Está en la página 1de 21

Laporan Lengkap Farmakognosi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman sebagai obat. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat biasanya di dapat berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun. Umumnya obat tradisional digunakan dengan cara direbus, dimakan langsung, ataupun diperas untuk diambil sarinya. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya kesadaran untuk kembali ke alam (back tonature) untuk mencapai kesehatan yang optimal. Keuntungan penggunaan tanaman sebagai obat tradisional antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, tidak menimbulkan resistensi,dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Obat tradisional memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan modern, sehingga tubuh manusia relatif lebih mudah menerimanya.Tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional bisa berupa buah, sayur mayur, bumbu dapur, tanaman hias dan bahkan tanaman liar yang tumbuh di sembarang tempat. Salah satu tanaman yang dapat dipakai sebagai obat tradisional adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tanaman obat yang dalam beberapa tahun terakhir banyak peminatnya baik dari kalangan pangusaha agribisnis, maupun dari kalangan pengusaha industry obat tradisional, bahkan dari kalangan ilmuwan diberbagai negara. Hal ini disebabkan karena baik secara empiris maupun hasil penelitian medis membuktikan bahwa dalam semua bagian tanaman mengkudu terkandung berbagai macam senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan manusia. Peran mengkudu dalam pengobatan tradisional mendorong para peneliti diberbagai belahan dunia melakukan berbagai penelitian mengenai khasiat mengkudu.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

1.2 Tujuan 1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan simplisia. 2. Mengetahui dan memahami pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia. 3. Mengetahui dan memahami pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia, 4. Mengetahui dan memahami cara melakukan uji pendahuluan alkaloid dan saponin terhadap simplisia.

1.3 Manfaat Mahasiswa dapat mengetahui bahan-bahan alam dalam hal ini tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu obat tradisional ataupun modern dan lebih dapat mengenal karakteristik khas dari masing-masing tanaman obat baik secara makroskopik, mikroskopik, ataupun uji pendahuluan.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan a. Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus pesiess b. Morfologi Habitus : Termasuk tanaman berperawakan pohon, menahun dengan ketinggian maksimal sekitar 4 meter. Akar : Tanaman dengan sistem perakaran tunggang (Radix Primaria) percabangan sympodial quaddlangularis (segi 4) Daun : Daun tunggal yang terdiri atas petiolus dan lamina. Bangun daun ovalis dengan tulang daun peninnervis. Pangkal daun acutus, tepi daun integer dan pada ketiak daun terdapat pulvinus. Terdapat pula stipula interpetiolus, duduk daun berhadapan berseling (folia disticha) dengan bentuk batang Batang : Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus) dengan pola : Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae : Morinda : Morinda citrifolia L.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

Bunga : Bunga majemuk dalam karangan bunga capitulum. Bentuk bunga actinomorph, kelamin bunga bisexualis. Perhiasan bunga terdiri dari calyx 5 gamosepalus, corolla5 simpetal membentuk tubus, faux dan limbus. Tiap bunga terdiri dari 5 stamen yang epipetalous dengan duduk anthera versatilis dan 1 pystilum yang terdiri dari stigma, stylus dan ovarium. Letak ovarium inferum dengan 1 loculus, 4 carpelum dan letak ovarium axilaris

Buah

Termasuk

kedalam

buah

semu

majemuk

c. Tempat Tumbuh Mengkudu merupakan tumbuhan tropis, dapat tumbuh diberbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat dataran rendah sampai 1.500 m dpl (Heyne, 1987). Kondisi lahan yang sesuai untuk tanaman mengkudu adalah pada lahan terbuka cukup sinar matahari, ketinggian tempat 0 - 500 m dpl, tekstur tanah liat, liat berpasir, tanah agak kembab, dekat dengan sumber air, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasinya cukup baik. Curah hujan 1.500 - 3.5000 mm/tahun, merata sepanjang tahun, dengan bulan kering < 3 bulan, pH tanah 5 - 7 (Heyne, 1987).

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

d. Kandungan Kimia No 1 Bagian Tanaman Herba Kandunagan Kimia Alizarin, alizarin-alfa-metil eter, antraquinon, asperulosida, asam hexanoat, morindadiol, morindon, morindogenin, asam oktanoat, asam ursolat, 2 Daun Asam amino (alanin, arginin, asam aspartat, sistein, sistin, glisin, asam glutamat, histidin, leusin, isoleusin, metionin, fenilalamin, prolin, serin, threonin, triftopan, tirosin, valin),

mineral (kalsium, besi, fosfor) vitamin ( asam askorbat, beta caroten, niasin, riboflavin, tiamin, betasitisterol, asam ursolat), alkaloid (antraquinon, glikosida, resin). 3 Bunga 5,7-dimetil-apiganin-4-o-beta-d(+)galaktopiranosida,6,8-dimetoksi-3 metilantraquinon-1-o-beta ramnosilglukopiranosida, (+)-glukopiranosida 4 Bauah Asam askorbat, asam asetat, asperulosida, aambutanoat, asam benzoat, benzil alkohol, 1butanol, aam kaprilat, asam dekanoat, (E)-6dodekeno-gamma-laktona, (z,z,z)-8, 11,14acasetin-7-o-beta-d

asamekosatrinoat, asam elaidat, etil dekanoat, etil-ektanoat, etil benzena, eugenol, eugenol, glukosa, asam heptanoat, 2-heptanon, hexanal, hexanamida, hexanoat, asam hexaneudioat, 3-butan-1-o1, asam metil

1-hexanol,

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

dekanoat, metil elaidat, metil hexanoat, metil3-metil-tio-propanoat, metil oktanoat, metil oleat, metil palmitat, Scopoletin, asam

undekanoat,

(z,z)-2,5-undekadin-1-o1,

vomifol. Ascubin, L.asperuloside, alizarin, antraquinon, proxeronin, Damnacanthal. 5 Akar Asperulosids, damnachantal, morindadiol,

morindin, morindon, nordamacantal, rubiadin, rubiadin monometil eter, soranjidiol,

antraquinon, glikosida, zat getah, resin, sterol 6 Kulit Alizarin, hexosa), morindin, klororubin, glikosida, (pentosa,

morindadiol, morindon, zat

morindanigrin, resin, rubiadin

monometil eter, soranjidiol 7 Kayu Antragalol-2, 3-dimetil eter

e. Kegunaan Mengkudu mempunyai kegunaan antara lain sebagai berikut : Meningkatkan daya tahan tubuh Menormalkan tekanan darah Melawan tumor dan kanker Menghilangkan rasa sakit Anti peradangan dan anti alergi Anti bakteri Mengatur siklus suasana hati (mood) Mengatur siklus energy tubuh

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

2.2 Pemeriksaan farmakognostik a. Pemeriksaan Makroskopik Makroskopik adalah pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia. Pada pengamatan makroskopik yang akan di amati adalah morfologi dari simplisia, Morfologi adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagian-bagian, bentuk maupun fungsinya. Secara klasik, tumbuhan terdiri dari tiga organ dasar Akar, Batang, dan Daun. Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut. Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan uji ini merupakan cara untuk pengamatan yang lebih teliti dari morfologi tanaman dari simplisia mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama. b. Pemeriksaan Mikroskopik Mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing masing simplisia

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

2.3 Pemeriksaan Pendahuluan (Dasar Teori) Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai

informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapt digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekon omi lain seperti sumber tannin,minyak untuk industri, sumber gum, dll. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler.V.E,1988) Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid menccakup senyawa bersifat basa yangmengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol yang digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan ( misalnya nikotina pada suhu kamar ). Sebagian besar alkaloid alami yang bersifat sedikit asammemberikan endapan dengan reaksi yang terjadi dengan reagent Mayer (Larutan Kalium mercuri Iodida); reagent Wangner (larutan Iodida dalam Kalium Iodida); dengan larutan asam tanat,reagent Hager (saturasi denganasam pikrat); atau dengan reagent Dragendroff (larutan Kalium BismuthIodida). Endapan ini berbentuk amorf atau terdiri dari kristal dari berbagaiwarna. Cream (Mayer),Kuning (Hager),coklat kemerah merahan (Wagner dan Dragendroff). Caffein dan beberapa alkaloid tidak menimbulkan reaksi pengendapan. Ketelitian harus dimulai dari ekstraksi alkaloid yang diuji karena bahan akan membentuk endapan dengan protein. Sebagian dari protein akan membuat tidak larut dari bahan yang

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

telah diekstrak oleh proses epaporasi atau mungkin disebabkan filtrate yang terbongkar. Jika ekstrak asli telah dikonsentrasi ke konsentrasi rendah akan membentuk ekstrak alkaloid yang berbentuk basa dengan pertolongan suatu pelarut organik kemudian dimasukan dalam larutan asam encer (misalnya : Tartarat), larutan harus bebas dari protein dan siap untuk dilakukan uji alkaloid. (Teyler.V.E,1988) Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya

berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang kurangnya empat golongan senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Kedua golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai. Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu, dll), tetapi pada tahun tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbrone.J.B,1987). Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin.Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada. Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon (Glukosa, fruktosa, dll) dan aglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Harbrone.J.B,1987).

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

Laporan Lengkap Farmakognosi

BAB III METODE KERJA

III.1. Alat 1. Mikroskop 2. Pipet tetes 3. Objeck glass dan deck glass 4. Gunting 5. Pot 6. Kater 7. Cawan porselin 8. Tabung reaksi

III.2. Bahan 1. Koran 2. Alkohol 3. Kardus 4. Kapas 5. Simplisia ( daun mengkudu ) 6. Aquadest 7. Kloralhidrat 10% 8. Tali rafia 9. Alumunium foil 10.Selotip

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

10

Laporan Lengkap Farmakognosi

III.3. Prosedur a. Pembuatan simplisia 1. Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu pengumpulan, dan juga teknik pengumpulan. 2. Sortasi basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan bahan yang rusak. 3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak. 4. Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemecahan, penyerutan, pemotongan. 5. Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. 6. Sortasi kering, bensa-benda asing yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan pengepakan. 7. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia b. Pemeriksaan makroskopik 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Diamati simplisia ( daun mengkudu ) yaitu warna, bentuk, baud an rasa.

c. Pemeriksaan Mikroskopik 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Diambil serbuk simplisia (daun mengkudu) yang telah dibuat, diletakkan di atas dek gelas 3. Ditetesi dengan kloralhidrat LP 10% lalu difiksasi dengan pemanasan. 4. Ditutup dengan objek gelas 5. Diamati secara mikroskopik .

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

11

Laporan Lengkap Farmakognosi

d. Uji pendahuluan Identifikasi alkaloid 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Ditimbang 0,2 gram simplisia. 3. Dilakukan penyarian pada serbuk simplisia dengan campuran 1 ml eter dan 1 ml kloroform. 4. Disaring ke dalam tabung reaksi. 5. Ditambahkan pereaksi mayer LP. 6. Diamati perubahan yang terjadi. Keberadaan alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan kuning muda. Identifikasi saponin 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Dimasukkan 0,2 gram simplisia ke dalam tabung reaksi. 3. Ditambhakan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. 4. Ditambahkan 2 tetes HCl 2 N. 5. Diamati perubahan yang terjadi. Keberadaan saponin akan ditandai dengan terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi1-10 cm, pada penambahan HCl 2 N buih tidak hilang.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

12

Laporan Lengkap Farmakognosi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil a. Makrokopik Nama sampel Pengamatan makroskopik Keterangan

Warna : hijau tua. Mengkudu Morinda citrifolia. L Bau : khas (teh)

Bentuk: oval Rasa : kecut

b. Mikroskopik Nama sampel Pengamatan mikroskopik


2

Keterangan

1. Stomata Mengkudu Morinda citrifolia. L


3

2. Epidermis 3. Dinding sel

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

13

Laporan Lengkap Farmakognosi

c. Uji pendahuluan Keterangan Nama sampel Pengamatan Alkaloid Saponin

Mengkudu Morinda citrifolia. L

(-)

(-)

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

14

Laporan Lengkap Farmakognosi

4.2 Pembahasan Salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang obat-obatan asli adalah farmakognosi. Farmakognosi bersal dari bahasa yunani , dimana Pharmakon yang berarti obat dan Gnosis yang berarti pengetahuan . jadi, Farmakognosi adalah Pengetahuan tentang obat-obatan alami. Farmakognosi juga merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi juga mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral. Keberadaan farmakognosi dimulai sejak pertama kali mulai mengelola penyakit, seperti menjaga kesehatan, penyembuhan penyakit , pengobatan dan lain sebagainya. Pada praktikum farmakognosi ini, dilakukan beberapa percobaan, yaitu pembutan simplisia, pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik dan uji pendahuluan terhadap simplisia tersebut. Simplisia yang dibuat, diamati dan di uji berbeda untuk masing-masing praktikan, dan yang akan dibahas kali ini adalah simplisia daun mengkudu. Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tanaman obat yang dalam beberapa tahun terakhir banyak peminatnya baik dari kalangan pangusaha agribisnis, maupun dari kalangan pengusaha industry obat tradisional, bahkan dari kalangan ilmuwan diberbagai negara. Hal ini disebabkan karena baik secara empiris maupun hasil penelitian medis membuktikan bahwa dalam semua bagian tanaman mengkudu terkandung berbagai macam senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan manusia. Peran mengkudu dalam pengobatan tradisional mendorong para peneliti diberbagai belahan dunia melakukan berbagai penelitian mengenai khasiat mengkudu. Pertama tama yang dilakukan adalah pembuatan simplisia. Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

15

Laporan Lengkap Farmakognosi

untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral atau pelikan. Adapun simplisia yang dibuat pada praktikum ini adalah simplisia nabati, Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka dilakukan pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar diperpoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Depkes RI dalam buku resmi seperti materi medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan ekstra Farmakope Indonesia. Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari. Tahap- tahap pembuatan simplisia meliputi sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortassi kering dan pengepakan. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan bahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang.Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM. Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan

penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

16

Laporan Lengkap Farmakognosi

dijemur dengan keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Sortasi setelah engeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotr pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Selanjutnya simplisia yang telah jadi di simpan dalam wadah pot plastik, dan disimpan pada tempat yang sejuk untuk menjaga mutu simplisia tersebut. Percobaan selanjutnya adalah melakukan pengamatan makroskopik dan mikroskopik terhadap simplisia yaitu daun mengkudu. Berdasarkan pengamatan makroskopik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa, daun mengkudu memiliki bau khas seperti teh, dan rasanya agak kecut. Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Sedangkan pada pengamatan mikroskopik, yang tampak adalah stomata, epidermis dan dinding sel. Percobaan yang terakhir adalah melakukan uji pendahuluan terhadap simplisia daun mengkudu. Uji yang dilakukan adalah identifikasi alkaloid dan saponin, untuk mengetahui apakah terdapat senyawatersebut dalam simplisia. Pada identifikasi alkaloid dan saponin yang dilakukan, hasil pengamatan meunjukkan negatif (-) atau tidak menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

17

Laporan Lengkap Farmakognosi

saponin. Berdasarkan literatur, daun mengudu mengandung alkaloid yaitu antraquinon, glikosida dan resin. Hal ini berbeda dengan hasil percobaan yang telah dilakukan, ini berarti terjadi kesalahan dalam praktikum yang dilakukan baik dalam pembuatan simplisia maupun dalam melakukan identifikasi. Ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan kesa;ahan ini yaitu pengambilan sampel yang sebaiknya dilakukan pada pagi hari, akan tetapi pada praktikum ini dilakukan pada sore hari, selain itu kesalahan praktikan dalam pengolahan dan penyimpanan simplisia dapat mempengaruhi zat aktif yang terkandung dalam simplisia, serta kesalahan praktikan dalam melakukan identifikasi juga dapat menyebabkan percobaan tidak sesuai dengan literatur.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

18

Laporan Lengkap Farmakognosi

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Tahap- tahap pembuatan simplisia meliputi sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortassi kering dan pengepakan 2. Daun Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia) ini berbau khas teh, berasa kecut, berdaun tebal mengkilap, daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal, bentuknya jorong lanset, tepi daun rata, ujung lancip pendek, pangkal daun berbentuk pasak, urat daun menyirip, warna hiaju mengkilap, tidak berbulu, pangkal daun pendek. 3. Daun Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia) pada pemeriksaan mikroskopik, diketahui bahwa antomi daun tersusun atas stomata, epidermis dan dinding sel. 4. Daun Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia) negatif mengadung senyawa saponin dan alkaloid.

5.2 Saran Disarankan agar pada praktikum farmakognosi ini, sebaiknya untuk pengambilan sampel dapat dilakukan di daerah yang lebih dekat dan memiliki banyak tumbuhan yang umumnya berkhasiat sebagai obat.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

19

Laporan Lengkap Farmakognosi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Situs Dunia Tumbuhan, www.plantamor.com. Diakses tanggal 25 november 2012, jam 19:00.

Anonim, 2012, Khasiat Mengkudu, http://www.deherba.com/khasiat-mengkudu.html, Diakses tanggal 25 november 2012, jam 19:40.

Gunawan, Didik, Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I. Penebar swadaya. Jakarta. Pp. 140

Harborne. J.B.,1987, Metode Fitokimia, terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press . Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Yayasan sarana Warna Jaya, Jakarta

Maria Goreti Waha, Buku Sehat Dengan Mengkudu, STP, Jakarta. Teyler.V.E.et.al.1988. Pharmacognosy.9th Edition. 187 188. Phiadelphia : Lea & Febiger

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

20

Laporan Lengkap Farmakognosi

BIOGRAFI

Penulis bernama lengkap Mulyani, dilahirkan di Ogoamas 2 Mei 1993 oleh pasangan Mohammad Bikri dan Nasirah. Penulis mulai mengenal Pendidikan pada tahun 1999 di SDN 2 Tatura Palu dan menyelesaikannya pada tahun 2005. Kemudian penulis

melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2005 di SMP Negeri 9 Palu. Namun karena tuntutan Orangtua, pada tahun 2006 penulis pindah ke SMP Negeri 2 Sojol dan menyelesaikannya pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada SMK Nusantara Palu, mengambil Jurusan Farmasi dan menyelesaikannya pada tahun 2011. Sekarang, penulis masih melanjutkan jenjang Pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota Palu , yakni Universitas Tadulako pada tahun 2011. Penulis mengambil pRogram Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako

21

También podría gustarte