Está en la página 1de 10

BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya ada, itulah sebabnya semboyan negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti Walaupun berbeda-beda, namun tetap satu jua. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos yang begitu dipercaya oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan budaya itu sendiri adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Budaya memiliki nilai-nilai tersendiri tergantung dengan budaya yang dianut oleh seseorang dan dianggapnya benar secara turun temurun atau secara agama yang bisa diterima dikalangan masyarakat. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsipprinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor perilaku yang bersifat budaya sangat mempengaruhi kesehatan. Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai penanganan kesehatan, kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku. Pembahasan lebih lanjut yang akan disampaikan dalam makalah ini yaitu tentang budaya yang menguntungkan dan merugikan di berbagai daerah di Indonesia, serta cara penerapan konsep keperawatan dalam perbedaan budaya yang ada di berbagai daerah tersebut.
2. Tujuan

Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. 2. 3. 3.

Untuk mengetahui cara penanganan kesehatan dan nutrisi, diet antar budaya di Indonesia. Untuk mengetahui cara penanganan dari budaya masyarakat yang merugikan. Untuk menerapkan konsep keperawatan dalam masalah perbedayaan budaya. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk memberikan informasi tentang perbedaan penanganan kesehatan dan nutrisi,diet antar budaya di Indonesia. 2. Sebagai dasar pengetahuan untuk menerapkan konsep keperawatan dalam masalah perbedayaan budaya. 3. Sumber informasi bagi pembuatan makalah penanganan kesehatan dalam perbedaan budaya masyarakat sejenis yang akan datang.
1.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesehatan, Nutrisi, dan Diet Indonesia memiliki banyak budaya yang dianut dan dipercayai oleh masyarakatnya. Beberapa budaya masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan lainnya, sangat dipercaya masyarakat setempat sebagai cara untuk penanganan kesehatan, nutrisi dan diet mereka. Pengertian Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pengertian Nutrisi Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahanbahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Pengertian Diet Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Beberapa budaya masyarakat di beberapa daerah di Indonesia yang masih dipercaya oleh masyarakatnya hingga sekarang untuk penanganan kesehatan, nutrisi, dan diet, baik budaya yang menguntungkan maupun yang merugikan, antara lain sebagai berikut. 2.2 Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Sumatra
1.

Budaya yang Menguntungkan Budaya Aceh

Masyarakat Aceh mempunyai suatu budaya perawatan selama masa nifas tertentu yang sangat dipercaya. Nifas sendiri merupakan periode waktu selama 6 sampai 8 minggu setelah persalinan dimana semua alat-alat reproduksi akan kembali lagi seperti keadaan sebelum hamil. Biasanya satu hari setelah para ibu melakukan persalinan di klinik, mereka akan pulang ke rumah kemudian besoknya mandi dengan air hangat untuk mencegah masuk angin. Setelah itu diletakkan pilis di dahi, param di badan, tapal di perut, dan betadin di tempat kemaluan agar tidak terjadi infeksi, lalu memakai gurita. Mereka juga meminum jamu yang dibuat sendiri secara tradisonal dengan bahan-bahan alami, seperti kunyit yang ditumbuk lalu diperas dan diminum. Jamu ini dipercaya dapat membuat darah nifas lebih cepat mengering dan juga tidak bau badan. Terkadang mereka juga memakan tape untuk menghangatkan tubuh mereka dan sebagai sumber tenaga karena mengandung alkohol dan karbohidrat.
2. Budaya Sumatera

Barat

Suku Minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia yang berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Suku ini merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai. Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang. Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang meliputi minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, dan membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.
3. Budaya

Lampung

Cara makan budaya Lampung yaitu Midang, yang artinya makan ramai-ramai secara lesehan, biasa dilakukan saat pesta adat atau kehidupan sehari-hari, dan bertujuan untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Makanan yang disajikan biasanya ikan yang dibakar atau digoreng, lalapan, tempoyak, sambal seruit (pepadun/pedalaman), pekhos (saibatin/pesisir). Hidangan tersebut dipercaya dapat menambah nafsu makan seseorang. Sambal pekhos yaitu sambal mentah, yang terbuat dari cabe, tomat, terasi, bawang merah, bawang putih, garam, biasanya diberi jeruk sambal.
1.

Budaya yang Merugikan Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir di masyarakat Kerinci, Sumatera Barat

Ada suatu kebiasaan yang ada pada masyarakat daerah ini yang kurang baik untuk nutrisi bayi, yaitu ibu bayi tidak langsung memberikan ASInya pada bayi tapi ibu bayi membuang ASI yang pertama kali keluar. Padahal ASI yang pertama kali keluar mangandung colostrums yang sangat berperan dalam kekebalan tubuh bayi. Masyarakat ini menganggap colostrums sebagai ASI yang sudah rusak karena warnanya yang kekuningan. Selain itu, colostrums juga dianggap dapat menyebakan diare, muntah, dan masuk angin pada bayi.

2.3

Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Jawa


1.

Budaya yang Menguntungkan Jamu Tradisional Jawa

Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya tidak terlalu pahit dan dapat diminum. Masyarakat Jawa dulu sangat meyakini bahwa mengkonsumsi jamu dapat membuat kesehatan mereka terjaga, bahkan mereka percaya bahwa jamu adalah obat diet yang sangat manjur. Beberapa jenis jamu tradisonal dan khasiatnya, antara lain sebagai berikut :
a. Jamu

beras kencur

Jamu beras kencur dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Banyak pula yang berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat. Selain itu, jamu ini dipercaya dapat menyuburkan kandungan. Jamu beras kencur dibuat dari beberapa variasi bahan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur, sesuai dengan nama jamunya. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan. Kandungan yang terdapat dalam jamu ini yaitu protein, karbohidrat, minyak atsiri, dan mineral. Minyak atsiri diklaim berfungsi sebagai zat analgesic yang memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri.
b.

Jamu Kunir Asam

Jamu kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Dan ada juga penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir asam untuk melancarkan haid sehingga jamu ini baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun ada juga yang mencampurnya dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan sedikit garam. Gula merah selain memberikan rasa manis (tapi rendah kalori), juga mengandung garam mineral, kaya nutrisi (Thiamine, Riboflavin, Nicotinic Acid, Ascorbic Acid, protein, dan vitamin

C), yang bermanfaat untuk mengatasi anemia, batuk, typhus, lepra, sebagai pelancar saat datang bulan, mengurangi rasa nyeri, mengatasi keputihan, sebagai penghindar sariawan dan panas dalam, serta menyuburkan kandungan. Kandugan lainnya yaitu zat kurkumin yang sangat tinggi juga bermanfaat sebagai anti bakteri, radang, dan oksidan.
c.

Jamu Pahitan

Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing. Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain seperti adas dan atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam bumbu masakan).
d.

Jamu Kunci Suruh

Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi. Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih. Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan majakan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis digunakan gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit garam.
e.

Jamu Temulawak

Jamu ini mengandung zat tepung, kurkumin, minyak atsiri, yang dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lainnya yaitu sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker dan anti mikroba. Selain itu kandungan utama dari rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temulawak juga memiliki efek farmakologi yaitu hepatoprotektor (pencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol. Di sisi lain temulawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk karena tanaman tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linalool dan geraniol, yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk penyebab demam berdarah.

2. Puasa dalam

Masyarakat Jawa

Pada saat ini terdapat bermacam-macam jenis puasa dalam masyarakat Jawa. Ada yang sejalan dengan fiqih Islam, namun banyak juga yang merupakan ajaran guru-guru kebatinan ataupun warisan jaman Hindu-Buddha. Kata pasa (puasa) hampir dapat dipertukarkan dengan kata tapa (bertapa), karena pelaksanaan tapa (hampir) selalu dibarengi pasa. Di antara macam-macam tapa / pasa, beberapa dituliskan seperti di bawah ini : Jenis Metode pasa di bulan pasa sama dengan puasa wajib dalam bulan ramadhan. Sebelumnya, akhir bulan ramadhan) ruwah (syaban) dilakukan mandi suci dengan mencuci rambut tapa mutih (a) hanya makan nasi selama 7 hari berturut-turut tapa mutih (b) berpantang makan garam, selama 3 hari atau 7 hari tapa ngrawat hanya makan sayur selama 7 hari 7 malam berpantang makan makanan yang dimasak memakai api (geni) selama tapa pati geni sehari-semalam tapa ngebleng tidak makan dan tidak tidur selama 3 hari 3 malam tapa ngrame siap berkorban /menolong siapa saja dan kapan saja tapa ngli menghanyutkan diri di air (li = hanyut) tapa mendem menyembunyikan diri (mendem) tapa kungkum menenggelamkan diri dalam air tapa nggantung menggantung di pohon dan masih banyak lagi jenis lainnya seperti tapa ngidang, tapa brata, dll. (Diadaptasi dari wawancara dengan Dr. Purwadi)

3.

Diet Pisang di Lamongan, Jawa Timur

Masyarakat Lamongan percaya bahwa dengan mengkonsumsi pisang dapat menurunkan berat badan mereka. Prinsip diet ini sangat sederhana. Saat sarapan pagi, kita hanya perlu mengonsumsi pisang dan minum air putih hangat. Di siang dan malam hari, kita boleh makan apa pun termasuk mengemil. Pantangannya hanya satu, jangan makan di atas jam delapan malam dan hindari es krim, produk olahan susu, alkohol, atau dessert setelah makan malam. Camilan manis boleh disantap tapi hanya di siang hari. Metode diet ini sangat populer, karena tidak dimasukkannya unsur olahraga. Para pelaku diet hanya disarankan untuk berolahraga bila memang mau dan hanya boleh melakukan olahraga yang tidak membuat stres. Pisang mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan tubuh antara lain, protein, lemak, kalori, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, dan beberapa vitamin. Pisang yang matang bila dikonsumsi dapat mengubah gula darah menjadi glukosa alami yang cepat diabsorpsi ke dalam peredaran darah sebagai sumber tenaga sehingga sangat bagus untuk diet.

Budaya yang Merugikan

1. Ibu hamil tidak boleh makan pisang, nanas, dan mentimun

Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Jawa karena bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas dapat menyebabkan keguguran pada janin. Namun faktanya, konsumsi pisang, nanas,dan mentimun justru sangat disarankan karena banyak mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan karena itu merupakan hal yang wajar dialami oleh perempuan, kecuali terinfeksi oleh bakteri, jamu, dan virus. 2. Ibu hamil tidak boleh terlalu sering mengkonsumsi jeruk

Masyarakat Jawa percaya bila ibu hamil terlalu banyak mengkonsumsi jeruk akan meningkatkan lender pada paru-paru janin dan juga dapat beresiko bayi kuning lahir. Padahal sama seperti nanas dan buah lainnya, jeruk merupakan salah satu buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi dan juga kaya akan serat yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Itulah sebabnya, mengkonsumsi jeruk saat kehamilan saat dianjurkan. 2.4 Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Kalimantan
1.

Budaya yang Menguntungkan Kebiasaan Menginang di Kalimantan

Pada masyarakat Kalimantan Timur, menginang atau makan sirih biasanya ditempatkan dalam suatu tempat yang khusus. Tempat ini biasanya disebut dengan istilah penginangan. Perlengkapan menginang seperti tempat sirih, tempat tembakau, alat penumbuk kinang, alat pemotong pinang, dan tempat ludah merah atau ludah sirih serta kinangnya ditempatkan dalam satu wadah. Apabila orang hendak menginang biasanya disediakan kinang yang terdiri atas ramuan pokok dan ramuan pelengkap. Ramuan pokok terdiri dari daun sirih, gambir, kapur sirih, dan buah pinang, sedangkan ramuan pelengkap terdiri dari tembakau, kapulaga, cengkih, kunyit, dan daun jeruk. Ramuan pelengkap ini biasanya tidak sama jenisnya, antara satu orang dengan orang yang lain, ada pula yang menggunakan kinang secara lengkap, tetapi ada juga yang menggunakan sebagian saja, bahkan tidak menggunakan pelengkap sama sekali. Ramuan yang akan digunakan untuk menginang biasanya dilumatkan dengan dikunyah, tetapi jika gigi tidak ada lagi biasanya ditumbuk. Kinang ini dinikmati dengan mengunyah dan memutar-mutarnya di dalam mulut selama beberapa waktu atau langsung digosok dengan tembakau. Tembakau yang digunakan untuk membersihkan mulut tidak langsung dibuang, tetapi diputar-putar di dalam mulut dan setelah aromanya hilang baru dibuang, sedangkan tembakau biasanya oleh orang yang menginang diselipkan di sebelah pipi atau antara gigi dan bibir. Kebiasaan makan sirih ini bagi para pecandu memerlukan bahan, waktu, dan perhatian yang besar. Fungsi primer menginang sama halnya dengan kebiasaan minum teh, kopi, dan merokok. Pada mulanya setiap orang yang menginang tidak lain untuk penyedap mulut. Kebiasaan ini kemudian berlanjut menjadi kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan.

Kebiasaan menginang di samping untuk kenikmatan juga berfungsi sebagai obat untuk merawat gigi, terutama untuk memakan agar gigi tidak rusak atau berlubang. Fungsi menginang yang lain yaitu, menyangkut tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Hal ini tercermin dari kebiasaan menginang, hidangan penghormatan untuk tamu, sarana penghantar bicara, sebagai mahar perkawinan, alat pengikat dalam pertunangan sebelum nikah, untuk menguji ilmu seseorang, dan sebagai pengobatan tradisional. Bahkan menginang juga digunakan sebagai upacara dan sesaji yang menyangkut adat istiadat serta kepercayaan dan religi. Pada masyarakat Kalimantan Timur, khususnya suku bangsa Kutai dan Dayak adat istiadat menghidangkan sirih sebagai penghormatan kepada tamu. Tamu yang datang biasanya dijamu dengan sirih terlebih dahulu baru dijamu makan. Peranan sirih dalam masyarakat Kalimantan Timur dapat berfungsi sosial sehingga dapat menghilangkan jejak sosial antara satu dengan lainnya.
1.

Budaya yang Merugikan Kebiasaan masyarakat di Kutai Timur

Masyarakat biasanya memberikan makanan kepada orang tuanya terlebih dahulu baru kemudian ke bayinya dengan menu makanan yang sama. Padahal pencernaan bayi masih lemah dan hanya boleh diberikan ASI. 2.5 Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Sulawesi

Budaya yang Menguntungkan

1. Budaya masyarakat Buol di Sulawesi

Masyarakat Buol menggunakan sayuran pahit seperti, daun pepaya, pare, dan daun pare yang kemudian dibuat menjadi menu utama. Sehingga dengan sayuran tersebut masyarakat Buol pada zaman dahulu dapat mempunyai umur hidup yang panjang. Sebenarnya sayuran-sayuran tersebut, seperti daun papaya, banyak mengandung enzim papain yang dapat mempercepat pencernaan protein dan membantu mengeluarkan racun tubuh. Dengan cara ini sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan sehingga tubuh sehat dan jarang terkena penyakit.

1. 1.

Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Nusa Tenggara Barat

Budaya yang Merugikan Pemberian nutrisi pada bayi di Lombok, NTB

Pada suku Sasak, ibu yang baru bersalin memberikan nasi pak-pak (nasi yang telah dikunyah terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang dikeluarkan dari mulut ibu adalah yang terbaik untuk bayi. Padahal seperti yang

kita tahu, tingkat higienis pada mulut orang dewasa dan bayi berbeda. Dalam mulut orang dewasa lebih banyak bakterinya karena telah banyak memakan berbagai jenis makanan. Selain itu, nutrisi untuk ibu yang menyusui juga kurang karena terdapat pantangan untuk tidak mengkonsumsi bayam, ikan laut, sayur nangka, dan telur yang berhubungan dengan konsepsi panas dingin yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsure-unsur dalam tubuh manusia, tanah, udara, api, dan air.
2. Penerapan

Konsep Keperawatan dalam Masalah Perbedaan Budaya

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level :

metha theory grand theory midle range theory practice theory

Disini akan lebih dibahas tentang perkembangan teori keperawatan Midle range theory. Midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory. Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Berikut adalah penerapan konsep keperawatan terhadap perbedaan budaya, antara lain sebagai berikut :
a. Cara

I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya minum jamu tradisional.
b.

Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c.

Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi

tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut, misalnya budaya menginang.

BAB III PENUTUP

1.

Kesimpulan

Dengan mempelajari dan mengetahui semua perbedaan budaya dan pemahaman setiap orang mengenai suatu cara penanganan kesehatan, nutrisi, dan diet di berbagai daerah berbeda sebagaimana disampaikan di muka, maka dapat disimpulkan bahwa seorang perawat yang professional harus memahami dan menghargai segala perbedaan budaya yang ada pada klien tanpa membeda-bedakan maupun mendominasi klien sehingga klien merasa nyaman dan dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. Budaya masyarakat tentang cara penanganan kesehatan, nutrisi, dan diet setiap daerah berbeda-beda. Sebagian besar budaya yang dilakukan merupakan budaya turun-temurun yang diwariskan dari leluhur ke anak cucunya hingga kini. Budaya-budaya tersebut biasanya dipercayai memberikan pengaruh yang baik pada masyarakat walaupun sebenarnya budaya itu merugikan. Untuk dapat menerapkan konsep keperawatan terhadap perbedaan budaya yang ada, diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan khusus bagi seorang perawat.
2. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap para perawat Indonesia dapat menerapkan konsep keperawatan seperti Transcultural Nursing Theory dalam menghadapi perbedaan budaya pada masyarakat, karena teori ini memberikan pemahaman tentang bagaimana memandang perbedaan dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai budaya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Fundamental Of Nursing, Carol Taylor Et All, 1997, Lippicott Raven Washington A. Potter Patricia and Anne Griffin Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/diet http://id.wikipedia.org/wiki/nutrisi http://id.wikipedia.org/wiki/kesehatan http://id.wikipedia.org/wiki/jamu

También podría gustarte