri, 2010). Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan (Somantri, 2010). Virus atau bakteri penyebab bronkitis biasanya masuk melalui port dentre mulut dan hidung droplet infection yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan (Muttaqin, 2008).

Patofisiologi Bronkitis

Pada penderita bronkitis, kelenjar sekresi mukosa dari pohon trakeobronkhial akan menebal dan mengganggu diameter lumen jalan nafas (Muttaqin, 2008).

Inflamasi bronkitis dengan adanya penebalan lumen bronkus yang menyempitkan jalan nafas. Area bergaris menunjukkan akumulasi sekret.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defense, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkitis akut, sistem mucocilliary defense paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar (Somantri, 2010). Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2, iaringan dan rasio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan pO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai pCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan) (Somantri, 2010). Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure) (Somantri, 2010).

Prognosis Prognosis adalah pengetahuan akan kejadian mendatang atau perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit. Prognosis ini dapat meliputi beberapa aspek, yaitu : a) Quo ad vitam Quo ad vitam merupakan ramalan mengenai hidup matinya penderita. Pada kasus bronkitis yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, emfisema, gagal jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.

b) Quo ad sanam Quo ad sanam merupakan ramalan mengenai kesembuhan pasien. Pada pasien bronkitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Bila tidak ada komplikasi, prognosis brokhitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang. Bila anak merokok (aktif dan pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa. c) Quo ad fungsionam Quo ad fungsionam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi fungsionalnya. Pada kasus bronkitis ini, prognosis quo ad fungsionamnya baik, dapat pulih seperti sebelumnya. d) Quo ad cosmeticam Quo ad cosmeticam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi kosmetik. Pada kasus bronkitis ini, prognosis quo ad cosmeticannya baik (Anggraini, 2011). Epidemiologi Bronkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahundan lebih banyak lagi pada usia diatas 45 tahun. Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim hujan (di daerah tropis). Bronkitis uga banyak ditemukan pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada kawasan industri (Endriyawati, 2011).

Daftar Pustaka Anggraini, Nuri. 2011. Penatalaksanaan Infra Merah dan Chest Fisioterapi pada Bronkitis Akut di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Available online at http://etd.eprints.ums.ac.id/15999/1/Halaman_Depan.pdf [diakses 6 April 2012]. Djojodibroto, Dr. R. Darmanto. 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Endriyawati, A. S. 2011. Bronkitis Akut. Available online at http://www.slideshare.net/170691/ppt-bronkitis-akut-9779716 [diakses 1 Juni 2013]. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika. Jakarta. Somantri, Irman. 2010. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Available online at http://fkunhas.com/askep-bronkitis-kronis-20100806574.html [diakses 6 April 2012]. Tambayong, dr. Jan. 1999. Patofisiologi untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

También podría gustarte