Está en la página 1de 15

ISSN 0215 - 8250

233

PENGARUH STATUS GIZI, KADAR HEMOGLOBIN, DAN GLUKOSA DARAH TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI oleh I Wayan Sukawana Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung antara status gizi, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi. Penelitian dilakukan dengan metoda korelasional terhadap 43 siswa semester genap kelas X SMAN 6 Denpasar yang diperoleh dengan teknik random kelompok bertahap. Data status gizi, kadar hemoglobin darah, dan kadar glukosa dikumpulkan tiga minggu sebelum tes hasil belajar Biologi dengan teknik pemeriksaan klinis. Data hasil belajar Biologi dikumpulkan dengan 50 item tes. Data dianalisis dengan analisis jalur. Beberapa temuan hasil penelitian (1) Ada hubungan positif bermakna antara status gizi dengan kadar hemoglobin (koefisien korelasi = 0,32, nilai uji t = 2,49, dan nilai t(0,05/2; 41) = 2,02). (2) Ada hubungan positif bermakna antara status gizi dengan kadar glukosa darah (koefisien korelasi = 0,50, nilai uji t = 3,69, dan nilai t(0,05/2; 41) = 2,02). (3) Ada pengaruh langsung bermakna status gizi terhadap hasil belajar Biologi (nilai beta = 0,64, nilai thitung = 4,82, dan nilai t(0,05/2;40) = 2,02). (4) Ada pengaruh langsung bermakna kadar hemoglobin terhadap hasil belajar Biologi (nilai beta = 0,35, nilai thitung = 3,20, dan t(0,05/2; 40) = 2,02). (5) Ada pengaruh langsung secara tidak bermakna kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi ( = 0,18, nilai thitung = 1,70, dan nilai t(0,05/2; 39) = 2,02). (6) Ada pengaruh tidak langsung secara bermakna status gizi melalui kadar hemoglobin darah terhadap hasil belajar Biologi dan (7) Tidak ada pengaruh tidak langsung status gizi melalui kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi. Kata kunci: status gizi, hemoglobin, glukosa darah, hasil belajar ABSTRACT
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

234

The purposes of this research were to know direct and indirect influence of nutrition status, hemoglobin and blood glucose level toward for students achievent in Biologi. Subjects of the study were 43 students of class 10th of SMAN 6 Denpasar, during the even semester. The subjects were obtained by cluster random technique. To get the intended data, correlational method was conducted. Data of nutrition status, hemoglobin and blood glucose level were collected three weeks before Biology test conducted with clinical examination technique. For students achievent in Biologi data were collected using 50 items test. The data were analyzed with path analysis. The result of the study could be described as follows (1) There was significant positive relation between nutrition status with blood hemoglobin level (correlation coefficient was 0.32, ttest value = 2.49, t(0.05/2; 41) value= 2.02). (2) There was significant positive relation between nutrition status with blood glucose level (correlation coefficient was 0.50, ttest value =3.69, t(0.05/2; 41 value = 2.02). (3) There was significant direct influence between nutrition status with students achievent in Biologi (Beta value = 0.64, ttest value = 4.82, t(0.05/2; 40) value = 2.02). (4) There was significant direct influence between blood hemoglobin level with students achievent in Biologi (Beta value = 0.35, ttest value = 3.20 t(0.05/2; 40) value = 2.02). (5) There was not significant direct influence between blood glucose level with students achievent in Biologi (beta value = 0.18, ttest value = 1.70, t(0.05/2; 40) value = 2.02). (6) There was significant indirect influence between nutrition status through blood hemoglobin level to students achievent in Biologi. (7) There was no indirect influence between nutrition status through blood glucose level to students achievent in Biologi. Key word: nutrition status, hemoglobin, blood glucose, achievement

1. Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian dan Nilai Ebtanas Murni (NEM) disimpulkan mutu lulusan SMP/SMA di Indonesia masih rendah (Silverius, 2004). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugito (2005) yang menyatakan kualitas pendidikan di Indonesia menduduki posisi paling buncit dari 12
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

235

negara di Asia. Third Matemathics and Science Study (TIMSS), melaporkan bahwa kemampuan IPA siswa SMP di Indonesia berada pada urutan ke-32 dari 38 negara yang disurvei (Nurhadi, 2004: 1). Salah satu mata pelajaran rumpun IPA yang kurang diminati siswa adalah Biologi (Rustaman, 2003: 14). Belajar Biologi membutuhkan kemampuan numerikal, rasio dan nalar yang tinggi. Syah (2004: 132) memaparkan prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Ahmadi dan Widodo (1991: 76-81) menguraikan faktor internal mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Pada saat belajar otak melakukan serangkaian proses, yaitu: modifikasi protein prasinaps, pembentukan sinaps baru, perubahan membran sinaps, dan sintesis neurotransmiter (Sherwood, 2001: 132). Dalam menjalankan fungsinya, otak membutuhkan glukosa dan oksigen sebagai bahan energi utama. Sebagian besar (98,5%) oksigen diikat oleh hemoglobin. Sintesis hemoglobin dan glukosa membutuhkan zat gizi makro dan mikro yang diperoleh dari asupan rutin atau dari cadangan dalam tubuh. Keseimbangan antara asupan dan penggunaan zat gizi menentukan status gizi seseorang. Dewasa ini masalah kurang gizi pada remaja masih tinggi. Hal tersebut terbukti dengan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, ditemukan 57,5% anak usia 10-14 tahun mengalami anemia gizi besi (Almatsier, 2002: 304). Pada penelitian ini diteliti: apakah ada pengaruh langsung maupun tidak langsung antara status gizi, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi? Mengacu pada masalah yang diteliti, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung antara status gizi, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi. Lebih khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara status gizi dengan kadar hemoglobin, (2) hubungan antara status gizi dengan kadar
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

236

glukosa darah, (3) pengaruh langsung status gizi terhadap hasil belajar Biologi, (4) pengaruh langsung kadar hemoglobin terhadap hasil belajar Biologi, (5) pengaruh langsung kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi, (6) pengaruh tidak langsung status gizi melalui kadar hemoglobin terhadap hasil belajar Biologi, dan (7) pengaruh tidak langsung status gizi melalui kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan Trias Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), antara lain: menentukan materi penyuluhan kesehatan, melakukan pemeriksaan dini status kesehatan anak, dan pembinaan terhadap kantin sekolah dalam penyediaan jenis/menu makanan. Aliran kognitif memandang belajar tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon tetapi lebih dari itu, melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Irawan dkk., 1997: 7). Penganut teori kognitif ingin menemukan bagaimana impresi indera dicatat dan disimpan dalam otak, serta bagaimana cara menggunakan impresi tersebut dalam memecahkan masalah. Teori pemrosesan informasi oleh Robert M. Gagne (dalam Dahar, 1996: 23-49) menyatakan bahwa pemrosesan informasi dimulai dari adanya input yang diterima oleh reseptor, kemudian dimasukkan ke dalam registor penginderaan untuk disimpan. Informasi yang tersimpan dalam otak digunakan untuk membimbing efektor dalam melaksanakan serangkaian tindakan. Otak manusia terbagi menjadi belahan (hemisfer) kanan dan kiri. Hampir 95% manusia memiliki hemisfer dominan pada hemisfer kiri. Hemisfer dominan berkembang menjadi area Wernicke, yaitu pusat interpretasi bahasa (Guyton dan Hall, 1997: 915-916). Kemampuan intelektual sangat tergantung pada area Wernicke. Sidharta dan Dewanto (1986: 232) menyatakan area Wernicke berfungsi untuk merumuskan
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

237

bahasa, berhitung dan pemikiran logis. Hemisfer non-dominan berfungsi untuk orientasi spasial. Sebagian besar stimulus sensoris yang diterima saat belajar diidentifikasi sebagai simbol bahasa pada area Wernicke, kemudian diteruskan ke hipokampus. Hipokampus mengkonsolidasikan dan mengintegrasikan berbagai stimulus dengan memori yang telah ada menjadi memori jangka panjang (Sherwood, 2001: 131). Ganong (1995: 46 - 47) menguraikan, stimulus sensoris mengakibatkan neuron aferen mengalami proses depolarisasi. Proses depolarisasi mengantarkan impuls neuron sampai pada bagian akhir akson (prasinaps). Menurut Sherwood (2001: 664 - 665), impuls merangsang prasinaps memodifikasi protein tertentu menjadi neurotransmiter baru. Modifikasi protein tersebut mengakibatkan informasi disimpan dalam memori jangka pendek (short term). Tahap short term terdiri dari tahap instantaneous (beberapa detik) dan tahap short term (beberapa menit). Memori instantaneous dapat ditingkatkan menjadi memori short term dengan cara mengulang-ulang memori instantaneous. Memori dalam short term masih labil, sehingga mudah hilang. Pengunaan memori short term secara terus-menerus atau pengulangan informasi (reinforcement) menyebabkan perubahan fisiokemikal, yaitu; pembentukan hubungan sinaps baru, perubahan membran sinaps, dan peningkatan sintesis neurotransmiter. Perubahan fisiokemikal mengakibatkan terbentuknya long term memori. Konsolidasi memori dikontrol oleh hipokampus dan sistem limbik yang berfungsi sebagai pusat hukuman dan ganjaran. Prasinaps dilengkapi dengan struktur interna, yang disebut dengan mitokondria. Mitokondria berfungsi untuk mensistesis adenosin trifosfat (ATP), yaitu energi untuk mensintesis neurotransmiter baru atau mendaur ulang neurotransmiter yang telah dipakai. Satu-satunya sumber energi bagi otak adalah glukosa, tetapi otak tidak mampu menyimpan cadangan energi
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

238

ini. Otak tidak mampu menggunakan glukosa tanpa oksigen karena kecepatan metabolismenya yang tinggi. Oleh karena itu, aktivitas otak sangat tergantung pada persediaan glukosa dan oksigen detik per detik dari darah. Sebagian besar (98,5 %) oksigen diangkut dalam bentuk FeO 2 oleh hemoglobin. (Guyton dan Hall, 1997; Sherwood, 2001). Sintesis hemoglobin membutuhkan makronutrien dan mikronutrien yang diperoleh dari asupan rutin dan cadangan dalam tubuh (Hoffbrand dan J.E. Pettit, 1996: 7). Demikian pula halnya dengan glukosa, kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh asupan rutin dan cadangan dalam tubuh. Sherwood (2001: 664 - 666) menguraikan 90 180 menit setelah makan (asupan glukosa), glukosa darah secara perlahan akan turun. Setelah jumlah glukosa dalam darah turun, maka tubuh memecah cadangan glukosa maupun non-glukosa menjadi glukosa. Menurut Almatsier (2002: 148) keseimbangan antara asupan dengan pemakaian zat makanan menentukan status gizi seseorang. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode korelasional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 43 siswa kelas X SMAN 6 Denpasar yang diperoleh dengan teknik random kelompok bertahap. Data dikumpulkan dengan (1) Metode pemeriksaan klinis, terdiri atas metode antopometri untuk mengumpulkan data status gizi, metode Coulter dan Cyanmethemoglobin untuk mengumpulkan data kadar hemoglobin, serta metode Blood Glucose Test Meter GlucoDr untuk mengukur kadar glukosa darah. (2) Metode tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar Biologi. Tes terdiri dari 50 butir soal dengan koefisien validitas isi 0,85, validitas empiris 0,19 0,68, dan indeks reliabilitas 0,76. Pemeriksaan klinis dilakukan tiga minggu sebelum tes hasil belajar Biologi.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

239

Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung variabel eksogen (status gizi) terhadap variabel endogen (kadar glukosa darah, kadah hemoglobin, dan hasil belajar Biologi) dianalisis dengan analisis jalur. Taraf signifikansi ditetapkan sebesar 5%. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Data Berdasarkan Indeks massa tubuh (IMT), 13,95% siswa dikategorikan memiliki status kurang gizi tingkat berat, 23,26% status kurang gizi tingkat ringan, 51,16% status gizi normal, 6,98% status gizi lebih tingkat ringan, dan 4,65% status gizi lebih tingkat berat. Berdasarkan penghitungan MCH (rata-rata jumlah hemoglobin dalam satu eritrosit), ditemukan 11,63% siswi dan 2,33% siswa memiliki jumlah hemoglobin kurang dari batas normal (anemia). Kadar glukosa darah siswa berkisar antara 67,00 146,00 g/dl dengan rata-rata sebesar 111,70 g/dl. Skor hasil belajar Biologi berkisar antara 19 - 41 dengan rata-rata 30,56 dan simpangan baku 5,77. 3.2. Pengujian Hipotesis Sebelum melakukan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Berdasarkan hasil uji Chi-Square disimpulkan seluruh data berdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Koefisien korelasi antara kadar hemoglobin darah (X2) dengan kadar glukosa darah (X3) sebesar 0,06 (< 0,80), sehingga multikoloniaritas tidak terjadi. Pola hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier (signifikansi F liniearity < 0,05). Diagram pencar residual tidak membentuk pola tertentu, sehingga disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas antara variabel bebas dengan variabel terikat. Tidak terjadi otokorelasi, terbukti
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

240

dengan nilai Durbin-Watson (1,64) > dL (1,38) > dU (1,67). Dengan demikian, analisis jalur layak untuk dilakukan. Uji hubungan antara status gizi dengan kadar hemoglobin, ditemukan; koefisien korelasi = 0,32, nilai thitung = 2,49, dan nilai t(0,05/2; 41) = 2,02. Jadi terdapat hubungan positif bermakna antara status gizi dengan kadar hemoglobin. Koefisien korelasi antara status gizi dengan kadar glukosa darah = 0,50, dengan thitung = 3,69, dan t(0,05/2; 41) = 2,02. Dengan demikian disimpulkan terdapat hubungan positif bermakna antara status gizi dengan kadar glukosa darah. Hasil analisis pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung antara status gizi, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi, disajikan pada gambar 01.
R2Error = 0,90

X2 Kadar Hemoglobin X1 Status Gizi r2.1 =0,32; = 0,32 ry.1 =0,50; =0,64 r3.1 =0,50; = 0,50

ry.2= 0,52; = 0,35

R2Error =0,69

Y Hasil Belajar Biologi

ry.3= 0,42; = 0,18 X3 Kadar Glukosa Darah R2Error =0,87

Keterangan :

jalur tidak signifikan

Gambar 01: Struktur Hubungan Kausal Status Gizi, Kadar Hemoglobin, dan Kadar Glukosa Darah Terhadap Hasil Belajar Biologi Berdasarkan nilai koefisien jalur pada gambar 01, dapat dihitung besar pengaruh langsung dan tidak langsung variabel eksogen dengan variabel endogen. Rangkuman hasil penghitungan dan uji signifikansi, disajikan pada tabel 01.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

241

Tabel 01: Besar Pengaruh Status Gizi (X1), Kadar Hemoglobin Darah (X2), serta Kadar Glukosa Darah (X3) terhadap Hasil Belajar Biologi (Y)
No Variabel Langsung 1 2 3 5 6 7 8 9 X1 terhadap X2 X1 terhadap X3 X2 terhadap Y X3 terhadap Y X1 terhadap Y 1 2 3 0,32 0,50 0,35 0,18 0,53 0,90 0,87 0,69 Besar Pengaruh Tidak Langsung Melalui X2 Total Uji Signifikansi THitung Ttab 2,18 3,70 3,20 1,70 4,82 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02

0,32X0,35= 0,11

0,64

Koefisien determinasi (R2) antara status gizi, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi sebesar 0,56, nilai uji F = 16,75, dan nilai F0,05(1,39) = 2,85. Dengan demikian disimpulkan bahwa status gizi, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah secara bersama sama memberikan kontribusi yang bermakna sebesar 56,30% terhadap hasil belajar Biologi.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

242

3.3. Pembahasan Masalah gizi pada siswa SMAN 6 Denpasar, jauh di bawah temuan hasil penelitian lain. Studi antopometri yang dilakukan pada anak-anak sekolah di negara berpenghasilan rendah (Indonesia, Vietnam, India, Ghana, dan Tanzania) ditemukan prevalensi gizi kurang sebesar 34 62% dan gizi lebih 48-56% (Khomsan, 2003). Almatsier (2002: 301) menyatakan bahwa saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan karena kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, dan kurangnya pengetahuan tentang gizi. Sebaliknya masalah gizi lebih diakibatkan karena kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang tidak diimbangi dengan pengetahuan yang baik tentang gizi. Jumlah anemia yang ditemukan pada penelitian ini lebih rendah dari pada temuan penelitian di tempat lain. Gklinis (2004) melaporkan persentase anemia hasil penelitian di beberapa tempat antara lain: penelitian pada remaja putri 10-14 tahun di Bogor 57,10% (SKRT tahun 1995); remaja putri di Bogor 44% (Permaesih tahun 1988); remaja putri di Bandung 40-41% (Saidin tahun 2002 dan Lestari tahun 1996); remaja putri di Tangerang dan Kupang 4,17% (UNICEF tahun 2001); remaja putri 10-19 tahun di Indonesia 30% (SKRT tahun 2001). Remaja putri memiliki resiko anemia yang lebih tinggi dari pada remaja laki-laki, karena menstruasi dan remaja putri lebih banyak memperhatikan penampilan dengan mengurangi jumlah makan (Utamadi, 2002). Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan positif dan pengaruh langsung yang bermakna antara status gizi dengan kadar hemoglobin. Pertumbuhan tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak, di antaranya adalah zat besi. Jika zat besi dalam tubuh kurang maka terjadilah anemia. Almatsier (2002: 256) menyatakan sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

243

mengandung zat besi. Price dan Lorraine (2006: 256 - 260) menyatakan kekurangan zat besi disebabkan karena tiga faktor, yaitu: asupan yang tidak mencukupi, gangguan absorbsi usus, dan kehilangan darah baik karena perdarahan maupun menstruasi pada wanita. Pengaruh varibel luar jalur terhadap kadar hemoglobin = 0,90. Syafei (2005) menyatakan penyakit kronis merupakan penyebab anemia terbanyak kedua setelah kurang gizi. Price dan Lorraine (2006: 261) menyatakan faktor lain penyebab anemia adalah infeksi cacing, gangguan usus, dan keganasan. Ada hubungan positif kuat dan pengaruh langsung status gizi dengan kadar glukosa darah. Menurut Ganong (1995: 273) kadar glukosa darah dipengaruhi oleh masukan dan cadangan dalam bentuk glikogen hati serta lemak jaringan. Dalam keadaan tidak ada asupan glukosa, tubuh melakukan glikogenolisis dan glukoneogenesis untuk mempertahankan kadar gula darah minimal 70 g/dl. Pembongkaran cadangan glukosa mulai terjadi tiga jam setelah makan (Baron, 1995: 67). Pengaruh status gizi terhadap hasil belajar Biologi sebesar 0,64 (pengaruh langsung = 0,53, dan pengaruh tidak langsung melalui kadar hemoglobin = 0,11) dengan korelasi murni (parsial) sebesar 0,50. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aisyah (2005), lebih dari 20 tahun terakhir berbagai hasil penelitian menemukan adanya korelasi positif antara status gizi terutama pada masa pertumbuhan yang pesat dengan perkembangan fungsi otak. Zat gizi dibutuhkan untuk mensintesis neurotransmiter pada otak (Sherwood, 2001: 132). Pengaruh langsung kadar hemoglobin terhadap hasil belajar Biologi sebesar 0,35 dengan korelasi murni sebesar 0,52. Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi untuk menghantarkan oksigen ke jaringan termasuk otak. Proses belajar mengakibatkan aktivitas otak meningkat, sehingga membutuhkan oksigen yang lebih banyak. Menurunnya jumlah oksigen akibat anemia mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuron (Guyton dan Hall, 1997:
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

244

724). Syafei (2005) menyatakan anemia merupakan salah satu penyebab tingginya anak-anak yang tidak lulus saat ini. Berdasarkan hasil analisis jalur, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Biologi dipengaruhi oleh status gizi dan kadar hemoglobin. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah hasil belajar harus dimulai dari upaya mengatasi masalah gizi dan anemia yang masih tinggi pada anak-anak sekolah. Masalah gizi dan anemia pada anak sekolah dapat diatasi dan dicegah melalui Trias Program UKS, yaitu dengan melakukan: deteksi dini (skrining), penyuluhan kesehatan, dan upaya rujukan (Poedjio, 1987: 1-8). Penelitian ini menemukan pengaruh variabel luar jalur terhadap hasil belajar Biologi sebesar 0,69. Menurut Syah (2004: 132), prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor; internal, eksternal dan pendekatan belajar. Penelitian ini hanya meneliti sebagian faktor internal, sehingga pengaruhnya lebih kecil dibandingkan pengaruh variabel luar. 4. Penutup Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini, adalah (1) ada hubungan positif bermakna antara status gizi dengan kadar hemoglobin, (2) ada hubungan positif bermakna antara status gizi dengan kadar glukosa darah, (3) ada pengaruh langsung bermakna status gizi terhadap hasil belajar Biologi, (4) ada pengaruh langsung bermakna kadar hemoglobin terhadap hasil belajar Biologi, (5) ada pengaruh langsung tidak bermakna kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi, (6) ada pengaruh tidak langsung bermakna status gizi melalui kadar hemoglobin terhadap hasil belajar Biologi, dan (7) tidak ada pengaruh tidak langsung status gizi melalui kadar glukosa darah terhadap hasil belajar Biologi. Mengacu pada simpulan dan pembahasan di atas, maka disarankan kepada pemegang program UKS dari pihak sekolah dan Puskesmas untuk
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

245

mengoptimalkan pelaksanaan program UKS sehingga masalah gizi dan anemia pada siswa dapat dicegah, dideteksi, serta ditangani sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Cetakan Ke-1. Jakarta: Rineka Cipta. Aisyah, Iis. 2005. Mencetak Anak Cerdas. http: //www.gizi.net. Tanggal 17 April 2007. Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan ke-2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Baron, D.N. 1995. Patologi Klinik. Alih Bahasa Petrus Adrianto dan Johannes Gunawan. A Short Texbook of Chemical Pathology. Cetakan ke-5. Jakarta: EGC. Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta: Erlangga. Ganong, William F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Petrus Adrianto. Review of Medical Physiology. Cetakan ke-2 Jakarta: EGC Gklinis. 2004. Suplementasi Iron Zinc Antisipasi Anemia Remaja Putri. Dalam Swara Tigaraksa, Nomor 80. tahun V. Pekan I II. April 2004 (Hal. 14). http: //www. gizi.net. Tanggal 17 April 2007. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan dkk. Textbook of Medical Physiology. Jakarta: EGC. Hoffbrand, A.V. dan J.E. Pettit. 1996. Kapita Selekta Haematologi. Alih Bahasa Iyan Darmawan. Essential Haematology. Cetakan Ke-6. Jakarta: EGC. Irawan, Prasetya dkk. 1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Cetakan ke-6. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250

246

Khomsan, Ali. 2003. Menuju SDM Berkualitas: Perbaikan Mutu Kesehatan dan Pendidikan Anak Sekolah. KOMPAS. 12 April 2003. Mardiati, Ratna. 1996. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Cetakan Ke-1. Jakarta: Sagung Seto. Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Edisi Kedua (Revisi). Malang: Universitas Negeri Malang. Poedjio, H. Poerbojo. 1987. Usaha Kesehatan Sekolah: Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Departemen Kesehatan RI. Price, Silvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Terjemahan Brahm U. Pendit. dkk. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes. Edisi 6. Jakarta: EGC Rustaman, Nuryani Y. dkk. 2003. Common Text Book: Strategi Belajar Mengajar Biologi. Edisi Revisi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Biologi FP MIPA UPI. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Terjemahan Brahm U. Pendit. Human Physiology: From Cells to System. Jakarta: EGC Sidharta, P. dan G. Dewanto. 1986. Anatomi Susunan Saraf Pusat Manusia. Jakarta: Dian Rakyat. Silverius, Suke. 2004. Pendidikan: Antara Tanggungjawab dan Mutu. Dalam JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Edisi Khusus (Hal. 22-23). Sugito, Pudjo. 2005. Di balik Tidak Lulusnya Ribuan Siswa. BALI POST. 2 Juli 2005, Hal. 7, Kol. 4-7. Syafei, Sayfrizal. 2005. Anemia Pada Anak Ganggu Perkembangan Otak. http://www.balipost.co.id. Tanggal 17 April 2007. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi. Cetakan ke-9. Bandung: Remaja Rosdakarya.
___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

ISSN 0215 - 8250 Utamadi, Guntoro. 2002. Remaja dan Anemia. http://www.gizi.net. tanggal 17 April 2007. PKBI

247 Pusat.

___________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

También podría gustarte