Está en la página 1de 3

Anggi Dwi Ajeng Pangastuti 09/282751/SP/23563 TPI : Hugo Grotius

Grotius : Antara Perang dan Moral


Hugo Grotius merupakan salah satu pemikir besar, tidak hanya dalam studi HI tetapi juga dalam bidang hukum yang hidup pada abad ke-17. Salah satu event terbesar di Eropa semasa hidup Grotius ialah Perang 30 tahun antara Inggris dan Prancis yang dipercaya berdampak besar terhadap karyanya De Jure Belli ac Pacis. Dalam karyanya tersebut, Grotius menepatkan pondasi bagi salah satu hukum terpenting dalam hubungan antar negara, yaitu hukum perang. Dalam melihat masalah perang antar negara, Grotius memusatkan teorinya pada natural law atau hukum alam yang telah ada sejak manusia terlahir ke dunia. Berbeda dengan beberapa pemikir lain, Grotius percaya bahwa natural law haruslah diaplikasikan terhadap seluruh manusia, apapun agama dan kepercayaannya. Dari sinilah Grotius terkenal sebagai seorang pemikir sekuler. Asumsi dasar yang dipakai oleh Grotius mengenai manusia ialah kepercayaannya bahwa manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang baik. Karena itu, natural law dapat dipakai sebagai pusat bagi seluruh hukum. Bagi Grotius, peraturan yang berlaku sangatlah mudah. Segala sesuatu yang sesuai dengan sifat asli manusia berarti secara moral benar, sementara segala sesuatu yang tidak sejalan dengan sifat dasar manusia berarti secara moral salah. Berbeda dengan kaum realis, Grotius juga percaya bahwa moral yang berlaku bagi individu tidak perlu dibedakan dengan moral yang berlaku bagi negara. Dari pernyataan ini, Grotius terlihat sangat idealis. Permasalahan kemudian timbul (setidaknya bagi saya) ketika Grotius juga meyakini bahwa perang ialah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan kadang memang diperlukan justru untuk menegakkan kebenaran/moral yang dipercaya oleh negara. Meskipun demikian, demi menghindari terjadinya perang yang terlalu brutal, Grotius pun menawarkan konsep just war atau perang yang adil. Ada empat kriteria yang harus dipenuhi agar perang bisa dianggap adil, yaitu: 1. Fear for enemy is unjustifiable to justify war, though it is justiable to justify preparation of war. War can only be done when rights are violated.

2. Intervention on behalf of the violated innocents is lawful. 3. States have a right to punish excessive violations of the Natural Law, whether the injuries are perpetrated against themselves or others with whom they have no direct involvement. 4. Futile wars which defend liberty but put life in severe jeopardy are foolhardy. Resistance is not always just and praiseworthy in defense of liberty. Furthermore, war must be publicly declared by a legitimate authority in order that both sides may determine its justness, and, if necessary and willing, the sides must make amends before hostilities begin. Semua aturan yang dituliskan oleh Grotius mengenai kriteria just war di atas termasuk ke dalam seperangkat aturan yang olehnya disebut Law of Nations, sebuah hukum yang mengatur tidak hanya mengenai kriteria perang yang adil tetapi bagaimana sebuah perang yang baik harusnya dilakukan. Termasuk di dalamnya aturan mengenai korban dan tahanan perang. Secara singkat, Grotius bisa disebut sebagai Bapak Hukum Humaniter Internasional. Secara umum, Grotius memang sangat idealis. Ia termasuk pemikir yang sangat percaya pada moral sebagai dasar bagi jalannya negara juga hubungan antar negara. Namun demikian, ia juga cukup realis ketika ia mengatakan bahwa perang merupakan sebuah metode penyelesaian konflik yang tidak terhindarkan dalam hubungan antar negara. Demi kompromi atas kedua pemikiran yang berbeda ini, ide just war dan law of nations yang disusun oleh Grotius sangatlah menarik. Dengan teorinya tersebut, Grotius mengatakan bahwa walaupun perang ialah tindakan yang brutal, tetapi untuk melakukannya tidak perlu dengan kekejaman yang berlebihan. Ada aturan yang bisa disepakati bersama untuk mengatur bagaimana perang tersebut harus dijalankan. Lagi-lagi, moral ia jadikan sebagai dasar bagi pembentukan aturan tersebut. Dengan tegas Grotius mengatakan, Any war that doesnt fulfill all criteria of just war isnt morally just at all. Ide ini mungkin terdengar sederhana ketika kita melihatnya dari perspektif jaman sekarang ketika hukum internasional yang mengatur masalah perang telah sedemikian ketatnya. Tetapi, pada abad ke-17 ide Grotius ini sangatlah brilian karena dengan teorinya mengenai hukum perang di atas, berarti ia telah mendeklarasikan hak-hak tiap orang untuk tetap dilindungi oleh negara dalam keadaan apapun, termasuk perang. Grotius termasuk mampu mendobrak realita sosial pada masa itu yang sangat mengutamakan kepentingan negara/kerajaan tanpa perhatian terhadap rakyat yang menjadi korban perang. Dengan kepercayaannya yang penuh akan moral, Grotius juga percaya penuh terhadap hak-hak

manusia. Pernyataan RIGHT is a moral quality annexed to the person, justly entitling him to possess some particular privilege, or to perform some particular act'. A right is something that we have, dengan jelas menunjukkan bahwa moral dan hak merupakan dua sisi dari koin yang selalu beriringan.

También podría gustarte