Está en la página 1de 87

1

SKRIPSI FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR 2012

Oleh :

EKA SUPRIANTO BALALIO 142 280 060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULT AS KESEHAT AN M ASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2012

KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Pemberi nikmat walaupun tak pernah meminta balasan. Pengasih dan Penyayang bagi orangorang yang mau bernaung atas cinta-Nya.Dengan limpahan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan segala keterbatasan dan kekurangan dengan judul Faktor factor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yan melakukan Hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar Tahun 2012. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga beliau,

sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama menempuh perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini, namun dengan bantuan semua pihak baik materi maupun nonmaterial kepada penulis sehingga semua dapat teratasi sesuai harapan. Melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Ayahanda Abd. Basyar dan Ibunda tercinta Suriaty Totondeng S. Pd doa restu, cinta,

kasih sayang, pengorbanan dan dedikasinya dalam mendidik penulis, yang selalu menjadi motivator dan memberikan semangat, doa yang tulus dan ikhlas kepada penulis. Terima kasih atas doa dan dukungannya yang telah membuat hidupku tak berarti tanpa mereka. Perkenankan pula penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Maryunis, S.Kep, Ns, M. Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Safruddin, S. Kep, Ns Selaku Pembimbing II yang dengan penuh keikhlasan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih pula kepada Bapak dr.Muh.Khidri Alwi M. Kes, M. Ag selaku Penguji I dan Ibu Tutik Agustini, S. Kep, Ns selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pemikiran, masukan dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati tak lupa pula penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. H. Muh. Mokhtar Noer Jaya, SE, M.Si selaku ketua Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia Makassar. 2. Prof.Dr.Hj. Masrurah Mokhtar, MA selaku Rektor Universitas Muslim Indonesia Makassar 3. 4. DR. Sudirman, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dr.H.Muh.Khidri Alwi, M.Kes, M.Ag selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan sekaligus selaku Penguji I 5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

membekali

penulis

dengan

berbagai

ilmu

pengetahuan

dan

keterampilan di bidang keperawatan 6. Seluruh staf pegawai, administrasi, keamanan, dan kepustakaan kampus yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis selama menimba ilmu di Universitas Muslim Indonesia Makassar 7. Adikku tersayang Dwy Jayanti yang selalu menjadi motivator dan memberikan semangat,doa serta bantuan untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungannya yang telah membuat hidupku sangat berarti. 8. Wahyuniarsy Masri S.Pd kakak sekaligus orang yang ada dihati dan berarti bagi penulis yang selalu membantu, memberikan semangat, motivasi dan mendampingi penulis dalam susah maupun senang terutama dalam pembuatan skripsi. 9. Sahabat-sahabat terbaikku Muh. Nurfadli S. Kep, Muh. Syahrul Alam S. Kep, dan Ria Murkawati S. Kep yang selalu memberikan keceriaan di hari-hari penulis dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Saudara-saudara terbaikku Heril Amir S. Kep, Andi Febriawan Ahdam, Husnul Mubarak, Muh. Irvan Buyung dan Abdul Fatah yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Kalian semua telah mengajarkan arti kebersamaan dan rasa kekeluargaan (Keep Our Friendship). Senang bisa mengenal dan menjadi bagian dari kalian.

11. Teman-teman terbaikku Dwy Srikandi,Rahmiana Baharuddin S.Kep, Nasrul Hidayat dan semua teman-teman Keperawatan UMI Angkatan 2008 khususnya kelas C yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, pengertian serta segala bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 12. Teman-teman seperjuangan di PSIK FKM UMI Angkatan 2008 yang telah berjuang bersama-sama dan saling memotivasi untuk

menggapai cita-cita. 13. Junior-junior terbaikku angkatan 2010, 2011, 2012 terkhusus juniorjuniorku Iin, Indah, July, Ummy, Wulan, Nurul, Iccank. Terimakasih atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi penyusun, serta bermanfaat bagi pengembangan profesi keperawatan. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Februari 2013

Penulis

RINGKASAN Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Skripsi, Februari 2013 Eka Suprianto Balalio (142280060) FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR 2012 (Dibimbing oleh Maryunis dan Safruddin) (xii + 59 halaman + 15 Tabel + 12 Lampiran) Dampak dari pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis salah satunya adalah anemia.anemia pada GGK muncul ketika kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt.anemia akan berat lagi apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi tetapi apabila ginjal sudah mencapai stadium akhir,anemia akan secara relatif menetap. anemia pada gagal ginjal kronik terutama diakibatkan oleh berkurangnya eritropoetin.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hfaktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasen penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di ruangan hemodialisis di RSUD Labuang Baji Makassar. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan Accidental Sampling dengan jumlah sampel 21 diambil dari jumlah populasi yaitu 31 responden. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuisioner kemudian menggunakan uji statistik Chi-Square Fishers Extract Test kemudian hasilnya diuji dengan cara dengan tingkat kemaknaan = 0,05 dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan narasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan kejadian anemia karena nilai p=0,593 lebih besar dari =0,05, tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia karena nilai p=0,667 lebih besar dari =0,05, tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin denga kejadian anemia karena nilai p=0,701 lebih besar dari =0,05, tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia karena nilai p=0,274 lebih besar dari =0,05, dan tidak ada hubungan bermakna antara lama HD dengan kejadian anemia karena nilai p=0,667 lebih besar dari =0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara umur, status gizi, jenis kelamin, pekerjaan, dan lama HD dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Hasil penelitian ini diharapkan pada Perawat untuk menciptakan hubungan kerja yang baik sehingga mereka dipandang sebagai perawat yang dapat dipercaya Hendaknya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat mengutamakan komunikasi dengan baik. Kata Kunci : Anemia, Penyakit Ginjal Kronik, Hemodialisis.

Daftar Pustaka : 45 (2005-2013)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. RINGKASAN.. DAFTAR ISI........................................................................................... ........ iv DAFTAR TABEL.................................................................................... ........ x DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ....... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian.................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Ginjal Kronik....... B. Tinjauan Umum Tentang Hemodialisis.......................... C. Tinjauan Umum Tentang Anemia................................... 18 8 13 1 5 5 6 ii iii i

D. Tinjauan Tentang Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan kejadian Anemia .......... BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ............................................ 25 21

B. Hipotesis Penelitian........................ C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.......... BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian................................................... B. Tempat dan WaktuPenelitian.. C. Populasi dan Sampel. D. Pengolahan Data Dan Analisa Data... E. InstrumenPenelitian F. MasalahEtika.. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil RS Labuang Baji Makassar.. B. Hasil Penelitian. C. Pembahasan. D. Keterbatasan Penelitian.. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 58 59 35 37 47 56

26 26

29 29 30 31 33 33

10

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 5.1

Klasifikasi Sebab sebab Penyakit Ginjal Kronik .......... Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronik........................ Kategori IMT untuk Orang Asia....................................... Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di Ruang Hemodialisis RS. Labuang Baji Makassar 2012................................................................ Distribusi Responden Berdasarkan Umur yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 ...................................................................... Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Distribusi Responden Berdasarkan Lama HD yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Distribusi Responden Berdasarkan Anemia yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 ..

9 9 21

39

Tabel 5.2

40

Tabel 5.3

40

Tabel 5.4

41

Tabel 5.5

42

Tabel 5.6

43

Tabel 5.7

43

11

Tabel 5.8

Hubungan Umur dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Hubungan Status Gizi dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 ..

43

Tabel 5.9

44

Tabel 5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Tabel 5.11 Hubungan Pekerjaan dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 .. Tabel 5.12 Hubungan Lama HD dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodilisis di Ruangan Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012 ..

45

46

47

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Master Tabel Penelitian Lampiran 5 Layout Hasil Analisa Data Lampiran 6 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi Lampiran 7 Surat Izin Rekomendasi Permintaan Data Awal dari FKM UMI Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Pemprov Sul-Sel Lampiran 9 Surat Izin Rekomendasi Penelitian dari FKM UMI Lampiran10 Surat Izin Penelitian dari Pemprov Sul-Sel Lampiran11 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSUD Labuang Baji Makassar Lampiran12 Riwayat Hidup Penulis

13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentan waktu lebih dari 3 bulan. Penyakit ginjal kronik dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan sedimen urin. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi
penyakit ginjal kronik

pada penderita kelainan bawaan seperti

hiperoksaluria dan sistinuria (Lieske,2011). Sampai saat ini penderita penyakit gagal ginjal tergolong banyak, menurut data dari Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) pada tahun 2005 di seluruh dunia terdapat 1,1 juta orang menjalani dialisis kronik, serta diproyeksikan pada tahun 2010 menjadi lebih dari 2 juta orang. Di Indonesia sendiri, angka kejadian gagal ginjal terminal berada pada 100 pasien baru setiap 1 juta penduduk per tahun (YDGI, 2005). Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 2003 terjadi 166.000 kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada tahun 2008 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, masih akan terus naik. Pada tahun pada tahun 2014 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain itu, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami penyakit ginal kronik tahap awal. Hal yang

14

sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura itu, pada akhir tahun 1996 didapatkan sebanyak 167.000 penderita yang menerima, terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200.000 penderita (Santoso, 2008). Pada tahun 2008 jumlah pasien gagal ginjal mencapai 2260 orang, salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ke tahun di dunia ini salah satunya adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap infeksi dini penyakit tersebut (Vida, 2008). Penyakit ginjal menyebabkan pasien mengalami

permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial yang dirasakan sebabagi kondisi yang menekan dan permasalahan psikologis yang dialami pasien penyakit ginjal kronik ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami penyakit ginjal kronik (Iskandarsyah, 2006). Prosedur pengobatan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah melalui hemodialisis atau transplantasi ginjal, tetapi karena mahalnya biaya operasi transplantasi ginjal dan susahnya pencarian donor ginjal, maka cara terbanyak yang digunakan yaitu hemodialisis (Iskandarsyah, 2006). Dampak dari pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis salah satunya adalah anemia.anemia pada GGK muncul ketika kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt.anemia akan berat

15

lagi apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi tetapi apabila ginjal sudah mencapai stadium akhir,anemia akan secara relatif menetap. anemia pada gagal ginjal kronik terutama diakibatkan oleh

berkurangnya eritropoetin. Anemia merupakan kendala yang cukup besar bagi upaya mempertahankan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik (Lewis,2005). Dalam penelitian sebelumnya faktor utama yang menyebabkan terjadinya anemia adalah defisiensi eritropoetin (EPO) sebagai akibat kerusakan sel-sel penghasil EPO (sel peritubuler) pada ginjal. Di samping itu ada beberapa factor yang memperberat terjadinya anemia antara lain adanya zat inhibitor eritropoesis, pendarahan akibat trombopati, anemia hemolitik akibat terjadinya mikroangiopati, kehilangan darah akibat pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium atau darah yang terperangkap atau darah yang tertinggal di alat hemodialisis, defisiensi zat besi dan zat nutrisi lainya, hiperparatiroid sekunder (Suryanto, 2005). Anemia pada penyakit ginjal kronik umumnya disebabkan oleh berkurangnya hemoglobin dalam darah sehingga proses produksi eritropoetin juga berkurang.selanjutnya mereka mengalami anemia jika kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dl.di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar ruang hemodialisis dari bulan Januari sampai Oktober 2012 terdapat 31 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodilaisis ( Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, 2012).

16

Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, jumlah kunjungan rawat jalan dengan diagnosa gagal ginjal pada tahun 2009 sebanyak 3503 kunjungan, tahun 2010 sebanyak 3203 kunjungan, tahun 2011 sebanyak 2545 kunjungan, dan pada tahun 2012 (Januari Oktober) jumlah kunjungan sebanyak 2347 kunjungan (Rumahh Sakit Labuang Baji Makassar, 2012). Dari observasi awal serta wawancara singkat dengan kepala ruangan hemodialisis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji Makassar, didapatkan perubahan fisik yang terjadi pada mereka yang menjalani hemodialisis yaitu pruritus (gatal-gatal pada kulit),

kering,belang,dan juga termasuk anemia yang merupakan efek dari proses hemodialisis. Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui pelaksanaan hemodialisis dapat mengakibatkan Anemia pada sebagian besar pasien penyakit ginjal kronik.Selama ini penelitian tentang hubungan anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialysis masih kurang , sehingga hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian Anemia pada pasien Penyakit Ginjal

17

Kronik yang melakukan hemodialisis di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Labuang Baji Makassar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Untuk mengetahui Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang melakukan Hemodialisis di Ruang Hemodialisis Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji Makassar 2012. b. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji Makassar 2012. c. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji Makassar 2012. d. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan

kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang

18

melakukan hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji Makassar 2012. e. Untuk mengetahui hubungan antara lama HD dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialysis di ruang hemodialisis Rumah sakit Labuang Baji Makassar 2012. D. Manfaat Peneliti 1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi peningkatan ilmu pengetahuan,terutama yang terkait dengan kejadian anemia pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang melakukan hemodialisis. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada perawat ruang hemodialisis tentang Anemia yang sering terjadi pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang telah melakukan Hemodialisis. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sedang menjalani terapi Hemodialisis. 4. Sebagai bahan bacaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya. 5. Sebagai latihan dan pengalaman berharga bagi peneliti untuk mengetahui kejadian anemia yang terjadi pada pasien Penyakit

19

Ginjal

Kronik

yang

melakukan

Hemodialisis

dan

dapat

menerapkanya di lapangan. 6. Mengembangkan intervensi keperawatan bagi pasien penyakit ginjal kronik yang mengalami anemia untuk pemberian eritropoetin atau tindakan lain guna meminimalisir timbulnya pendarahan yang dapat menyebabkan anemia.

20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Penyakit Ginjal Kronik 1. Defenisi Smeltzer (2005) menjelaskan penyakit ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Penyakit ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (endstage ginjal disease, ERDS) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsi ginjal yang diakibatkan oleh proses kerusakan ireversibel (Patricia, 2006). Penyakit ginjal kronik menurut Corwin (2006) yaitu destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit ginjal kronik merupakan penurunan fungsi ginjal perlahan yang

mengakibatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan hasil-hasil metabolisme tubuh terganggu. Hal ini terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal yang lebih lanjut akan dibahas pada etiologi penyakit ginjal kronik (Corwin, 2006).

21

2. Etiologi Price & Wilson (2006) mengklasifikasikan sebab-sebab penyakit ginjal kronik dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Klasifikasi sebab-sebab penyakit ginjal kronik Klasifikasi Penyakit Infeksi Penyakit peradangan Penyakit vascular hipertensif Gangguan jaringan penyambung Gangguan konginetal dan herediter Penyakit metabolic Nefropati toksik Nefropati obstruktif Penyakit Pielonefritis kronik Glomerulonefritis Nefroskelerosis benigna Nefroskelerosis maligna Lupus eritomotosus sistemik Poliarteritis nosoda Skelerosis sistemik progresif Penyakit ginjal polikiistik Asidosis tubulus ginjal Diabetes mellitus Gout Hiperparatiroidisme Amiloidosis Penyalahgunaan analgetic Nefropati timbale Saluran kemih bagian atas : kalkuli,retinoperitoneal Saluran kemih bagian atas : hipertrofi prostat,striktur uretra,anomaly conginetal pada leher kandung kemih dan uretra

3. Tanda dan Gelaja Smeltzer (2005) dalam buku ajar keperawatan medikal bedah menjelaskan tanda dan gejala penyakit ginjal kronik. Tabel 2.2 Tanda dan gejala penyakit ginjal kronik Kardiovaskuler Hipertensi Pitting edema (kaki,tangan,sacrum ) Edema periorbital Friction rub pericardial Pembesaran vena leher Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat Kulit kering bersisik

22

Pulmoner

Gastrointestinal

Neurologi

Muskuloskeletal

Reproduksi

Pruritus Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar Krekels Sputum kental Nafas dangkal Pernafasan kussmaul Nafas berbau ammonia Ulserasi dan pendarahan di mulut Anoreksia,mual da muntah Konstipasi dan diare Pendarahan dari saluran GI Kelemahan dan keletihan Konfusi Disorientasi Kejang Kelemahan pada tungkai Rasa panas pada telapak kaki Perubahan perilaku Kram otot Kekuatan otot hilang Fraktur tulang Foot drop Amenorea Atrofi testikuler

4. Stadium Seperti pada pembahasan sebelumnya, penurunan fungsi ginjal tidak berlangsung secara sekaligus, melainkan berlangsung seiring berjalannya waktu. Apabila masalah pada ginjal dapat dideteksi sedini mungkin maka terapi untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cepat untuk sebisa mungkin penurunan fungsi ginjal tersebut tidak mencapai stadium akhir. Untuk itu penting bagi penderita mengetahui pada stadium berapa penyakit ginjal kronik

23

yang dideritanya agar tim medis dapat memberikan terapi yang tepat (Hartono, 2008). Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) (2008) membagi 5 stadium penyakit ginjal kronik yang ditentukan melalui

penghitungan nilai glumelular filtration rate (GFR). a. Stadium 1, dengan GFR normal (>90 ml/min) b. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min) c. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat (30 s/d 59 ml/min) d. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah (15 s/d 29 ml/min) e. Stadium 5, penyakit gagal ginjal stadium akhir / terminal (>15 ml/min). 5. Penatalaksanaan Smeltzer (2005) memaparkan bahwa tujuan

penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis selama mungkin. Prosedur pengobatan yang digunakan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah melalui hemodialisis atau transplantasi ginjal, tetapi karena mahalnya biaya operasi transplantasi ginjal dan susahnya pencarian donor ginjal, maka cara terbanyak yang digunakan yaitu hemodialisis (Iskandarsyah, 2006). membahas bahwa terapi hemodialisis dibutuhkan apabila fungsi ginjal seseorang telah mencapai tingkatan terakhir (stadium 5) atau lebih lazim dengan penyakit ginjal terminal dan pada

24

keadaan ini hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Hemodialisis akan dipaparkan secara jelas pada pembahasan selanjutnya (Kumala, 2011). B. Tinjauan tentang Hemodialisa 1. Definisi Hemodialisis adalah tindakan mengeluarkan air yang berlebih zat sisa nitrogen yang terdiri atas ureum, kreatinin, serta asam urat dan elektrolit seperti kalium, fosfor, dan lainlain yang berlebihan pada klien penyakit ginjal kronik, khususnya pada penyakit ginjal terminal (Hartono, 2008). Corwin (2006) menjelaskan hemodialisis adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Pada prosedur ini darah

dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter dan masuk ke dalam sebuah alat besar (mesin) yamng memiliki

membranesemipermeabel. Hemodialisis adalah tindakan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebih (Smeltzer, 2005). Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hemodialisis merupakan tindakan mengeluarkan zat sisa metabolisme dan cairan berlebih melalui membran semi permiabel dengan prinsip dialysis (Smeltzer, 2005)

25

2. Indikasi Dan Kontraindikasi Indikasi hemodialisis yaitu penyakit ginjal yang tidak lagi dapat dikontrol melalui penatalaksanaan konservatif,

pemburukan sindrom uremia yang berhubungan dengan EDRS (mis, mual, muntah, perubahan neurologis, kondidi neuropatik, perikarditis), gangguan cairan atau elektrolit berat yang tidak dapat dikontrol oleh tindakan yang lebih sederhatan (Patricia, 2006). 3. Prinsip Kerja Smeltzer (2005) menjelaskan ada 3 prinsip yang mendasari kerja hemodialisis,yaitu: a. Difusi, toksik dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah (konsentrasi tinggi) ke cairan dialisat (konsentrasi rendah). b. Osmosis, air yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis, pengeluaran air dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). c. Ultrafiltrasi, gradien dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai untrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini

26

sebagai

kekuatan

pengisap

pada

membran

dan

memfasilitasi pengeluaran air. Patricia (2006) menjelaskan proses hemodialisis

dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan) yang memindahkan produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin tersebut, cairan dialisat dipompa melalui salah satu sisi membran filter, sementara darah klien keluar dari sisi yang lain. 4. Komplikasi Smeltzer (2005) Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada hemodialisis yaitu : a. Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan. b. Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien. c. Nyeri dada, dapat terjadi karena pCO2 menurun

Bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh d. Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit e. Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena

perpindahan cairan serangan kejang.

serebral dan muncul sebagai

27

f.

Kram otot yang nyeri, terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan ruang ekstrasel.

5. Perubahan yang terjadi pada pasien hemodialisis Orang dengan penyakit kronis menghadapi perubahan permanen dalam gaya hidupnya, ancaman, martabat dan harga diri, gangguan transisi hidup normal dan penurunan sumbersumber. Hal ini diperkuat dengan hasil survey, pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis lebih dari 4 tahun maka ia telah mulai dapat menyesuaikan diri dengan penyakitnya (Iskandarsyah, 2006). YDGI (2008) menjelaskan perubahan yang terjadi pada pasien hemodialisis antara lain : a. Problem kulit, seperti gatal-gatal (pruritus), kulit kering (xerosis), kulit belang (skin discoloration).

b. Rasa mual dan lelah. c. Masalah tidur, gangguan tidur dialami sekitar 50-80% pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Lubis (2006) terjadinya perubahan dan gangguan pada fungsi tubuh pasien hemodialisis, menyebabkan pasien harus melakukan penyesuaian diri secara terus menerus selama sisa hidupnya. Penyesuaian ini mencakup keterbatasan dalam memanfaatkan kemampuan fisik dan motorik, penyesuaian terhadap perubahaan fisik dan pola hidup, ketergantungan

28

secara fisik dan ekonomi pada orang lain serta ketergantungan pada mesin dialisa selama sisa hidup. Banyak ulama mengatakan bahwa berbekam pada bulan ramadhan itu membatalkan puasa.Berbekam

(mengeluarkan darah kotor dari kepala dan anggota tubuh lainnya) adalah makruh karena bisa mengakibatkan tubuh menjadi lemas dan menyeret orang berbekam untuk berbuka puasa. Demikian pula halnya yang semakna dengan ini adalah memberikan donor darah ataupun proses dyalisis. Hukum ini merupakan bentuk kompromi dari hadits Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam, yaitu hadits mutawatir yang di dalamnya beliau menyatakan :


Terjemahan : Telah berbuka orang yang berbekam dan orang yang membekamnya. (H.R.Mutawir). C. Tinjauan Tentang Anemia 1. Defenisi Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak

memproduksi sel darah merah dalam kadar yang cukup. Hal ini dapat dinilai dari kadar hemoglobin atau sel darah merah pasein yang berada dalam nilai dibawah normal melalui pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darah. Hemoglobin adalah suatu protein yang mengikat oksigen dan

29

mengangkutnya dari paru-paru keseluruh tubuh. Nilai normal untuk Hb secara umum adalah dalam kisaran 11.5s/d 17 gram/dl. Bila kadar Hb berkurang karena menurunnya sel darah merah maka akan timbul gejala-gejala anemia seperti : a. Pucat, lemas, rasa mengantuk b. Pusing berkunang-kunang c. Berdebar-debar d. Sesak nafas e. Kesemutan f. Tidak dapat mentoleransi dingin g. Berkurang kemampuan beraktifitas h. Gangguan fungsi seksual i. Gejala pada jantung seperti ampek, sesak, hingga berakibat gagal Jantung 2. Etiologi Pada penyebab anemia yang terjadi pada penyakit ginjal kronis antara lain : a. b. c. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) Pendarahan Penekanan sum-sum utulang ( misalnya oleh kanker ) d. Defisiensi nutrient ( nutrisional Anemia ) meliputi defisiensi besi,folicacid,piridoksin,vitamin C dan bisa

30

Copper (Hoffbrand,2006). 3. Derajat Anemia Menurut Konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2009) bahwa pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat cyanmet. Hasil pemeriksaan Hb dengan Cyanmet dapat digolongkan sebagai berikut: a. b. c. d. Hb 11gr% : tidak anemia

Hb 9-10gr% : anemia ringan Hb 7-8gr% Hb <7gr% : anemia sedang : anemia berat

4. Patofisiologi Patogenesis pada penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakitnya yang mendasarinya, akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses terjadi kurang lebih akan sama.karena penurunan fungsi glomelurus filtrasi di akibatkan karena penyakit tertentu menyebabkan terganggunya eksresi asam nukleat yang mengakibatkan penumpukan purin di tibulus ginjal,lama kelamaan timbunn tersebut akan membentuk kristal di ginjal (Hoffbrand, 2006). Pada penyakit vesikuler yang terjadi peradangan akan terjadi kerusakan yang menyebabkan penurunan filtrasi

glomelurus,ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron berkurang,sehingga ada dua adaptasi yang penting yang

31

dilakukan ginjal.sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usaha untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal

(Hoffbrand, 2006). Pada penyakit ginjal kronik juga mengganggu sistem reproduksi wanita sering mengalami ketidak teraturan

menstruasi terutama amenore dan infertilitas.pada pria akan terjadi penurunan libido dikarenakan mengalami atrofi

testis,oligosperma (jumlah sperma menurun) dan motilitas sperma berkurang.pada sistem endokrin juga akan mengalami gangguan seperti gangguan insulin dan paratiroid

hormon.anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah,penurunan rentang,hidup sel darah merah,peningkatan kecenderungan pendarahan (akibat kerusakan fungsi dengan

trombosit).perubahan

pertumbuhan

berhubungan

perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia.(Black & Hawks, 2005). D. Tinjauan Anemia 1. Umur Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

32

>60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2007). Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun biasanya organorgan tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakitpenyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat.tetapi pada usia >25 adalah usia yang rentan akan penyakit kronik seperti gagal ginjal kronik.orang yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan menjalani terapi hemodialisis kemungkinan besar akan anemia (Dini, dkk, 2009). 2. Status gizi Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2005). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,2009). Sedangkan menurut Gibson (2010) status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Status gizi dapat mempengaruhi kejadian anemia karena adanya pembatasan asupan karena diet. Untuk mengetahui baik buruknya gizi seseorang yang biasa di gunakan adalah berat

badan. Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur

33

kategori berat badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT. Cara menghitung IMT adalah dengan : berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter) (Gibson, 2010). Untuk orang berikut : Tabel 2.3 Kategori IMT untuk Orang ASIA Klasifikasi IMT (kg/m2) BB kurang BB normal BB lebih - Preobesitas - Obesitas I - Obesitas II < 18,5 18,5 22,9 23 23 24,5 25 29,9 > 30 Asia dewasa, kategori IMT adalah sebagai

Artinya, jika Anda mendapatkan IMT 18,5 22,9, berarti Berat Badan Anda termasuk dalam kategori normal (Mietha, 2009). 3. Jenis Kelamin Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Siklus biologis membuat wanita lebih rentan terserang anemia dibandingkan pria. Sayangnya banyak wanita yang cenderung mengabaikan penyakit ini (Indarti, 2007). Anemia di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memengaruhi produktivitas penderitanya.

34

Tercatat angka kematian ibu di negeri ini mencapai 390/100 ribu kelahiran hidup (Dinkes,2010). Adapun data tahun 2007, 20 persen dari 515.000 kematian di seluruh dunia disebabkan anemia.Untuk menangkalnya, para wanita harus lebih banyak mengonsumsi makanan yang

mengandung zat besi.Kebutuhan dan cadangan zat besi untuk perempuan itu 1 mg/hari. Sedangkan untuk perempuan hamil mencapai 6-10 mg/hari, kebutuhan zat besi untuk ibu hamil meningkat seiring bertambahnya jumlah cairan di dalam tubuh (Indarti, 2007). Hal lain yang membuat wanita lebih berisiko terkena anemia adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari pertama haid hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya.Lama menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari. Kalau diperkirakan pembalut yang dihabiskan dalam jangka waktu itu antara 3-5 pembalut per hari atau sekitar 80 ml darah selama haid. kadar hemoglobin darah antara laki-laki dan perempuan tidak sama. Laki-laki normal memiliki kadar 13 gr persen, sedangkan perempuan normal dan lansia memiliki 12 gr persen. (Irawan, dkk,
2008).

35

4. Pekerjaan Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dan juga pekerjaan yang lebih baik adalah pekerjaan yang dapat

berkembang, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman. (Notoatmodjo, 2007). Banyak orang sering melakukan aktivitas yang berlebihan tanpa memikirkan kesehatanya.melakukan aktivitas yang

berlebihan dapat menyebabkan lemah,letih dan lesu,dimana lemah ,letih dan lesu dapat menyebabkan anemia.melakukan aktivitas boleh saja akan tetapi harus di seimbangkan dengan istrahat yang cukup,olahraga yang teratur dan juga makanan yang bergizi (Pujangkoro,2006). 5. Lama Hemodialisis Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 sampai 12 jam dalam seminggu untuk mencuci seluruh darah yang ada, tetapi karena ini waktu yang cukup panjang, maka biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan dalam seminggu selama 3-5 jam setiap kali hemodialisa (Hartawan, 2010). Hal ini tidak sama untuk tiap orang,lamanya waktu yang dibutuhkan dan berapa kali dalam seminggu harus dilakukan

36

hemodialisis sangat tergantung pada derajat keruskan ginjal, diet sehari-hari, penyakit lain yang mnyertai, ukuran tubuh, dan lain-lain (Hartawan, 2010). Lama HD mempengaruhi kejadian anemia karena Kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari terapi hemodialisa. Hal ini dapat terjadi karena hampir tidak mungkin semua darah pasien kembali seluruhnya setelah terapi hemodialisa. Pasti ada darah pasien yang tinggal di dialyzer (ginjal buatan) atau bloodline, meskipun jumlah nya tidak signifikan (Jansen,2007).

37

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teoritis yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut : Variabel Independen Umur Variabel Dependen

Status Gizi Jenis Kelamin Pekerjaan Lama HD

Anemia pada pasien gagal ginjal kronik yang di lakukan hemodialisis

Sosial Ekonomi Variabel Moderat


Keterangan :

Variabel Independen Variabel Dependen Variabel yang di teliti Variabel yang tidak diteliti

38

B. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : 1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis. 2. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis. 3. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yag melakukan hemodialisis. 4. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis. 5. Ada hubungan antara lama hemodialisis dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis. C. Definisi Operasional 1. Umur Umur yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah umur pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. kriteria objektif: Dewasa Dewasa Madya Lanjut Usia : apabila 18 - 40 tahun : apabila 41 60 tahun : apabila > 60 tahun

39

2. Status gizi Status gizi yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah status gizi pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialis. Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kategori berat badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT (indek massa tubuh). Cara menghitung IMT adalah dengan : berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter). Kriteria Objektif : Gizi Buruk Gizi Baik : apabila IMT < 18,5 22,9 kg/m2 : apabila IMT > 18,5 22,9 kg/m2

3. Jenis kelamin Jenis kelamin yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialis. kritteria objektif : Perempuan : apabila tercatat di KTP berjenis kelamin Perempuan Laki-laki 4. Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah pekerjaan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialis. : apabila tercatat di KTP berjenis kelamin Laki-laki

40

kriteria objektif : Tidak Bekerja / Beraktivitas : apabila responden tidak melakukan

kegiatan secara aktif,contoh pesiunan PNS, Pensiunan TNI/POLRI, dan lain-lain. Bekerja/Beraktivitas : apabila responden melakukan

kegiatan tertentu secara aktif,seperti wiraswasta, PNS, TNI/POLRI, Petani, dan lain-lain. 5. Lama HD Lama HD yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah lama HD pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialis. kriteria objektif : Belum lama :apabila responden melakukan hemodialisis < 6 bulan. Lama :apabila responden melakukan hemodialisis > 6 bulan.

6. Anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis. Anemia hemodialisis. kriteria objektif : Anemia : apabila kadar hemoglobin < 11 gr persen. pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan

Tidak anemia : apabila kadar hemoglobin > 11 gr persen.

41

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Accidental sampling. Menurut Sugiyono (2005) Accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu factorfaktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di ruang

hemodialisis RS. Labuang Baji Makassar. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang hemodialisis RS. Labuang Baji Makssar. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012.

42

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Hidayat 2007). Pada penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh pasien yang menjalani terapi hemodialisis diruang hemodialisis Rumah Sakit Labuang Baji Makassar sebanyak 31 orang. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani terapi hemodialisis diruang hemodialisis Rumah Sakit Labuang Baji Makassar yang dengan menggunakan Concecutive sampling yaitu semua pasien yang menjalani terapi hemodialisis diruang hemodialisis Rumah Sakit labuang Baji Makassar yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini : 1) Pasien dengan penyakit ginjal kronik, yang menjalani hemodialisis.

43

2) Pasien hemodialisis yang menjalani perawatan inap dan rawat jalan, dengan 1 tahun terakhir. 3) Pasien hemodialisis berusia dewasa (18 - 40 tahun), dewasa madya (41- 60 tahun), dan lansia (> 60 tahun). 4) Pasien hemodialisis dengan pembiayaan hemodialisis secara mandiri ataupun bantuan pihak lain. 5) Pasien yang bersedia untuk berpartisipasi dalam frekuensi hemodialisis > 1 kali dalam

penelitian. b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini : 1) Pasien dengan ketidakmampuan berkomunikasi. 2) Pasien dengan penurunan kesadaran. 3) Pasien yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian. D. Rencana Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data a. Editing Setelah semua data diedit ulang, kemudian dilakukan pemeriksaan keseragaman data. b. Koding Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua kelengkapan data, kesinambungan data

jawaban diberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban dengan pengkodean.

44

c. Tabulating Menyusun data-data kedalam tabel yang sesuai dengan analisis dan selanjutnya data tersebut dianalisis. d. Setelah data ditabulasi maka pengolahan dilakukan dengan menggunakan program komputer yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2. Analisa Data Setelah dilakukan tiga tahapan di atas maka selanjutnya data diolah dengan menggunakan bantuan program computer SPSS. a. Analisa Univariat Untuk menampilkan istribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variable (independen dan dependen) dalam bentuk table atau gambar. b. Analisa Bivariat Untuk melihat hubungan antara variable independen dan variable dependen dengan menggunakan uji statistic chisquare dengan batas kemaknaan p < 0,05, yang berarti ada hubungan antara dua variable yang diukur. E. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi langsung. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di

45

lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan

kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. (Nursalam, 2006). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung. Pengumpulan data tentang umur, status gizi, pekerjaan, jenis kelamin, dan lama HD didapatkan dari observasi langsung. F. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi : 1. Informed consent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek. 2. Anonimity (tanpa nama)

46

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 1. Visi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar Rumah Sakit Unggulan Sulawesi Selatan 2. Misi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar a. Mewujudkan Profesionalisme SDM b. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit c. Memberikan Pelayanan Prima d. Efisiensi Biaya Rumah Sakit e. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan 3. Motto Rumah Sakit Labuang Baji Makassar Siap Dengan Pelayanan Komunikatif, Bermutu, Aman, Jujur Dan Ikhlas. 4. Falsafah Rumah Sakit Labuang Baji Makassar Bahwa Kesehatan Jasmani Maupun Rohani Merupakan Hak Setiap Orang, Oleh Karena Itu Rumah Sakit Berusaha Untuk Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Terbaik Kepada

Masyarakat, Bik Bersifat Penyembuhan, Pemulihan, Pencegahan Maupun Peningkatan Serta Ditunjang Oleh Kwalitas Sumber Daya Manusia.

48

5. Tujuan Rumah Sakit Labuang Baji Makassar a. Meningkatnya Kemampuan Profesionalisme b. Terwujudnya Sarana Pelayanan Yang Aman Dan Nyaman 6. Fasilitas Pelayanan Medik Rumah Sakit Labuang Baji Makassar a. Instalasi Rawat Jalan 1) Poliklinik Mata 2) Poliklinik Bedah 3) Poliklinik Paru dan TB 4) Poliklinik Kebidanan, Kandungan dan KB 5) Poliklinik KIA dan Laktasi 6) Poliklinik Penyakit Dalam 7) Poliklinik Saraf 8) Poliklinik Kardiologi 9) Poliklinik Mulut dan Gigi 10) Poliklinik Fisioterapi 11) Poliklinik Paru 12) Poliklinik Endokrin 13) Poliklinik THT 14) Poliklinik Kulit dan Kelamin 15) Poliklinik Konsultasi Gizi 16) Poliklinik Jiwa 17) Poliklinik Anak 18) Unit Hemodialisa

49

19) Apotek Rawat Jalan 20) General Chek Up 21) Poliklinik Jantung 22) Poliklinik Bedah Orthopedi 23) Poliklinik Bedah Urologi b. Instalasi Rawat Inap 1) 14 ruang perawatan umum 2) 6 (enam) ruang perawatan khusus (ruang bedah sentral, bedah kebidanan/kandungan, perawatan khusus/RPK, rawat intensif, hemodialisa, kamar bersalin), dan perawatan CVCU. B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Labuang Baji makassar dari tanggal 14 November - 14 Desember 2012. Banyaknya sampel yang direncanakan adalah 31 orang responden namun yang memenuhi kriteria inklusi hanya 21 responden dimana yang 3 orang tidak melanjutkan lagi terapi hemodialisis dan 7 telah meninggal dunia. Data primer diambil melalui pemberian Lembar observasi kepada responden. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka berikut ini akan disajikan karakteristik demografi responden, analisa univariat dan analisa bivariat variabel yang diteliti.

50

1. Karakteristik Demografi Responden

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di Ruang Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar 2012

Karakteristik
Umur: Dewasa Lansia Status Gizi : Gizi Buruk Gizi Baik Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan: Bekerja Tidak Bekerja Lama HD : Belum Lama Lama Anemia : Ya Tidak Jumlah Sumber : Data Primer, 2012 2. Analisa Univariat

17 4

81,0 19,0

20 1

95,2 4,8

15 6

71,4 28,6

18 3

85,7 14,3

20 1

95,2 4,8

14 7 21

66,7 33,3 100

Dalam analisis ini akan diuraikan distribusi frekwensi semua variabel yang diteliti meliputi Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Status gizi, HD ke berapa, Lama HD, Dan Anemia .

51

a. Umur Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012 Umur Dewasa Lansia Total Sumber : Data Primer 2012 n 17 4 21 % 81,0 19,0 100,0

Dari tabel 5.2 tentang distribusi responden berdasarkan umur yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berumur dewasa (18-60 tahun) sebanyak 17 orang (81,0%), sedangkan lansia (> 60 tahun) sebanyak 4 orang (19,0%). b. Status Gizi
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012

Status Gizi Gizi Baik Gizi Buruk Total

n 20 1 21

% 95,2 4,8 100,0

52

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 5.3 tentang distribusi responden berdasarkan Status gizi yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berstatus gizi baik sebanyak 20 orang (95,2%), dan gizi buruk sebanyak 1 orang (4,8%). c. Jenis Kelamin
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total


Sumber : Data Primer 2012

N 15 6 21

% 71,4 28,6 100,0

Dari tabel 5.4 tentang distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (71,4%), dan perempuan sebanyak 6 orang (28,6%).

53

d. Pekerjaan
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012

Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total Sumber : Data Primer 2012

n 18 3 21

% 85,7 14,3 100,0

Dari tabel 5.5 tentang distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang bekerja sebanyak 18 orang (85,7%), dan tidak bekerja sebanyak 3 orang (14,3%).

54

e. Lama HD
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama HD yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012

Lama HD Lama Belum Lama Total Sumber : Data Primer 2012

n 1 20 21

% 4,8 95,2 100,0

Dari tabel 5.6 tentang distribusi responden berdasarkan Lama HD yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang belum lama melakukan Hemodialisis sebanyak 20 orang (95,2%), dan yang sudah lama sebanyak 1 orang (4,8%). f. Anemia Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Anemia yang Mengalami Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012

Anemia Ya Tidak Total

n 14 7 21

% 66,7 33,3 100

55

Sumber : Data primer 2012

Dari tabel 5.7 tentang distribusi responden berdasarkan pasien yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 14 orang (66,7%), dan yang mengalami sebanyak 7 orang (33,3%). 3. Analisa Bivariat a. Hubungan Umur Dengan Anemia Tabel 5.8 Hubungan Umur dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012 Anemia Jumlah Umur Nilai p Ya Tidak n % n % N % Dewasa 11 64,7 6 35,3 17 100 Lansia 3 75,0 1 25,0 4 100 0,593 Total 13 61,9 8 38,1 21 100 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat responden mengalami anemia pada dewasa sebanyak 11 orang (64,7%), dan yang tidak mengalami anemia pada dewasa sebanyak 6 orang (35,3%). Sedangkan pada lansia yang mengalami anemia sebanyak 3 orang (75,0%), dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 1 orang (25,0%). Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,593 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat

56

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan anemia. b. Hubungan Antara Status Gizi dengan Anemia

Tabel 5.9 Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012 Anemia Jumlah Status Gizi Nilai p Ya Tidak n % n % N % Gizi Baik 13 65,0 7 35,0 20 100 Gizi Buruk 1 100 0 0,0 1 100 0,667 Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan Tabel 5.9 terlihat responden yang mengalami anemia pada gizi baik sebanyak 13 orang (65,0%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 7 orang (35,0%), pada semua pasien gizi buruk mengalami anemia sebanyak 1 orang ( 100%). Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,667 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan anemia.

57

c. Hubungan Jenis Kelamin dengan Anemia

Tabel 5.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012 Anemia Jumlah Jenis Kelamin Nilai p Ya Tidak n % n % n % Laki-laki 10 66,7 5 33,3 15 100 Perempuan 4 66,7 2 33,3 6 100 0,701 Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat responden yang mengalami anemia pada jenis kelamin Laki-laki sebanyak 10 orang (66,7%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 5 orang (33,3%). Sedangkan pada perempuan yang mengalami anemia sebanyak 4 orang (66,7%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 2 orang (33,3%). Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,701 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan anemia.

58

d. Hubungan antara pekerjaan dengan anemia

Tabel 5.11 Hubungan Pekerjaan dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012 Anemia Jumlah Pekerjaan Nilai p Ya Tidak n % n % n % Bekerja 11 61,1 7 38,9 18 100 Tidak Bekerja 3 100 0 0,0 3 100 0,274 Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan Tabel 5.11 terlihat responden yang mengalami anemia pada pasien yang bekerja sebanyak 11 orang (61,1%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 7 orang (38,9%), pada semua pasien tidak bekerja yang mengalami anemia sebanyak 3 orang (100%). Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,274 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan anemia.

59

e. Hubungan antara lama HD dengan Anemia.

Tabel 5.12 Hubungan Lama HD dengan Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Melakukan Hemodialisis Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2012 Anemia Jumlah Lama HD Nilai p Ya Tidak n % n % n % Belum lama 13 65,0 7 35,0 20 100 Lama 1 100 0 0,0 1 100 0,667 Total 14 66,7 7 33,3 21 100 Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan Tabel 5.12 terlihat responden yang mengalami anemia pada pasien yang belum lama melakukan HD sebanyak 13 orang (65,0%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 7 orang (35,0%), pada semua pasien yang sudah lama melakukan HD mengalami anemia sebanyak 1 orang (100%). Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,667 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Lama HD dengan anemia. C. Pembahasan 1. Hubungan antara Umur dengan Anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden berdasarkan umur yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berumur

60

dewasa (18-60 tahun) sebanyak 17 orang (81,0%), sedangkan lansia (> 60 tahun) sebanyak 4 orang (19,0%).
Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,593 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan anemia. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suryanto (2005) yang menemukan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis. Di umur lansia resiko terjadinya anemia sangat besar. Semakin bertambah usia seseorang semakin berisiko mengalami malanutrisi. Bila malanutrisi ini tidak ditangani dengan baik bisa berlanjut ke keadaan kekurangan energi, protein, zat besi dan nutrisi lain. Kekurangan zat besi dapat berisiko anemia, mudah lelah dan menurunnya level imun (oktaviani, 2013). Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Prasetyo (2008) yang menemukan bahwa umur berpengaruh terhadap kejadian anemia yaitu pada usia >35 tahun merupakan gerbang memasuki periode usia risiko tinggi dari segi reproduksi maupun fungsi organ-organ lainnya menjalankan fungsinya seperti penurunan kemampuan penyerapan zat besi sehingga terjadi anemia (Henderson, 2006). Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun biasanya organorgan tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakitpenyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta

61

daya tahan tubuh masih kuat.tetapi pada usia >25 adalah usia yang rentan akan penyakit kronik seperti gagal ginjal kronik (Dini, 2009). Tidak ditemukannya hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih dari setengah responden berumur dewasa (81,0%) dan selebihnya yaitu responden lansia (19,0%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan umur cenderung dialami pada pasien dengan umur lansia yaitu > 60 tahun. Dimana hal ini menunjukan bahwa data yang dimiliki cenderung homogeny. Dan dalam penelitian ini responden yang berumur lansia hanya sedikit. Meskipun umur sangat berhubungan dengan kejadian anemia namun tidak selamanya mempengaruhi kejadian anemia pada umur tertentu terutama pada umur dewasa karena pada umur tersebut organ organ tubuh masih berfungsi dengan baik dan masih bisa menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat (Dini, 2009). 2. Hubungan antara Status Gizi dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden berdasarkan Status gizi yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berstatus gizi baik sebanyak 20 orang (95,2%), dan gizi buruk sebanyak 1 orang (4,8%).
Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,667 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan

62

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Levin (2008) yang menemukan bahwa terjadi kelainan gizi berupa malnutrisi protein dan protein pada gagal ginjal kronik yang didialisis. Kehilangan protein dalam tindakan dialisis, bila tidak ditanggulangi dengan baik,akan menyebabkan gangguan status gizi termasuk anemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Halima (2012) yang menemukan tidak ada hubungan antara status gizi dan anemia karena lebih dari setengah responden memiliki status gizi yang baik. Apabila status gizi baik, maka tingkatan anemia pada pasien dapat dicegah.
Status gizi dapat mempengaruhi kejadian anemia karena adanya pembatasan asupan karena diet. Untuk mengetahui baik buruknya gizi seseorang yang biasa di gunakan adalah berat badan (Gibson, 2010).

Tidak

ditemukannya

hubungan

antara

status

gizi

berdasarkan IMT dengan kejadian anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih dari setengah responden status gizinya normal (95,2%) dan selebihnya yaitu responden dengan status gizi buruk (4,8%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan status gizi cenderung dialami pada pasien dengan malnutrusi. Dan dalam penelitian ini insiden malnutrisi

63

hanya sedikit. Meskipun secara tradisional indikator malnutrisi, yaitu terajdi turunnya masa otot atau serum protein yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, namun apabila status gizi baik, maka tingkatan anemia pada pasien dapat dicegah.
3. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (71,4%), dan perempuan sebanyak 6 orang (28,6%).
Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,701 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan Yuliansari (2007) bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian anemia setelah melakukan hemodialisis di mana

perempuan lebih beresiko mengalami anemia. Hal yang membuat wanita lebih berisiko terkena anemia adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari pertama haid

64

hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya.Lama menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari (Irawan, 2008). Tidak ditemukannya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih dari setengah responden berjenis kelamin laki laki (71,4%) dan selebihnya yaitu responden berjenis kelamin perempuan (28,6%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan jenis kelamin cenderung dialami pada pasien berjenis kelamin perempuan. Dan dalam penelitian ini responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sedikit. Meskipun jenis kelamin sangat berhubungan dengan kejadian anemia namun tidak selamanya mempengaruhi kejadian anemia pada jenis kelamin tertentu terutama pada jenis kelamin laki-laki karena kadar hemoglobin antara laki - laki dan perempuan berbeda. Selain itu perempuan memiliki siklus haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada laki laki (Rajab, 2009).
4. Hubungan antara Pekerjaan dengan anemia Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden

berdasarkan Jenis Kelamin yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang bekerja sebanyak 18 orang (85,7%), dan tidak bekerja sebanyak 3 orang (14,3%).

65

Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,274 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan anemia. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suryanto (2005) yang menemukan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian anemia pada pasien yang melakukan hemodialisis. Banyak orang sering melakukan aktivitas yang berlebihan tanpa memikirkan

kesehatanya.melakukan aktivitas yang berlebihan dapat menyebabkan lemah,letih dan lesu,dimana lemah ,letih dan lesu dapat menyebabkan anemia.melakukan aktivitas boleh saja akan tetapi harus di seimbangkan dengan istrahat yang cukup,olahraga yang teratur dan juga makanan yang bergizi (Pujangkoro,2006). Tidak ditemukannya hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih dari setengah responden yang bekerja (85,7%) dan selebihnya yaitu responden yang tidak bekerja (14,3%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan pekerjaan cenderung dialami pada pasien yang melakukan pekerjaan berat. Jenis pekerjaan seseorang berpengaruh terhadap resiko terjadinya anemia. Dan dalam penelitian ini pekerjaan yang diteliti bukanlah jenis pekerjaanya tetapi apakah dia bekerja atau tidak.

66

5. Hubungan antara lama HD dengan anemia

Berdasarkan hasil univariat tentang distribusi responden berdasarkan Lama HD yang mengalami anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di rumah sakit labuang baji Makassar 2012 menunjukan dari 21 responden yang belum lama melakukan Hemodialisis sebanyak 20 orang (95,2%), dan yang sudah lama sebanyak 1 orang (4,8%).
Dari hasil Uji Statistik chi square Fishers Extract Test diperoleh nilai p=0,667 lebih besar dari =0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Lama HD dengan anemia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2005) yang menunjukkan bahwa lama HD mempengaruhi kejadian anemia karena Kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari terapi hemodialisa. Hal ini dapat terjadi karena hampir tidak mungkin semua darah pasien kembali seluruhnya setelah terapi hemodialisa. Pasti ada darah pasien yang tinggal di dialyzer (ginjal buatan) atau bloodline, meskipun jumlah nya tidak signifikan (Jansen,2007).
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 sampai 12 jam dalam seminggu untuk mencuci seluruh darah yang ada, tetapi karena ini waktu yang cukup panjang, maka biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan dalam seminggu selama 3-5 jam setiap kali hemodialisa (Hartawan, 2010).

67

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bandiara (2005) yang menghitung jumlah zat besi yang hilang pada penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis reguler adalah 1,5 gram hingga 2,0 gram setiap tahunnya. Jumlah ini jauh lebih besar daripada zat besi yang dapat diserap melalui makanan oleh saluran cerna yaitu 1-2 mg per hari atau dapat meningkat sampai 4 mg pada keadaan defisiensi zat besi, sehingga pada penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis reguler, pemberian suplementasi terapi zat besi hampir selalu harus diberikan untuk mencegah defisiensi zat besi.
Tidak ditemukannya hubungan antara Lama HD dengan kejadian anemia pada penelitian ini disebabkan karena pada penelitian ini lebih dari setengah responden belum lama menjalani terapi hemodialisis (95,2%) dan selebihnya yaitu responden yang sudah lama (4,8%). Sedangkan anemia yang berkaitan dengan lama HD cenderung dialami pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis dalam waktu yang lama. Dan dalam penelitian ini responden yang sudah lama menjalani terapi hemodialisis hanya sedikit. Meskipun lama HD sangat berhubungan dengan kejadian anemia namun tidak selamanya mempengaruhi kejadian anemia pada berapa lama orang tersebut melakukan HD, terutama pada orang yang belum lama melakukan HD karena pada orang yang sudah lama melakukan HD beresiko mengalami anemia karena Kehilangan darah akibat waktu yang cukup lama dari terapi hemodialisa.

68

D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah Accidental sampling dimana peneliti mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagais ampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh. Hal itu yang menyebabkan jumlah sampel yang didapatkan tidak sesuai dengan jumlah populasi yaitu 21 responden dari jumlah populasi sebesar 31 responden. Dan dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia, status gizi dengan anemia, jenis kelamin dengan anemia, pekerjaan dengan anemia, dan lama HD dengan anemia dikarenakan jumlah sampel yang didapatkan hanya sedikit.

69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dapat diambil kesimpulan : 1. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. 2. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. 3. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. 4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. 5. Tidak ada hubungan antara Lama HD dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

70

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang factor factor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialisis di Ruang Hemodialisis RS Labuang Baji Makassar, maka perlu kiranya:
1. Perawat harus menciptakan hubungan kerja yang baik sehingga mereka dipandang sebagai perawat yang dapat dipercaya 2. Hendaknya dalam melaksanakan pelayanan keperawatan kepeda pasien, perawat mengutamakan komunikasi dengan baik. 3. Perawat hendaknya berhati-hati dan memperhatikan latar belakang pendidikan, status sosial pasien dalam melakukan tindakan keperawatan, sehingga pemahaman pasien tidak berbeda dengan apa yang

dimaksudkan oleh perawat.

71

DAFTAR PUSTAKA Bandiara. R. 2005. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis, Universitas Padjajaran & Rumah Sakit Hasan Sadikin: Bandung. Black,J.M & Hawks,J.H.2005.Medical Surgical Nursing Clinic Management For PositiveOutcomes.Volume 1.Australia :Elsevier. Corwin,E.J.2006.Patofisiologi HVS edisi 3.jakarta : EGC. Depkes RI. 2010. Produktivitas Anemia. Jakarta : Pusat pendidikan Tenaga Kerja.

Dini,K.dkk. 2009. Anemia pada hemodialisis. Jakarta: Puspa Swara. Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI, 2010. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi, FKM UMI, Makassar. Gibson, R.S. 2010. Principles of Nutritional Assessment. Oxford: Oxford University Press . Hadi,H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap KebijakanPembangunan Kesehatan Nasional. Seminar Kesehatan Nasional . Yogyakarta: CSSG. Halima. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkatan Anemia Pada Pasien yang Mendapatkan Terapi Zat Besi yang Menjalani Hemodialisis. UNHAS. Henderson, C. 2006. Buku ajar konsep kebidanan, Jakarta: EGC. Hartono. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. . Jakarta : Interna Publishing. Hartawan.2010.Dialysis.http://health.nytimes.com/health/guides/test/dialysi s/overview.html. Diakses tanggal 22 Oktober 2012. Hidayat,A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

72

Hoffbrand,A.V.2006.Kapita Selecta Hematologi.Jakarta : EGC Harlock. 2007. Psikologi perkembangan edisi 5. Jakarta : Erlangga Indarti .J. 2007.Kamus Kedokteran UI Edisi Lima. Jakarta : FKUI. Irawan,C.dkk. 2008. Anemia Dan Wanita. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika. Iskandarsyah.2006.Psikologis pasien Gagagl Ginjal Kronik.Jakarta : Air Langga. Jansen. 2007. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. Kumala,H.C.2011.Hemodyalisis.http://www.medicinenet.com/hemodialysis/arti
cle.htm. Diakses tanggal 19 Oktober 2012.

Lewis.2005.Medical Surgical Nursing. New York : Mosby. Levin, ect (2008) Guidelines for the management of chronic kidney disease, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2582781/, diakses 22 Juni 2012 Lieske,J,C.2011. Epidemiology of Nephrolithiasis and Chronic Kidney Disease.USA. Mayo Clinic Division of Nephrology and Hypertension. Lubis. 2006. Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hemodialisis Reguler. http://www.usu.ac.id/.Diakses tanggal 15 Oktober 2012. Mietha, 2009. Menghitung Indeks Massa Tubuh.
http://mietha.wordpress.com/2009/03/12/menghitung-indeks-massatubuh-imt/. Diakses tanggal 22 Oktober 2012.

Notoatmojo, 2007. Pendidikan Dan prilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam,S.P. 2006. Metodologi Riset keperawatan. Jakarta : CV Sugeng seto. Oktaviani.2013.http://wolipop.detik.com/read/2013/01/19/125530/2147178/1135 /6-suplemen-yang-dibutuhkan-oleh-setiap-wanita. Diakses tanggal 15 Februari 2013.

73

Patricia,A.P.2006. Medical Surgikal Nersing.Jakarta : EGC. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2009. Konsensus Manajemen Anemia Pada pasien Gagal Ginjal Kronik, EGC: Jakarta.
Prasetyo, Yudha Fitrian. 2008. Hubungan Usia Terhadap Anemia Pada

Pasien Geriatri Dengan Penyakit Kronik. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine. Price,S.A & Wilson,L,M. 2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC. Pujangkoro,S.A. 2006. Analisis Jabatan. Jurnal Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Rajab, W. 2009. Buku Ajar Kebidanan.Jakarta : EGC Sakit Labuang Baji.Makassar. 2008. Angka Epidemiologi Untuk Mahasiswa

Rumah

Baji.2012.Data

Rumah

Sakit

Labuang

Santoso,D.

Di Dunia. http://www.angkakejadian.int/publication/AB%20AGUSS.htm. Diakses tanggal 22 Oktober 2012.

Kejadian

Sakit

Ginjal

Sastroasmoro.2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke Tiga.Jakarta : CV. Sagung Seto. Smeltzer,B.2005.Medical Surgical Nursing. vol : 2.Jakarta : EGC. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Supariasa,D.N. 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Suryanto,U. 2005. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Pasien Yang Telah Dilakukan Hemodialysis.Yogyakarta : FK Universitas Muhammadiyah. Vida,M. 2008. Epidemologi Gagal Ginjal. (http://vida-ners. Blogspot.com). Diakses tanggal 22 Oktober 2012. YDGI. 2005. Penderita Penyakit Gagal Ginjal. http://www.ygdi.org/. Diakses tanggal 20 Oktober 2012.

74

YDGI, 2008. Klasifikasi Stadium Penyakit Gagal Ginjal. http://www.ygdi.org/. Diakses tanggaL 20 Oktober 2012. Yuliansari, 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Remaja Dan Dewasa. FKUI.

75

76

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MELAKUKAN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR 2012

Oleh : EKA SUPRIANTO BALALIO 142 280 060

Kami adalah mahasiswa Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kejadian Anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialysis di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Partisipas saudara sangat diperlukan dalam penelitian ini meningkatkan pengetahuan pasien tentang faktor-faktor untuk yang

mempengaruhi kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang melakukan hemodialysis. Kami mengharap tanggapan/jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara sendiri tanpa pengaruh dari orang lain. Kami menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara.

77

Partisipasi saudara bersifat bebas, saudara bebas untuk ikut atau tidak ikut tanpa adanya sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom dibawah ini. Tanda Tangan Tanggal No. Responden : :... :.

78

LEMBAR OBSERVASI

1. No. Responden 2. Nama 3. Umur

: .. : : a. Dewasa Muda (18 40 tahun) b. Dewasa Madya ( 41 60 tahun) c. Lansia ( > 60 tahun)

4. Jenis kelamin

: a. Pria b. Wanita

5. Pekerjaan Anda

: a. PNS b. TNI/POLRI c. Petani d. Mahasiswa/pelajar e. Lain-lain, sebutkan

7. Berat Badan 8. Tinggi Badan 9. HD Ke Berapa 10. Lama HD Dalam Setahun 11. Kadar Hemoglobin

: .. : .. : .. : :

79

80

81

82

83

84

85

86

87

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Penulis dilahirkan di Luwuk Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai pada

tanggal 09 April 1991. Anak dari pasangan berbahagia Ayah Abd.

Basyar dan Ibu Suriaty Totondeng, S.Pd. Penulis merupakan putra

pertama dari dua bersaudara. Tahun 1996 penulis lulus dari 2002 TK. penulis

Bhayangkari,

Tahun

lulus dari SD. Inpres 9 Luwuk, Tahun 2005 penulis lulus dari SMP Negri 2 luwuk. Tahun 2008 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Luwuk dan pada tahun yang sama pula penulis lulus seleksi masuk di Universitas Muslim Indonesia. Penulis memilih Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

También podría gustarte