Está en la página 1de 34

ISLAM DAN PERANNYA BAGI KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam II

Disusun oleh: Kelompok 1 IKMB 2010 1. Moh. Rusda Habib 2. Mafatichul Faaulina 3. Deal Baby Adyanti 4. Nilla Retnowati 5. Martha Juita Sari 6. Damai Arum Pratiwi 7. Berliana D. P. 8. Bintang Gumilang 101011008 101011013 101011019 101011134 101011156 101011175 101011176 101011216

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Islam dan Perannya bagi Kesehatan Masyarakat yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agam Islam II di kelas kami dengan lancar. Dalam menulis makalah ini, terdapat beberapa hambatan yang menghadang, namun atas kerja sama dengan berbagai pihak, maka semua itu dapat teratasi. Untuk itu, atas terseleseikannya tugas ini, kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen mata kuliah Pendidikan Agam Islam II yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama pengerjaan makalah ini. 2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama pengerjaan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Demikian juga kiranya makalah ini, tentu masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini. Akhir kata, mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya dan bagi mahasiswa umumnya.

Surabaya, 15 September 2012

Penyusun

DAFTAR ISI Halaman Judul . Kata Pengantar . Daftar Isi... BAB I Pendahuluan 1 Latar Belakang... 2 Tujuan Penulisan BAB II Pembahasan .. 1 Pengantar: Kesehatan Masyarakat Dijamin oleh Islam.. 2 Islam dan Kesehatan Masyarakat .. a Ajaran Islam pada Aspek Epidemiologi b Administrasi Kebijakan Kesehatan dalam Perspektif Islam c Gizi dalam Ajaran Islam .. d Ajaran Islam dalam Perspektif Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku e Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Perspektif Islam .............................................. f Kesehatan Masyarakat dalam Bidang Biostatistika dan Kependudukan .... g Ajaran Islam dalam Aspek Kesehatan Lingkungan BAB III Penutup.. 1 Kesimpulan .. 2 Saran Daftar Pustaka.. i ii iii 1 1 2 3 3 4 4 6 12 15 17 20 26 29 29 30 31

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Sebagai ajaran paripurna, Islam mencakup segala perihal kehidupan manusia. Dari hal yang terkecil sampai terbesar diatur olehnya. Sebut saja masalah kebersihan. Islam mengatur bagaimana melakukan buang air kecil. Buang air kecil dalam ajaran Islam harus dilakukan di tempat tertutup dengan beberapa aturan tertentu. Tidak hanya cara, air untuk membasuhnya pun diatur. Itu semua tidak lain karena Islam adalah agama yang paripurna. Islam diletakkan sebagai dasar kehidupan. Karena itu, segala hal harus sesuai dengan prinsip-prinsipnya. Kehidupan yang diletakkan di atas prinsip Islam akan menghasilkan kehidupan yang baik. Itu dikarenakan, Allah swt. sebagai pencipta menjadikan Islam sebagai pedoman hidup untuk kebaikan manusia. Hal ini menuntut kepahaman yang benar dan implementasi yang sesuai dengan ketentuan yang digariskan sumber ajaran Islam. Dengan kepahaman dan implementasi yang benar dalam menjalankan Islam, artinya yang dilalui adalah jalan Allah swt. Yang Maha Benar. Sehingga, manusia akan mendapat keridhoan-Nya. Akibatnya, manusia akan mendapat balasan baik dalam bentuk kebahagiaan di dunia maupun pahala akhirat. Allah swt. menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran yang menjadi manual hidup. Artinya, Al-Quran dan Sunnah merupakan ketentuan yang harus dipenuhi. Tidak bisa tidak, sumber ajaran ini harus diambil secara keseluruhan (kaffah) dan tidak boleh diambil sebagian. Karena itu, menjalankan Islam harus secara menyeluruh untuk mendapatkan tujuan dari hidup manusia. Yaitu, ibadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sejatinya tidak diartikan bahwa Allah lah yang butuh akan ibadah manusia. Namun, sebaliknya manusia yang membutuhkan. Karena, dengan menjalankan ibadah, manusia mendapat cara yang benar dalam mengarungi kehidupan. Artinya, manusia akan mendapat ketenangan, keberhasilan, keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan hidup bila menjalankan ibadah. Salah satu hal yang berkaitan dengan ini adalah ibadah untuk menjaga kesehatan manusia. Kesehatan merupakan hal yang tak terpisahkan bagi manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak bisa mengoptimalkan potensinya. Kesehatan mutlak diperlukan agar manusia mampu mengelola hidup ini. Untuk mendapatkan kesehatan yang paripurna, Islam mengaturnya. 4

Dalam ajaran Islam, kita mendapati sejumlah hal yang mengatur masalah kesehatan. Pengaturan ini tidak melulu kesehatan praktis. Namun, sejumlah ibadah yang terlihat tidak ada hubungannya dengan kesehatan ternyata sangat berhubungan. Hal ini kebanyakan karena firman Allah yang diturunkan 14 abad yang lalu belum terungkap. Terungkapnya misteri-misteri dibalik ibadah manusia terungkap akhir-akhir zaman ini. Sebut saja shalat. Dalam shalat, banyak gerakan yang dilakukan manusia baik berdiri, rukuk, sujud, duduk, dan sebagainya. Terlihat sepele memang. Namun, dari hasil penelitian, begitu banyak hikmah tersembunyi di balik gerakan tersebut yang berkaitan dengan kesehatan. Sejumlah hikmah tersembunyi tersebut sebenarnya hanya sebagian kecil dari kebesaran Allah swt. Semua yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah adalah kebenaran. Artinya, kebenaran tersebut akan terbukti, cepat atau lambat, sudah ditemukan maupun belum ditemukan. Apabila ada sejumlah hal yang tidak bertentangan dengan realitas, artinya manusia yang belum menemukan hikmah di balik ketentuan dalam AlQuran dan Sunnah. Kaitannya dengan kesehatan, Islam sebagai ajaran paripurna tentu mengaturnya pula. Segala hal yang diatur dalam Islam pasti memenuhi aspek kesehatan juga. Sehingga tugas seorang muslim tentunya memahami hal ini sehingga bias menerapkan sesuai dengan ajaran Islam. Kesehatan masyarakat merupakan akibat saja dari perlakuan ajaran Islam. Masyarakat akan sehat dengan menerapkan Islam. Karena itu, memahami bagaimana ajaran Islam mengatur kesehatan sangat penting untuk ditelaah lebih jauh.

2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. a. Memahami posisi Islam dalam kehidupan manusia, khususnya kesehatan masyarakat b. Menjelaskan tentang pentingnya memelajari Islan sebagai dasar ilmu kehidupan, utamanya pada kesehatan c. Mengetahui peran ajaran Islam sebagai pondasi kesehatan masyarakat d. Menguraikan berbagai macam peran Islam dalam kesehatan praktis

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengantar: Kesehatan Masyarakat Dijamin oleh Islam Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, artinya adalah kehadiran Islam membawa kebaikan yang besar bagi seluruh umat manusia. Sebelum turunnya agama Islam, dunia berada pada kejahiliyahan yang ditandai dengan penyembahan berhala dan manusia yang tidak menggunakan akal untuk berfikir serta merenungi nikmat Allah SWT melainkan akal mereka telah ditundukkan hawa nafsu. Akan tetapi, semenjak Rasulullah SAW membawa Islam hadir ditengah kerusakan, akhirnya munculah pencerahan. Perkembangan ilmu dan pengetahuan semakin pesat salah satunya di bidang kesehatan. Tidak bisa dipungkiri bagaimana Islam berhasil melahirkan ilmuwan seperti Ibnu Sina, Ali bin Isa, Ammar bin Ali Al-Mosuli, Al-Zahrawi, dan lainnya yang berkontribusi besar di dunia kesehatan. Semua itu tidak lepas dari Al Quran sebagai kitab suci yang memuat berbagai pengetahuan, peringatan, dan petunjuk. Buktinya adalah ayat-ayat yang menerangkan tentang kewajiban manusia untuk memelihara kebersihan diri: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS Al Baqarah: 222) Selain itu adapun ayat Al Quran yang menerangkan mengenai proses penciptaan manusia, dimana pengetahuan ini telah ada jauh sebelum manusia menemukan kebenarannya dan membuktikan sendiri. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS Al Muminun: 12-14) Bukti lainnya adalah perbandingan yang amat besar terjadi antara wilayah yang saat itu belum terjamah oleh Islam dan yang sudah terjamah. Dalam buku sejarah umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga 6

sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumahrumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela. Wabah-wabah penyakit berulang-ulang berjangkit menimpa binatang-binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya. Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Sedangkan pada waktu yang sama, wilayah yang terjamah oleh Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, dan Granada sudah berkembang sangat jauh dengan dibangunnya bangunan yang artistic, bersih dan sejumlah peradaban maju lainnya. Berdasarkan bukti-bukti di atas, jelas bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi kesehatan di masyarakat. Bukan hanya kebersihan lingkungan dan perorangan, akan tetapi kesehatan secara luas baik rohani maupun ragawi. Sehingga, mutlak hukumnya untuk mempelajari Islam bagi manusia agar terwujud kesehatan yang paripurna.

2. Islam dan Kesehatan Masyarakat a. Ajaran Islam pada Aspek Epidemiologi Islam menjelaskan berbagai cara pencegahan penyakit menular, juga mencegah penyebarannya. Di antaranya adalah dengan karantina penyakit. Nabi Muhammad SAW bersabda: Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra. Dan: Larilah dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari harimau. (HR. Bukhari) Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar pencegahan dan

penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar). Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya. (HR. Bukhari). Hal ini merupakan bukti bahwa karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah. Cara tersebut dimaksudkan agar wabah tidak menyebar ke daerah lain, karena apabila seseorang berada di daerah yang sedang terjangkit wabah maka 7

kemungkinan besar ia juga telah terserang infeksi yang dapat ia tularkan ke masyarakat sekitar. Dalam ajaran Islam diperintahkan untuk membunuh hewan-hewan yang dapat mengancam kesehatan dan nyawa manusia. Contohnya yaitu: hewan yang membahayakan manusia dan sering hidup ditengah populasi manusia, seperti ular, kalajengking. Hewan jenis ini dianjurkan untuk dibunuh dalam kondisi apapun. Nabi bersabda: Lima binatang jelek dan merusak, boleh dibunuh diluar tanah haram (tanah suci) dan di tanah suci, yaitu Ular, Gagak yang ada warna putih di perut atau punggung, Tikus, Srigala, dan Rajawali (HR. Muslim) Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud, beliau berkata Kami tengah bersama Nabi disebuah goa, dan saat itu turun pada beliau ayat: Demi Malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan (QS Al-Mursalaat:1). Ketika kami mengambil air dari mulut goa, tiba-tiba muncul seekor ular dihadapan kami. Beliaupun bersabda, Bunuhlah ular itu Kamipun berebut membunuhnya, dan aku berhasil mendahului. Rasulullah bersabda, Semoga Allah melindungi dari kejahatan kalian sebagaimana Dia melindungi kalian dari kejahatannya. (HR Bukhari dan Muslim) Selain itu, dalam ajaran kita hukumnya makruh untuk memelihara anjing di rumah karena air liurnya yang najis. Hadits yang menjelaskan berbunyi demikian : Diceritakan dari Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basyar, mereka berkata: menceritakan kepada kami Muhammad bin Jafar, berkata : menceritakan kepada kami Subah, dari Qatadah dari Abi al-Hakam, berkata : Saya mendengar Abdullah bin [Syyd] Umar bercerita : Dari Rasulullah SAW, bersabda : Barang siapa mengambil anjing, kecuali anjing [untuk keperluan] bertani atau berburu, pahalanya berkurang, setiap hari 1 qirath. Hadits Rasulullah lainnya : Jika seekor anjing menjilat periuk kalian, maka basuhlah tujuh kali yang mana salah satunya menggunakan debu (H.R. Muslim). Adapun serangga atau hewan kecil lainnya, kalau memang membahayakan atau menimbulkan masalah atau bahaya, seperti hama, baik hama burung, belalang, tikus, dan sebagainya maka boleh membunuhnya dan bahkan dianjurkan. Hukum ini dilandaskan kepada kaidah hukum Islam: Semua yang menimbulkan bahaya (madharrat) harus dihilangkan. Begitu juga serangga semacam nyamuk yang menimbulkan penyakit harus diberantas, bahkan meskipun dengan menggunakan bahan kimia.

Ada beberapa jenis serangga yang danjurkan untuk tidak dibunuh. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah melarang kami membunuh empat macam binatang: Semut, lebah, burung hudhud dan burung shurad. (HR AnNasai dan Ahmad)

b. Administrasi Kebijakan Kesehatan dalam Perspektif Islam Kesehatan merupakan unsur vital bagi setiap orang dan bernilai investatif bagi suatu Negara. Nilai investasi terletak pada tersedianya sumber daya yang selalu produktif dan produktivitas seseorang sangat bergantung pada kondisi kesehatannya. Namun, masih banyak orang yang menyepelekan kesehatan serta sejumlah Negara yang masih memiliki pola kebijakan kesehatan kurang baik. Tren pembangunan, dalam hal ini kesehatan, selalu bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Sejumlah pemerintahan Negara yang cenderung mengesampingkan pembangunan kesehatan dan mendahulukan hal lain yang sesungguhnya masih bisa ditunda. Hal ini tercermin dari minimnya anggaran kesehatan dalam APBN maupun APBD pada sejumlah negara. Minimnya Anggaran Negara untuk sektor kesehatan, dapat dipandang sebagai rendahnya apresiasi Negara terhadap sektor tersebut. Apabila permasalahan kesehatan selalu diabaikan pasti akan menimbulkan rangkaian problem baru yang justru akan menyerap keuangan negara lebih besar lagi. Hal ini sangat kontras apabila dibandingkan dengan pola kebijakan kesehatan pemerintahan islam dengan perspektif islam pada zaman rasulullah. Rasulullah SAW sangat memperhatikan permasalahan kesehatan. Segala sesuatu yang dilakukan Rasulullah SAW ditujukan demi kesehatan dan pendidikan. Melalui ajaran Rasulullah SAW yang selalu menomor satukan kesehatan dan pendidikan sehingga muncullah tokoh tokoh islam sebagai perintis awal ilmu kedokteran yaitu seperti Ibnu Shina dan Al-Razi. Sejarah menyatakan bahwa kebijakan kesehatan yang pernah dijalankan oleh pemerintahan Islam sejak zaman Rasulullah SAW menunjukkan taraf yang sungguh maju. Mulai pelayanan kesehatan gratis yang diberikan oleh negara (Khilafah) yang dibiayai dari kas Baitul Mal, pelayanan kesehatan secara gratis dan berkualitas yang diberikan kepada seluruh rakyat tanpa membeda-bedakan antara yang kaya atau miskin, muslim maupun nonmuslim. Pembinaan pola sikap dan perilaku sehat baik secara fisik, mental maupun sosial pada dasarnya merupakan bagian dari pembinaan kepribadian Islam. Dr. 9

Ahmed Shawky Al-Fangary menyatakan bahwa syariah islam sangat peduli pada kebersihan dan sanitasi. Islam juga memperhatikan pola makan sehat dan berimbang serta perilaku dan etika makan. Perintah untuk memakan makanan halal dan thayyib (baik), larangan atas makanan berbahaya, perintah tidak makan berlebihan, makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, mengisi perut dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara, termasuk kaitannya dengan syariah puasa baik yang wajib maupun sunah. Islam juga menganjurkan olah raga dan sikap hidup aktif sebagai pola hidup sehat. Sebagaimana dalam firman Allah SWT. Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang Telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang Telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.(QS: Al-Maidah : 4) Rasulullah SAW. bersabda: Siapa saja di antara kalian yang berada di pagi hari sehat badannya; aman jiwa, jalan dan rumahnya; dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan ia telah diberi dunia seisinya (HR al-Bukhari dalam Adab al-Mufrd, Ibn Majah dan Tirmidzi). Hadis tersebut menjelaskan bahwa dalam islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Negara bertanggung jawab penuh dalam menjamin pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.: Imam (Khalifah) laksana penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya (HR al-Bukhari). Sedangkan, bila kesehatan dan pengobatan tidak terpenuhi maka akan mendatangkan dharar (kemadaratan) bagi masyarakat yang wajib dihilangkan. Nabi Muhammad SAW bersabda: Tidak boleh membahayakan orang lain dan diri sendiri (HR Malik). Dengan demikian, kesehatan dan pengobatan merupakan kebutuhan dasar sekaligus hak rakyat dan menjadi kewajiban negara. Dalam prakteknya pada masa kekhilafahan Islam kebijakan kesehatan yang gratis dan berkualitas ini sudah 10

diterapkan semenjak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di Madinah. Bemula dari delapan orang Urainah datang ke Madinah dan bergabung menjadi warga negara khilafah. Lalu mereka menderita sakit gangguan limpa. Nabi SAW kemudian memerintahkan mereka untuk dirawat di tempat perawatan, yaitu kawasan penggembala ternak milik Baitul Mal di Dzi Jidr arah Quba, tidak jauh dari unta-unta Baitul Mal (kas negara) yang digembalakan disana. Mereka meminum susunya dan berada di tempat itu hingga sehat dan pulih. Ketika Raja Mesir, Muqauqis memperkenalkan seorang dokter kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau memperkerjakan dokter tersebut untuk melayani seluruh kaum Muslim secara gratis. Khalifah Umar bin al-Khathab menetapkan biaya pengobatan bagi para penderita lepra di Syam yang diambilkan dari uang kas Baitul Mal. Sementara Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) dari Dinasti Umayyah membangun rumah sakit yang dikenal dengan nama Bimaristan. Rumah sakit ini digunakan sebagai tempat pengobatan bagi penderita kebutaan dan tempat isolasi bagi para penderita lepra yang saat itu sedang mewabah. Will Durant dalam The Story of Civilization menyatakan, Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya, Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarahwan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun. Para dokter dan perawat digaji dari uang kas Baitul Mal. Bani Thulan di Mesir membangun tempat dan lemari minuman sebagai tempat penyimapanan obat-obatan dan berbagai minuman sesuai petunjuk dokter. Menurut Husain, rumah sakit Islam pertama baru dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M). Rumah sakit tersebut berada di Kota Baghdad, pusat pemerintahan kekhalifahan Islam saat itu. Rumah sakit ini dikepalai langsung oleh Al-Razi, seorang dokter Muslim terkemuka yang juga merupakan dokter pribadi khalifah. Konsep pembangunan rumah sakit di Baghdad merupakan ide dari Al-Razi. Dikisahkan, sebelum membangun rumah sakit, Al-Razi meletakkan potongan daging yang digantung di beberapa tempat di wilayah sekitar aliran Sungai Tigris. Setelah lama diletakkan, potongan daging itu baru membusuk.

11

Menurut al-Razi, itu menandakan bahwa tempat tersebut layak untuk didirikan rumah sakit. Rumah sakit lainnya di Kota Baghdad adalah Al-Audidi yang didirikan pada tahun 982 M. Nama tersebut diambil dari nama Khalifah Adud Ad-Daulah, seorang khalifah dari Dinasti Buwaihi. Al-Audidi merupakan rumah sakit dengan bangunan termegah dan peralatan terlengkap pada masanya. Ibnu Djubair dalam catatan perjalanannya mengisahkan bahwa ia sempat mengunjungi Baghdad pada 1184 M. Ia melukiskan bangunan rumah sakit yang ada di Baghdad, seperti sebuah istana yang megah. Airnya dipasok dari Tigris dan semua perlengkapannya seperti istana raja. Manajemen perawatan yang tertata rapi menjadi ciri khas rumah sakit Al-Audidi. Pasien juga dibedakan antara pasien rawat inap dengan pasien rawat jalan. Tak hanya Baghdad, di sejumlah wilayah lainnya, ilmu kedokteran Islam juga terus mengalami perkembangan. Di Kota Al-Fustat (ibu kota Mesir lama) dibangun sebuah rumah sakit pada tahun 872 M. Pendiriannya digagas oleh Ahmad Ibn Tulun, seorang gubernur Mesir pada masa Dinasti Abbasiyah. Rumah sakit memiliki perpustakaan yang kaya akan literatur medis. Pada 830 M, di Kota ad-Dimnah (wilayah Tunisia saat ini) sudah berdiri sebuah rumah sakit megah bernama AlQairawan. Rumah sakit ini bahkan sudah menerapkan sekat pemisah antara ruang tunggu pengunjung dan pasien. Bangunan rumah sakit lain pada masa kekhalifahan Islam bisa dijumpai di Kota Marrakech, Maroko. Khalifah Al-Manshur Yaqub ibn Yusuf yang menggagas pendirian rumah sakit Marrakech. Keberadaan rumah sakit pada masa kejayaan Islam juga ada di Kota Damaskus yaitu rumah sakit Al-Nuri. Didirikan pada 1154 M. Nama Al-Nuri mengacu nama seorang panglima perang Muslim pertama yang berhasil mengalahkan tentara Salib, Nur al-Din al-Zangi. Rumah sakit Al-Nuri merupakan rumah sakit pertama yang sudah menerapkan sistem rekam medis. Konsep itu hingga kini digunakan rumah sakit yang ada di seluruh dunia. Sebuah terobosan awal yang sangat langka pada masa itu. Dalam perkembangannya, rumah sakit ini juga berperan sebagai sekolah kedokteran. Sederet ilmuwan ternama tercatat pernah menuntut ilmu di Al-Nuri. Salah satunya adalah Ibnu an-Nafis (1208-1288 M) yang merupakan ilmuwan pertama yang secara akurat mendeskripsikan sistem peredaran darah dalam tubuh manusia. Menurut Dr Hossam Arafa dalam tulisannya yang berjudul Hospital in Islamic History, pada akhir abad ke-13, bangunan rumah sakit sudah tersebar di seantero 12

Jazirah Arab. Semua itu didukung dengan tenaga medis yang profesional baik dokter, perawat dan apoteker. Di sekitar wilayah rumah sakit juga didirikan sekolah kedokteran. Rumah sakit juga menjadi tempat untuk mendidik mahasiswa

kedokteran, pertukaran ilmu kedokteran, serta pusat pengembangan dunia kesehatan dan kedokteran secara keseluruhan. Dokter yang bertugas dan berpraktik adalah dokter yang telah memenuhi kualifikasi tertentu. Khalifah al-Muqtadi dari Bani Abbasiyah memerintahkan kepala dokter Istana, Sinan Ibn Tsabit, untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di Baghdad. Dokter yang mendapat izin praktik di rumah sakit hanyalah mereka yang lolos seleksi ketat. Khalifah al-Muqtadi juga memerintahkan Abu Osman Said Ibnu Yaqub untuk melakukan seleksi serupa di wilayah Damaskus, Makkah dan Madinah. Pada masa Khilafah Abbasiyah untuk pertama kalinya didirikan apotik. Apotik terbesar adalah apotik Ibnu al-Baithar. Para apoteker tidak diijinkan menjalankan profesinya kecuali telah mendapat lisensi dari negara sebagai ijin kerja. Para apoteker mendatangkan obat-obatan dari India dan dari sejumlah negeri lainnya, lalu mereka melakukan berbagai inovasi dan penemuan untuk menemukan obat-obatan baru. Kebijakan kesehatan Khilafah juga diarahkan guna menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. Tata kota dan perencanaan ruang akan dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase, keasrian, dan sebagainya. Hal itu sudah diisyaratkan dalam berbagai hadis, seperti dalam hadis Nabi Muhammad SAW : Sesungguhnya Allah Maha indah dan mencintai keindahan, Maha bersih dan mencintai kebersihan, Maha mulia dan mencintai kemuliaan. Karena itu, bersihkanlah rumah dan halaman kalian, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi (HR at-Tirmidzi dan Abu Yala). Jauhilah tiga hal yang dilaknat, yaitu buang air dan kotoran di sumber/ saluran air, di pinggir atau tengah jalan dan di tempat berteduh(HR.Abu Dawud). Rasul saw. juga bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian buang air di air yang tergenang. (HR Ashhab Sabah). Jabir berkata: Rasulullah melarang buang air di air yang mengalir.(HR Thabarani di al-Awsath). Di samping itu juga terdapat larangan membangun rumah yang menghalangi lubang masuk udara rumah tetangga, larangan membuang sesuatu yang berbahaya ke jalan sekaligus perintah untuk membersihkannya meski hanya berupa duri. 13

Sejumlah hadis tersebut jelas mensyariatkan kebijakan kesehatan yang sesuai dengan ajaran islam mengenai pengelolaan sampah dan limbah yang baik, tata kelola drainase dan sanitasi lingkungan yang memenuhi standar kesehatan, serta pengelolaan tata kota yang higienis, nyaman sekaligus asri. Tentu saja semua hal itu hanya bisa direalisasikan melalui kebijakan negara, bukan hanya melibatkan departemen kesehatan, tetapi juga departemen lainnya. Dalam Islam, sistem kesehatan tersusun dari 3 (tiga) unsur sistem yaitu: 1. Peraturan, baik peraturan berupa syariah Islam, kebijakan maupun peraturan teknis administratif. 2. Sarana dan peralatan fisik seperti rumah sakit, alat-alat medis dan sarana prasarana kesehatan lainnya. 3. SDM (sumber daya manusia) sebagai pelaksana sistem kesehatan yang meliputi dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya. Pembangunan kesehatan yang meliputi keseimbangan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative sudah ada dan diterapkan sejak masa pemerintahan islam yang teori dan prakteknya digunakan hingga saat ini. Pelayanan kesehatan berkualitas hanya bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Penyediaan semua itu menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara (khilafah) karena negara berkewajiban dalam menjamin pemenuhan kebutuhan dasar berupa kesehatan dan pengobatan. Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotik, pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran, apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya yang menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan pengobatan lainnya. Juga wajib mengadakan pabrik yang memproduksi peralatan medis dan obat-obatan, menyediakan SDM kesehatan baik dokter, apoteker, perawat, psikiater, penyuluh kesehatan dan lain sebagainya. Pelayanan kesehatan harus diberikan secara gratis atau semurah mungkin kepada rakyat baik kaya maupun miskin tanpa diskriminasi baik agama, suku warna kulit dan sebagainya. Pembiayaan untuk semua itu diambil dari uang kas Baitul Mal, baik dari pos harta milik negara maupun harta milik umum. Setiap pelayanan kesehatan masyarakat dalam sistem Islam wajib memenuhi 3 (tiga) prinsip baku yang berlaku umum, yaitu: 1. Sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit). 14

2. Cepat dalam pelayanan. 3. Profesional dalam pelayanan, berkompeten dan amanah dalam bekerja.

c. Gizi dalam Ajaran Islam Islam mengajarkan kita untuk sehat agar kita senantiasa dapat menjalankan kewajiban kita, sebagaimana yang tertera pada firman Allah: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Az-Zariyat, 51:56). Maksud ayat diatas adalah mengabdi kepada Allah SWT merupakan suatu hal pokok atau tugas yang wajib dilakukan oleh setiap ummat. Untuk itu dibutuhkan kesehatan secara fisik maupun psikis agar tugas wajib itu dapat kita lakukan dengan maksimal. Sumber pemeliharaan kesehatan yang sangat diperhatikan oleh islam adalah asupan zat gizi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi hendaknya makanan dan minuman yang halalan (halal) dan thayyiban (baik). Makanan dan minuman yang halal adalah makanan dan minuman yang diperbolehkan secara agama. Ukuran kehalalan dinilai dari cara mendapatkannya yakni secara legal dan berkaitan dengan urusan akhirat. Sedangkan makanan dan minuman yang baik adalah makanan dan minuman yang membawa manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Ukuran baik (thayyib) disini dinilai dari segi kesehatan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya. (QS Al-Maidah, 5:88) Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS AlBaqarah, 2:168) Maksud dari kedua ayat diatas adalah setiap ummat diperintahkan secara tegas dan jelas oleh Allah SWT agar selalu berhati-hati dalam memilih makanan dan minuman yang akan kita konsumsi. Mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib merupakan salah satu manifestasi dari ketaatan terhadap Allah SWT. Manifestasi ini nantinya akan mendatangkan pahala dan kenikmatan di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Allah SWT telah memberitahukan mana yang baik dan mana

15

yang buruk secara detail di dalam Al-Quran. Berikut beberapa ayat yang menyebutkan makanan apa saja yang dianggap buruk oleh Allah SWT: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah, 2:173) Ayat di atas secara jelas menegaskan bahwa darah, bangkai, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih tidak menyebut nama Allah SWT dilarang keras dikonsumsi oleh kaum muslim. Memang pada jaman dahulu ayat ini menimbulkan keraguan bagi umat, tetapi sekarang telah banyak dilakukan penelitian secara ilmiah mengenai dampak apa yang ditimbulkan dari sumber makanan diatas. Sebuah artikel Mujizat Quran & Sunnah yang terbit pada tanggal 8 Mei 2012 tertulis bahaya mengonsumsi darah. Sebagian penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan modern membuktikan bahwa darah merupakan sarang yang bagus untuk perkembangbiakan bakteri dan pertumbuhannya serta darah tidak memiliki zat gizi sama sekali. Bahkan pada kondisi tertentu darah juga mengandung zat-zat yang sangat beracun, seperti penumpukan karbondioksida (CO2) yang berlebihan. Penumpukan CO2 yang berlebih ini ada pada hewan yang mati tercekik. Apabila kita memakan bangkai hewan tersebut maka tidak menutup kemungkinan kita juga akan mengalami kekurangan oksigen (O2) dan berakhir fatal. Sedangkan bahaya mengonsumsi daging babi juga telah banyak dikemukakan oleh para ilmuwan barat. Daging babi merupakan daging yang paling sulit dicerna di dalam tubuh manusia karena memiliki kadar lemak yang sangat tinggi. Orang dengan kadar lemak dalam tubuh yang tinggi akan berisiko tinggi terkena stroke dan penyakit jantung koroner. Disamping itu, ada berbagai macam parasit yang bersemayam di daging babi, antara lain: 1. Cacing Taenia solium Cacing ini menyebabkan si penderita terkena anemia, gangguan pencernaan, dan terkadang larvanya memasuki saluran peredaran darah menyebar ke seluruh tubuh (otak, hati, sumsum tulang belakang, dan paru) sehingga dapat menyebabkan kematian.

16

2. Cacing Trichinia spiralis Penyerangan cacing ini pada otot si penderita, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan kematian dalam waktu singkat. 3. Cacing Schistosoma japonicus Cacing ini bersemayam di darah, paru, dan hati. Dalam kurun waktu sehari, cacing ini bisa mencapai lebih dari 20.000 telur. Cacing ini juga menyerang otak dan sumsum tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. 4. Fasciola buski Parasit ini menyebabkan gangguan pencernaan, pembengkakan disekujur tubuh, dan kematian. 5. Dan berbagai macam kuman berbahaya lainnya, seperti scabies (gatal), small pox (cacar), dan TBC. Jadi bagi seorang muslim yang beriman makanan bukanlah sekedar penghilang lapar saja, tetapi makanan juga mampu menjadikan tubuh ini sehat secara fisik maupun psikis sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai Khalifah fil Ardhi. Setelah membahas makanan apa saja yang dilarang oleh Allah SWT, ayat dibawah ini akan menjelaskan minuman apa yang tidak baik bagi kaum muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah, 5:90) Ayat diatas mengemukakan bahwa orang yang beriman dilarang meminum khamar (yang memabukkan). Minuman yang mengandung alkohol pasti

memabukkan. Hal ini dilarang oleh Allah SWT karena minuman beralkohol dapat merusak hati, merusak ginjal, memampatkan paru, melemahkan jantung, kanker, serta gangguan kejiwaan. Jelas saja Allah SWT melarang keras kaum muslim mengonsumsi minuman beralkohol karena alkohol bersifat addiktif dan umat yang mabuk tidak akan pernah bisa mengingat Tuhannya lagi. Teramat bahayalah jika kita sebagai kaum muslim menyentuh minuman ini. Adapun beberapa adab ketika makan dan minum, antara lain (1) mencuci tangan sebelum makan, (2) menggunakan tangan kanan, (3) tidak makan dan minum secara berlebihan, (4) dianjurkan memuji dan dilarang mencelanya, dan lain 17

sebagainya. Salah satu adab yang akan dibahas disini adalah tidak makan dan minum secara berlebihan. Sesungguhnya berlebihan adalah diantara sifat syetan dan dibenci Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-Araf, 7:31) Rasulullah SAW bersabda: Seorang mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh lambung. (HR. Bukhari dan Muslim) Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya. (HR. Ahad, Ibnu Majah) Jadi sebagai umat muslim, kita sebaiknya makan jika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.

d. Ajaran Islam dalam Perspektif Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat. Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan social sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan. 18

Perspektif PKIP dapat menyangkut mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang salah satunya dapat dilakukan dengan berolahraga. Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda, dll jenis olah raga yang bermanfaat untuk kesehatan individu. Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat olah raga bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul ''Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam'' oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan bahwa olah raga sangat berguna bagi kesehatan manusia. Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang melakukan olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan jasmaninya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan kepada perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur. Ajaran Islam secara detail juga membahas mengenai PHBS yaitu salah satunya adalah masalah bersuci. Secara sederhana bisa dijawab bahwa kehidupan gurun pasir saat itu menuntut upaya revolusi budaya. Ciri kehidupan maju adalah budaya hidup sehat di kalangan anggota masyarakatnya. Secara peradaban bisa dilihat bahwa dalam peradaban manusia kemudian berkembang dari masa ke masa sesuai dengan kemajuan teknologi, pembuatan WC atau jamban, mulai dari yang sederhana sampai yang mewah. Allah menyeru orang-orang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri mereka, yang sesuai dengan fitrah jiwa mereka dan sunah alam. Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah [2]:222) Kebersihan personal meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku, dan rambut. Di bawah ini adalah beberapa ayat Al-Quran dan Sunnah yang menyatakan pentingnya kebersihan personal: 19

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nimat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah [5]: 6) Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al Araf [7]:31) Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Kunci shalat adalah bersuci (melalui wudhu). Dalam kesempatan lain beliau pernah bersabda: Kunci surga adalah shalat, dan kunci shalat adalah kebersihan dan bersuci. Memang banyak sekali tuntunan agama yang merujuk kepada ketiga kesehatan. Dalam konteks kesehatan fisik ditemukan sabda Nabi Muhammad SAW: Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu. (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-Ash) Demikian Nabi SAW menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi SAW yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.

e.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Perspektif Islam Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja mestilah dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup berupa rezeki di dunia, di samping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Karena itu dalam Islam hendaklah menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di

20

akhirat yang kekal abadi. Sebagaimana dalam Firman Allah dalam Surah AlQhashash ayat 77. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Begitu juga, Islam memerintahkan kita melakukan sesuatu kerja dengan cara yang sebaik-baiknya dengan mengutamakan menjaga keselamatan dan kesehatan. Ini menepati firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 195 yang artinya: Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Melihat firman Allah seperti di atas, kami ingin berbagi. Dengan saling mengingatkan, bahwa Allah SWT sesungguhnya tidak menghendaki adanya kerusakan di muka bumi ini. Segala sesuatunya yang diciptakan Allah SWT diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan dari semua makhluk hidup ciptaanNya diberi peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak aman) dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga terhadap kelangsungan hidup ciptaanNya yang lain (lingkungan hidup). Hal tersebut semua diawali karena perilaku individu maupun kelompok yang tidak aman hingga membuat suatu kondisi atau lingkungan menjadi rusak, seperti : terjadi longsor, banjir, perubahan iklim dan cuaca (climate change), penyakit, dan musibah alam lainnya. Allah SWT telah menciptakan semua yang ada di jagad raya ini dengan keseimbangan yang baik. Namun karena keserakahan, kezaliman, dan kemaksiatan manusia yang membuat kondisi alam menjadi tidak seimbang. Bencana yang dirasakan sekarang ini hanya sebagai teguran dan cobaan bagi umatnya. Teguran, bagi umatnya yang tidak beriman, yang telah melakukan kerusakan, dan cobaan bagi umatnya yang beriman. Mengamalkan sikap yang baik dan dijauhi serta dihindari dari segala malapetaka. Seperti dalam ayat-Nya yang berbunyi,

21

Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada siapapun yang dapat menghapusnya melainkan Dia sendiri dan jika ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al-An'am: 17) Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi pemeluknya. Islam dalam Alquran dan Hadist melarang umat untuk membuat kerusakan, jangankan kerusakan itu terjadi pada lingkungan, terhadap diri sendiri saja Allah SWT melarangnya. Banyak contoh seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Jelaslah bahwa menganiaya diri sendiri, berperilaku tidak aman dan sehat serta menjaga lingkungan tetap aman dan sehat, adalah terjemahan dari segala larangan Allah SWT baik yang termaktup dalam Alquran maupun Hadist. Hubungannya K3 dengan islam adalah sama-sama mengingatkan umat manusia agar senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang aman dan sehat dalam bekerja di tempat kerja (di kantor, di pabrik, di tambang, dan di mana tempat bekerja). Dengan berperilaku aman dan sehat akan tercipta suatu kondisi atau lingkungan yang aman dan sehat. Dengan bekerja yang aman di tempat kerja, akan membawa keuntungan bagi diri sendiri maupun perusahaan tempat kerja. Alangkah indahnya hidup ini jika kita berada dalam suatu kondisi atau lingkungan yang aman dan sehat. Kemana-mana kita tidak merisaukan akan bahaya yang mengancam baik jiwa maupun harta benda. Sebagaimana Allah SWT awalnya menciptakan alam semesta ini dengan kondisi dan lingkungan yang aman. Namun karena nafsu umatnya membuat semua menjadikan kondisi menjadi tidak aman dan sehat. Banyak ayat dalam Alquran untuk kita dianjurkan untuk senatiasa bekerja dengan menjaga keselamatan diri sendiri, keluarga, harta benda dan lingkungan hidup ini. Karena ingin mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak dari apa yang diusahakan sehingga norma dan peringatan-peringatan akan keselamatan menjadi terlupakan. Karena ingin sesuap nasi ada orang yang mau bekerja mempertaruhkan nyawanya, karena kurang bersyukur dengan apa yang didapatkan ada orang melakukan hal yang menyimpang seperti korupsi misalnya, mencuri, menipu, dsb yang berujung pada kesedihan, bukan hanya dialami oleh pelaku tersebut namun dialami oleh keluarganya, dan orang lain, maupun lingkungan hidupnya. Jadi, menjaga perilaku akan menjaga kondisi, dimana dalam suatu kondisi yang aman, sehat dan nyaman bukan hanya seorang yang merasakan kondisi tersebut 22

tapi semua mahluk hidup ciptaanNya yang ingin merasakan lingkungan tersebut. Menjaga perilaku yang sehat bukan hanya di tempat kerja, namun perilaku tersebut selayaknya dibawa dan diawali dari rumah tangga, di jalan raya maupun di lingkungan rumah. Atau di lingkungan hidup lainnya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dipandang dari sudut agama Islam dikenal dengan nama al-Kulliyatul al-Khams "" yaitu keutamaan memelihara agama, nyawa, akal, keturunan dan harta.

f. Kesehatan Masyarakat dalam Bidang Biostatistika dan Kependudukan Ajaran Islam yang berhubungan dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam bidang Biostatistika & Kependudukan yaitu pada zaman keemasan Dinasti Islam zaman Muhammad). Pada perkembangan zaman keemasan Dinasti Islam, Avicena (Ibnu Sina) dan Rhazes merupakan tokoh yang berperan dalam penulisan catatan klinik yang lebih baik maupun buku-buku kedokteran seperti Treatise on Smallpox and Measles. Lalu yang berhubungan dengan kependudukan khususnya dalam hal kesehatan reproduksi. Sehat merupakan salah satu karunia Allah yang menurut Nabi saw. sering terlupakan. Kita baru merasa betapa mahalnya nikmat sehat ketika sedang sakit. Salah satu nikmat sehat yang harus dijaga ini adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan Reproduksi (Kespro) adalah keadaan fisik, mental dan sosial yang sehat, bersih dan terhindar dari hal-hal yang mengganggu sistem reproduksinya. Bagi perempuan, Kespro ini sangat berkaitan dengan berfungsinya alat-alat reproduksinya pada masa pra-produksi (remaja), ketika produksi (hamil dan menyusui), dan pascareproduksi (menopouse). Alquran menyatakan, tolok ukur kesalehan itu termasuk menjaga kehormatan (menjaga alat-alat reproduksi). Hal ini sama-sama ditekankan kepada lelaki maupun perempuan. Firman Allah swt: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS.Al-Ahzab : 35) Kemampuan bereproduksi adalah karunia Allah swt. kepada manusia agar dapat meneruskan fungsi kekhalifahannya di muka bumi. Sebab itu, Kespro perlu 23

dijaga dan diperhatikan agar sistem reproduksi yang telah dilimpahkan tidak mengalami kerusakan. Berikut ini terdapat tujuh cara yang diajarkan oleh Islam untuk menjaga kesehatan reproduksi kita : 1. Menjaga kebersihan. Di berbagai tempat, umat Islam seringkali mengutip hadis An nazhaafatu minal iimaan yaitu kebersihan itu sebagian dari iman. Ajaran bersuci (thaharah) dalam Islam ini adalah indikasi perintah menjaga kebersihan termasuk alat reproduksi. Dari sini kita perlu memperhatikan apakah media untuk membersihkan kita sudah baik atau belum. 2. Larangan ber-khalwat atau berduaan bagi laki-laki dan perempuan di tempat sepi tanpa ada mahram. Hadis Nabi saw.: Janganlah sekali-kali seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan di tempat yang sepi kecuali ada mahram baginya. (HR. Bukhari) Larangan tersebut adalah tindakan preventif (pencegahan) agar terhindar dari perzinahan atau kerentanan atas tindakan kekerasan seksual lainnya. Misalnya, pelecehan seksual atau kekerasan dalam masa pacaran (dating rape). 3. Menikah. Apabila seorang perempuan dan lelaki sudah siap fisik dan mental untuk menikah, maka keduanya dianjurkan untuk menikah. Selain anjuran menikah pada QS. Ar Ruum ayat 21, ada pula hadis Nabi saw. yang mengatakan pentingnya pernikahan. Sabda Nabi saw : Hai kaum muda, jika di antara kamu sudah ada kesiapan untuk kawin, maka kawinlah, karena kawin itu akan dapat menundukkan pandangan matamu dan lebih dapat menjaga alat reproduksimu (agar sehat). (HR. Bukhari Muslim) 4. Menyusui. Allah swt. pernah berfirman, Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan..... Dalam Islam menyusui adalah hak ibu, tapi hal ini sangat dianjurkan karena dengan menyusui mengurangi risiko penyakit kanker payudara dan dapat menjarangkan kelahiran yang berdekatan jaraknya. Hal ini sangat berguna bagi kependudukan dunia karena dengan begitu tidak akan mudah terjadi ledakan penduduk di masyarakat. 5. Melakukan hubungan seksual dengan persetujuan pasangan (suami atau isteri). Perlu disadari, hubungan seksual dalam pernikahan harus menjadi kerelaan suami dan isteri. Jangan sampai ada pihak yang merasa dipaksa melakukannya, sehingga 24

terjadi perkosaan dalam hubungan perkawinan (marital rape) dengan alasan apapun. Sebab Islam telah mengajarkan berlaku santun kepada pasangan (muasyarah bil maruf). 6. Larangan berganti-ganti pasangan. Berganti-ganti pasangan, adalah salah satu perilaku yang sangat rentan menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS). Larangan perilaku berganti pasangan ini disebutkan dalam firman Allah, Dan janganlah kamu mendekati zinah karena ia adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan. Sering gonta-ganti pasangan baik dengan cara jajan, perselingkuhan, kawincerai, maupun poligami, dapat berdampak pada terjadinya penyakit menular seksual baik kepada laki-laki maupun perempuan. Sementara perempuan sendiri lebih berisiko tertular karena bentuk alat reproduksinya bersifat lebih terbuka sehingga rentan tertular penyakit PMS, termasuk oleh suaminya sendiri. Sayangnya masih banyak perempuan yang tertular PMS tetapi tidak mengetahui hal itu. 7. Menggunakan alat kontrasepsi (KB). Dengan menggunakan alat kontrasepsi ini perempuan bisa mengatur kehamilannya. Sebab jarak kehamilan yang terlalu dekat akan berdampak negatif terhadap kesehatan alat reproduksinya. Meski AlQuran tidak menjelaskan secara langsung mengenai hal ini, tapi Islam memperbolehkan KB apabila penggunaannya membawa maslahah bagi akseptor KB (suami-istri). Dalam hal ini perlu diingat, tidak semua alat kontrasepsi cocok bagi tubuh akseptor. Sebab itu, akseptor, terutama perempuan berhak mendapat informasi yang benar terhadap layanan KB ini.

Selain KB, isu yang penting adalah mengenai aborsi. Indonesia adalah salah satu negara yang tergabung dalam organisasi WHO dan telah melakukan ratifikasipersetujuan. Sehingga Indonesia memiliki kewajiban untuk memberikan

penghormatan, perlindungan, pemajuan dan pemenuhan terhadap hak warganya dalam hal kesehatan. Kesehatan reproduksi menjadi salah satu isu yang masih menyisakan banyak masalah di Negara ini. Salah satu isu tentang kesehatan yang sedang aktual di Indonesia adalah masalah aborsi. Belum lama ini media elektronik marak memberitakan terkuaknya praktek aborsi ilegal di salah satu klinik bersalin di Jakarta.

25

Praktik aborsi ilegal ini aktivitasnya tidak mencolok sehinggga masyarakat tidak banyak yang menduga, terlebih lagi dengan penggunaan klinik resmi dengan izin dari Departemen Kesehatan (DepKes).Penelitian Universitas Indonesia (UI) Jakarta tentang aborsi menyebutkan bahwa aborsi dilakukan oleh perempuan yang beruisa 20-25 tahun, dengan angka sekitar 66% menikah mudah dan 33% belum menikah, biasanya dilakukan oleh anak-anak remaja seperti SMA atau Mahasiswa. Sangat ironis yang seharusnya bangga menjadi ibu memiliki posisi yang sangat mulia. Karena melalui rahim ibu dihidupkan sang bayi, dilahirkan dan diasuhnya. Kemuliaan ini harus di dukung masyarakat dengan melahirkan norma-norma sosial dan aturan yang mendukung perkembangan calon ibu yang sehat, pintar, cerdas, kuat dan bertanggung jawab. Dalam hal ini ada beberapa fakta mengenai aborsi yang harus menjadi pertimbangan: pertama, bahwa stigmatisasi (pandangan) tentang aborsi yang selama ini berkembang ternyata tidak efektif menghentikan praktek aborsi ilegal. Justru mengantarkan perempuan untuk melakukan aborsi ilegal. Kedua, pelaku aborsi adalah mereka yang telah bersuami dan sebagian dari kehamilan mereka karena kegagalan kontrasepsi, jarak anak yang terlalu rapat, dan pertimbangan medis. Ketiga, hukum bagi pelanggaran aborsi ilegal terutama hukum sosial hanya ditunjukan pada perempuan tanpa menyentuh pasangan yang menyebabkan kehamilan. Dalam perspektif Islam para ulama Fiqh telah merumuskan beberapa prinsip yang berkaitkan dengan persoalan aborsi, yaitu; Pertama, prinsip penghormatan terhadap kehidupan manusia baik terhadap janin maupun ibu yang mengandung. Kedua, prinsip nyawa ibu lebih diutamakan dari janin. Ketiga, penetapan ketentuan paling minim resikonya baik ibu maupun janin. Keempat, yang tercantum dalam AlQuran : Dan janganlah kamu ceburkan dirimu ke dalam kehancuran (QS. AlBaqarah: 295). Maksud dari prinsip ayat ini bahwa kita harus berupaya untuk tidak terjerumus ke dalam kerusakan dan kehancuran, salah satunya adalah tindakan aborsi. Mengacu dari prisnsip-prinsip di atas, bahwa setiap manusia mengemban amanat untuk memelihara kehidupan dan menjaganya. Membiarkan praktek aborsi yang merajalela adalah kejahatan kemanusiaan. Dalam Al-Quran sendiri amanah reproduksi menjadi perhatian serius,

26

Kami wasiatkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, karena ibunya telah mengandungnya dengan penuh kesusahan diatas kesusahan dan menyusuinya selama dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kedua orang tuamu, dan hanya kepadaKu lah kamu akan kembali (QS. AlLuqman: 14) dan Kami wasiatkan pada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; karena ibunya telah mengandungnya dengan penuh kesusahan dan melahirkannya dengan penuh kesakitan (QS. Al-Ahqaf: 15) . Ayat ini memberikan penghargaan yang tinggi terhadap amanah reproduksi, sekaligus menyebutkan orang lain untuk berbuat baik (ihsanan) kepada sang ibu sebagai pemegang amanat. Tentu dengan maksud agar proses reproduksi berjalan lancar, sehat, aman dan tidak menistakan perempuan. Dalam ayat di atas pula secara sengaja disebutkan sasaran dari wasiat ini adalah manusia (al-insana) bukan sekadar anak kepada ibu tetapi kita semua umat-Nya. Sehingga perhatian terhadap amanah reproduksi menjadi tanggung jawab secara kolektif, untuk bahu membahu menjaga, mengemban dan melaksanakannya. Isu kependudukan dalam Islam merupakan topik yang sangat penting. Memiliki keturunan yang sholih merupakan harapan yang ada pada setiap manusia. Ini terutama kepada mereka yang telah membina rumah tangga. Akan tetapi jika laju pertumbuhan penduduk tersebut tidak terkendali dan mengalami peningkatan yang tajam, maka akan banyak permasalahan yang muncul.Tingginya tingkat kriminalitas, angka putus sekolah, kemiskinan yang melanda dimana-mana seringkali berkaitan dengan ledakan jumlah penduduk. Alih-alih eksistensi manusia akan semakin sejahtera, ketika tidak diurus dengan baik yang terjadi adalah masalah yang serius bagi umat manusia. Dalam salah satu laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat bahwa jumlah total penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 202 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2009 bertambah menjadi 231 juta jiwa. Ini diprediksi pada tahun 2025 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk 263 jiwa dengan rasio kelahiran sebesar 2,6%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun-tahun mendatang akan mengalami ledakan penduduk (baby boom) yang sangat tinggi.Dalam bukunya An Essay on The Principle of Population, Thomas Malthus (1798) memprediksi bahwa ledakan penduduk yang tidak terkontrol akan menyebabkan banyak masalah. Menurutnya pertambahan penduduk yang seperti deret ukur berbanding terbalik dengan tersedianya sumber daya yang jauh lebih kecil. Maka ketika ledakan penduduk tersebut tidak diantisipasi 27

dengan baik, permasalahan ketersediaan akses pendidikan dan lapangan kerja menjadi potensi gejolak sosial di masa mendatang. Ketika lapangan kerja sulit diakses oleh masyarakat akibat ledakan penduduk yang tajam, maka yang terjadi adalah kemiskinan yang juga turut meningkat. Ini karena kebutuhan dasar mereka (right based) tidak bisa tercukupi. Selain

permasalahan kemiskinan, yang tidak kalah penting adalah rusaknya ekologi yang kemudian mengganggu keseimbangan alam.Hal ini menandakan adanya hubungan yang erat antara masalah kemaslahatan umat, sosial dan juga lingkungan. Maka dari itu, Islam tidak hanya mengatur hal spiritual semata, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Menurut K.H Sahal Mahfudz, membincang masalah sosial di Indonesia tidak bisa terlepas dari konteks keislaman. Ini dikarenakan Islam menjadi agama mayoritas bagi masyakat Indonesia. Ini sebagaimana juga sabda Nabi, yang artinya sebagai berikut: Barangsiapa yang tidak memberikan perhatian persoalan umat Islam, maka bukan termasuk kelompokku. Dan barangsiapa pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka dia juga tidak termasuk golonganku. (HR. Al-Hakim) Bahkan dalam kesempatan yang lain, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, Sedikitnya keluarga adalah salah satu dari dua kemudahan. Sedangkan banyaknya keluarga adalah salah satu dari dua kefakiran. (HR. Al-Qudhai dalam Musnad Al-Syahab). Dari hadits tersebut maka menjadi jelas bagi kita umat Islam bahwa ketika jumlah keluarga yang banyak dan tidak diikuti dengan ketersediaan dana (maal) maka akan menjadi satu malapetaka tersendiri. Sehingga dari sedikit pemaparan di atas, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya adalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan juga moral. Dalam Islam, pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Bahkan mencarinya menjadi kewajiban yang dibebankan pada setiap orang, dari kecil sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya. Di lain kesempatan, ayat yang pertama kali turun kepada Muhammad SAW adalah ayat yang memperintahkan umat Islam untuk membaca, yaitu al-alaq. Ini menjadi pertanda bahwa Islam tidak menganggap remeh bangunan pendidikan bagi umatnya. Nabi Muhammad juga pernah bersabda tentang pentingnya ilmu ini,

28

Barangsiapa menghendaki urusan dunia, maka ia harus berilmu. Dan barangsiapa menghendaki urusan akhirat, maka ia harus berilmu. Dan barangsiapa menghendai keduanya, ia juga harus berilmu. (HR. Ahmad) Sementara itu, aspek kesehatan juga menjadi perhatian penting dari Islam. Karena dengan adanya umat yang sehat maka produktifitas keumatan akan menjadi lancer. Maka dari sini Islam akan mampu bersuara lebih saat umatnya mengutamakan kesehatan.Kondisi perekonomian juga menjadi perhatian dalam mengatasi

permasalahan kependudukan ini. Seringkali kepadatan penduduk berbanding lurus dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin padat penduduk, biasanya semakin sulit kondisi perekonomian masyarakat tersebut. Islam dalam memandang perekonomian ini meletakkannya dalam dua ranah, yaitu ikhtiar dan tawakkal.Selain permasalahan-permasalahan di atas, permasalahan moral juga harus menjadi perhatian yang serius dalam isu-isu kependudukan. Dalam konteks keIndonesiaan, permasalahn moral ini mendapat sorotan tajam dari KH. Sahal Mahfudz. Ia menilai bahwa merosotnya moral masyarakat Indonesia ini karena semakin lunturnya sikap solidaritas masyarakat. Jurang antara si kaya dengan si miskin semakin lebar adanya. Monopoli pasar yang sedemikian hingga dan juga semakin tidak pedulinya anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Ini menambah keruwetan kondisi Indonesia akhir-akhir ini.

g. Ajaran Islam dalam Aspek Kesehatan Lingkungan Pencapaian kesehatan lingkungan yang baik tidak dapat lepas dari faktor kebersihan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan ajaran agama islam dimana banyak terdapat ayat al-quran dan hadist yang berisi tentang kebersihan. Hadist pertama dari Aisyah r.a, Rosululloh SAW bersabda Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang yang bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih (H.R.Tobroni). Dari hadist tersebut manusia diperintahkan untuk senantiasa menjaga kebersihan, sebagaimana kalimat yang sering kita dengar yaitu kebersihan sebagian dari iman. Bahkan manusia yang menjaga kebersihan dijanjikan surga oleh Allah SWT. Hadist tersebut diperkuat lagi oleh hadist yang artinya Sesungguhnya Allah SWT baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu bersih, Dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan. Allah itu dermawan, Dia menyukai

29

kedermawaan. Maka bersihkanlah olehmu perabotmu dan janganlah kalian menyerupai orang yahudi. Dalam ilmu kesehatan masyarakat, kebersihan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pencegahan terhadap suatu penyakit. Misalnya jika lingkungan rumah bersih, maka kemungkinan untuk kontak dengan agent pembawa penyakit seperti tikus atau kuman akan sangat minim sehingga individu tidak mudah untuk terjangkit suatu penyakit. Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat berpengaruh terhadap keselamatan manusia yang ada di sekitarnya, oleh sebab itu menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kebersihan lingkungan, diantaranya : a) Menjaga kesehatan sumber air seperti sumur, kolam, sungai, dan lain-lain. Karena air itu akan kita gunakan sebagai sumber air minum, mencuci, mandi dan sebagainya. Air yang tercemar akan menyebabkan lahirnya berbagai penyakit seperti diare, malaria, dan lain-lain. Dalam hal ini Islam telah dengan tegas melarang umatnya supaya tidak mengotori sumber air itu. Sebagaimana hadist dari Jabir r.a, Rasulullah SAW melarang kencing dalam air yang tergenang (HR. Muslim). Dalam riwayat yang berbeda Rasulullah ternyata juga melarang kita untuk mengotori sumber air yang mengalir. Dalam hadits kita dilarang untuk kencing di air yang tergenang dan mengalir, disini tersirat makna lebih luas bahwa kita dilarang untuk mengotori air itu dengan cara apapun, bukan hanya sebatas kencing saja. b) Mencuci dan bersuci dengan air yang suci. Dalam masalah bersuci dari hadas dan najis, Islam sangat menekankan penting air yang suci untuk membersihkan berbagai kotoran yang ada di tubuh dan pakaian kita, karena kalau air itu sendiri tidak bersih bagaimana ia akan membersihkan benda yang kotor. Oleh sebab itu Islam telah mengarahkan umatnya untuk selalu menggunakan air yang suci lagi menyucikan dalam bersuci. Sebagaimana firman Allah SWT Dan Kami turunkan dari langit itu air yang suci (QS. Al-Furqan: 48). Allah SWT menerangkan bahwa air hujan itu suci supaya kita dapat menggunakannya dalam menyucikan diri. c) Menjaga kesucian tempat yang ramai dikunjungi orang. Hal ini sangat penting karena jika saja tempat itu kotor dan menjadi sarang penyakit, maka akan sangat mudah menjangkiti banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Menyadari 30

bahaya tersebut Rasulullah dengan tegas melarang kita untuk buang air besar dan kecil di tempat yang dilewati banyak orang, dijadikan tempat berteduh, di bawah pohon yang berbuah, tempat ibadah dan lain-lain. Rasulullah SAW bersabda dari Abu Hurairah r.a, Takutilah menjadi orang yang dilaknat orang lain, sahabat bertanya: siapa orang yang menjadi laknat orang lain?. Rasulullah menjawab: yaitu orang yang buang hajat di tempat yang dilalui orang lain, atau tempat berteduh orang lain (HR. Muslim). Kita juga dilarang meludah di sembarangan tempat, karena disamping ludah itu sendiri sangat menjijikan, juga menjadi salah satu sarana menularnya beberapa penyakit. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda Meludah di masjid adalah dosa, dan kafarat (taubat) nya adalah dengan menanam ludah itu (HR. Bukhari dan Muslim). Masjid di zaman Rasulullah SAW hanyalah berlantai tanah dan pasir, sehingga kadang-kadang ada orang yang dengan diam-diam meludah sembarangan di dalamnya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan siapa yang meludah di dalam masjid untuk menanam ludah itu supaya tidak jorok dan diinjak atau diduduki orang lain. Dalam hadits ini dapat kita ambil hikmah bahwa Islam melarang kita untuk meludah di tempat-tempat umum seperti mesjid dan juga tempat lainnya, karena merupakan suatu hal yang menjijikkan dan menjadi salah satu faktor tertularnya penyakit.

31

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan Islam merupakan ajaran paripurna. Sempurna dalam mengatur segala aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Kesehatan penting bagi manusia. Oleh karena itu, menjaga kesehatan tetap prima adalah keharusan sebagai seorang khalifah fil ardh (wakil Allah di bumi). Tugas memelihara bumi tidak akan mampu diemban dengan kesehatan yang tidak prima. Tentunya kesehatan yang dimaksud di atas bukanlah kesehatan perorangan. Dari perorangan, perlu kesehatan yang dibentuk secara komunal menjadi kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat penting adanya. Dengan kesehatan yang tersistem di masyarakat akan membangun masyarakat yang kuat. Tentunya hal ini akan bermanfaat bagi manusia dalam mengemban misi dunianya sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai ajaran paripurna, Islam telah meletakkan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat. Ketentuan yang ada dalam Al-Quran dan Sunnah sebagai pokok ajaran sudah cukup bagi manusia untuk membangun kesehatan masyarakat. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. Islam dalam perspektif kesehatan masyarakat memiliki peran yang signifikan dalam meletakkan nilai-nilai dasarnya. Sebut saja dalam perspektif promosi kesehatan, keselamatan dan kesehatan kerja, kependudukan dan biostatistika, epidemiologi, administrasi kebijakan kesehatan, kesehatan lingkungan, maupun gizi, Islam berperan dalam meletakkan pondasinya. Dengan menerapkan Islam secara kaffah (menyeluruh) maka bukan tidak mungkin tujuan kesehatan masyarakat akan tercapai.

2. Saran
Sebagai seorang beragama, tentu kita ingin menjadi muslim yang baik. Muslim yang baik adalah muslim yang menjalankan perintah Islam dengan baik dan benar. Tanpa terkecuali. Artinya yang dituju adalah kekaffahan dalam pelaksanaan ajaran Islam. Hal ini tentunya tidak akan terlepas dari menjalankan ajaran Islam yang mengandung hikmah

32

luar biasa. Hikmah yang dimaksud adalah kemanfaatan bagi manusia sendiri, termasuk dalam kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat hanya akan bisa diraih dengan memenuhi sejumlah syaratnya. Tentunya sebagai Pencipta Alam Semesta, Allah swt.lah yang mengerti apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Oleh karena itu, perspektif kesehatan masyarakat harus dibangun dengan pondasi Islam yang benar. Sehingga, berikut inilah saran dari penulis: a. Menelaah kembali ajaran Islam secara komprehensif dan menyeluruh agar ditemukan hikmah yang bermanfaat untuk kehidupan manusia, khususnya kesehatan masyarakat. b. Membumikan ajaran Islam dan hikmah dibaliknya kepada masyarakat luas, bahwa Islam sangat berperan dalam membangun kesehatan masyarakat. c. Mendorong masyarakat untuk berperan aktif menggali ilmu kesehatan dan menarik hubungan dengan ajaran Islam secara ilmiah. d. Mendorong institusi agama dan kesehatan untuk saling bekerja sama dalam upaya pencerdasan masyarakat dan menggali peranan Islam yang bermanfaat untuk kesehatan masyarakat.

33

DAFTAR PUSTAKA

Asatidz, Dewan. 2011. Hukum Pembasmian Anjing. http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=920:huk um-pembasmian-anjing&catid=1:tanya-jawab. Diakses pada 13 September 2012 Departemen agama RI.2005.Alquran dan Terjemahnya.Bandung : Penerbit J-Art Eramuslim. 2011. Hukum Memelihara Ular. http://www.eramuslim.com/ustadzmenjawab/memelihara-ular.htm eramuslim 2011. Diakses pada 13 September 2012 http://d.yimg.com/kq/groups/15328964/1802449583/name/Kesehatan+menurut+pandangan+I slam.pdf http://www.slideshare.net/MTataTaufik/mengomunikasikan-ajaran-islam http://annaceria.wordpress.com/2011/10/07/kesehatan-masyarakat-dalam-perspektif-islam/ http://mpk3lh.blogspot.com/2009/06/islam-dan-k3 [diakses pada hari Rabu, 13 September 2012] http://rekammedisugm08.blogspot.com/2009/05/sejarah-dan-perkembangan-rekammedis.html http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=414:islam-dankesehatan-reproduksi--al-arham-edisi-10-b&catid=19:al-arham&Itemid=328 http://www.fahmina.or.id/penerbitan/warkah-al-basyar/534-islam-dan-kesehatan-reproduksi.html http://blogbintang.com/hadist-tentang-kebersihan http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/19/kebersihan-lingkungan-dalam-islam/ Saatnya Khilafah Memimpin Dunia, 2008, Kebijakan Khilafah di Bidang Kesehatan, diakses pada tanggal 14 September 2012, http://moslemgen.multiply.com/journal/item/825 Sinau Islam, 2009, Kebijakan Kesehatan Perspektif Islam, diakses pada tanggal 14 September 2012, http://sinauislam.wordpress.com/2009/06/03/kebijakan-kesehatanperspektif-islam/

34

También podría gustarte