Está en la página 1de 24

TUGAS IDENTIFIKASI, ANALISIS DAN LAPORAN MASALAH KLINIS

Oleh : Vequentina Puspa Indah Magister Profesi Psikologi UII

IDENTITAS SUBJEK
Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : Pendidikan : Agama : Suku : Pekerjaan : Urutan dalam keluarga : Status :

WR 43 tahun Perempuan Yogyakarta Ekonomi smt 6 (tdk selesai) Islam Palembang Pengusaha warung makanan anak ke 5 dari 6 bersaudara Menikah, 2 anak

KELUHAN
Sulit tidur, hanya dapat tidur setelah pukul 2 malam Tertekan (sumpek) Dada berdebar-debar tanpa sebab yang jelas Kepala pusing Gelisah

LATAR BELAKANG MASALAH


Subjek adalah anak ke-5 dari 6 bersaudara, menikah di usia 22. Kehidupan pernikahan cukup lancar, dikaruniai 2 anak perempuan, finansial tercukupi. Subjek menjadi ibu rumah tangga. Pada tahun 2005 suami berubah perilaku (jarang pulang, menelpon sembunyi-sembunyi, enggan berhubungan seks, menyalahkan subjek karena tidak punya anak laki-laki2) Menemukan obat peluntur yakin suami berselingkuh suami manyangkal hubungan merenggang Tidak cerita pada siapa pun, karena takut disalahkan keluarga mulai sulit tidur hingga pernah dirawat di RS Menekuni kegiatan merenda, merokok , banyak ngemil penambahan berat badan merasa diri tidak menarik cemas

LATAR BELAKANG MASALAH (lanjutan)

Tahun 2006 ubjek menyusul ke Yogya tempat kedua anak subjek kuliah untuk mengurus dan mengawasi anak-anaknya. Suami subjek makin terbatas dalam memberikan nafkah Juli 2007, anak wisuda, suami subjek datang ke Yogya subjek mulai merasa sesak nafas dan sakit kepala Kesal pada suami, ingat pengkhianatan tidak berani cerita ketika wisuda tiba-tiba pingsan dirawat di rumah sakit selama 5 hari pernafasan oksigen dan obat tidur/penenang. September 2007 membuka usaha warung makanan modal usaha dari uang pesangon suami Usaha warung makan subjek ternyata tidak berjalan sesuai dengan rencana merugi suami marah dan menyalahkan subjek karena dianggap tidak mampu mengelola usaha. Subjek kesal tapi tidak bisa menyatakan kekesalannya sulit tidur, sumpek/tertekan, dada berdebar-debar, malas mengelola usaha warung, pusing, gelisah

ASESMEN
OBSERVASI penampilan dan perilaku (saat wawancara dan tes psikologi), lingkungan rumah, warung. WAWANCARA autoanamnesa, alloanamnesa (kakak subjek, anak subjek, teman subjek) TES PSIKOLOGIS Tes Grafis (Baum, DAP, HTP, Wartegg),TAT dan SSCT

HASIL OBSERVASI

Rawat diri baik, mampu memahami instruksi Berhati-hati saat mengisi SSCT Ekspresi berubah-ubah : sinis saat cerita tentang masa kecil, sedih saat bercerita tentang suami, bersemangat saat cerita tentang masa sebelum menikah Rumah kecil, banyak barang, terkesan tidak teratur Warung bersih, sepi, pembantu tuna rungu

HASIL WAWANCARA

Masa kecil nakal sering dihukum orang tua tidak berani nangis/protes Takut pada orang tua, tidak dekat dengan saudara kandung, lebih dekat dan percaya pada teman. Punya kecenderungan keras kepala dan pembangkang Tertutup, senang memendam masalah terutama pada keluarga, tidak pernah menangis. Terbiasa menyelesaikan masalah sendiri membiayai sekolah dan kuliah sendiri Mampu bersosialisasi dan memiliki banyak teman terutama lawan jenis

HASIL WAWANCARA
Merasa kurang percaya diri Merasa tidak berdaya Kurang perhatian dan kasih sayang dari suami Pendendam, kurang pemaaf Kurang dekat dengan Tuhan

HASIL TES GRAFIS


Subjek memiliki aspirasi untuk maju dan mewujudkan cita-citanya namun hal ini terhambat oleh ketidakmampuan subjek dalam mengelola konflik. Subjek lebih mendahulukan perasaan daripada rasio sehingga kemampuan subjek dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan sangat dipengaruhi suasana hati subjek saat itu. Emosi subjek kurang stabil karena subjek kurang mampu mengontrol dorongan serta cenderung impulsif. Terdapat dorongan agresif yang disembunyikan oleh subjek. Hal ini menimbulkan kecemasan pada diri subjek. Subjek juga cenderung menutupi dan tidak mau menghadapi perasaannya. Subjek ingin melakukan kontak sosial namun hal ini terhambat oleh sifat subjek yang mudah curiga serta merasa tidak aman dengan lingkungannya. Subjek merasa kurang percaya diri dalam menghadapi lingkungan yang dipandangnya sebagai sesuatu yang mengancam sehingga subjek memerlukan dukungan orang terdekat. Subjek memandang ibu memiliki ketidakmampuan dalam melakukan perannya, sementara ayah dipandang berperan namun tidak sedominan ibu. Subjek lebih senang melakukan kegiatan di luar keluarganya.

HASIL TES WARTEGG


Subjek cukup mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya karena subjek cukup memiliki perasaan yang halus dan peka. Terdapat kecenderungan untuk menekan perasaan takut dan kecemasan yang dirasakan. Cukup memiliki daya juang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya karena subjek memiliki motivasi berprestasi yang cukup baik.

HASIL TAT

Subjek memiliki keinginan berprestasi serta menyukai tantangan namun mendapat hambatan karena kurangnya dukungan dari lingkungan. Subjek merasa sepi dan kurang perhatian dari keluarga padahal subjek memiliki kebutuhan untuk didukung oleh orang-orang terdekat Subjek memiliki ketakutan terhadap otoritas orang tua sekaligus memiliki dorongan untuk melawan dan menentang otoritas tersebut secara agresif. Subjek merasa kurang rasa aman dan kurang percaya pada figur ibu. Adanya konflik dalam hubungan dengan lawan jenis jenis yang berkaitan dengan perselingkuhan pasangan. Subjek merasa dirinya sudah tidak menarik secara fisik bagi pasangannya sehingga tidak dihargai. Adanya rasa ketakutan terhadap pasangan. Pasangan dipandang sebagai pihak yang memiliki otoritas pada diri subjek. Adanya kebutuhan seksual dan kebutuhan akan kasih sayang dari pasangan yang tidak terpenuhi Memiliki dorongan agresif terhadap diri sendiri serta agresifitas yang dialihkan (displacement) maupun yang ditekan (repress) serta perasaan tidak berdaya dalam menghadapi masalah.

HASIL SSCT

Subjek memandang keluarganya sebagai suatu hal yang membingungkan. Subjek menilai Ayah sebagai sosok yang cuek, jarang bicara dan kurang memperhatikan. Ibu dipandang subjek sebagai sosok yang menyeramkan. Subjek menilai bahwa kebanyakan wanita bersifat munafik dan tidak menampakkan yang sebenarnya. Subjek menilai perkawinan sebagai sesuatu yang sakral dan kesetiaan dari pasangan merupakan hal yang sangat penting bagi subjek. Subjek sangat mengutamakan kejujuran dalam pertemanan. Pada saat kesulitan subjek akan mengandalkan bantuan dari teman-temannya. . Subjek berkeinginan untuk menghadapi rasa takut, namun subjek banyak memilik untuk diam saja. Subjek memandang dirinya sebagai orang yang mandiri, serta memiliki kemampuan untuk mengatasi suatu permasalahan. Bila terjadi suatu hal yang tidak menyenangkan maka subjek akan cenderung mengabaikan.. Subjek memandang masa depannya cerah karena subjek berusaha untuk ikhlas menerima apa pun yeng terjadi. Subjek berharap dirinya menjadi lebih bijaksana, serta berkeinginan untuk mencapai impiannya untuk membahagiakan keluarga

POLA KEPRIBADIAN

Subjek memiliki aspirasi untuk berprestasi dan mewujudkan citacitanya serta menyukai hal-hal yang menantang dan berbeda dari yang lain. Subjek juga cukup memiliki vitalitas dan motivasi dalam menyelesaikan masalah. Namun hal ini terhambat oleh kurangnya kemampuan subjek dalam mengelola konflik sehingga dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan subjek sangat dipengaruhi suasana hati saat itu. Subjek kurang stabil dalam mengelola emosi. Subjek juga kurang mampu mengontrol dorongan serta cenderung impulsif. Subjek memiliki dorongan agresif untuk melawan pihak otoritas namun subjek merasa tidak berdaya dan takut. Orang tua dan pasangan merupakan pihak yang dipandang subjek memiliki otoritas. Hal ini menimbulkan kecemasan pada diri subjek sehingga subjek cenderung menekan atau mengalihkan dorongan agresifnya ini. Subjek juga cenderung menutupi dan tidak mau menghadapi perasaannya.

POLA KEPRIBADIAN (lanjutan)


Subjek ingin melakukan kontak sosial namun hal ini terhambat oleh sifat subjek yang mudah curiga serta merasa tidak aman dengan lingkungannya. Subjek memandang ibu sebagai sosok yang menakutkan sementara ayah dipandang kurang perhatian pada subjek. Hal ini menyebabkan subjek lebih nyaman dan percaya pada lingkungan di luar keluarganya. Subjek cukup mampu bersosialisasi dan memiliki perasaan yang halus serta sensitif. Dalam menjalin hubungan subjek sangat mengutamakan kejujuran dan kesetiaan. Subjek memiliki kebutuhan untuk diperhatikan pasangan yang tidak terpenuhi karena adanya perselingkuhan pasangan. Subjek merasa dirinya sudah tidak menarik secara fisik bagi pasangannya sehingga subjek merasa tidak berharga dan tidak berdaya

DINAMIKA PSIKOLOGIS

Orang tua yang kurang memberikan kasih sayang dan perhatian subjek tidak memiliki kedekatan emosional dengan kedua orangtuanya dan saudaranya. Pola asuh yang otoriter dorongan agresif pada diri subjek untuk melawan otoritas orang tua dihukum menekan dorongan agresifnya ini dantidak berani untuk menyatakan perasaannya menjadi pribadi yang tertutup mudah curiga dan merasa tidak aman dengan lingkungannya. Saudara kandung tidak membantu subjek tidak memiliki kedekatan emosi dengan saudara kandungnya lebih dekat dengan teman dan pacar dan pihak li luar keluarga Subjek memiliki aspirasi untuk berprestasi sekolah setinggitingginya vitalitas dan motivasi yang cukup tinggi pada diri subjek untuk menyelesaikan masalah masalah yang dihadapinya. subjek dapat mengatasinya dengan berbagai cara dan usaha (jualan, SMA dan kuliah di luar kota tanpa biaya dari orang tua)

DINAMIKA PSIKOLOGIS (lanjutan)

Subjek mudah bersosialisasi memenuhi kebutuhan ekonominya bertemanan dan pacaran dengan orang-orang kaya. Subjek memiliki dorongan melawan otoritas namun merasa tidak berdaya dan takut patuh saat diperintahkan untuk putus kuliah Subjek cenderung impulsif dan menyebabkan subjek kurang mampu dalam mengelola konflik dan mengambil keputusan diminta segera menikah karena tidak ada jatah langsung menikah walau tidak cinta Pernikahan lancar merasa kebutuhan ekonomi dan emosi terpenuhi memandang suaminya sebagai figur otoritas. Subjek sangat mengutamakan kesetiaan suaminya berselingkuh hilangnya kepercayaan dan rasa aman pada suami cemas, gangguan tidur. Tidak dekat dengan keluarga tidak mau cerita karena takut disalahkan dan tidak didukung mememendam masalah

DINAMIKA PSIKOLOGIS (lanjutan)

Suami subjek membatasi dalam memberikan nafkah marah dan kesal dipendam karena khawatir suatu saat suaminya tidak mau lagi menafkahi dirinya dan anak-anak. Usaha warung dengan modal dari suami merugi suami marah-marah tertekan Suami subjek bahkan memberikan nafkah bulanan melalui anak subjek makin merasa tidak berharga dan tidak berdaya di hadapan suaminya. Menumpang tinggal di rumah kakak subjek juga menjadikan subjek semakin merasa tertekan karena subjek memiliki keinginan mandiri sulit tidur, gelisah, pusing, malas mengurus warung, sumpek.

SIMPTOM YANG DIDAPAT

Sulit tidur dan kualitas tidur yang kurang baik Gelisah Pusing Lebih mudah lelah dari biasanya Malas beraktivitas mengurus usaha Tertekan (sumpek) Dada berdebar-debar tanpa penyebab yang jelas

SINDROM YANG DIDAPAT


a. Kecenderungan kecemasan - Sulit tidur dan kualitas tidur yang kurang baik - Gelisah - Dada berdebar-debar - Pusing b. Kecenderungan Depresi - Mudah lelah - Malas beraktivitas - Tertekan

DIAGNOSA BANDING
Z. 63.0 Problem dalam hubungan dengan pasangan Z.59. Problem berkaitan dengan perumahan dan keadaan ekonomi

DIAGNOSA MULTIAKSIAL
Aksis I : Z. 63.0 Problem dalam hubungan dengan pasangan Aksis II : tidak ada Aksis III : tidak ada Aksis IV : masalah dengan primary support group (suami dan keluarga) Aksis V : 81 - 90 (mutakhir)

PROGNOSIS
No 1 KATEGORI Jenis Gangguan KETERANGAN Problem dengan hubungan dgn pasangan PROGNOSA Buruk

2
3 4 5 6 7 8 9 10

Stressor
Dukungan keluarga Usia onset Kepribadian Premorbid Lama sakit Riwayat gangguan keluarga Motivasi sembuh Insight Coping

Jelas
Kurang mendukung Dewasa Tertutup, impulsif 2 minggu Tidak ada Ada keinginan sembuh Menyadari dirinya mengalami gangguan Represi

Baik
Buruk Buruk Buruk Baik Baik Baik Baik Buruk

Kesimpulan: Dubia at Bonam (ragu-ragu cenderung baik)

REKOMENDASI TERAPI

A. TERAPI SUPORTIF Tujuan dari terapi ini adalah memberikan dukungan kepada subjek untuk mengenali perasaan, masalah atau keluhan yang dirasakan subjek, serta mentransfer hal-hal positif yang diharapkan dapat membantu proses penyembuhan. Terapi ini diberikan dengan cara sugesti dan bimbingan B. TERAPI RELAKSASI Tujuan dari terapi ini adalah untuk membuat subjek lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan terhadap stressor, mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan kecemasan (dada berdebar-debar, pusing, gelisah dan sulit tidur) serta membantu subjek mengelola rasa cemas yang dihadapinya C. TERAPI AGAMA Tujuan dari terapi ini adalah untuk mendorong subjek agar mendekatkan diri pada Allah SWT sehingga subjek tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalahnya serta dapat memasrahkan diri pada Allah SWT. Terapi ini juga bertujuan untuk memotivasi diri subjek agar lebih optimis dan lebih percaya diri dalam menghadapi permasalahan dalam hidupnya.

También podría gustarte