Está en la página 1de 12

analisa BEP 02

Modul session 9 : Analisa Break Event Point Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya) BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah : 1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan 4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya. Bagaimana cara menghitungnya? Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau harga tergantung untuk kebutuhan. BEP dengan pendekatan Aljabar : TR P.Q P.Q V.Q (P V) Q = TC = F + V.Q = F = F

Sehingga akan didapatkan BEP dalam Unit dan Rupiah sebagai berikut : PERHITUNGAN BEP ( single product ) Atas dasar unit : Atas dasar penjualan dalam rupiah :

Keterangan: FC : Biaya Tetap P : Harga jual per unit VC : Biaya Variabel per unit Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi. Rumus BEP untuk multiple product adalah: BEP(rupiah) = FC [(1 (TVC : TR)] TVC TR = total variable cost (total biaya variabel), = total revenue (total pendapatan).

Contoh BEP dengan Kontribusi Margin : Tare Panda Biro Travel berspesialisasi pada penerbangan antara Jakarta-Surabaya. Dari harga tiket Rp 900.000 per paket perjalanan per penumpang, Tare Panda mendapatkan komisi sebesar 10 % sebagai pendapatannya. Biaya tetap yang dikeluarkan setiap bulan adalah Rp 14.000.000 (untuk gaji, sewa, dan sebagainya). Biaya Variabel yang dikeluarkan adalah Rp 20.000 per paket perjalanan yang dipesan oleh konsumen. Berapa paketkah yang harus terjual jika Tare Panda menginginkan: 1) Keadaan Break Even Point (dengan menggunakan metode kontribusi marjin) 2) Perusahaan dapat mencapai laba operasi sebesar Rp 7.000.000 per bulan (dengan menggunakan metode kontribusi marjin dan persamaan) Jawaban: 1) Kontribusi Marjin = Harga Jual (Pendapatan ) Biaya Variabel = Rp 90.000 Rp 20.000 (per unit) = Rp 70.000 BEP dalam unit = Biaya Tetap : Kontribusi Marjin per unit = Rp 14.000.000 : Rp 70.000 = 200 tiket per bulan 2) Jika ada Laba Operasi yang Ditargetkan, kuantitas yang diharapkan terjual dapat melalui rumus berikut: Q = Biaya Tetap + Laba Operasi Yang Ditargetkan Kontribusi Marjin per unit dihitung

Q = Rp 14.000.000 + Rp 7.000.000 Rp 70.000 Q = Rp 21.000.000 Rp 70.000 Q = 300 tiket per bulan Metode Persamaan : Pendapatan = Total Biaya + Laba Operasi Yang Diharapkan Rp 90.000 Q = (Biaya Variabel + Biaya Tetap) + Rp 7.000.000 Rp 90.000 Q = Rp 20.000 Q + Rp 14.000.000 + Rp 7.000.000 Rp 21.000.000 = Rp 90.000 Q Rp 20.000 Q Rp 21.000.000 = Rp 70.000 Q Q = Rp 21.000.000 Rp 70.000 Q = 300 tiket per bulan

Contoh BEP dengan laba bersih yang ditargetkan setelah dikurangi pajak : Jika yang ditargetkan adalah laba bersih (setelah dikurangi tarif pajak), maka harus dicari terlebih dahulu laba operasi yang ditargetkan untuk dimasukan kedalam rumus BEP unit. Target Laba Bersih = Target Laba Operasi ( tarif pajak x target laba oprasi ) Target Laba Bersih = (1 tarif pajak ) x target laba operasi Target Laba Operasi = Target Laba Bersih 1 tarif pajak Contoh kasus : PT. NONOT menjual kursi lipat dengan harga perunit Rp. 200.000. biaya variabel perunit adalah Rp. 120.000 dengan biaya tetap Rp. 2.000.000. berapa banyak kursi yang musti terjual jika PT. NONOT menginginkan tercapai laba bersih sebesar Rp. 1.200.000 dengan estimasi tingkat pajak adalah 40%. Jawaban : Target Laba Operasi = Target Laba Bersih 1 tarif pajak = Rp. 1.200.000 1 40% = Rp. 1.200.000 0.6 = Rp. 2.000.000 Metode Persamaan : Pendapatan = Total biaya + Target Laba Operasi Rp. 200.000 Q = Rp. 120.000 Q + Rp. 2.000.000 + Rp. 2.000.000

Rp. 4.000.000 = Rp. 200.000 Q Rp. 120.000 Q Rp. 4.000.000 = Rp. 80.000 Q Q = Rp. 4.000.000 Rp.80.000 Q = 50 Unit Metode Kontribusi Margin : Q = Biaya Tetap + Target Laba Operasi Kontribusi Margin perunit Q = Rp. 2.000.000 + Rp. 2.000.000 Harga Jual - Biaya Variabel Q = Rp. 4.000.000 Rp. 200.000 Rp. 120.000 Q = Rp. 4.000.000 Rp. 80.000 Q = 50 Unit Pembuktian : Pendapatan ( Rp. 200.000 x 50 ) Biaya Variabel ( Rp. 120.000 x 50 ) Kontribusi Margin Biaya Tetap Laba Operasi Pajak Penghasilan ( 40% x Rp. 2.000.000 ) Laba Bersih Rp. 10.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 800.000 Rp. 1.200.000

Grafik BEP : C/R TR ( total Pendapatan )

Biaya Tetap ( Fixed Cost ) Adalah biaya yang jumlanya tetap secara totalitas walaupun volume

produksi berubah-ubah Biaya tetap per unit output adalah berubah-ubah, sebab semakin banyak output yang dihasilkan sementara biaya itu tetap, maka biaya tetap per unit akan semakin kecil. Sebaliknya apabila output semakin kecil sementara biaya itu

tetap, maka biaya tetap per unit akan semakin besar Biaya tetap per unit output akan berbanding terbalik dengan jumlah output Contoh Biaya Tetap : Biaya penyusutan Beban Gaji Karyawan Biaya Variabel ( Variabel Cost ) Biaya yang jumlahnya berubah secara totalitas sesuai dengan perubahan volume produksi ( tapi biaya variabel per unit adalah tetap ) Contoh Biaya Variabel : Biaya Bahan Baku langsung Biaya Tenaga Tenaga Kerja Langsung

Payback Period Method Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan pada lamanya investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas masuk, dan faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini. Sebagai misal : Sebuah Proyek Sistem Informasi Manajemen bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap tahunnya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Maka periode pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- = 3,333 tahun. Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen tersebut akan tertutup dalam waktu 3 tahun 3 bulan. Bila cash inflow tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu-persatu sebagai berikut. Berdasarkan data pada Lampiran-01, misalnya nilai proyek sistem informasi manajemen adalah Rp. 788.500.000,-, dan umur ekonomis proyek tersebut adalah 4 tahun dan cash inflow setiap tahunnya adalah seperti berikut ini : cash inflow tahun 1 sebesar cash inflow tahun 2 sebesar cash inflow tahun 3 sebesar cash inflow tahun 4 sebesar Rp. 285.000.000,Rp. 372.500.000,Rp. 486.000.000,Rp. 542.250.000,-

Maka payback period untuk investasi sistem informasi manajemen ini adalah : Nilai investasi cash inflow tahun 1 Sisa investasi tahun 2 cash inflow tahun 2 Sisa investasi tahun 3 = Rp. 788.500.000,= Rp. 285.000.000,= Rp. 503.500.000,= Rp. 372.500.000,= Rp. 131.000.000,-

Sisa investasi tahun 3 sebesar Rp. 131.000.000,- tertutup oleh sebagian dari cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-, yaitu Rp. 131.000.000,-/Rp. 486.000.000,= 0.2695 bagian. Kesimpulannya adalah bahwa payback period investasi ini adalah 2 tahun 3,234 bulan. Dan kelayakan dari investasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan payback period yang ada dengan maximum payback period yang dianggap layak yang telah tetapkan sebelumnya. Misalnya maximum payback period adalah 3 tahun, berarti investasi ini diterima.

ARTIKEL BANGUNAN Written by Administrator Thursday, 24 February 2011 22:12


Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan

mengelola sumber daya keuangan pada proyek, terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash flow) untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya. CASH FLOW. Cash flow atau arus kas adalah penggambaran jumlah kas masuk (penerimaan kas) dan jumlah kas keluar (pengeluaran kas) dalam suau periode tertentu. Cash flow adalah arus kas yang masuk dan arus yang keluar perusahaan. Cash flow terdiri atas anggaran kas masuk (cash in) dan anggaran kas keluar (cash out). Cash in adalah semua penerimaan kontraktor berupa uang muka, angsuran pembayaran dan pembayaran jaminan pemeliharaan. Cash out adalah pengeluaran yang harus dilakukan oleh kontraktor seperti biaya material, upah tenaga kerja, peralatan, overhead, dan lain-lain. Pada perhitungan cash flow, penerimaan-penerimaan tunai yang terus bertambah bertanda positif, sedangkan pembayaran-pembayaran tunai yang terus meningkat bertanda negatif sehingga rumus dasarnya adalah sebagai berikut: CASHFLOW= CASH IN CASH OUT Cash Flow dapat digambarkan sebagai suatu prediksi pembayaran. Cash flow proyek yang baik adalah cash flow yang dapat mendanai pembiayaan proyek secara mandiri dan dapat menjaga arus dananya agar tidak menghasilkan saldo yang negatif.

JADWAL PENERIMAAN Unsur utama dari cash flow adalah penerimaan, karena dari penerimaan atau rencana penerimaan yang ada, maka terjadilah kegiatan pengeluaran. Untuk proyek, realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh cara pembayaran yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian atau kontrak konstruksi. Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara cepat dan akurat, artinya jumlah penerimaannya benar dan waktu cairnya tepat. Rencana jumlah penerimaan umumnya berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan awal. Didalam penerimaan terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun jadwal penerimaan (cash in), yaitu perkiraan prestasi pekerjaan yang mengacu pada time schedule proyek dan perkiraan waktu untuk proses pencairan yang mengacu pada pekerjaan sendiri berdasarkan pengalaman. Pencairan rencana penerimaan akan melalui suatu proses yang memerlukan waktu, mulai semua persyaratan fisik dan administrasi sudah

dipenuhi sampai dengan masuknya uang ke dalam kas atau rekening perusahaan. Perkiraan waktu untuk proses pencairan bisa berbeda-beda, tergantung oleh jenis proyek, kebiasaan orang-orang yang terlibat dalam proses pencairan, lokasi proyek, sistem administrasi yang ada, dan lainlain.

JADWAL PENGELUARAN Pedoman dasar bagi pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja, dimana berpengaruh langsung. Sebagai contoh, bila kegiatan membesar maka pengeluaran membesar, namun hubungan tidak linear tergantung kebijakan pembiayaannya.
Kebijakan operasional yang berkaitan dengan pengeluaran adalah : a) Pembayaran secara tunai (cash) b) Pembayaran dengan jangka waktu tertentu (credit) Bisa saja kegiatan membesar, tetapi pengeluarannya bertambah tidak terlalu besar (banyak kredit) atau sebaliknya kegiatan bertambah tidak terlalu besar, tetapi pengeluarannya bertambah cukup besar (banyak cash).

Dalam menetapkan kebijakan pembayaran tersebut, terdapat dua masalah yang perlu dipertimbangkan, yaitu: a) Harga barang / jasa, akan relatif murah melalui cara pembayaran tunai. Cara ini memerlukan modal kerja yang besar yang pada dasarnya diperoleh dari bank (lembaga keuangan) dan uang muka pekerjaan, selain modal sendiri yang umumnya kecil. b) Harga barang/jasa relatif mahal melalui cara pembayaran berjangka. Semakin lama jangka waktunya, harganya semakin mahal karena beban bunga.

Pada umumnya, kebijakan pembayaran dilakukan secara kombinasi antara pembayaran tunai dan pembayaran berjangka waktu (kredit). Kedua cara pembayaran tersebut memberikan dampak pada biaya. Untuk pembayaran tunai yang umumnya didukung dengan pinjaman dari bank, kelebihannya, harga beli realtif murah, tetapi kelemahannya harus membayar bunga pinjaman. Sebaliknya untuk pembayaran kredit, kelebihannya tidak memerlukan pinjaman yang konsekuensinya bunga tetapi kelemahannya harga beli barang/jasa, relatif tinggi. Jadwal pengeluaran sepenuhnya ada pada kendali perusahaan, namun tetap mengacu kepada program kerja yang ada. Sesuai dengan sistem dalam akuntansi, maka pengeluaran uang perusahaan dapat untuk menunjang berbagai tujuan yaitu: a. Biaya langsung, yang terdiri dari: A. Biaya upah B. Biaya material C. Alat D. Biaya-biaya langsung lainnya b. Biaya tidak langsung A. Biaya overhead kantor wilayah/cabang B. Biaya overhead kantor pusat c. Pajak-pajak

KAS AWAL
Pada umumnya setiap proyek memerlukan kas awal untuk dapat memulai kegiatannya. Walaupun proyek dengan fasilitas pembayaran uang muka sekalipun tetap memerlukan kas awal. Hal ini disebabkan cairnya uang muka memerlukan waktu, sehingga tidak mungkin cair sebelum dimulai. Kas awal yang disediakan untuk proyek, biasanya tidak terlalu besar, misalnya untuk pengeluaran pada bulan pertama (bulan-bulan awal). Bulan-bulan berikutnya bila terjadi defisit, maka harus ditutupi / diatasi dengan modal pinjaman (dari bank, dari perusahaan induk atau lembaga keuangan lain). Mungkin saja dalam suatu proyek tidak dibekali dengan kas awal. Untuk kasus ini berarti sejak bulan pertama proyek sudah perlu disediakan modal pinjaman yang harus diadakan sebelum proyek dimulai. Yang dimaksud dengan kas awal adalah sejumlah uang yang harus disediakan pada awal kegiatan proyek, yang nantinya uang ini harus dikembalikan dari penerimaan proyek di akhir pekerjaan. KAS AKHIR Kas akhir adalah kondisi kas pada akhir bulan dimana merupakan penjumlahan dari kas sesudah kas awal dan total finansial. Biasanya jumlah kas akhir ditetapkan nilai minimalnya, yang dipakai sebagai pedoman dalam kebijakan finansial.

MANAJEMEN FINANSIAL
Manajemen finansial merupakan proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek, terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash flow) untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya Industri konstruksi telah mengalami perkembangan jenis dan bentuk pembayaran untuk penyelesaian proyek, dimana hal tersebut akan sangat membutuhkan pengelolaan di bidang keuangan, bentuk dan kegiatan pembayaran tersebut antara lain: - Design-build-own-operate (DBOO) - Design-build-own-maintain (DBOM) - Lease-back provision - Joint operation partners - Proyek yang diprivatisasikan, dll

Bentuk-bentuk pendanaan proyek diatas akan sangat mempengaruhi sistem pengendalian keuangan yang dilakukan di proyek. Pada dasarnya fungsi Manajemen Keuangan dalam mencapai tujuan Perusahaan adalah: - Menetapkan Struktur Keuangan Perusahaan (jumlah dan sumber) - Mengalokasikan dana (modal kerja dan investasi) - Mengendalikan keuangan Perusahaan (efisiensi dan efektifitas)

RUGI/LABA PROYEK Rugi laba usaha pada jasa Konstruksi diperoleh dari gabungan rugi laba proyek pada periode tertentu. Ada dua metode perhitungan rugi laba proyek, yaitu : - Completion method ( yang dihitung hanya proyek yang telah selesai saja ) - Procentage completion method ( semua proyek yang berjalan dihitung dengan cara di cut)
Definisi-definisi keuangan dalam perusahaan kontraktor: (1).Pendapatan Pendapatan adalah nilai hasil kerja (prestasi) pelaksanaan proyek, yang telah diakui oleh Owner atau wakilnya berdasarkan kontrak, dinyatakan dengan nilai uang (sudah diterima dan/atau belum diterima).

(2).Biaya/Cost Biaya adalah kewajiban perusahaan, yang harus dibayar kepada pihak pihak yang terkait dgn hasil kerja (prestasi) pelaksanaan proyek, atau yang dibebankan, dinyatakan dengan nilai uang ( sudah dibayar dan/atau belum dibayar).

(3).Penerimaan
Penerimaan adalah sejumlah nilai uang yang telah diterima oleh Perusahaan secara tunai (cash) dalam kaitan dengan pekerjaan yang bersangkutan.

(4).Pengeluaran Pengeluaran adalah sejumlah nilai uang yang telah dibayarkan oleh Perusahaan pihak-pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.

secara

tunai (cash) kepada

(5).Piutang Piutang adalah pendapatan yang

belum diterima secara

tunai (cash) oleh Perusahaan.

(6).Hutang

Hutang

adalah biaya yang belum dibayarkan secara tunai oleh Perusahaan.

(7).Pekerjaan Dalam Pelaksanaan ( WIP ) Pekerjaan dalam pelaksanaan adalah Nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan Perusahaan, tetapi belum dapat ditagihkan kepada Owner/Wakilnya (belum menjadi pendapatan).

(8).Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar semua kewajiban yang ada pada saat jatuh tempo, secara tunai.

(9).Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba atau kemampulabaan ( bisa tunai dan bisa tidak tunai).

(10).Pendapatan Lain-lain Pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan proyek. Misalkan: Proyek memperoleh pendapatan dari keuntungan menjual barang-barang milik proyek, keuntungan dari berubahnya nilai tukar mata uang, dll.

(11).Biaya Lain-lain Biaya yang harus dibayar bukan dari kegiatan proyek. Misalkan : Proyek menderita kerugian dari penjualan barangbarang milik proyek, kerugian dari berubahnya nilai tukar mata uang, dll.

FINANCIAL CONTROL Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Pengendalian biaya proyek dapat dibagi sesuai dengan siklus proyek, yaitu pengendalian tahap konseptual, perencanaan dan implementasi. Pengendalian biaya dapat pula ditinjau per kegiatan, seperti pengendalian engineering, pengadaan, dan konstruksi. Pengendalian biaya tahap implementasi memerlukan persiapan yang matang, seperti mereview dokumen kontrak, menilai kompleksitas dan risiko proyek, menentukan intensitas pengendalian yang akan dilaksanakan dan menyiapkan personil yang diperlukan. Pengendalian biaya di kantor pusat terutama diarahkan pada kegiatan engineering, pengadaan material dan peralatan, dan pelayanan pendukung. Sedangkan di lapangan adalah biaya tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung, fasilitas sementara, dan pengeluaran lain-lain. Seperti halnya pola umum pengendalian, proses pengendalian proyek mengikuti urutan berikut; menyusun anggaran, mengumpulkan data dan informasi hasil pelaksanaan pekerjaan, menganalisis varians, melakukan trending dan forecasting, mengadakan koreksi sesuai keperluan, menyusun laporan. Potensi hasil pengendalian biaya maksimal terletak pada tahap konseptual, di mana segala sesuatu sedang dirumuskan. Di sini disaring berbagai alternatif. Dalam menentukan pilihan inilah harus selalu diingat aspek biaya. Pengendalian biaya engineering terdiri dari penelitian progress kemajuan fisik (jumlah perhitungan atau studi, spesifikasi, gambar dan paket yang

diselesaikan) dan penggunaan jam-orang dan biaya masing-masing disiplin. Pengendalian biaya pengadaan meliputi pemeriksaan jumlah penyelesaian (bersama bidang engineering), jumlah dan waktu penyerahan barang atau peralatan, penentuan harga pemenang lelang, dan lain-lain. Kegiatan konstruksi pengendalian biaya dan jadwal dipusatkan pada masalah penggunaan jam-orang tenaga anggaran dan kenyataan. Hal ini mengingat porsi terbesar pengeluaran adalah untuk membayar tenaga kerja. Agar suatu pengendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai masalah-teknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan ini diperlukan suatu suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain: - Sikap sadar anggaran, dimana berarti semua pihak penyelenggara proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya. - Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghaslkan penghematan biaya. Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana tersebut adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang berkepentingan perihal penggunaan dana dan menekankan adanya areaarea yang potensial dapat diperbaiki kinerjanya.

ADMINISTRATION & RECORDS Pimpinan perusahaan dan proyek baik dari pihak kontraktor maupun owner menginginkan suatu laporan pengendalian biaya terkoordinasi dari waktu ke waktu secara periodik (laporan bulanan). Suatu laporan pengendalian biaya bulanan yang lengkap terdiri dari butir-butir berikut: A. Bagian Naratif Bagian ini menjelaskan suatu perubahan yang besar terhadap cost forecast yang dibuat pada bulan lalu. Bagian ini juga menjelaskan potensi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan biaya dan langkah pembetulan untuk mengurangi dampak yang diakibatkan. B. Uraian Singkat Biaya Proyek Bagian ini merupakan uraian singkat biaya proyek atau project cost summary dan berisi data masing-masing cost item yang berkaitan dengannya. C. Grafik dan Tabulasi Menjelaskan trend pada saat laporan dan kurva kemajuan pekerjaan. Secara garis besar, format laporan akan memuat cost item utama berikut data-data penting yang berkaitan dengannya, seperti: - Anggaran atau control budget original - Change order dan back charge yang disetujui bulan lalu - Anggaran waktu ini (current control budget)

- Pengeluaran atau komitmen sampai saat laporan - Prakiraan (forecast) biaya untuk pekerjaan yang tersisa - Prakiraan biaya akhir proyek Sumber : jefrihutagalung .blogspot.com

También podría gustarte