Está en la página 1de 12

Adab-Adab Meminta Izin1

Allah ta’ala berfirman, “ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian masuk
kedalam rumah selain rumah kalian hingga kalian meminta izin “( An-Nuur :27)
Allah ta’ala berfirman, “ Wahai orang-orang yang beriman, hendaknya para budak
kalian dan juga anak-anak yang belum balgh memninta izin kepada kalian “( An-Nuur
: 58)
Allah ta’ala berfirman, “ Dan apabila anak-anak kalian telah baligh hendaknya mereka
meminta izin “( An-Nuur : 59)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya meminta izin
itu agar menjaga pandangan” Muttafaq ‘alaihi2

Diantara adab-adab meminta izin :


1. Disunnahkan untuk mendahuluinya dengan salam sebelum meminta
izin.
Dari Kaldah bin Hanbal, dia berkata : Sesungguhnya Shafwan bin Umayyah,
mengutusnya menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
membawa susu, beberapa za’faran dan anak rubah. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam saat itu berada di dataran tinggi Makkah, lalu sayapun masuk
tanpa memberi salam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Kembalilah dan katakan Assalamu ’alaikum”. Kejadian ini setelah
Shafwan bin Umayah memeluk Islam.3
Dan dari Rib’i, dia berkata: “Telah bercerita kepada kami seorang dari bani
‘Amir, sesungguhnya dia meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
1
Anda dapat mencermati, jikalau kami medahulukan bab. Salam dari pada
bab. Meminta Izin, karena mengucapkan salam disunnahkan dimulai sebelum
meminta izin, berdasarkan zhahir hadits-hadits dalam masalah ini,
diantaranya sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Katakanlah
Assalamu ‘Alaikum, bolehkan saya masuk “. Takhrijnya akan segera
disebutkan. Dan juga berdasarkan amalan para sahabat ridhwanallahi
‘alaihim.
2
Mutaffaqun alaihi
3
HR. Ahmad ( 14999 ), Abu Daud, dan lafazh diatas adalah lafazh beliau
( 5176 ). Al-Albani mengatakan : Shahih, At-Tirmidzi ( 2710 )
sallam sementara beliau berada dirumahnya, maka dia berkata: “Bolehkah
saya masuk?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada
pembantunya: “Keluarlah dan ajarkan kepadanya adab meminta izin, maka
ia mengatakannya: “Katakanlah Assalaamu ’alaikum, bolehkah saya
masuk?”4
Dan dari Ibnu Abbas berkata, “Umar meminta izin kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan beliau mengucapkan: “Assalamu ’ala Rasulillah,
Assalamu ’alaikum, apakah Umar diperbolehkan masuk?”5

2. Hendaklah orang yang meminta izin untuk berdiri disebelah kanan


atau sebelah kiri pintu.
Hal ini dimaksudkan agar dia tidak mengarahkan pandangannya kepada
tempat-tempat yang tidak halal baginya dirumah orang tersebut, atau
sesutau yang dibenci oleh sipemilik rumah, jikalau dia mengarahkan
penglihatannya kepada sesuatu yang ada dirumahnya. Karena sesungguhnya
meminta izin itu disyariatkan untuk menjaga pandangan.
Dari Abdullah bin Busr, beliau berkata: “ Apabila Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mendatangi kediaman suatu kaum, beliau tidak menghadap
ke arah pintu rumah dengan wajahnya, akan tetapi beliau memalingkan
wajahnya ke arah kanan atau kiri, dan berkata: “Assalamu ’alaikum,
assalaamu ’alaikum”. Hal itu dikarenakan rumah kediaman di saat itu belum
memiliki penghalang seperti daun pintu.6
4
HR.Ahmad ( 22617 ) dan Abu Daud dan lafazh diatas adalah lafazh beliau
(5177) dan Al-Albaniy berkata: “Shahih “
5
Dikeluarkan Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad. Al-Albani mengatakan :
Shahihul Isnad . ( Shahih Al-Adab Al-Musfrad hal. 420 ). Ibnu abdil Barr
menyebutkan hadits ini dengan sanad beliau, dan sebelum beliau mengutip
sanadnya : Hadist yang terbaik yang diriwayatkan berkenaan dengan
pembahasan Al-Isti’dzaan – meminta izin - … ( At-Tamhid 2 / 202 )
6
HR. Ahmad (17239), Abu Daud dan lafazh diatas adalah lafazh riwayat
beliau (5186) Al-Albaniy berkata hadits ini shahih, Al-Bukhari dalam Al-Adab
Al-Mufrad (1078) dengan lafazh: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam apabila dia mendatangi pintu untuk meminta izin, beliau tidak
mendatangi dengan berhadapan langsung dengan pintu, akan tetapi beliau
Dan dari Huzail, beliau berkata: “ Seseorang telah datang dan berdiri
ditengah-tengah pintu rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
meminta izin, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “
Hendaklah kamu melakukan begini dan begini, karena disyariatkan meminta
izin itu karena menjaga pandangan”.7

3. Haram hukumnya bagi seseorang memandang ke dalam rumah yang


bukan rumahnya tanpa izin.
Meminta izin tidak disyariatkan kalau bukan karena pandangan,
barangsiapa yang telah berlebihan untuk memandang kepada apa-apa yang
tidak dihalalkan baginya dengan tanpa izin, lalu kedua matanya dicungkil,
tidak ada qishash dan denda padanya. Sandaran dalil hal itu sebagaimana
yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda: “Barangsiapa yang dengan
sengaja menengok atau memandang ke dalam rumah orang lain tanpa seizin
pemiliknya, maka halal bagi mereka untuk mencungkil matanya”.8
Abu Hurairah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Apabila seseorang menengok atau melihat ke dalam
rumahmu tanpa izin dari kamu, lalu kamu melemparnya dengan batu kerikil
hingga tercungkil matanya, maka tidak ada dosa bagi kamu”.9
Dan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa seseorang memandang
kepada sebagian kamar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Rasulullah
menghampirinya dengan membawa anak panah atau beberapa anak panah,
dann aku melihat kepada beliau yang seolah-olah hendak menikamnya”.10

mendatanginya dari sebelah kanan atau sebelah kiri dan sungguh akan
diberikan izin kepadanya,jikalau tidak hendaknya dia kembali pulang”. Al-
Albaniy berkata: “Hasan Shahih)
7
HR. Abu Daud (5174) dan Al-Albaniy mengatakan: Shahih.
8
HR. Muslim (2158)
9
HR. Al-Bukhari (6888) dan Muslim (6158)
10
HR. Al-Bukhari (6242) dan Muslim (2157)
4. Meminta izin itu hanya tiga kali
Apabila seseorang meminta izin lalu diizinkan – maka dia boleh masuk –
akan tetapi jika tidak hendaknya dia kembali. Abu Musa Al-Asy’ary berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari
kalian minta izin sampai tiga kali dan tidak dijawab baginya, maka
hendaklah ia pulang”.11
Masalah : Jika kita meminta izin sudah tiga kali dan belum ada jawaban,
akan tetapi kita menyangka mungkin pemilik rumah belum mendengarnya,
maka apa yang harus kita lakukan ketika itu?
Jawab : Ulama mengatakan: “Sebaiknya beramal dengan kedzahiran hadist
diatas” dan ada yang mengatakan hendaklah ia menambah sampai suara
orang yang meminta izin itu benar-benar terdengar”.12
Imam Malik berkata: “Meminta izin itu batasnya tiga kali, tidak disunnahkan
bagi seseorang utnuk menambahnya walaupun cuma sekali, kecuali bagi
orang yang benar-benar yakin kalau yang dimintai izin itu belum mendengar
suaranya, maka aku berpendapat boleh untuk menambahnya”.13

5. Jangan mengatakan “ saya “, saja ketika meminta izin jika di tanya


“Siapakah ini? “
Dikarenakan jika orang yang meminta izin hanya mengatakan “saya”,
tidak akan mengidentifikasi yang meminta izin. Dengan begitu kesamaran
tetap akan menyertai keberadaannya. Dan perkataannya : “ Saya “ tidak
berarti apapun juga.
Hukum makruh ini dapat diperoleh dari hadits Jabir radhiallahu ‘anhu,
beliau berkata: “ Saya mendatangi Rasulullah “ untuk membayar hutang

11
HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya (6245) dan Muslim (2153) dan beliau
menambahkan dari hadits ini dan sebuah kisah yang sangat mashyhur……
antara Umar bin Khatab dan Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhuma.
12
Fathul Bari (11/29) hadits no.6245 dan Muslim dengan syarah An-Nawawi
jilid 7 juz ke-14/108 hadits no.2153.
13
At-Tamhid oleh Ibnu Abdil Barr (3/192)
ayahku, kemudian aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya,
“Siapa itu?” Aku berkata ‘saya, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “saya, saya” sepertinya beliau tidak menyukai jawaban tersebut.”14
Dan tidak mengapa jika orang yang meminta izin mengatakan: “ saya,
sifulan “. Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya, beliau
berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dan pergi kemasjid,
sedangkan Abu Musa sedang membaca, maka beliau bertanya, siapa ini? Aku
menjawab “Saya, Buraidah yang menjadi tebusanmu “ Maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sungguh orang ini telah diberi
senandung seperti senandung keluarga Daud”.15
Dan tidak mengapa jika seorang yang minta izin untuk mengatakan: “
saya Abu fulan “, sebagaimana hadist yang telah diriwayatkan oleh Al-
Bukhari, Bahwasannya Ummu Hani’ datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam pada tahun Futuh Makkah. Dan dia mendapati beliau sedang
mandi, dan Faatimah anak beliau menutupi beliau. Ummu Hani’
mengatakan: “ maka saya mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:
“Siapakah ini ?” Ummu Hani’ berkata: “ Saya Ummu Hani’ binti Abi
Thalib… al-hadits”16
Dan tidak mengapa mengatakan: “ Saya Al-Qadhi fuan, atau Asy-Syaikh
fulan, apabila dengan nama tidak sukup mengidentifikasi karena
kesamarannya. Seperti yang dikatakan oleh An-Nawawi17.
14
HR. Al-Bukhari (2251) dan Muslim (2155)
15
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albaniy
pada no.1087 Dan pensyarah berkata, “Dikeluarkan oleh Muslim dalam bab
Shalat dan Al-Hakim menshahihkannya. Aku berkata, “Dikeluarkan oleh
Muslim dalam kitab Shalat Al-Musafirin dan Mengqasharnya, bab disunahkan
untuk membaguskan suara dalam membaca Al-Qur`an (793) dari hadits
Abdullah bin Buraidah dari Ayahnya, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Abdullah bin Qais atau Al-Asy’ary
telah dianugrahkan senandung sebagaimanasenandung keluarga Daud”.
16
Shahih Al-Bukhari (357) dan Muslim (336)
17
Dan beliau mengatakan: “ Dan hadits Ummu fulan dipahami seperti hal
tersebut. Dan semisalnya dari hadits Abu Qatadah dan Abu Hurairah. Dan
Catatan penting : Jika nama orang yang meminta izin tidak dikenal karena
adanya kesamaan nama dengan orang lain dan sulit untuk membedakan jika
sekedar mendengar suaranya saja, maka dianjurkan bagi orang yang
meminta izin untuk menghilangkan kesamaran agar bisa dikenal. Hal ini
akan semakin jelas dengan hadits berikut : Setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkhuthbah di hadapan para wanita pada hari ‘Ied, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam pulang menuju kearah rumah beliau. - Orang yang
meriwayatkan hadits ini mengatakan - : “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berjalan menuju ke rumah beliau, Zainab istri Ibnu Mas’ud datang
meminta izin kepada beliau. Lalu dia mengatakan: ”Wahai Rasulullah, ini
Zainab.” Maka beliau berkata :”Zainab yang mana?” Dia berkata :”Zainab
istri Ibnu Mas’ud.” Beliau berkata :”Ya, persilahkan dia masuk!”, maka beliau
memberi izin kepada Zainab…al-hadits.18

6. Sudah sepantasnya bagi orang yang meminta izin untuk tidak mengetuk
pintu terlalu keras.
Karena hal ini termasuk adab yang buruk. Diriwayatkan dari Anas bin
Malik, beliau berkata : “Pintu kediaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diketuk dengan menggunakan kuku.”19
Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan :”Adab ini dilakukan oleh para sahabat
sebagai gambaran adab yang tnggi, adab ini adab yang terpuji bagi seseorang
yang berada didekat pintu, adapun yang jauh dari pintu, sehingga suara
ketukan pintu dengan kuku tidak terdengar, maka sebaiknya mengetuk pintu
lebih keras lagi sesuai yang dibutuhkan.”20

yang paling baik adalah dengan mengatakan saya si fulan yang lebih dikenal
dengan ini. Wallahu a’lam. ( Syarh Muslim hadits no. 2155 )
18
HR. Bukhari no. 1462..
19
HR. Bukhari dalam Adab Al-Mufrad (1080), Al-Albani mengatakan
:”Shahih.”Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Hakim didalam Ulum Al-Hadist dari
hadits Al-Mughirah bin Syu’bah. Sebagaimana yang diaktakan Al-Hafidz
didalam Fathul Bari ( 11 / 38 ) .
20
Fathul Bari (11/38), hadits no ( 6250 ).
Al Maimuniy berkata :” Seorang perempuan mengetuk pintu Abu Abdillah
dengan ketukan yang keras, maka Abu Abdillah keluar dan mengatakan:
Ketukan ini adalah ketukan polisi ! 21

7. Jika pemilik rumah menyuruh untuk pulang, maka orang yang meminta
izin harus pulang.
Hal ini berdasarkan firman Allah, “ Dan apabila diaktakan kepada kalian,
kembalilah. Maka kalian kembalilah. Yang demikian itu lebih menyucikan bagi kalian
“( An-Nuur : 28 ).
Qatadah mengatakan : “ Sebagian kaum Muhajirin berkata: “Sungguh aku
umurku telah tersita semuanya pada ayat ini. Dan tidaklah saya mendapati
ayat ini, ketika saya meminta izin kepada para saudaraku, lalu mereka
mengatakan kepadaku: “Pergilah “ maka akupun pergi, sementara aku
dalam keadaan geram . 22

8. Tidak diperbolehkan untuk memasuki rumah yang di dalamnya tidak


ada seorangpun.
Dikarenakan hal itu meruapakan sikap sewenang-wenang terhadap hak
orang lain. Ibnu Katsir mengatakan: “ Hal itu dikarenakan merupakan
pengguaan milik orang lain tanpa izinnya. Apabila dia menghendaki niscaya
dia mengizinkanya dan jika tidak maka dia tidak akan mengizinkannya “23

9. Apabila seseorang diundang atau diutus kepada seseorang, maka tidak


diperlukan baginya minta izin.
Hal itu dikarenakan bahwa undangan dan diutusnya seseorang untuk
menjemputnya sudah terkandung padanya permintaan izin. Maka undangan
atau seseorang yang menjemputnya sudah mewakili permintaan izin.

21
Al-Adab Asy-Syar’iyah (1/73)
22
Tafsir ibnu Katsir (3/281), surat An-Nuur :29.
23
Tafsir Ibnu Katsir ( 3 / 281 )
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasannya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang telah diutus
kepada seseorang maka itulah izin baginya”.24
Dan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu juga, bahwasannya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Apabila seseorang mengundang
kalian untuk makan, kemudian dia mengutus seseorang sebagai utusannya,
maka itu merupakan izin baginya”.25
Ulama mengecualikan pada masalah ini, jika seseorang terlambat
menghadiri undangan pada waktunya, atau pada waktu itu ia berada pada
tempat yang terkondisikan baginya untuk meminta izin, maka dia mesti
meminta izin.26

10. Meminta izin ketika ingin berdiri dan meninggalkan dari majlis.
Yang demikian itu merupakan adab nabawiyah yang mulia. Pengunjung
diarahkan untuk memiliki adab ketika hendak meninggalkan majlis. Maka,
sebagaimana anda meminta izin ketika hendak masuk, begitu pula
hendaknya engkau meminta izin ketika hendak meninggalkan majlis.
Kemungkinan alasan diharuskannya hal itu, karena ditakutkannya mata
akan melihat hal-hal yang tidak halal untuk dilihat, atau minimal hal-hal
yang tidak disukai. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, beliau
mengatakan: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Jika salah
seorang diantara kalian mengunjungi saudaranya kemudian duduk
didekatnya, janganlah berdiri sampai dia memberikan izin kepadanya.”27
Didalam hadits tersebut terkandung peringatan untuk beradab dengan
adab yang mulia, yaitu orang yang berkunjung sepantasnya tidak berdiri
24
HR. Abu Daud (5189) , Al-Albani berkata, “Shahih”
25
HR. Abu Daud (5190) Al-Albani berkata, “Shahih”
26
Lihat Syarh Sunan Abu Daud pada hadits no. ( 5189, 5190 ) dan Syarh Al-
Adab Al-Mufrad pada hadits no. ( 1074 )
27
Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah karya beliau mengatakan : “
Diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh dalam Tarikh Asbahaani hal ( 113.) Silsilah
(1/304) no.182.”
sampai diberi izin oleh tuan rumah. Kebanyakan manusia di sebagian negeri-
negeri Arab talah mengabaikan adab-adab nabawiyah yang mulia ini. Anda
akan mendapati mereka keluar dari majlis tanpa meminta izin, tidak sebatas
ini saja bahkan juga dengan tanpa salam. Yang seperti ini jelas-jelas telah
menyelisihi adab-adab Islam lainnya, demikian sebagaiman dikatakan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani.28

11. Meminta izin kepada ibu atau saudara perempuan.


Yaitu agar penglihatan tidak melihat hal-hal yang dilarang, misalnya
aurat, atau hal-hal lainnya yang tidak disenangi kaum wanita jika diketahui
oleh selain mereka.
‘Alqamah mengatakan : ”Seorang laki-laki datang kepada Abdullah dan
mengatakan :”Apakah aku harus meminta ijin kepada ibuku?” maka
Abdullah mengatakan: ” Tidaklah pada setiap keadaan ibumu itu, engkau
akan melihat sesuatu yang kau sukai saja”29
Diriwayatkan dari Muslim bin Nadzir mengatakan :”Seorang laki-laki
bertanya kepada Hudzaifah :”Apakah aku harus meminta izin kepada
ibuku?” Hudzaifah mengatakan: ”Jika engkau tidak meminta izin kepada
ibumu, engkau akan melihat hal-hal yang engkau benci.”30
28
As-Silsilah Ash-Shahihah (1/306)
29
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. ( 1059 ). Asy-Syaikh Al-Albani
mengatakan :”Shahihul isnad.”
30
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no.( 1060 ). Syaikh Al-AlBani
mengatakan :”Hasanul isnad”. Diriwayatkan juga oleh Malik dalam Al-
Muwaththa’ beliau dari jalan Shafwan bin Salim dari Atha’ bin Yasar bahwa
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :”Ya
Rasulallah, apakah aku harus meminta izin kepada ibuku?” Maka beliau
menjawab :”Ya.” Laki-laki itu mengatakan :”Sesungguhnya aku selalu
bersama ibuku dirumah.” Nabi berkata :”Mintalah izin kepadanya!” Laki-laki
itu berkata :”Sungguh aku selalu membantunya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata :”Mintalah izin kepadanya, apakah engkau suka ketika
kelihatan olehmu auratnya?” Dia berkata :”Tidak.” Nabi berkata :”Maka
mintalah izin kepadanya!” Ibnu Abdil Barr setelah mengutip hadits ini
mengatakan :” Hadist ini tidak saya ketahui diriwayatkan secara musnad
dengan jalan yang shahih dengan lafazh ini. Hadist ini hadits mursal shahih,
dan maknanya disepakati keshahihannya”. (At-Tamhid : 16/229)
“Atha’ mengatakan :”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas :”Apakah aku harus
meminta izin kepada saudara wanitaku?” Maka dia menjawab :”Ya.”
Kemudian dia berkata lagi, “Aku memiliki dua saudara wanita dalam
rumahku dan aku menjaganya serta memberikan nafakah kepada keduanya,
apakah aku juga harus meminta izin kepada keduanya?”
Ibnu Abbas menjawab, “Ya, apakah kau akan senang jika terlihat olehmu
aurat mereka?!”31

12.Disunnahkan memberikan kabar kepada istri ketika akan masuk


rumah.
Yaitu agar suami tidak melihat istrinya dalam keadaan yang dapat
membuatnya marah, atau istri sedang melakukan sesuatu yang tidak ingin
dilihat oleh suaminya, sementara dia dalam keadaan tersebut.
Dari Zainab istri Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anha, dia berkata: “ Jika Abdullah
datang dari menyelesaikan suatu keperluan, maka ia berdehem karena
khawatir kami dalam keadaan yang ia tidak sukai”.32
Ahmad berkata, “Jika dia masuk kerumah keluarganya, maka di
mendehem,”
Dan Muhanna mengatakan: “Ahmad ditanya tentang seseorang yang
masuk kerumahnya apakah diharuskan baginya untuk meminta izin? Ahmad
menjawab, “Hendaklah ia mengeraskan suara sendalnya jika ia masuk”.33

13. Para pembantu dari kalangan budak dan anak-anak yang belum baligh,
diharuskan bagi mereka untuk meminta izin kepada mereka dalam tiga
keadaan :
Pertama : Sebelum shalat fajar
31
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (1063) Al-Albani berkata, “Shahih
Sanadnya”
32
Dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (3/280) beliau berkata,
“Sanadnya Shahih”
33
Al-Adab Asy-Syar’iyah (1/424-425)
Kedua : Waktu tidur siang sebelum dzuhur
Ketiga : Setelah shalat isya
Dan selain dari ketiga waktu tersebut maka tidak ada dosa bagi mereka.
Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya apabila mereka masuk pada selain dari tiga
waktu diatas, maka tidak ada dosa bagi kalian jikalau kalian membolehkan
mereka, dan juga mereka tidak berdosa apabila melihat sesuatu diselain dari
tiga waktu tersebut.
Dikarenakan mereka telah diberikan izin untuk masuk, dan dikarenakan
mereka adalah orang-orang yang selalu hilir mudik ditengah-tengah kalian
yakni sebagai pembantu dan lain sebagainya, …[ kemudian beliau
menyebutkan atsar Ibnu Abbas ]: Dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa dua
orang laki-laki bertanya kepada beliau tentang adab meminta izin pada tiga
aurat yang telah dijelaskan oleh Allah didalam Al-Qur`an. Ibnu Abbas
berkata: “Sesungguhnya Allah itu Maha menutupi aurat hamba-Nya, dan Dia
menyukai jika hambanya menutup aurat. Sedangkan kaum muslin saat itu
tidak mempunyai penutup didepan pintu-pintu kediaman mereka, dan tidak
juga penghalang dirumah mereka. Terkadang seseorang terkejutkan oleh
pembantu, anaknya atau anak angkat yang berada dalam asuhannya,
sementara dia lagi bercengkerama dengan isterinya. Maka Allah
memerintahkan kepada mereka untuk meminta izin pada tiga waktu aurat
yang telah disebutkan Allah. Kemudian Allah lalu memerintahkan untuk
menghalangi, dengan memudahkan rizki bagi mereka, Dan mereka lantas
menjadikan penghalang/tirai dan juga membuat dinding penghalang.
Kemudian kaum muslimin menganggap bahwa yang seperti itu sudah cukup
bagi mereka dari permintaan izin yang mereka telah diperintahkan
sebelumnya.34
34
Tafsir Ibnu Katsir (3/303) ketika menafsirkan (Surat Nuur ayat : 85) dan
berkata beliau setelah menjelaskan atsar Ibnu Abbas: “ Dan sanad ini shahih
kepada Ibnu Abbas”. Pada riwayat Abu Daud no.( 5192 ) dengan lafazh,
“Beberapa orang penduduk Irak mengatakan: “Wahai Ibnu Abbas bagaimana
pendapatmu tentang ayat ini? … al-hadits “, Asy-Syaikh Al-
Albanimengatakan: “Isnadnya hasan mauquf) Ibnu Abdil Barr juga mengutip
dengan sanad beliau kepada Ibnu Abbas sebagaimana lafazh hadits pada
riwayat Abu Daud (At-Tamhiid : 233)

También podría gustarte