Está en la página 1de 10

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI

Oleh :

RIZKI ANDRIAWAN 10040

AKPER PPNI SURAKARTA 2013

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI A. Pengertian KPD


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001). Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002) Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

B. Etiologi KPD
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah: 1. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. 2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage). 3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. 4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. 5. Keadaan sosial ekonomi 6. Faktor lain a. Faktor golonngan darah b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban. c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : - Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. - Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. - Banyak teori, yang menentukan hal hal diatas seperti defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. - Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

D. PATHWAY

E. Manifestasi Klinik
1. 2. 3. 4. 5. Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak Dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi Janin mudah teraba Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering Inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 )

F. Faktor Resiko Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm 1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%) 2. riwayat persalinan preterm sebelumnya 3. perdarahan pervaginam 4. pH vagina di atas 4.5 5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban. 6. flora vagina abnormal 7. fibronectin > 50 ng/ml 8. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm 9. Inkompetensi serviks (leher rahim) 10. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) 11. Riwayat KPD sebelumya 12. Trauma 13. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu 14. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

G. Pemeriksaan Penunjang
1. 2. 3. 4. Pemeriksaan Leukosid darah > 15000 / ul bila terjadi infeksi Test lakmus merah berubah menjadi biru Amnio sentetis USG ( menentukan usia kehamilan , indeks cairan amnion berkurang ) ( Arief Monsjoer, dkk, 2001 : 313 )

H. Penatalaksanaan
1. a. b. Keperawatan Rawat rumah sakit dengan tirah baring. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.

c. d.

Umur kehamilan kurang 37 minggu. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.

e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin. f. g. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.

h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan. 2. a. tanda Medis Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan. b. Induksi atau akselerasi persalinan.

c. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan. d. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.

I. KOMPLIKASI
1. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Partus peterm Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. ( Manuaba, 1998 : 221) Prolap Tali pusat (Tali pusat menumbung) Distasia ( partus Kering)

2.

3. 4.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian

a.

Biodata klien

b. c. d. e. f. g. h.

i.

Keluhan utama : Riwayat haid Riwayat Perkawinan Riwayat Obstetris Riwayat penyakit dahulu Riwayat kesehatan keluarga Kebiasaan sehari hari a) Pola nutrisi b) Pola istirahat dan tidur c) Pola eliminasi d) Personal Hygiene e) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi f) Rekreasi dan hiburan Pemeriksaan fisik a) Pemeriksaan kesadaran klien b) Head To Toe Rambut Mata Telinga Hidung Mulut dan gigi Leher Paru paru Jantung Payudara Ekstremitas Genitalia Intergumen

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen Tujuan : -Infeksi tidak terjadi pada ibu Kriteria hasil -Pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi Intervensi 1) Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.

R/ Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk 2) Catat waktu pecah ketuban. R/ Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin. 3) Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). R/ Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka. 4) Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah R/ Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan ototrahim Tujuan : -Rasa nyeri berkurang Kriteria hasil : - Klien tampak tenang - Klien tampak nyaman Intervensi 1) Monitor tanda tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu R/ Nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni pernafasan dan nadi 2) Ajarkan klien teknik relaksasi R/ Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien 3) Atur posisi klien R/ Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien 4) Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung R/ untuk memberikan kenyamanan pada klien agar klien dapat beristirahat 3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau informasi tentangpenyakit Tujuan : -pengetahuan klien bertambah setelah diberikan informasi mengenai penyakit nya Kriteria hasil : - Klien tidak resah lagi dengan peyakit nya - menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis Intervensi 1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan R/ Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan

Dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal R/ Agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan 3) Berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya. R/ Agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakit nya 4) Jelaskan kepada klien apa yg terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur R/ Menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi. 4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS Tujuan : - Kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi Kriteria hasil : - Klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah -Klien menunjukkan pola tidur yang adekuat Intervensi 1) Lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur R/ Agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu 2) Motivasi klien agar mengalihkan perhatian R/ Dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur 3) Monitor kebutuhan tidur R/ Agar kebutuhan sehari hari klien dapat terpenuhi seperti biasanya 4) Ciptakan suasana nyaman R/ Suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur 5. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik Tujuan: - Aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien. Kriteria hasil: - Pasien bisa beraktivitas seperti biasa Intervensi 1) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin. R/ Agar kebutuhan sehari hari klien dapat terpenuhi seperti biasanya 2) Beri posisi nyaman. R/ Agar klien merasa nyaman dan tenang 3) Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan.

2)

R/ kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,,jadi denganmenghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan (Dangoes:2000)

L. DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar. Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC. Prawirohajo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka. Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.

También podría gustarte