Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Semarang
diperlukan
tinjauan
pustaka
mengetahui dasar-dasar teori dalam penanganan air limpasan dari daerah yang berada diatasnya dan air hujan lokal yang terjadi. Selain itu tinjauan
pustaka juga mengkaji dasar-dasar teori alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan pengendalian terhadap debit dan erosi yang terjadi di daerah tersebut.
3.2. PENGENDALIAN DEBIT Pengendalian dilakukan terpenting dengan adalah debit air pada dasarnya namun dapat yang secara
berbagai
cara,
mempertimbangkan
keseluruhan dan mencari sistem yang paling optimal. Kegiatan pengendalian debit air berdasarkan daerah pengendalian yaitu: Bagian hulu, yaitu air air dengan yang dan membuat dapat bangunan dapat dikelompokkan menjadi dua,
menurunkan waduk
pembuatan
lapangan
kolam penampungan air yang dapat merubah pola hidrograf debit air serta penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS).
13
Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi sungai dan tanggul, sudetan pada aliran kritis, pembuatan alur pengendalian genangan debit untuk air, serta
pemanfaatan basin.
daerah
retarding
3.3. ANALISIS DATA HIDROLOGI Hidrologi adalah bidang ilmu yang mempelajari kejadian serta penyebab air alamiah di bumi. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah curah hujan
(presipitasi). Curah hujan suatu daerah menentukan besarnya tersebut. perhitungan debit yang mungkin terjadi hidrologi dengan pada daerah
Dalam debit
analisis rencana
dilakukan ulang
periode
tertentu berdasarkan data curah hujan yang telah diperoleh dan erosi yang akan terjadi.
3.3.1. Perhitungan Curah Hujan Daerah Analisis data curah hujan dimaksudkan
untuk memperoleh besar curah hujan daerah yang diperlukan Beberapa untuk metode perhitungan yang dapat curah rencana. dalam
digunakan
perhitungan curah hujan daerah. Metode tersebut diantaranya adalah metode rata-rata aljabar,
metode poligon Thiessen, dan metode Isohyet. Metode Rata-Rata Aljabar Metode (arithmatic perhitungan mean) adalah rata-rata cara yang aljabar paling
sederhana. Metode ini bisanya digunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos curah hujan yang cukup banyak dan dengan anggapan
14
bahwa
curah
di
daerah seragam
cenderung
distribution).
hujan
daerah
dimana : d n : Tinggi curah hujan rata-rata (mm) : Jumlah stasiun pengukuran hujan curah hujan yang tercatat
d1.dn : Besarnya
bahwa setiap stasiun hujan dalam suatu daerah mempunyai luas pengaruh tertentu dan luas
tersebut merupakan faktor koreksi bagi hujan stasiun menjadi hujan daerah yang
bersangkutan. Caranya adalah dengan memplot letak stasiun-stasiun curah hujan ke dalam gambar DAS yang bersangkutan. Kemudian dibuat garis penghubung di antara masing-masing
stasiun dan ditarik garis sumbu tegak lurus. Cara ini merupakan cara terbaik dan
paling banyak digunakan walau masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan pengaruh topografi. Metode ini dapat digunakan apabila pos hujan tidak banyak. Curah hujan daerah metode poligon Thiessen dihitung dengan
persamaan 3.2.
15
d=
dimana : d A1-An :Curah hujan daerah (mm) :Luas daerah pengaruh tiap-tiap stasiun (km2) d1-dn :Curah hujan yang tercatat di stasiun 1 sampai stasiun ke n (mm) (CD. Soemarto, 1993, Hidrologi Teknik)
Stasiun Hujan 1 A1 Batas DAS n An 2 A2 1, 2, n A1, An Sungai Garis Penghubung Poligon Thiessen Stasiun Hujan Luas Area
Metode Isohyet Isohyet menghubungkan mempunyai diperoleh adalah garis lengkung kedudukan sama. yang yang
curah dengan
Isohyet kontur
menggambar
tinggi hujan yang sama, lalu luas area antara garis ishoyet nilai metode yang berdekatan diukur Curah dan hujan dengan
dihitung daerah
rata-ratanya. Isohyet
dihitung
16
d=
d +d i12 i Ai i =1
n
A
i =1
i =1
di 1 + di Ai 2 ..............(3.4) A
dimana : d A1An : Curah hujan rata-rata areal (mm) : Luas daerah untuk ketinggian curah berdekatan (km2)
d1=10mm 10m mm
Stasiun Hujan A2 A3 n An 2 A4 1, 2, n A1, An Batas DAS Sungai Garis Isohyet Stasiun Hujan Luas Area antara dua garis Isohyet yang berdekatan
A1
20mm d2=20mm
d3=30mm
d4=40mm d5=50mm
Gambar 3.2. Metode Isohyet berdekatan 3.3.2. Perhitungan Curah Hujan Rencana Analisis curah hujan rencana digunakan
untuk mengetahui besarnya curah hujan maksimum dengan periode dalam ulang tertentu yang akan
digunakan
perhitungan
debit
rencana.
Metode yang digunakan untuk perhitungan curah hujan, yaitu pada DAS. cara curah statistik hujan atau metode maksimum rencana beberapa
harian hujan
Analisis dengan
curah
dilakukan
menggunakan
distribusi
diantaranya
Distribusi
17
Normal,
Distribusi
Log
Normal
Parameter,
Distribusi Gumbel,
Distribusi
Peluang dituliskan
.......................(3.5)
dimana :
P( X ) : Peluang terjadinya x
e
: 3,14159 : 2,71828 : Variabel acak kontinyu : Rata-rata nilai X : Deviasi standar dari nilai X
hidrologi mempunyai distribusi normal (Gambar 2.4.), maka : 1. Kira-kira deviasi 68,27% standar terletak sekitar didaerah nilai satu rata-
ratanya, yaitu antara (-) dan (+). 2. Kira-kira deviasi 95,45% standar terletak sekitar didaerah nilai satu rata-
ratanya, yaitu antara (-2) dan (+2). 3. Kira-kira deviasi 99,73% standar terletak sekitar didaerah nilai satu rata-
18
Sedangkan
nilai
50%-nya
terletak
didaerah
Gambar 3.3. Kurva Distribusi Frekuensi Normal (Soewarno, 1995, Hidrologi) Dalam pemakaian praktis digunakan rumus umum, sebagai berikut :
X t = X + k * S ............................(3.6)
X
S k
: Nilai rata-rata hitung variat X : Deviasi standar nilai variat X : Faktor dari frekuensi, periode ulang merupakan dan tipe fungsi model yang
matematik digunakan
distribusi untuk
peluang
analisis
peluang
19
persamaan
transformasi,
20
normal sebesar X X : Nilai variat pengamatan : Nilai variat rata-rata X, umumnya dari logaritmik nilai
dihitung
rata-rata geometriknya S : Deviasi standar dari logaritmik nilai variat X (Soewarno, 1995, Hidrologi) Aplikasi parameter distribusi log normal dua x
untuk
menghitung
nilai
variat
log( X )
dari
distribusi Nilai k
parameter. dari
diperoleh
tabel
merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien variasinya (lihat tabel 3.2.) (Soewarno, 1995, Hidrologi)
21
100 2,4570 2,5489 2,2607 2,7716 2,8805 2,9866 3,0890 3,1870 3,2799 3,3673 3,4488 3,5211 3,3930 3,3663 3,7118 3,7617 3,8056 3,8137 3,8762 3,9035
dengan
nol.
Persamaan
distribusinya adalah :
1 P( X ) = e2 ln( X ) 2 1 ln( X ) n n
................(3.9)
dimana :
P( X ) : Peluang terjadinya X
X : Variabel random kontinyu : Parameter batas bawah
22
: 3,14159 : 2,71828 : Rata-rata dari variat ln (X-) : Deviasi standar dari variat ln (X-)
n n
parameter, adalah :
Koefisien variasi :
CV = ..............................(3.10)
Untuk menghitung :
............................(3.11) CV
Koefisien kemencengan :
CS = 3CV + CV3 ......................(3.12) dimana :
untuk
menghitung
nilai
variat
X t = X + ( k S ) ...........................(3.13)
dimana : Xt : Ln (X-) pada periode ulang t tahun
X
S
23
: Karakteristik dari distribusi log normal tiga dari parameter koefisien yang merupakan CS fungsi (lihat
kemencengan
Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel umumnya digunakan untuk analisis data ekstrem, misalnya untuk
P ( X ) = e( e )
A ( X B )
..........................(3.14)
24
A=
1, 283 ................................(3.15)
B = 0, 455 ............................(3.16)
dimana : P(X) X e
: Peluang terjadinya X : Variabel acak kontinyu : 2,71828 : Nilai rata-rata dari variat X : Deviasi standar dari X
dimana : X
X
: Nilai variat yang diharapkan terjadi : Nilai rata-rata hitung variat : Nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang
tertentu (hubungan antara periode ulang T dengan Y dapat dilihat pada tabel
T 1 Y = ln ln ....................(3.18) T
untuk T > 20, maka Y = ln T Yn : Nilai (mean rata-rata of dari reduksi variat nilainya (n) dan
reduced dari
variate) data
tergantung
jumlah
25
Sn
: Deviasi (standard
standar
dari
reduksi of the
variat reduced
deviation
variat), nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel 3.6. (Soewarno, 1995, Hidrologi) Tabel 3.4. Hubungan Periode Ulang (T) dengan Reduksi Variat dari Variabel (Y) T 2 5 10 20 50 100 Y 0,3065 1,4999 2,2504 2,9702 3,9019 4,6001
(Soewarno, 1995, Hidrologi) Tabel 3.5. Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata (Yn ) dengan Jumlah Data (n)
n 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Yn 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 n 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 Yn 0,5396 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5430 0,5439 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 n 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 Yn 0,5515 0,5518 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567 0,5569 0,5570 N 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 Yn 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599 0,5600 -
26
Tabel 3.6. Hubungan antara Deviasi Standar (sn) dengan Jumlah Data (n)
n 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 sn 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086 1,1124 1,1159 1,1193 N 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 sn 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 n 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 sn 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 n 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 sn 1,1930 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060 1,2065 -
*e
x c a
.................(3.19)
Pearson tipe III X a b c : Variabel acak kontinyu : Parameter skala : parameter bentuk : Parameter letak
27
X C =W a
dan
Ke tiga parameter fungsi kerapatan(a,b,dan c) dapat ditentukan dengan metode momen, dengan cara menghitung nilai :
X
S CS
Sehingga :
a=
CS .S ...............................(3.22) 2
2
1 b= *2 CS c=X
............................(3.23)
2S .............................(3.24) CS
X t = X + k .S ............................(3.25)
Persamaan
(3.25)
dapat
digunakan
untuk
menentukan persamaan distribusi Pearson tipe III, dengan faktor k = faktor sifat dari
distribusi Pearson tipe III yang merupakan fungsi dari besarnya CS yang dapat dilihat pada tabel 3.7. (Soewarno, 1995, Hidrologi)
* e
X C a
............(3.26)
28
a,b,c
: :
Prosedur -
Log Pearson tipe III, adalah : Tentukan logaritma dari semua nilai variat X. Hitung nilai rata-ratanya :
log( X ) =
n :
log( X )
i =1
......................(3.27)
jumlah data
S log( X ) =
( Log ( X ) log( X ) )
n i =1
n 1
...........(3.28)
29
Tabel 3.7. Nilai k Distribusi Pearson Type III dan Log Pearson Kemencengan CS
Koef.Kemencengan (CS) 3,0 2,5 2,2 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 -0,1 -0,2 -0,3 -0,4 -0,5 -0,6 -0,7 -0,8 -0,9 -1,0 -1,2 -1,4 -1,6 -1,8 -2,0 -2,2 -2,5 -3,0 2 -0,396 -0,360 -0,330 -0,307 -0,282 -0,254 -0,225 -0,195 -0,164 -0,148 -0,132 -0,116 -0,099 -0,083 -0,066 -0,050 -0,033 -0,017 0,000 0,017 0,033 0,050 0,066 0,083 0,099 0,116 0,132 0,148 0,164 0,195 0,225 0,254 0,282 0,307 0,330 0,360 0,396 5 0,420 0,518 0,574 0,609 0,643 0,675 0,705 0,732 0,758 0,769 0,780 0,790 0,800 0,808 0,816 0,824 0,830 0,836 0,842 0,836 0,850 0,853 0,855 0,856 0,857 0,857 0,856 0,854 0,852 0,844 0,832 0,817 0,799 0,777 0,752 0,711 0,636 Periode Ulang (Tahun) 10 1,180 1,250 1,284 1,302 1,318 1,329 1,337 1,340 1,340 1,339 1,336 1,333 1,328 1,323 1,317 1,309 1,301 1,292 1,282 1,270 1,258 1,245 1,231 1,216 1,200 1,183 1,166 1,147 1,128 1,086 1,041 0,995 0,945 0,895 0,844 0,771 0,666 25 2,278 2,262 2,240 2,219 2,193 2,163 2,128 2,087 2,043 2,018 1,998 1,967 1,939 1,910 1,880 1,849 1,818 1,785 1,751 1,716 1,680 1,643 1,606 1,567 1,528 1,488 1,448 1,407 1,366 1,282 1,198 1,116 1,035 0,959 0,888 0,793 0,666 50 3,152 3,048 2,970 2,912 2,848 2,780 2,706 2,626 2,542 2,498 2,453 2,407 2,359 2,311 2,261 2,211 2,159 2,107 2,054 2,000 1,945 1,890 1,834 1,777 1,720 1,663 1,606 1,549 1,492 1,379 1,270 1,166 1,069 0,980 0,900 0,798 0,666 100 4,051 3,845 3,705 3,605 3,499 3,388 3,271 3,149 3,022 2,957 2,891 2,824 2,755 2,686 2,615 2,544 2,472 2,400 2,326 2,252 2,178 2,104 2,029 1,955 1,880 1,806 1,733 1,660 1,588 1,449 1,318 1,197 1,087 0,990 0,905 0,799 0,667 200 4,970 4,652 4,444 4,298 4,147 3,990 3,828 3,661 3,489 3,401 3,312 3,223 3,132 3,041 2,949 2,856 2,763 2,670 2,576 2,482 2,388 2,294 2,201 2,108 2,016 1,926 1,837 1,749 1,664 1,501 1,351 1,216 1,097 0,995 0,907 0,800 0,667 1000 7,250 6,600 6,200 5,910 5,660 5,390 5,110 4,820 4,540 4,395 4,250 4,105 3,960 3,815 3,670 3,525 3,330 3,235 3,090 2,950 2,810 2,675 2,540 2,400 2,275 2,150 2,035 1,910 1,800 1,625 1,465 1,280 1,130 1,000 0,910 0,802 0,668
30
Untuk dalam
menentukan
distribusi hujan
yang
tepat dengan
menghitung
curah
rencana
periode ulang t tahun, maka perlu diperhatikan syarat-syarat dalam tabel 3.8. Tabel 3.8. Kriteria Pemilihan Distribusi No. 1. 2. 3. Jenis Distribusi Distribusi Normal Distribusi Log Normal Distribusi Gumbel Syarat Cs = 0, Cs = 3 Cv, Ck = 3 Cv = 0,6
4. 5.
Cv = 0,3 Cv = 0,3
3.3.3. Uji Keselarasan Distribusi Uji menentukan telah keselarasan persamaan dimaksudkan distribusi mewakili peluang untuk yang
dipilih
dapat
distribusi
statistik sampel data yang dianalisis. Ada dua jenis uji keselarasan, yaitu Chi Square dan
Smirnov Kolmogorof. Pada tes ini yang diamati adalah nilai hasil perhitungan yang diharapkan. Metode Chi Square Uji sebaran ini dimaksudkan untuk yang
mengetahui
distribusi-distribusi
memenuhi syarat untuk dijadikan dasar dalam menentukan debit air rencana dengan periode ulang tertentu. Metode Chi Square sebagai berikut : ini dapat dijelaskan
31
Penggambaran
distribusi
curah
hujan
dilakukan untuk setiap metode distribusi. Penggambaran untuk yang distribusi beda (Ef) ini antara dengan dilakukan frekuensi frekuensi dihitung hujan
terbaca. peluang
penggambaran,
masing-masing
curah
dimana : P : Peluang terjadinya curah hujan tertentu m : Nomor ranking curah hujan n : Jumlah data
-
Setelah plotting data selesai maka dibuat garis yang memotong daerah rata-rata titik tersebut, nilai nilai nilai titik-titik yang terbaca merupakan (Of), dan yang
adalah
frekuensi
diharapkan (Ef)
-
Menentukan parameter uji Chi Square hasil plotting data dengan rumus :
X2 =
i k
(O f E f ) 2 Ef
......................(3.32)
dimana : X2 k Of : Harga Chi Square : Jumlah data : Frekuensi yang dibaca pada kelas yang sama
32
Ef
-
Menentukan berdasarkan
parameter nilai
Uji
Chi
Square
derajat
kepercayaan
sebesar 0,95% atau 95% ( = 0,05atau 5% ) dan derajat kebebasan (dk) di mana : dk = K (p+1) ......................(3.33) dimana : K : Jumlah data P : Probabilitas Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9. (Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, Sistem
Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan) Tabel 3.9. Nilai Kritis untuk Distribusi Chi Square (Uji Satu Sisi)
dk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 0,995 0,0000393 0,0100 0,0717 0,207 0,412 0,676 0,989 1,344 1,735 2,156 2,603 3,074 3,565 4,075 4,601 5,142 5,697 6,265 6,844 7,434 8,034 0,99 0,000157 0,0201 0,115 0,297 0,554 0,872 1,239 1,646 2,088 2,558 3,053 3,571 4,107 4,660 5,229 2,812 6,408 7,015 7,633 8,260 8,897 derajat kepercayaan 0,975 0,95 0,05 0,000982 0,00393 3,841 0,0506 0,103 5,991 0,216 0,352 7,815 0,484 0,711 9,488 0,831 1,145 11,070 1,237 1,635 12,592 1,690 2,167 14,067 2,180 2,733 15,507 2,700 3,325 16,919 3,247 3,940 18,307 3,816 4,575 19,675 4,404 5,226 21,026 5,009 5,892 22,362 5,629 6,571 23,685 6,262 7,261 24,996 6,908 7,962 26,296 7,564 8,672 27,587 8,231 9,390 28,869 8,907 10,117 30,144 9,591 10,851 31,410 10,283 11,591 32,671 0,025 5,024 7,378 9,348 11,143 12,832 14,449 16,013 17,535 19,023 20,483 21,920 23,337 24,736 26,119 27,488 28,845 30,191 31,526 32,852 34,170 35,479 0,01 6,635 9,210 11,345 13,277 15,086 16,812 18,475 20,090 21,666 23,209 24,725 26,217 27,688 29,141 30,578 32,000 33,409 34,805 36,191 37,566 38,932 0,005 7,879 10,597 12,838 14,860 16,750 18,548 20,278 21,955 23,589 25,188 26,757 28,300 29,819 31,319 32,801 34,267 35,718 37,156 38,582 39,997 41,401
33
22 23 24 25 26 27 28 29 30
uji
kecocokan
non tidak
pengujiannya distribusi
tertentu.
Prosedurnya sebagai berikut : Urutkan data dari besar ke kecil atau dari
sebaliknya
-
dan
tentukan
peluangnya
Tentukan
peluang
teoritis
{P(Xi)}
dari
nilai f(t) dengan tabel. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih teoritis. D maks
-
antara
pengamatan
dan
peluang
Berdasarkan Kolmogorof
34
Tabel 3.10. Wilayah Luas di bawah Kurva Normal Uji Smirnov Kolmogorov untuk =0,05
-3,4 -3,3 -3,2 -3,1 -3,0 -2,9 -2,8 -2,7 -2,6 -2,5 -2,4 -2,3 -2,2 -2,1 =0,05 0,0003 0,0004 0,0006 0,0008 0,0011 0,0016 0,0022 0,0030 0,0040 0,0054 0,0071 0,0094 0,0122 0,0158 t -1,4 -1,3 -1,2 -1,1 -1,0 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 =0,05 0,0735 0,0885 0,1056 0,1251 0,1469 0,1711 0,1977 0,2266 0,2578 0,2912 0,3264 0,3632 0,4013 0,4404 t 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 =0,05 0,7088 0,7422 0,7734 0,8023 0,8289 0,8591 0,8749 0,8944 0,9115 0,9265 0,9394 0,9505 0,959 0,9678 t 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4 =0,05 0,9946 0,9960 0,9970 0,9978 0,9984 0,9989 0,9992 0,9994 0,9996 0,9997
0,2 0,45 0,32 0,27 0,23 0,21 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15 1,07/n 0,1 0,51 0,37 0,3 0,26 0,24 0,22 0,20 0,19 0,18 0,17 1,22/n 0,05 0,546 0,41 0,34 0,29 0,27 0,24 0,23 0,21 0,20 0,19 1.36/n 0,01 0,67 0,49 0,4 0,36 0,32 0,29 0,27 0,25 0,24 0,23 1,63/n
Drainase
3.3.4. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Curah hujan dalam jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut dengan intensitas curah hujan. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi dalam waktu yang
pendek. Hubungan intensitas hujan dengan waktu hujan banyak dirumuskan, yang pada umumnya
35
Intensitas curah hujan rata-rata digunakan sebagai parameter perhitungan debit. Rumus intensitas curah hujan yang sering
........................(3.36)
R24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) (CD. Soemarto, 1993, Hidrologi Teknik) 3.3.5. Perhitungan Debit Untuk beberapa mencari metode Rencana debit rencana digunakan empiris
diantaranya
hubungan
antara curah hujan dengan limpasan.Metode ini paling banyak dikembangkan sehingga didapat
beberapa persamaan, antara lain : Metode Rasional (Luas DAS < 300 ha)
H S = L ................................(3.37)
Q=
CI A ............................(3.40) 3,6
dimana : Q : Debit
3
air
periode
ulang
tertentu
36
I : Intensitas hujan
(mm/jam)
A : Luas daerah Aliran sungai (km2) Tc :Waktu konsentrasi (jam) R : Hujan harian (mm) L : Panjang sungai utama V : Kecepatan perjalanan banjir H : Beda tinggi antara titik tertinggi DAS
beberapa faktor, antara lain : jenis tanah, kemiringan, luas dan bentuk Aliran sungai. Sedangkan besarnya nilai koefisien Aliran
Cgab =
AC
i =1 n i
Ai
i =1
............................(3.41)
dimana : Ai : Prosentase (%) luasan lahan Ci : Koefisien aliran dari masing-masing tata guna lahan
37
(Ir.Joesron Loebis, M.Eng, Banjir Rencana Untuk Bangunan Air) 3.4. EROSI Erosi adalah peristiwa pindahnya tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami, yaitu air dan angin (Arsyad, 1979).
Didaerah beriklim basah seperti Indonesia erosi air adalah yang paling membahayakan lahan-lahan pertanian. Berdasarkan proses terjadinya erosi dibagi dalam dua tipe, yaitu erosi geologi dan erosi dipercepat erosi (Schawb, 1966). Erosi alami atau
geologi
adalah masih
erosi
dimana dengan
proses proses
pengangkutan
seimbang
38
pembentukan tanah, yang masih mengikuti prinsip keseimbangan alami. Sedangkan erosi dipercepat adalah erosi akibat pengangkutan/perusakan
tanah akibat kegiatan manusia yang tidak lagi mengikuti keseimbangan pembentukan tanah secara alami. Menurut mempengaruhi Baver erosi faktor-faktor lain adalah yang faktor
antara
iklim (I), tanah (t), topografi (s), vegetasi (v), manusia (m), yang dapat ditulis menurut persamaan deskriptif sebagai berikut :
E = f ( i, t , s, v, m ) ........................(3.42)
3.4.1. Iklim Faktor erosi iklim mempengaruhi suhu terjadinya udara, dan dan
adalah
hujan,
angin.
Kelembaban
hujan
menentukan tanah.
kekuatan Jumlah
terhadap yang
curah
rata-rata
tinggi
tidak
menyebabkan erosi jika kelebatannya rendah, demikian terjadi juga dalam kalau waktu kelebatannya yang singkat tinggi tidak
menyebabkan erosi. Curah hujan yang tinggi dan kelebatan yang tinggi akan
agregat tanah ditentukan energi kinetiknya. Energi kinetik ini dapat dihitung 3.42 dengan
menggunakan
persamaan
(Hudson,
39
Ek =
1 2 mv ..........................(3.43) 2
dimana : Ek m v : Energi kinetik hujan : massa butiran hujan : kecepatan jatuh butir hujan
selanjutnya besarnya energi kinetik secara kuantitatif dihitung berdasarkan persamaan yang ditemukan oleh Wischmeir (1959) yaitu:
Interaksi sifat fisik dan kimia tanah menentukan terjadinya kepekaan erosi. tanah terhadap tanah yang
Sifat-sifat
mempengaruhi kepekaan erosi adalah tekstur, struktur, kedalaman tingkat kandungan kandungan tanah, sifat bahan lapisan tanah. organik organik, bawah dan
kesuburan bahan
Sedangkan berpengaruh
terhadap stabilitas struktur tanah (Arsyad, 1979). Tanah liat dengan dan kandungan bahan erosi debu organik yang tinggi ,
rendah
sedikit tinggi.
mempunyai
kepekaan
40
Kepekaan
erosi
yang
tinggi
ini
disebut
erodibilitas tanah (K) yaitu mudah tidaknya tanah tererosi. Semakin tinggi nilai
erodibilitas tanah semakin mudah tanah itu tererosi atau sebaliknya. Faktor kepekaan erosi tanah
didefinisikan sebagai laju erosi per satuan indeks erosivitas untuk keadaan standart ada standart. adalah suatu tanah dalam dalam keadaan tidak 9% dan
Tanah yang
tanah
terbuka
vegetasi bentuk
sama
sekali
pada
lereng
dengan
lereng
yang
seragam
panjang lereng 22,13m. Nilai ini ditandai dengan huruf K dinyatakan dengan persamaan 3.45 :
K=
E ............................(3.45) E30
dimana : K E : nilai kepekaan erosi suatu tanah : erosi pada keadaan standart
EI30 : indeks erosivitas hujan 3.4.3. Topografi Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh dan erosi Panjang limpasan terdapat endapan)
terhadap
limpasan
permukaan
sampai
kemiringan
sehingga kecepatan aliran sangat berkurang. Kemiringan lereng adalah sudut antara
41
perbedaan tinggi dua buah titik (vertikal) dibagi dua beda jarak (horisontal).
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Faktor lereng (LS). panjang lereng dan faktor kemiringan topografi
disebut Faktor
kesatuan LS
dihitung
berdasarkan
kehilangan tanah dari kemiringan lereng 9% (S) dan panjang lereng 22,13m (L). Sudah dikonversikan kedalam satuan matrik, maka
persamaan yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978) adalah sebagai berikut :
LS =
3.4.4. Vegetasi Vegetasi mengintersepsi curah hujan yang jatuh pada daun, batang jatuh lebih daun yang serta akan memecah Curah
kecepatan menjadi
hujan yang
kecil. akan
mengenai
menguap
kembali ke udara dan inilah yang disebut kehilangan 1979). Demikian Bertrand pukulan tanah, juga menurut Kohnke dan intersepsi tanaman (Weirsum.
(1959)
bahwa
vegetasi pada
butir-butir tanaman
hujan
juga
berpengaruh
42
menurunkan kecepatan limpasan permukaan dan mengurangi transpirasi. kandungan Berkurangnya air melalui air
kandungan
tanah menyebabkan tanah mampu mengabsorbsi air lebih banyak sehingga jumlah limpasan permukaan berkurang. 3.4.5. Manusia Manusia terjadinya mengatur Dengan tanah merupakan erosi, faktor penentu manusia bagi dapat lain.
karena
keseimbangan cara
pengelolaan disesuaikan
penggunaan tindakan
yang
pengawetan tanah, erosi dapat dikurangi. Namun demikian dari manusia itu sendiri banyak faktor yang menyebabkan secara 1979). manusia bijaksana Faktor-
mempergunakan atau
tanahnya
sebaliknya
(Arsyad,
faktor itu antara lain : 1. Luas tanah pertanian yang diusahakan. 2. Tingkat pengetahuan dan penguasaan
teknologi. 3. Harga hasil usaha tani di pasar. 4. Perpajakan dan ikatan hutang. 5. Infra struktur dan fasilitas
kesejahteraan. Dengan mengetahui faktor-faktor diatas, kiranya pihak pemerintah atau yang
43
hujan yang tidak diabsorbsi oleh tanah dan tidak mengumpul kebawah di permukaan, permukaan di baru sungai terjadi tetapi tetapi atau bila
melimpas dan
melalui
akhirnya
mengumpul ini
saluran. kelebatan
Limpasan hujan
melampaui tidak
batas
presapan dengan
(infiltrasi),
namun
terjadi
laju, kecepatan dan gejolak yang menetukan kemampuannya ini karena untuk menimbulkan erosi. Hal juga tanah. limpasan
permukaan dari
mengangkut Faktor-faktor
mempengaruhi
permukaan adalah : 1. Curah hujan. 2. Tanah. 3. Luas daerah aliran. 4. Teknis tanah. Sebelum mungkin menetapkan besarnya suatu erosi yang perlu tanaman dan jenis pengolah
terjadipada
daerah,
ditetapkan besarnya erosi yang masih dapat di toleransikan untuk tanah tersebut, karena
tidaklah mungkin menurunkan erosi menjadi nol pada tanah-tanah pertanian terutama pada tempat yang berlereng (Tejoyuwono, kerugian 1980). Erosi di
toleransi
adalah
kesuburan
tanah
44
usaha tanah,
pengawetan tanpa
dan menutup
pelestarian
kesuburan untuk
kemungkinan
memperoleh pendapatan bersih yang memadai. Untuk menentukan tindakan konservasi tanah yang efektif digunakan nilai pendugaan erosi. Salah satu metode pendugaan erosi yang
dikembangkan oleh bagian konservasi tanah USDA adalah yang diberikan Wischmeier. Tabel
besarnya erosi yang masih dapat ditoleransikan (Thomson, 1975). 1957 dalam Suwardjo dan Sukmono,
45
3.5.
UNIVERSAL
SOIL
LOSS
EQUATION
(USLE)
Ada beberapa metode untuk memprediksi adanya erosi dan YIL sedimen dari DTA, yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi adanya erosi lahan yang tanah, terjadi. Menurut penelitian atas para ahli
pembentukan
lapisan
tanah
setebal
2,5 cm atau kira-kira 300 ton/ha (bulk density 1,2 ton/m3) pada kondisi alamiah akan memakan
waktu 300 tahun (Bannet , 1939, Hudson, 1976). Tetapi waktu tersebut dapat diperpendek menjadi 30 tahun saja apabila dilakukan pengolahan tanah dengan baik. Sehingga secara umum dianggap bahwa apabila besarnya erosi untuk lahan pertanian
khususnya masih lebih kecil dari 10 ton/ha/th, maka erosi masih dapat dibiarkan, selama
pengelolaan tanah dan penambahan bahan organik terus dilakukan. Salah satu persamaan yang pertama erosi kali lahan
dikembangkan adalah
untuk
persamaan
selanjutnya
berkembang menjadi persaaman yang disebut dengan Universal Soil Loss Equation (USLE). laju USLE erosi
memungkinkan
perencana
memprediksi
lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan
penerapan pengolahan tanah (tindakan konservasi lahan). Parameter digunakan fisik dan pengelolaan lima yang
dikelompokan
menjadi
variabel
utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numeris. Kombinasi lima
46
Ea
: Banyaknya tanah erosi per satuan luas per satuan waktu yang dinyatakan
sesuai dengan satuan K dan periode R yang dipilih, dalam praktek dipilih
permukaan K LS C P : Faktor erodibilitas tanah : Faktor panjang kemiringan lereng, : Faktor tanaman penutup lahan : Faktor konservasi praktisi
3.5.1
erosi dalam kurun waktu per tahun (tahunan), dengan dihitung sebanyak persamaan : demikian dari angka data rata-rata curah dengan hujan faktor R
tahunan
mungkin
menggunakan
R = EI 30 /100 X .....................(3.48)
i =1
47
jumlah
tahun
atau
musim
hujan
hujan total untuk kejadian hujan dikalikan dengan intensitas hujan maksimum 30 menit. Sementara, Bowles (1978) dalam Asdak
(2002), dengan menggunakan data curah hujan bulanan di 47 stasiun penakar hujan di Pulau Jawa yang dikumpulkan bahwa besarnya selama 38 tahun hujan
menentukan
erosivitas
RAIN : curah hujan rata-rata tahunan (cm) DAYS : jumlah hari hujan rata-rata per tahun (hari) MAXP : curah hujan maximum rata-rata dalam 24 jam per bulan untuk kurun waktu satu tahun (cm) Cara erosivitas menggunakan dikembangkan menentukan hujan yang besarnya lain adalah indeks dengan yang Mahmud
metode oleh
berdasarkan hubungan antara R dengan besarnya hujan tahunan. Rumus yang digunakan adalah : R = 237,4 + 2,61 P dimana : R = EI 30 (erosivitas hujan rata-rata tahunan) (N/h) P = Besarnya curah hujan tahunan (cm) ...................(3.74)
48
memanfaatkan
3.5.2
resistensi pengelupasan
partikel dan
tanah
terhadap partikel-
transportasi
partikel tanah tersebut oleh adanya energi kinetik resistensi air hujan. Meskipun akan besarnya tergantung
tersebut
diatas
pada topografi, kemiringan lereng, besarnya gangguan tanah. Wischmeier bersama kelompoknya telah oleh manusia, dan karakteristik
mengembangkan dasar-dasar untuk mencantumkan aspek erodibilitas tata yang guna digunakan tanah yang tidak begitu EI30, untuk aman, dapat saja yaitu
perencanaan meskipun
beberapa
diberlakukan (misalnya
secara dalam
intensitas hujan maksimum selamo periode 30 menit dalam daerah iklim dingin dan tropik sangat berbeda). Persaman yang menghubungkan karakteristik tanah dengan tingkat
49
dimana : K O S : erodibilitas tanah : persen unsur organik : kode klasifikasi strutur tanah
Tabel 3.15. Kode Struktur Tanah Kelas struktur tanah Granuler sangat halus (<1mm) Granuler halus Granuler sedang sampai kasar (2 sampai 10mm) Berbentuk blok, blocky, platm masif Kode (S) 1 2 3 4
50
Faktor K juga bisa didapat dari tabel jenis tanah yang dikeluarkan diberikan Dinas pada RLKT, Tabel
Departemen 3.16
Kehutanan,
Tabel 3.16. Jenis Tanah dan Nilai Erodibilitas (K) No 1 2 3 4 5 6 Jenis Tanah Latosol coklat kemerahan dan litosol Latosol kuning kemerahan dan litosol Komplek mediteran dan litosol Latosol kuning Grumosol Aluvial Faktor K 0,43 0,36 0,46 0,56 0,20 0,47
3.5.3
Faktor Panjang Kemiringan Lereng (LS) Pada prakteknya, variabel S dan L dapat
disatukan, karena erosi akan bertambah besar dengan bertambangnya kemiringan permukaan
medan dan bertambah panjangnya kemiringan. Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut (Schwab et al, 1981 dalam Asdak, 2002) :
l L= .........................(3.51) 22,1
m
dimana : l : panjang kemiringan lereng (m) m : angka exponen yang dipengaruhi oleh interaksi kemiringan vegetasi. bervariasi antara panjang tanah lereng, dan
exponen untuk
tersebut yang
lereng
51
0,6 untuk lereng lebih pendek dengan kemiringan lereng >10%. Angka
eksponen yang umumnya dipakai adalah 0,5. Faktor didefinisikan berikut : kemiringan secara lereng (S) sebagai
matematis
6, 61
dimana : S : kemiringan lereng aktual (%) kali dalam USLE prakiraan komponen (L erosi panjang S)
persaman
kemiringan
lereng
dan
dengan menggunakan plot erosi pada lereng 3 18%, sehingga kurang memadai untuk topografi terjal. Untuk lahan berlereng terjal
disarankan menggunakan persamaan 3.79 (Foster and Wischmeier, 1973 dalam Asdak, 2002) :
1,50 1,25 2,25 l LS = C ( cos ) 0,5 ( sin ) + ( sin ) ....(3.54) 22 m
52
dimana : m : 0,5 untuk lereng 5% atau lebih, untuk lereng 3,54,9%, 0,3 0,4 untuk
lereng 3,5% C : 34,71 : sudut lereng : panjang lereng (m) Faktor LS juga bisa ditentukan
berdasar kelas lereng, didapat dari tabel yang dikeluarkan Departemen Kehutanan,
diberikan pada tabel 3.17. Tabel 3.17. Penilaian Kelas Lereng dan Faktor LS Kelas lereng I II III IV V Kemiringan lereng (%) 0-8 8-15 15-25 25-40 >40 Faktor LS 0,4 1,4 3,1 6,8 9,5
3.5.4
Faktor Penutup Lahan (C) Faktor C merupakan faktor pengaruh tanah, yang dari dan tanah
permukaan terhadap
besarnya
Cgab =
AC
i =1 n i
A
i =1
.......................(3.55)
53
Nilai C 0,290 0,161 0,242 0,363 0,399 0,434 0,560 0,010 0,637 0,900 1,000 0,350 0,079 0,347 0,398 0,357 0,200 0,400 1,000 0,950 0,001 0,010 0,020 0,700 0,012 1,000
0,320
(Abdurachman, 1984
54
3.5.5
konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi dianggap ditimbulkan tanaman (C). Tabel 3.19. Faktor pengelolaan dan konsevasi tanah
Teknik konsevasi tanah Teras bangku : a. b. Baik Jelek 0,20 0,35 0,06 0,02 0,40 0,01 0,06 0,01 0,11 Nilai P
berbeda oleh
dari
pengaruh
yang
aktivitas
pengelolaan
Teras bangku : jagung ubi kayu / kedelai Teras bangku : sorghum sorghum Teras tradisional Teras gulud : padi - jagung Teras gulud : ketela pohon Teras gulud : jagung kacang + mulsa sisa tanaman Teras gulud : kacang kedelai Tanaman dalam kontur a. b. c. Kemiringan 0 - 8% Kemiringan 9 20% Kemiringan > 20%
Tanaman dalam jalur-jalur : jagung kacang tanah + mulsa Mulsa limbah jerami a. b. c. 6 ton/ha/th 3 ton/ha/th 1 ton/ha/th
Tanaman perkebunan a. b. Disertai penutup tanah rapat Disertai penutup tanah sedang 0,10 0,50
(Abdurachman, 1984
55
3.5.6
Keterkaitan Tata guna Lahan dan Teori USLE Dari pembahasan variabel USLE , tampak
bahwa terjadi keterkaitan antara tata guna lahan yang ada disuatu wilayah dengan nilai erosi yang mungkin suatu nilai terjadi. wilayah, LS. Begitu Semakin maka pula besar akan dengan
kelandaian mempengaruhi
variabel lainnya yaitu faktor penutup lahan (C) dan konservasi praktis (P), juga akan
mengalami perubahan seiring dengan perubahan tata guna lahan yang terjadi.
3.6.
Tata Guna Lahan Pengertian Umum Tata Jayadinata penggunaan guna J.T. tanah. tanah (1999) Dalam (land use) menurut
3.6.1
adalah tata
faktor alam
geografi serta
relasi
antara
manusia dan alam yang berupa kegiatan sosial dan ekonomi. Secara guna tanah umum di menurut Jayadinata, berdasarkan tata jenis
Indonesia
wilayahnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu tata guna tanah wilayah pedesaaan dan tata guna tanah wilayah perkotaan. Penggunaan
tanah didesa maupun dikota tidak lepas dari kegiatan Dalam manusia yang terjadi didalamnya. sosial
kaitannya
dengan
kegiatan
56
umum
sama
yaitu
tempat
pendidikan
peribadatan,
kesehatan,
rekreasi,
olahraga
penggunaan tanah yang terjadi didesa memiliki perbedaan dengan dikota. Penggunaan tanah
pada wilayah pedesaan terdiri dari pertanian primitif, pertanian maju, kehutanan,
perikanan, dan peternakan. Sedangkan wilayah perkotaan terdiri dari industri, jasa,sektor informal. Jenis tata guna tanah kawasan perkotaan juga dilihat dari bentuk dan fungsi dari kota itu sendiri. Secara umum terdapat beberapa jenis penggunaan tanah pada baku perkotaan lokasi industri, tanah yang
standart dan
pemukiman, dan
ruang
terbuka,
tidak/belum terpakai. 3.6.2 Perubahan Tata Guna Lahan Pertumbuhan suatu wilayah baik pedesaan maupun perkotaan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Seiring peran suatu dengan daerah daerah adanya sangat akan
desentralisasi besar,
dimana
perkembangan
bergantung pada kemampuan daerah itu sendiri dalam Dengan menyusun mendorong baik. Maka memanfaatkan demikian, kebijakan potensi pemerintah yang dimiliki. perlu dapat lebih dan
57
disusun
kembali
penataan
ruang
kota,
yang
diwujudkan dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Bagian Untuk lokasi Kota studi VII
terletak
pada
Wilayah