Está en la página 1de 26

- Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

“Dan termasuk dari ayat-ayat Kami (yaitu) waktu tidur kalian di malam hari
dan waktu kalian mengusahakan (mencari) karunia (rizki)-Nya di siang hari.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekusaan-Nya bagi kaum
yang mereka mau mendengar.” (Ar Ruum: 23)

- Allah Subhanahu wa Ta`ala juga berfirman:

“Dan Kami jadikan tidur kalian sebagai istirahat” (An-Naba`: 9)

- Berkata Al-Barra` bin Azib Radhiallahu ‘anhu: Bersabda Rasulullah


Shallallahu alaihi wa sallam:

“Jika engkau mendatangi tempat tidurmu maka hendaklah berwudhu


sebagaimana wudhumu ketika hendak shalat, kemudian tidurlah di atas rusuk sebelah
kanan kalian, kemudian berdoalah: ‘Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku
kembalikan urusan-urusanku kepada-Mu…al-hadits.”1

Di antara adab-adab ketika hendak tidur yaitu:

1. Menutup pintu dan mematikan api serta lampu sebelum tidur.

Diriwayatkan dari hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu,


Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

“Matikanlah lampu-lampu pada malam hari ketika engkau hendak tidur dan
tutuplah pintu-pintu,…”2 Dan dalam satu riwayat: “Tutuplah pintu-pintu dan
matikanlah lampu-lampu, karena sesungguhnya al-fuwaisaqah – tikus- bisa jadi akan
mneyenggol sumbu lampu yang masih menyala dan membakar rumah penghuninya.”3

1
. HR. Al-Bukhari, no. 247 dan Muslim, no. 2710.
2
. HR. Al-Bukhari, no. 6292, Muslim, no. 6012, Ahmad, no. 13816, At-Tirmidzi,
no. 1816, Abu Daud, no. 3731, dan Malik, no. 1767.
3
. Terdapat pada Shahih Al-Bukhari dalam Kitab Al-Isti`dzan no. hadits: 6259.
Dan diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar radhiallahu anhu dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan biarkan api masih menyala dalam
rumahmu ketika engkau beranjak tidur”4

Dalam atsar sebelumnya telah disebutkan tentang perintah untuk


mematikan lampu serta api yang menyala dan menutup pintu. Kemudian
apakah perintah tersebut sifatnya wajib atau sekedar sunnah atau sekedar
pengarahan saja. Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam hal ini.

Sebab perintah mematikan api dan lampu tiada lain karena khawatir api
itu bisa menyebar dan akan dapat membakar penghuninya. Sebab ini dijelaskan
dalam sebuah hadits , dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda:

“Karena bisa jadi al-fuwaisaqah – yaitu tikus - akan menyenggol sumbu lampu
yang tetap menyala dan membakar rumahnya.”

Berkata Al-Qurthubi -rahimahullah- : “Di dalam hadits-hadits ini bahwa


salah seorang jika tidur di rumahnya sendirian dan terdapat api yang masih
menyala maka hendaklah ia mematikannya terlebih dahulu sebelum ia tidur,
atau melakukan sesuatu yang memberi jaminan bahwa nyala api tidak
membakarnya, demikian juga apabila di rumah tersebut terdapat banyak orang,
maka sebagian diantara mereka menjadi wajib untuk mematikan lampu tersebut
ketika hendak tidur, ataukah yang palingberhak untuk mematikannya adalah
yang paling akhir tidur. Maka barang siapa yang lalai dalam perkara ini maka
dia telah menyelisihi sunnah dan bisa dianggap sebagai orang yang telah
meninggalkan sunnah.5

Adapun tentang perintah menutup pintu-pintu sebelum tidur, maka


terdapat dalam riwayat Muslim dari hadits Jabir Radhiallahu ‘anhu:

4
HR. Al-Bukhari, no. 6293, Muslim, no. 6293, Ahmad, no. 3501, At-Tirmidzi,
no. 1813, Abu Daud no. 5246, dan Ibnu Majah, no. 3769.
5
. Fathul Bari (11/89).
“Dan tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah, karena sesungguhnya
syaithan tidak akan bisa membuka pintu yang telah tertutup.”6

Berkata Ibnu Daqiiq Al-‘Ied –rahimahullah- : Perintah menutup pintu ini


terdapat maslahat baik secara sya`ri maupun secara duniawiyah di antaranya
adalah menjaga diri dan hartanya dari orang-orang yang berkelakuan buruk dan
dari pelaku kejahatan. Terlebih lagi dari gangguan syaithan. Adapun sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Karena sesungguhnya syaithan tidak akan bisa membuka pintu yang telah
tertutup.”

Menyiratkan bahwa perintah untuk menutup pintu terdapat maslahat


yaitu menjauhkan syaithan agar tidak bercampur baur dengan kaum manusia.
Dan secara khusus adalah sebagai bentuk kehati-hatian karena takut terhadap
apa-apa yang tidak tampak baginya, kecuali dari tuntuanan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam ...7

Masalah: Jika api telah diamankan dan telah dilakukan segala sebab untuk
menghindari agar tidak terjadi kebakaran. Maka apakah boleh dikatakan untuk
meninggalkan api serta lampu-lampu tanpa mematikannya?

Jawab: Jika telah aman dari hal seperti itu…, maka tidak mengapa untuk tidak
mematikannya. Karena sebab perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mematikan api serta lampu dalam hadits diatas karena al-fuwaisaqah – tikus –
akan menyebabkan nyala api membakar rumah sipemilik, namun apabila sebab
tersebut telah hilang maka larangan tersebut juga telah tertiadakan. Demikian
yang dikatakan oleh Al-Imam An-Nawawi –rahimahullah-.8

2. Berwudhu sebelum tidur

6
. Lihat pada jilid yang keenam (13/155) no. 2012.
7
. Fathul Bari (11/90).
8
. Syarh Muslim. Jilid 6 (13/156) no hadits. 2015.
Al-Barra` bin Azib radhiallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu maka hendaklah engkau


berwudhu sebagaimana wudhumu untuk shalat…al-hadits.”9

Wudhu yang diperintahkan disini tidak menunjukkan suatu kewajiban


akan tetapi hanyalah menunjukkan suatu amalan yang sunnah saja bagi siapa
saja yang hendak tidur. Salah satu riwayat Ahmad menguatkan akan hal itu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

“Jika engkau mendatangi tempat tidurmudalam keadaan yang suci….”10

Maka jika telah berwudhu dan maka telah cukup baginya karena maksud
wudhu tersebut adalah agar selama tidurnya dalam keadaan suci dikarenakan
khawatir apabila ia meninggal dunia dimalam itu dan agar dijadikan pada
mimpinya kebaikan dan agar dijauhkan dari godaan dan gangguan syaithan
didalam tidurnya. Demikian perkataan Al-Imam An-Nawawi –rahimahullah-.11

3. Membersihkan tempat tidur sebelum merebahkan diri diatasnya

Termasuk dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak


tidur adalah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membersihkan tempat tidurnya
dengan sarungnya tiga kali sebelum beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
merebahkan diri diatas pembaringannya. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

9
. HR. Al-Bukhari, no. 247, Muslim, no. 2710, Ahmad, no. 18114, At-Tirmidzi,
no. 3574, dan Abu Daud, no. 5046.
10
No. (18089).
11
. Syarh Shahih Muslim (17/29).
“Jika salah seorang dari kalian hendak ke tempat tidurnya, maka hendaklah ia
membersihkan tempat tidurnya dengan bagian dalam sarungnya,12 karena ia tidaklah
tahu apa yang terjadi setelah ia tertidur… al-hadits.”

Dalam satu riwayat:

”Jika salah seorang dari kalian mendatangi tempat tidurnya, maka hendaklah ia
mengibaskan tempat tidurnya dengan ujung kain bajunya sebanyak tiga kali… al-
hadits.”

Dalam riwayat Muslim

“Maka hendaklah ia mengambil sarungnya dan membersihkan tempat tidur


dengan sarungnya tersebut dan hendaklah ia menyebut nama Allah, karena
sesungguhnya ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya.”

Dalam riwayat At-Tirmidzi:

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tempat tidurnya kemudian kembali hendak
tidur maka hendaklah ia membersihkan … al-hadits.”13

Dari beberapa hadits tersebut terdapat faedah, di antaranya:

- Disunnahkannya membersihkan tempat tidurnya sebelum tidur.

- Disunnahkannya membersihkannya sebanyak tiga kali sapuan.

- Menyebut nama Allah ketika akan beranjak tidur.

12
. Dengan sarungnya maknanya yaitu mengibaskan ujung sarungnya yang
berada setelah tubuhnya, dan yang berada pada bagian kanannya apabila
dia mengenakan sarung. Karena seseorang yang mengenakan sarung,
memulia lipatan sarungnya dari bagian kanan, olehnya itu, bagian inilah yang
bersinggungan langsung dengan tubuhnya. Demikian disebutkan didalam Al-
Lisaan (11/240) pada bahasan: ‫دخل‬.
Dan yang semisalnya: (‫ “ )صصنفة الثوب‬bagian dalam pakaiannya “ pada riwayat
berikutnya. Maka (‫ )صنفة الثوب‬yaitu kain yang menempel pada kulit (Lihat Fathul
Bari, 11/130)
13
. HR. Al-Bukhari, no. 6320, 7393, Muslim, no. 2714, Ahmad, no. 7752, At-
Tirmidzi, no. 3401, Abu Daud, no. 5050, Ibnu Majah, no. 3784, dan Ad-Darimi,
no. 2684.
- Bahwa siapa saja yang bangun dari tidurnya kemudian hendak tidur
lagi,maka disunnahkan baginya untuk membersihkan tempat tidurnya
kembali dengan sekali kibasan.

Sebab hal itu, sebagaimana penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


dalam sabdanya:

“Karena ia tidaklah tahu apa yang terjadi di tempat tidurnya setelah ia tidur.”

Di antara hikmah membersihkan dengan mengkhususkan bagian dalam


sarungnya bukanlah sebab yang terjangkau oleh pengetahuan kita. Para Ulama
berselisih pendapat pada sekian banyak pendapat. Mengamalkan sunnah ini
tidaklah dibatasi dengan mengetahui hikmah dari amalan tersebut, melainkan
kapan suatu hadits telah shahih mestilah untuk diamalkan, walau hikmahnya
tidak diketahui. Dan kembalian dari itu semua adalah kepada ketundukan dan
penyerahan diri. Ini adalah dasar yang sangat agung yang anda mesti pegang
teguh.

4. Tidur menghadap sebelah kanan dan meletakkan pipinya di atas


tangan kanannya

Terdapat hadits dari Al-Barra` bin Azib -radhiallahu ‘anhu- beliau berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu maka hendaklah engkau


berwudhu sebagaimana wudhumu untuk shalat kemudian berbaringlah di atas rusuk
sebelah kanan…al-hadits.”14

Demikian juga dalam hadits Hudzaifah -radhiallahu ‘anhu-, beliau


berkata:

14
. Takhrij hadits ini telah disebutkan sebelumnya.
“Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat tidurnya di
malam hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di bawah
pipinya… al-hadits.”

Dalam riwayat Ahmad rahimahullah:

“Jika seorang datang ke tempat tidurnya, letakkanlah tangannya yang kanan di


bawah pipinya….”15

Tidur dengan berbaring menghadap sebelah kanan mengandung


beberapa faedah, di antaranya:

- Dengan posisi seperti itu akan membuatnya mudah bangun.

- Agar jantung menggantung di sebelah kanan, dengan demikian tidak


akan menyulitkan (sirkulasi darah) untuk tidur.

- Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi -rahimahullah-: “Posisi


tidur yang demikian ini , mneurutanalisa para ahli kedokteran lebih baik
bagi badan.” Para ahli kedokteran mengatakan: “Memulai tidur dengan
menghadap sisi kanan kemudian setelah itu boleh untuk berbalik ke sisi
kiri.”16

5. Membaca sebuah surat dari surat-surat dalam Al-Qur`an.

Termasuk petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya


beliau tidak tidur sampai beliau membaca sebuah ayat dari Al-Qur`an. Bacaan
Al-Qur`an sebelum tidur perumpakan penjagaan bagi seorang Muslim godaan
syaithan dalam tidurnya, dan syaithan tidak akan menemani dalam mimpinya.

15
. HR. Al-Bukhari, no. 6314, Ahmad, no. 22733, dan selain mereka berdua
hanya saja tanpa menyebutkan “tangan”.
16
. Fathul Bari (11/113).
Ada banyak atsar yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang berkaitan dengan bab pembahasan ini dan juga sangat beragama
lafazhnya. Di sini akan kami sebutkan beberapa yang dapt kami kumpulkan.

a. Membaca ayat kursi.

Dalam hal ini terdapat kisah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ketika
ia bersama dengan orang yang mencuri dari perbendaharaan zakat. Ketika Abu
Hurairah radhiallahh ‘anhu berkeninginan untuk melaporkannya kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang tersebut berkata: “ Lepskanlah aku, maukah
aku ajarkan satu kalimat yang niscaya Allah akan memberikan manfaat bagimu
dengannya?” Aku berkata: “Kalimat apakah itu?” Ia berkata: ”Jika engkau
mendatangi tempat tidurmu untuk tidur, maka bacalah ayat kursi,yakni :

“Allahu Laa Ilaha illa Huwal Hayyul Qaayum “

Sampai selesai ayat tersebut, maka sungguh Allah senantiasa akan


menjagamu dan syaithan tidak akan bisa mendekatimu sampai datangnya
waktu subuh.

[Berkata Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-] maka ia pun aku lepaskan.


Dan keesokan paginya, RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadaku: “Apa yang terjadidengantahanan engkau semalam?” Aku berkata: “Wahai
Rasulullah, dia meyakinkanku bahwa dia telah mengajariku beberapa kalimat
yang Allah akan memberi manfaat bagiku dengannya, maka akupun
melepaskannya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Kalimat
apakah itu?”

Aku berkata: “ Ia berkata kepadaku, jika engkau mendatangi tempat


tidurmu, maka bacalah ayat kursi dari awal sampai akhir ayat, yakni :

“ Allahu Laa Ilaha illa Huwal Hayyul Qaayum ”, dan ia berkata kepadaku
bahwa Allah senantiasa akan menjagaku dan syaithan tidak akan bisa untuk
mendekatimu sampai datang waktu shubuh . - dan mereka – yatu para sahabat
adalah kaum yang paling bersemangat dalam hal-hal kebaikan-. Maka bersabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Adapun ia, sesungguhnya perkataannya adalah
benar namun ia adalah pendusta. Tahukah engkau, siapa yang telah engkau ajak
berbincang selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab:
“Tidak”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ia adalah syaithan.”17

b. Membaca surat Al-Ikhlas, dan Al-Mu`awidzatain (Al-Falaq dan An-Naas)


kemudian meniup18 dengan tangannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa membaca surat Al-


Ikhlas dan Al-Mu`awidzatain dan meniupnya di tangannya kemudian
mengusapkannya ke seluruh badan yang mampu dijangkau dengan tangan
beliau.

Berkata Ummul Mu`minin Aisyah -radhiyallahu ‘anha-:

“Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak beristirahat di tempat


tidurnya pada setiap malamnya beliau menyatukan dua telapak tangannya kemudian
meniup kedua te;apak tangannya yang dilanjutkan dengan membaca padanya ‘Qul
Huwallahu Ahad’ dan ‘Qul A`udzu birabbil falaq’ serta ‘Qul A`udzu birabbinnas’,
kemudian mengusapkan tangannya ke seluruh tubuh beliau yang sanggup beliau
jangkau, dimulai dari bagian kepala kemudian wajah kemudian bagian tubuh yang
paling dekat dijangkau. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya tiga kali.”19

Dari hadits di atas dapat diambil faedah bahwasannya Nabi Shallallahu


‘alaihi wa sallam selalu melakukannya pada setiap hendak tidur, sebagaimana
diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Aisyah
-radhiyallahu ‘anha-: “Pada setiap malam.”

17
. HR Al-Bukhari dalam Kitab Al-Wikaalah, Bab Idza wakala rajulan fatarakal
wakiilu syai`a, fa ajawazul muwakkal fahuwa jaiz… kemudian menyampaikan
hadits secara mu`allaq. Hadits tersebut diriwayatkan secara maushul pada
riwayat An-Nasa`i dan Al-Isma’ili dan Abu Nu`aim… (lihat kitab Fathul Bari,
4/569).
18
. Meniup maksudnya adalah sesuatu yang lebih ringan dari meludah
19
. HR. Al-Bukhari, no. 5017.
Adapun tata caranya adalah dengan meniup kedua telapak tangannya,
kemudian mengusapkan dengannya ke seluruh badan yang mampu dijangkau,
dimulai dari kepala dan wajah kemudian yang terdekat dari badan.

Faedah lainnya dari hadits ini juga bahwa meniupnya adalah dengan tiga
kali tiupan. Kemudian faedah meniup tersebut dimaksudkan untuk mencari
barakah dengan hawa basah, dan hawa yang bersinggungan langsung dengan
telapak tangan, sebagai bentuk ruqyah dan bagian dari dzikir-dzikir yang baik.
Demikian yang diterangkan oleh Al-Qadhi Rahimahullah.20

Faedah: Meniup tangan disertai bacaan Al-Ikhlas dan Al-Mu`awidzatain, tidaklah


dikhususkan ketika hendak tidur saja bahkan hal itu disunnahkan bagi orang
yang merasakan sakit, agar ia meniup kedua telapak tangannya tiga kali
kemudian mengusapkan ke tubuhnya. Al-Bukhari meriwayatkan dari hadits
Aisyah -radhiyallahu anha-:

“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika merasakan sakit beliau


Shallallahu ‘alaihi wa sallam meniup tangannya kemudian membaca Al-Mu`awidzat
kemudian mengusapkan dengannya ke tubuhnya. Maka tatkala beliau dalam keadaan
sakit yang sangat. Beliau mulai dengan menyatukan kedua telapak tangan beliau
kemudian membaca Al-Mu`awidzat21 yang kemudian meniupnya dan mengusapkannya
ke seluruh tubuh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”22

c. Membaca surat (Al-Kafirun) sebagai bentuk berlepas diri terhadap


kesyirikan.

Dari Farwah bin Naufal dari bapaknya -radhiallahu ‘anhu-: Bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Naufal:

20
. Syarh Shahih Muslim Al-Imam An-Nawawi, jilid keenam (14/150)
21
. Masuk padanya pada keumuman tersebut surat Al-Ikhlas. (Lihat Fathul
Bari, 8/680).
22
. HR. Al-Bukhari, no. 4439), Muslim, no. 2192, Ahmad, no. 24310, Abu Daud,
no. 3902, Ibnu Majah, no. 3529, dan Malik, no. 1855.
“Bacalah ‘Qul Yaa Ayyuhal kaafiruun’ kemudian tidurlah setelah selesai
membacanya karena itu merupakan bentuk berlepas diri dari kesyirikan.”23

d. Membaca surat (Tabarak/ Al-Mulk) dan (Alif Lam Mim Tanzil As-
Sajdah).

Berdasarkan hadits Jabir -Radhiallahu ‘anhu-:

“Rasulullah belum akan tidur sampai beliau membaca ‘Alif Lam Mim Tanzil
As-Sajdah’ dan ‘Tabarakalladzi biyadihil mulk’.”24

Faedah: Tentang surat Tabarak terdapat atsar bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyenangi untuk selalu membacanya. Abu Hurairah -radhiallahu
‘anhu- meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Satu surat dari Al-Qur`an yang tiga puluh ayatnya dapat memberi syafaat bagi
yang membacanya sehingga akan diampuni baginya dosa-dosanya yaitu ‘Tabarakalladzi
biyadihil mulk’.”25

e. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.

Berdasar hadits Abu Mas`ud Al-Badri -Radhiallahu ‘anhu-: Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, siapa saja yang membacanya pada
malam hari telah cukuplah dua ayat tersebut baginya.”26

Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “ telah cukuplah dua ayat


tersebut baginya “An-Nawawi -Rahimahullah- mengatakan: “Dikatakan bahwa
makna “telah cukuplah dua ayat tersebut baginya” sebagai pengganti shalat al-lail.
23
. HR. Abu Daud, no. 5055 dan hadits ini adalah lafazhnya. Dishahihkan oleh
Al-Albani -rahimahullah-, Ahmad, no. 23295, At-Tirmidzi, no. 3403, dan Ad-
Darimi, no. 3427.
24
. HR. Al-Bukhari dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrad (1027). Berkata Al-Albani
-Rahimahullah-: “Shahih Lighairihi” (917).
25
.HR. Abu Daud, no. 1400, dan dihasankan oleh Al-Albani -Rahimahullah-.
Ahmad, no. 7910, At-Tirmidzi, no. 2891, dan Ibnu Majah, no. 3782.
26
. HR. Al-Bukhari, no. 4008, Muslim, no. 8*7, Ahmad, no. 16620, At-Tirmidzi,
no. 2881, Abu Daud, no. 1397, Ibnu Majah, no. 1368, dan Ad-Darimi, no.
1487.
Ada yang berpendapat telah cukup sebagai penjaga dari syaithan. Ada yang
berpendapat sebagai penjaga dari suatu yang membahayakan, dan semua
makna tersebut saling menguatkan.”27

6. Membaca doa-doa dan berdzikir

Termasuk petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak


tidur adalah beliau beerdoa lebih dahulu di malam sebelum tidur. Abu Hurairah
-radhiallahu ‘anhu- berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang hendak tidur di tempat tidurnya tanpa berdzikir kepada Allah
-Subhanahu wa Ta`ala- maka Allah -Subhanahu wa Ta`ala- akan menjauh darinya di
hari kiamat.Dan barang siapa yang duduk pada suatu tempat duduk, dan tidak berdzikir
kepada Allah ‘aza wajalla , kecuali Allah akan menjauh darinya pada hari kiamat”28

Siapa saja yang memperhatikan doa-doa yang diucapkan oleh Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu hendak tidurnya, tercakup di sana
makna-makna yang agung dan mulia, di sana pula tercakup tentang tauhid dan
jenis-jenisnya, tercakup pula bentuk kelemahan kefakiran kita di hadapan Allah
-Subhanahu wa Ta`ala-, terdapat juga permohonan ampun, taubat, inabah dan
membentengi diri dari adzab di hari akhirat. Terkandung juga permohonan
untuk meminta perlindungan kepada Allah -Subhanahu wa Ta`ala- dari godaan
hawa nafsu dan syaithan. Terkandung juga pujian kepada Allah -Subhanahu wa
Ta`ala- atas nikmat-nikmat-Nya, dan kandungan-kandungan lain maknanya
sangatlah luas dan tiada batasnya dimana tempat ini tidak memungkinkan
untuk disebutkan semuanya.

Nantinya akan kami sebutkan sebagian doa-doa Nabi Shallallahu ‘alaihi


wa sallam ketika hendak tidur agar kita semua dapat mengambil faedah darinya
dengan mengharapkan tambahan amal kebaikan. Sesungguhnya orang

27
. Syarh shahih Muslim jilid ketiga (6/76).
28
.HR. Abu Daud, no. 5059 dan dishahihkan oleh Al-Albani Rahimahullah.
yangmendapatkan taufik Allah adalah yang berlomba mengerjakan amal-amal
kebaikan.

a. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu, dari adzabMu di hari Engkau bangkitkan
hamba-hamba-Mu.”

Dari Hadits Hafshah -radhiyallahu ‘anha- (istri Nabi Shallallahu ‘alaihi


wa sallam) Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Rasulullah setiap hendak tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya,


kemudian membaca doa: ‘Allahumma qinni adzabaka yauma tab`atsu ibaadaka’
(Ya Allah, aku berlindung kepadaMu, dari adzabMu di hari Engkau bangkitkan hamba-
hamba-Mu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya tiga kali.”29

b. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Dengan nama-Mu Ya Allah aku mati dan aku hidup kembali.”

Dari hadits Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiallahu ‘anhu- berkata:

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap hendak menuju tempat tidurnya berdoa:
‘Bismika Allahumma amuutu wa ahyaa…’ (Dengan nama-Mu Ya Allah aku mati
dan aku hidup kembali).30

c. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Allah, Engkaulah yang menghidupkan diriku dan Engkaulah Dzat yang
akan mematikan aku (kelak).”

Dari hadits Abdullah bin Umar -Radhiallahu ‘anhuma-, bahwa Ibnu Umar
-Radhiallahu ‘anhuma- menyuruh seorang laki-laki yang hendak mendatangi
tempat tidurnya untuk berdoa: “Állahumma khalaqta nafsi wa anta tawaffaha,

29
. HR. Ahmad, no. 25926, Abu Daud, no. 5045, dan hadits ini adalah
lafazhnya. Dishahihkan oleh Al-Albani -Rahimahullah- namun tanpa lafazh
‘tiga kali’. At-Tirmidzi, no. 3398, Ahmad, no. 22733 dari hadits Hudzaifah bin
Al-Yaman -Radhiallahu ‘anhu-.
30
. HR. Al-Bukhari (
laka mamatuha wa mahyaha, in ahyataha fahfadh-ha, wa in amataha faghfir
laha, Allahumma inni as`alukal `afiyah.” (Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah
yang telah menciptakan diriku dan Engkaulah yang akan mematikan aku.
Engkau memiliki hak menghidupkan dan mematikan. Jika Engkau
menghidupkan diriku, maka peliharalah ia, dan jika Engkau mematikannya,
ampunilah ia. Ya Allah aku memohon keselamatan kepadaMu). Maka berkata
kepadanya seorang laki-laki: “Apakah engkau mendengarnya dari Umar?” Ia
berkata: “Dari orang yang lebih baik dari Umar -radhiallahu ‘anhu- dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”31

d. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Dengan nama-Mu Ya Rabbi, kuletakkan tubuh ini, dan dengan pertolongan-


Mu aku mengangkatnya….”

Dari hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- berkata: Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian hendak beriustirahat di tempat tidurnya,


maka hendaklah ia mengebutkan (menyapu) tempat tidurnya dengan kain sarung,
karena sungguh ia tidak tahu lagi apa yang terjadi di tempat tidur tersebut setelahnya.
Kemudian hendaklah ia tidur menghadap kearah kanan, kemudian hendaklah ia membaca
doa: “Bismika Rabbi wadha`tu janbi, wa bika arfa`ahu, in amsakta nafsi
farhamha, wa in arsaltaha, fahfadh-ha bima tahfadhu bihi `ibaadakash
shalihiin.” (Dengan menyebut nama-Mu, Ya Rabbi, kuletakkan tubuh ini, dengan
pertolonganMu aku mengangkatnya. Kalau Engkau mematikan aku, maka berikan
rahmatMu kepadanya, jika Engkau membiarkannya hidup, maka peliharalah,
sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih).32

e. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

31
. HR. Muslim (2712) dan Ahmad (5478).
32
. HR. Al-Bukhari, no. 6330, Muslim, no. 2714, Ahmad, no. 7313, At-Tirmidzi,
no. 3401, Abu Daud, no. 5050 dan lafazh ini adalah lafazh riwayat beliau.
Ibnu Majah, no. 3874, dan Ad-Darimi, no. 2684.
“Ya Allah, Penguasa langit, Penguasa bumi dan yang memiliki Arsy yang
agung….”

Dari Hadits Abu Hurairah -Radhiallahu ‘anhu- berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami jika kami menuju


tempat tidur kami untuk berdoa: ‘Allahumma, Rabbas-samawati, wa rabbal-ardli,
wa rabbal `arsyil `adhiim, rabbana wa rabba kulli syai`in, faaliqul-habbi wan-
nawa, wa manzilat-taurata wal-injila wal –furqan, a`udzubika minn syarri
kulli syai`in, anta aakhidun binashiyatiha, Allahumma anta al-awwalu fa
laisa qablaka sya`iun, wa antal-akhiru falaisa ba`daka sya`iun, wa antadh-
dhahiru falaisa fauqaka sya`iun, wa antal bathinu falaisa duunika sya`iun iqdli
`annad-daina wa aghnina minal faqr’. (Ya Allah, Rabb langit dan Rabb bumi dan
Rabb Arsy yang agung, Wahai Rabb kami, Rabb segala sesuatu, yang menciptakan biji-
bijian dan benih tanaman,. Yang menurunkan Taurat dan Injil serta Al-Furqan (Al-
Qur`an), aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang mana Engkau-
lah yang memegang ubun-ubunnya. Engkau adalah Al-Awwal, yang tidak ada sesuatu
pun sebelum-Mu, dan Engkau adalah Al-Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah-Mu.
Engkau adalah Adh-Dhahir, yang tidak ada sesuatu pun di atas-Mu. Dan Engkau
adalah Al-Bathin, yang tidak ada sesuatu pun di bawah-Mu. Berilah kami kemampuan
untuk melunasi hutang dan bebaskanlah kami dari kefakiran‘).”33

f. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Allah, Pencipta langit dan bumi….”

Dari hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- bahwa Abu Bakr Ash-
Shiddiq -radhiallahu ‘anhu- berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada kami
satu kalimat untuk kami ucapkan pada pagi dan sore hari.” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

. HR. Muslim, no. 2713, Ahmad, no. 8737, At-Tirmidzi, no. 3400, Abu Daud,
33

no. 5051, dan Ibnu Majah, no. 3831.


“Ucapkanlah: ‘Allahumma faatiras samaawati wal ardli, aalimal ghaibi
wasy syahaadati, Rabba kulli syaiin wa maliikahu, Asyhadu alla ilaha illa
Anta, audzubika min syarri nafsii wasy syarrisy syaithaani wa syirkihi’. (Ya
Allah, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib dan semua yang tak terlihat, aku bersaksi
bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar selain Engkau, aku berlindung
kepada-Mu dari kejelekan diriku sendiri dan dari kejelekan syaithan dan campur
tangannya).

Kemudian sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga:

“Ucapkan itu pada pagi hari, pada sore hari dan pada waktu engkau hendak
tidur.”34

g. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum,
memberi kami kecukupan dan memberikan kepada kami tempat tinggal….”

Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu- meriwayatkan, beliau berkata: “


Bahwa apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat tidurnya,
maka ucapkanlah: “Alhamdulillahilladzi ath`amanaa wa saqanaa, wa kafaanaa,
wa aawanaa, fa kam mimman laa kaafiya lahu walaa mu`wiya”. (Segala puji
bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum, memberi kami
kecukupan dan memberi kepada kami tempat tinggal. Karena banyak orang yang tidak
memiliki kecukupan dan tempat tinggal).35

h. Tasbih dan Tahmid dibaca tiga puluh tiga kali (33 X) dan takbir dibaca
tiga puluh empat kali (34 X).

Ali -Radhiallahu ‘anhu- meriwayatkan bahwa ketika itu Fathimah


-radhiyallahu ‘anha- sedang melingkarkan tangannya, tiba-tiba datanglah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan tentang pembantunya, karena beliau
34
. HR. Abu Daud, no. 5067, dan di shahihkan oleh Al-Albani. Ahmad, no.
7901, At-Tirmidzi no. 3396, dan Ad-Darimi, no. 2689.
35
. HR. Muslim, no. 2715, Ahmad, no. 12142, At-Tirmidzi, no. 3396, dan Abu
Daud, no. 5053.
tidak menemukannya. Maka aku sebutkan demikian kepada Aisyah
-radhiyallahu ‘anha-. Ketika datang beritanya, dia berkata: Lalu beliau
mendatangi kami sedangkan kami telah mendatangi tempat tidur kami. Lalu
sayapun bangung, kemudian beliau berkata: Tetaplah ditempatmu. Lalu beliau
duduk diantara kami, hingga saya merasakan dinginnya kedua kaki beliau
didadaku.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketahuilah, aku akan menunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik
bagi kalian berdua daripada seorang pembantu, yaitu jika kalian berdua mendatangi
tempat tidur kalian atau kalian hendak tidur padanya, maka bertakbirlah tiga puluh tiga
kali, bertasbih tiga puluh tiga kali, dan bertahmid tiga puluh tiga kali. Maka ini yang
demikian adalah lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.”36

i. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Dengan menyebut nama Allah, aku meletakkan tubuh ini, Ya Allah, berilah
ampunan bagiku atas dosa-dosaku….”

Dari Abu Zubair Al-Anmaari -radhiallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang hendak ke tempat tidurnya pada malam hari, ucapkanlah:


‘Bismillahi wadha`tu jambii, Allahummagh firlii dzambii, wa akhsaa
syaithanii wa fakka rahaanii, waj`alnii fin nadyil a`la’. (Dengan menyebut nama
Allah, aku meletakkan tubuh ini, Ya Allah, berilah ampunan bagiku atas dosa-dosaku,
usirlah syaithan dari diriku, bebaskan apa yang masih tergadai dariku, jadikanlah aku
dalam tempat yang paling Tinggi).”37

j. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

36
. HR. Al-Bukhari, no. 6318, Muslim, no. 2727, Ahmad, no. 605, At-Tirmidzi,
no. 3408, Abu Daud, no. 2988, dan Ad-Darimi, no. 2685.
37
. HR. Abu Daud, no. 5054, dan dishahihkan oleh Al-Albani Rahimahullah..
“Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna, dari kemarahan
dan siksa-Nya….” Bagi orang yang terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk.

Dari Amr bin Syu`aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwasanya:


“Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan mereka (para sahabat) doa-doa
ketika terbangun dari tidur di malam hari: ‘A`udzu bikalimaatillahit tammati min
ghadhabihi wa `iqaabihi, wa syarri `ibaadihi, wa min hamazaatisy syaithaan
wa an yahdluruun’. (Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna,
dari kemarahan dan siksa-Nya, dari makhluk ciptaan-Nya dan dari godaan syaithan
ketika datang mengganggu).”

Dalam riwayat Al-Imam Ahmad dengan lafazh:

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami doa-doa yang kami


ucapkan ketika tidur dan ketika terbangun di malam hari: ‘Bismillahi a`udzu
bikalimaatillahit tammati….”38 al-hadits.

k. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-
Mu….”

Dari Al-Barra` bin ‘Azib -radhiallahu ‘anhu- berkata: Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila engkau hendak tidur maka berwudlulah seperti wudlumu untuk shalat,
kemudian berbaringlah di atas sisi kananmu lalu ucapkanlah: ‘Allahumma aslamtu
wajhii ilaika wa fawwadl-tuamrii ilaika, wa alja`tu dhahrii ilaika, raghbatan
wa rahbatan ilaika, laa malja`a wa laa manjaa`a minka illa ilaika, Allahumma
aamanta bikitaabikal ladzii arsalta, fa in mutta minlailatika fa anta `alal
fithrah, waj`alahunna aakhir maa tatakallamu bihi’. (Ya Allah, aku berserah diri
kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku letakkan urusan-urusanku kepada-
Mu, kusandarkan punggungku kepada-Mu, seraya berharap rahmat-Mu dan takut akan

38
. HR. Abu Daud, no. 3893, dan dihasankan oleh Al-Albani Rahimahullah.
Ahmad no. 6657, dan At-Tirmidzi, no. 3528.
siksa-Mu, tidak ada tempat berlindung dan tidak ada tempat menyelamatkan diri dari
siksa-Mu melainkan kepada-Mu, Ya Allah, aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau
turunkan dan kepada Nabi-Mu yang engkau utus, jika aku Engkau cabut nyawaku
malam ini maka matikanlah aku dalam keadaan fithrah (Islam) dan jadikanlah kalimat
tauhid –syahadatain- sebagai akhir ucapanku…)39.”

Faedah : Dari Syadad bin Aus -Radhiallahu ‘anhu- dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam: “Sayyidul Istighfar (tuannya dari doa-doa) adalah engkau mengucapkan:
’Allahumma anta Rabbii, laa ilaha illa anta khalaqtani wa ana abduka wa ana
`ala `ahdika wa wa`dika mas tatha`ta, a`udzubika min syarri ma shana`ta,
abuu`un laka bini`matika `alayya, wa abuu`un bi dzambii faghfirlii fainnahu
laa yaghfirudz dzunuuba illa anta’. (Ya Allah, Engkaulah Rabbku yang tidak ada
yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau, engkaulah yang telah menciptakan
aku, dan aku adalah hamba-Mu, aku selalu berada dalam janji-Mu dan ketetapan-Mu
sebatas yang aku mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang ku
perbuat, aku mempersaksikan dan mengetahui atas nikmat-nikmat-Mu yang Engkau
berikan kepadaku, akupun mempersaksikan dan mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah
aku. Sesungguhnya tidak ada yang akan mengampuni dosa-dosa selain Engkau). Siapa
saja yang mengucapkannya di siang hari kemudian ia meninggal sebelum sore hari maka
dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari
kemudian meninggal sebelum shubuh tiba maka dia termasuk penghuni surga.”40

Merupakan anugerah dari Allah -Subhanahu wa Ta`ala- kepada para


hamba-Nya yang beriman, yaitu adanya amalan yang ringan tapi sangat besar
pahalanya. Oleh sebab ini maka sepantasnya bagi seorang Muslim untuk tidak
melalaikan berdoa dengan doa ini pada siang maupun malam harinya. Dan
hendaklah ia menekuninya bersama dengan menghadirkan syarat-syaratnya.
Sehingga akan bisa berhasil meraih surga-Nya yang luasnya seluas langit dan
39
. HR Al-Bukhari no. 247, Muslim, no. 2710, Ahmad, no. 18044, At-Tirmidzi,
no. 3394, Abu Daud, no. 5046, Ibnu Majah, no. 3876, dan Ad-Darimi, no.
2673.
40
. HR. Al-Bukhari, no. 6306, Ahmad, no. 16662, At-Tirmidzi, no. 3393, dan An-
Nasa`i, no. 5522.
bumi. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar aku menjadi penghuni surga-
Mu, yang mereka para penghuni surga adalah orang-orang yang Engkau ridhai
dan mereka pun ridha kepada Engkau. Amin.

7. Ketika bermimpi, apa yang sebaiknya diucapkannya dan apa yang


sebaiknya dilakukannya jika yang dilihatnya dalam mimpi
menyenangkan atau menakutkan.

Apa-apa yang dilihat oleh orang yang tidur itu bisa jadi itu adalah mimpi
biasa, dan bisa jadi itu merupakan ru’ya / ilham, adapun ar-ru’ya ini datangnya
dari Allah, sedangkan mimpi bisa jadi datangnya dari syaithan.

Dari Abu Qatadah, beliau berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Mimpi yang baik- ar-ru’ya ash-shalihah itu asalnya dari Allah sedangkan
mimpi biasa itu datangnya dari syaithan. Maka salah seorang dari kalian bermimpi
yang menakutkan maka hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya, dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari kejelekan-kejelekannya, sehingga tidak akan dapat
memudharatkanmu.”41

Dalam Shahih Al-Bukhari dari jalan yang lain:

“Barangsiapa yang bermimpi sesuatu yang ia membencinya, maka hendaklah ia


meludah ke sebelah kirinya tiga kali, dan hendaklah ia berlindung dari godaan syaithan.”

Dalam riwayat Muslim:

“Mimpi yang baik itu asalnya dari Allah, sedangkan mimpi yang buruk itu
datangnya dari syaithan, maka barangsiapa yang bermimpi tentang sesuatu sedangkan
ia tidak menyukainya. Maka hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya dan berlindung
kepada Allah dari godaan syaithan yang memudlaratkan dan janganlah ia menceritakan
kepada siapapun. Karena sesungguhnya mimpi itu, jika mimpi yang baik, maka itu

. HR. Al-Bukhari, no. 3292, 6995, Muslim, no. 2261, 2262, 2263, Ahmad, no.
41

22129, At-Tirmidzi, no. 2277, Abu Daud, no. 5021, Ibnu Majah, no. 3909,
Malik, no. 1784, dan Ad-Darimi, no. 2141.
adalah merupakan kabar gembira, dan jangan menceritakan tentang mimpi tersebut
kecuali pada orang yang ia cintai.”

Dalam riwayat Muslim juga dari Jabir -radhiallahu ‘anhu-:

“Maka hendaklah ia meludah meludah ke sebelah kirinya tiga kali, dan hendaklah
ia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan tiga kali, serta hendaklah
ia berpindah posisi tidurnya dari posisi sebelumnya.”42

Dalam riwayat Muslim juga dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-:

“Maka jika seseorang bermimpi yang ia tidak menyukainya maka hendaklah ia


bangun kemudian shalat dan janganlah ia menceritakan tentang mimpinya itu kepada
siapapun.”43

Hadits di atas dengan sekian banyak jalur periwayatannya mengandung


beberapa faedah, diantaranya bahwa mimpi itu bisa jadi adalah mimpi yang baik
dan bisa jadi merupakan mimpi yang jelek. Mimpi yang baik berasal dari Allah
sementara mimpi yang buruk berasal dari syaithan yang dinamakan dengan al-
hilm.

Diantara faedahnya pula: Bahwa barang siapa yang bermimpi dengan mimpi
yang baik maka hendaklah mengabarkannya dan kemudian hendaklah ia
mengharapkan kebaikan. Dan janganlah mengabarkan tentang mimpinya
kecuali kepada orang yang dicintainya. Karena itu merupakan kabar gembira
dari Allah. Dalam riwayat Al-Imam Ahmad disebutkan: “Barangsiapa yang
bermimpi dengan mimpi yang menakjubkannya, maka hendaklah ia menceritakannya,
karena mimpi itu merupakan kabar gembira yang datangnya dari Allah ‘azza wajalla.”

Diantaranya: Bahwa barangsiapa yang melihat menakutkannya, maka disukai


baginya untuk meludah ke sebelah kirinya sebanyak tiga kali, kemudian
memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk atau
42
. HR. Al-Bukhari, no. 3292, 6995, Muslim, no. 2261, 2262, 2263, Ahmad,
no. 22129, At-Tirmidzi, no. 2277, Abu Daud, no. 5021, Ibnu Majah, no.
3909, Malik, no. 1784, dan Ad-Darimi, no. 2141.
43
. HR. Muslim, no. 2262.
dari kejelekannya, dan jika ia mengulanginya sebanyak tiga kali maka itu lebih
utama, kemudian hendaklah ia berpindah posisi dari posisi tidurnya semula,
kemudian jika ia bangun untuk shalat maka itu lebih utama lagi. Jika ia
melakukan yang demikian itu atau sebagiannya saja yang ia lakukan –
sebagaimana datang dalam hadits-hadits di atas- maka sungguh tidak akan
memudharatkannya serta janganlah ia menceritakan tentang mimpinya tersebut
kepada siapapun.

8. Makruh tidur dengan tengkurap

Dari Thakhfah Al-Ghifari -radhiallahu ‘anhu-, salah seorang diantara


ashhabush shuffah (para sahabat yang tinggal di Masjid Nabawi) berkata: “Aku
tidur di masjid pada akhir malam, kemudian ada orang yang mendatangiku
sedangkan aku tidur dengan posisi tengkurap. Kemudian ia menggerakkanku
dengan kakinya, dan berkata: “ Bangunlah dari tengkurapmu, karena tidur yang
demikian adalah tidurnya orang-orang yang dimurkai Allah.”

Kemudian aku angkat kepalaku, maka ketika kulihat ia adalah Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka akupun kemudian bangkit.”44

Dalam riwayat Ibnu Majah dengan lafazh:

“Ada apa denganmu sehingga tidur dengan posisi seperti ini (tengkurap), tidur
seperti ini adalah tidurnya orang yang dibenci atau dimurkai Allah -Subhanahu wa
Ta`ala-.”

Hadits ini jelas merupakan larangan untuk tidur dengan tengkurap. Dan
Allah -Subhanahu wa Ta`ala- sangat membencinya, dan setiap perbuatan yang
Allah -Subhanahu wa Ta`ala- membencinya maka hendaklah sesuatu itu

44
. HR. Al-Bukhari, dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 1187, dishahihkan Al-Albani
-Rahimahullah-, no. 905, Ibnu Majah, no. 3723, dan dalam Ahmad, no. 7981,
dan At-Tirmidzi, no. 2768 dari hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu-.
ditinggalkan. Adapun sebab dibencinya tidur tengkurap ini diterangkan dalam
hadits dari Abu Dzar -radhiallahu ‘anhu-, ia berkata:

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di sisiku sementara aku sedang tidur
tengkurap, maka beliau kemudian menggerakkan badanku dengan kaki beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan bersabda: ‘Wahai Junaidab, sesungguhnya hanyalah tidur seperti
ini adalah tidurnya penghuni neraka’.”45

Dengan hadits ini pula semakin jelas bahwa sebab dibencinya tidur
tengkurap adalah karena menyerupai tidurnya para penghuni neraka. Wallahu
a`lam.

9. Dibencinya tidur diatas teras atas rumah tanpa adanya batu pembatas

Dalam hal ini diterangkan pada hadits dari Ali bin Syaiban radhiallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang tidur dengan atas rumahnya tanpa pembatas46, maka lepaslah
penjagaan atasnya.”

Dalam riwayat Ahmad disebutkan:

“Barang siapa yang tidur dengan tanpa sesuatu pembatas (penutup) pun,
lepaslah penjagaan atasnya….”47

Berkata Fadhlullah Al-Jailani : … bahwasanya diharuskan bagi manusia


agar tidak melalaikan dalam memberi perhatian terhadap sebab-sebab yang
umum untuk memberi manfaat baginya dan menghalau segala sesuatu yang

45
. Hr. Ibnu Majah, no. 3724 dan dishahihkan oleh Al-Albani -Rahimahullah-,
no 3017.
46
. Dalam satu riwayat: “Dengan tanpa pembatas” semuanya bermakna
sama, yaitu bermakna penutup, pembatas. Seperti tembok pembatas
maupun selainnya yang menghalanginya dari terjatuh. Lihat Syarh Al-Adab
Al-Mufrad (2/601).
47
. HR. Al-Bukhari, dalam kitab Al-Adab Al-mufrad, no. 1192, dan dishahihkan
oleh Al-Albani -Rahimahullah-, dengan no. 908, Ahmad, no. 20225, dan Abu
Daud, no. 5041.
membahayakannya. Hadits ini merupakan dalil akan ulasan itu. Jadi siapa saja
yang tidur diatas teras atas rumahnya tanpa penghalang berarti dia telah
melalaikan dalam memberi perhatian terhadap sebab-sebab yang telah umum
tersebut untuk menghindari segala macam hal yang membahayakan. Orang
yang tidur kadang berbalik dalam tidurnya dan terkadang bangun dan
pengaruh tidur masih dominan pada dirinya, lalu kemudian dia hendak berjalan
keselain jalan yang semestinya sehingga menyebabkan dia terjatuh.

Maka sepantasnya baginya untuk menjaga diri dari sebab-sebab yang


telah berlaku umum, agar tidak tidur pada tempat yang demikian. Ketika telah
tidur maka sesungguhnya dia telah menyodorkan dirinya sendiri untuk
terjungkal jatuh, hingga diapaun terjatuh. Maka barangsiapa yang menjalankan
sebab-sebab umum tadi lalu menyebut nama Allah dan kemudian berbaring
maka dia telah ada dalam penjagaan Allah -Subhanahu wa Ta`ala-, bisa jadi
Allah -Subhanahu wa Ta`ala- akan menjaganya dan bisa jadi Allah -Subhanahu
wa Ta`ala- akan memberi pahala keadanya dengan terhadap kesalahan-
kesalahannya atau untuk mengangkat derajatnya. Apabila dia tertimpa dengan
suatu musibah yang menyebabkan kebinasaannya setelah ia melaksanakan
sebab-sebabnya maka dia tergolong mati syahid. Sebagaimana didapatkan ia
mati tertimpa bangunan atau tenggelam dan yang semisal dengan keduanya.

Sementara siapa saja yang melalaikan hal tersebut setelah diberi


kelapangan untuk mengupayakannya maka dia tidak berada dalam penjagaan
Allah ‘azza wajalla. Apabila Allah -Subhanahu wa Ta`ala- menimpakan musibah
baginya dia tidak mendapat pahala, dan jika dia celaka dan meninggal dia juga
tidak menjadi mati syahid. Bahkan ditakutkan ia dimasukkan dalam kategori
bunuh diri. Wallahu A`lamu bish-shawaab.48

10. Doa-doa ketika bangun dari tidur.

48
. Syarh Al-Adab Al-Mufrad, 1/601.
Disyariatkan ketika terbangun dari tidur untuk berdoa dan membaca
ayat-ayat dari Al-Qur`an. Dan kami akan persembahkan kepada anda beberapa
doa, di antaranya:

a. Barangsiapa yang terbangun di waktu malam, maka hendaklah ia


mengucapkan:

“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan benar selain Allah. Tidak ada
sekutu baginya. Dialah yang memiliki kekuasaan dan segala puji hanya bagi Allah….”

Dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit -radhiallahu ‘anhu- dari Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang terbangun49 dari tidurnya di malam hari, ucapkanlah:

‘Tidak ada Illah yang berhak di sembah dengan benar selain Allah. Tidak ada
sekutu baginya dan Dialah yang memiliki kekuasaan dan pujian dan Dia berkuasa atas
segala sesuatu. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah, Tidak ada Illah yang berhak
disembah dengan benar selain Allah. Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah -Subhanahu wa Ta`ala-.” Kemudian berdoalah: ‘ Ya
Allah, ampunilah aku.” Atau berdoa. niscaya Allah akan kabulkan baginya, maka jika ia
berwudhu kemudian shalat, maka akan diterima shalatnya saat itu.”50

b. Membaca sepuluh ayat terakhir dari Surat Ali Imran.

Diterangkan didalam hadits dari Ibnu Abbas -radhiallahu ‘anhuma-


berkaitan ketika beliau bermalam dirumah bibinya Maimunah. Ibnu Abbas
-radhiallahu ‘anhuma- berkata: “Sampai ketika pada pertengahan malam atau
sebelumnya sedikit atau sesudahnya sedikit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam terbangun dan duduk kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengusap wajahnya dan tangannya kemudian beliau membaca sepuluh ayat

49
. Dlam kamus Al-Lisaan: Ibnul Atsir menyebutkan dalam Kitab An-Nihayah,
(terbangun) beliau berkata: maksudnya: (ta’arra)barangsiapa yang
terbangun dari tidurnya atau terbangun. (4/92). Dalam bahasan: ‫تعر‬
50
. HR. Al-Bukhari, no. 1154, At-Tirmidzi, no. 3414, Abu Daud, no. 5060, Ibnu
Majah, no. 3878, dan Ad-Darimi no. 2687.
terakhir dari Surat Ali Imran, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdiri dan beranjak ke tempat wudhunya dilanjutkan dengan melaksanakan
shalat… al-hadits.51”

c. Membaca doa

“Segala puji hanya bagi Allah yang telah menghidupkan aku setelah
mematikannya dan kepadaNya lah kami akan dibangkitkan.”

Datang dari hadits Hudzaifah bin Al-Yaman -Radhiallahu ‘anhu-, berkata:

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak beristirahat di tempat tidurnya


beliau berdoa:

‘Dengan nama-Mu Ya Allah aku mati dan dengan nama-Mu pula aku hidup.’
Dan jika beliau bangun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:

“Segala puji hanya bagi Allah yang telah menghidupkan aku setelah
mematikannya dan kepadaNya lah kami akan dibangkitkan.”52

***

51
. HR. Al-Bukhari, no.183, Muslim, no. 723, Ahmad, no. 6125, An-Nasa`i no.
1620, Abu Daud, no. 58, dan Malik no. 627.
52
. HR. Al-Bukhari, no. 6312, Ahmad, no. 22760, At-Tirmidzi, no. 2417, dengan
lafadh: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan jiwaku.” Abu Daud,
no. 5049, Ibnu Majah, no. 3880, dan Ad-Darimi, no. 2686.

También podría gustarte