Está en la página 1de 5

BAB 6 - Sumber-sumber Pemikiran Dalam Islam

Al-Qur'an mendorong manusia untuk berpikir. Al-Qur'an bukan saja menunjukkan penyebab kesalahan berpikir, namun juga memerinci hal-hal yang patut dipikirkan, dan yang dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan informasi. Pada umumnya Islam menentang penggunaan energi untuk masalah yang tak dapat dikaji dengan saksama atau, kalau pun dapat, tidak bermanfaat bagi manusia. Nabi Muhammad saw menganggap siasia pengetahuan yang kalau didapat tak ada manfaatnya, dan kalau tak memilikinya tak ada mudaratnya. Di lain pihak, Islam mendorong manusia untuk mengetahui hal-hal yang bermanfaat dan dapat diteliti. Al-Qur'an menyebutkan tiga hal yang bermanfaat kalau dipikirkan: alam semesta, sejarah, dan hati nurani manusia. a. Alam Semesta Dalam banyak ayat Al-Qur'an, benda-benda alam seperti bumi, langit, bintang, matahari, bulan, mendung, hujan, gerakan angin, bahtera yang berlayar di lautan, tumbuhan, binatang, dan segala yang ada di sekitar manusia yang dapat ditangkap manusia lewat indera, disebut sebagai hal-hal yang layak dipikirkan dalam-dalam dan disimpulkan. Sebagai contoh kami kutipkan sebuah ayat Al-Qur'an: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi." (QS. Yunus: 101) b.Sejarah Banyak ayat Al-Qur'an yang mengajak manusia untuk mengkaji generasi dahulu, dan menggambarkan kajian seperti itu sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dari sudut pandang Al-Qur'an, segenap perkembangan sejarah manusia berlangsung mengikuti hukum dan norma yang sistematis. Segenap kejadian sejarah yang melibatkan kehormatan dan aib, kesuksesan dan kegagalan, nasib baik dan nasib buruk, memiliki aturannya yang pasti dan sempuma. Dengan mengetahui aturan dan hukum ini, sejarah masa kini dapat dikendalikan ke arah yang menguntungkan generasi sekarang. Misal, sebuah ayat AlQur'an memfirmankan: Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah. Karena itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan kebenaran wahyu. (QS. li 'Imrn: 137) c. Hati Nurani Al-Qur'an Suci menyebut hati nurani sebagai sumber khusus pengetahuan. Dari kacamata Al-Qur'an, segenap makhluk mengandung ayat-ayat Allah dan kunci untuk menemukan kebenaran. Al-Qur'an menggambarkan alam di luar diri manusia sebagai "cakrawala" dan alam di dalam diri manusia sebagai "diri", dan dengan demikian Al-Qur'an menanamkan

dalam diri manusia nilai penting khusus hati nurani. Itulah sebabnya kata "cakrawala" dan "diri" lazim termaktub dalam literatur Islam.[1] Ada kalimat yang terkenal di dunia. Kalimat ini berasal dari Filosof Jerman bernama Kant, dan tertulis di batu nisannya: "Ada dua hal yang sangat mengundang decak kagum manusia; langit berbintang di atas kepala kita, dan hati nurani di dalam diri kita." Al-Qur'an Suci memfirmankan pula: Kami akan memperlihatkan kepada mereka, tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu benar. (QS. Fushshilat: 53)

B. Pembahgian Sumber Hukum Pada umumnya para pakar membedakan sumber hukum ke dalam kriteria. Sumber hukum materiil dan Sumber hukum formal.

a. Sumber Hukum Materiil Ialah tempat dimana hukum itu di ambil. Sumber hukum materiil merupakan faktor yang membantu pembentuk hukum misalnya hubungan social politik, situasi sosial ekonomi, pandangan keagamaan dan kesusilaan hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, keadaan geografis Contoh: Seorang ahli ekonomi akan mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan ekonomi dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulna hukum. Sedangkan bagi seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan mengatakan bahwa yang menjadi sumber hukum ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat.

b. Sumber Hukum Formal Yaitu sumber hukum dari mana secara langsung dapat dibentuk hukum yang akan mengikat masyarakatnya. Dinamai dengan sumber hukum formal karena semata-mata

mengingat cara untuk mana timbul hukum positif, dan bentuk dalam mana timbu hukum positif, dengan tidak lagi mempersoalkan asal-usul dari isi aturan-aturan hukum tersebut. Sumber-sumber hukum formal membentuk pandangan-pandangan hukum menjadi aturan-aturan hukum, membentuk hukum sebagai kekuasaan yang mengikat. Jadi sumber hukum formal ini merupakan sebab dari berlakunya aturan-aturan hukum.Yang termasuk sumber-sumber Hukum Formal adalah : a) Undang-Undang Adalah peraturan negara yang dibentuk oleh pembuat undang undang yang mengikatseluruh warga negara baik pemerintah maupun warga masyarakat lainnya. Undang-undang dapat dibedakan atas : Undang-Undang dalam arti formil, yaitu setiap keputusan yang merupakan undangundang karena cara pembuatannya. Di Indonesia UU dalam arti formil ditetapkan oleh presiden bersama-sama DPR, contoh UUPA, UU tentang APBN, dll.

Undang-Undang dalam arti materiil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurutisinya mengikat langsung setiap penduduk. Contoh: UUPA ditinjau dari segi kekuatanmengikatnya undang-undang ini mengikat setiap WNI di bidang agraria.

b)

Kebiasaan Yaitu perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat, dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itudirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbulah suatukebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.Selain kebiasaan dikenal pula adat istiadat yang mengatur tata pergaulan masyarakat.Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisiyang umumnya bersifat sakral, mengatur tata kehidupan sosial masyarakat tertentu.Kebiasaandan Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu sehingga kekuatan berlakunyaterbatas pada masyarakat tersebut.

Adat

istiadat dapat

menjadi

hukum

adat

jika mendapatdukungan

sanksi

hukum.Perbedaan prinsipil antara hukum kebiasaan dan hukum adat yaitu, o Hukum kebiasaan seluruhnya tidak tertulis sedangkan hukum adat, ada yang tertulis dan ada yang tidak o Hukum kebiasaan berasal dari kontrak social sedangkan hokum dapat berasal dari kehendak nenek moyang agama dan tradisi masyrakat. Namun demikian tidak semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yangg baik dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hokum formal. Suatu adat istiadat dan kebiasaan dapat menjadi hukum kebiasaan atau hukum tidak tertulis apabila telah memenuhi syarat-syarat yaitu

I.

Syarat Materiil

Kebiasaan itu berlangsung terus menerus, dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu dan dilakukan dengan tetap.

II.

Syarat Psikologis

Ada keyakinan warga masyarakat bahwa perbuatan atau kebiasaan itu masuk akal sebagai suatu kewajiban (opinio necessitatis = bahwa perbuatan tsbmerupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual. Keyakinan hukum itu memili 2 arti :a. Keyakinan hukum dalam arti materiil (isinya baik)b. Keyakinan hukum dalam arti formil (tidak dilihat isinya tetapi ditaati)

Surat An-Nur:31 salah satunya mengenai jilbab untuk wanita

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,

atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita (An-Nur:31).

También podría gustarte