Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
|
.
|
\
|
>
=
o
|
Hubungan waktu dengan arus dari keempat karakteristik di atas berdasarkan pada
British Standard (BS 142.1966) dan International Electric Code (IEC 255-4),
yaitu :
keterangan :
t
(s)
= Waktu operasi (detik)
K = Faktor karakteristik waktu
I = Arus gangguan (Ampere)
I> = Setelan arus pick-up (Ampere)
Nilai dan ditentukan oleh karakteristik
Tabel 2.1 Nilai Konstanta Karakteristik IDMT
Karakteristik
Normal Inverse 0,02 0,14
Very Inverse 1 13,5
Extremly Inverse 2 80
Long-time Inverse 1 120
2.4.2. Rele arus lebih dengan arah (directional over current relay )
Rele proteksi sensitif terhadap arah arus gangguan. Aksi dari unit proteksi akan
tergantung pada arah arus. Deteksi menggunakan pergeseran vektor arus fasa terhadap
vektor tegangan sebagai referensi, karena itu membutuhkan data arus dan tegngan yang
diberikan dalam bentuk vektor. Kondisi operasi zone tripping dan bukan zone tripping
diadaptasi sesuai sistem yang diproteksi.
Blok fungsional rele arus lebih dengan arah ditunjukan pada gambar 2.2.
Pada blok arus lebih adalah tempat untuk setting arus dan waktu threshold .
Ketika terdeteksi arus yang melampaui threshold rele akan memberikan sinyal
operasi ke blok AND. Blok directional akan aktif sesuai arah setting dari data CT
dan VT. Apabila setting dalam arah maju dan gangguan dalam arah maju, maka
blok directional mengurimkan sinyal trip ke blok AND. Ciruit breaker akan
menerima sinyal trip apabila sinyal dari blok arus lebih dan directional aktif.
Waktu
tunda
Blok rele arus
lebih
AND
CT
VT
Trip
Ia
Ib
Ic
Va
Vb
Vc
Iabc
Blok
Directional
Blok
Pengukura
n
Ia
Ib
Ic
Va
Vb
Vc
Directional
trip
Gambar 2.8 Rele arus lebih arah
2.4.3. Rele arus lebih dengan arah (directional over current relay ) dan
intertripping
Prinsip kerja rele lebih arah ini sesuai gambar 2.3. Input arus gangguan
diperoleh dari CT, dan arah arus gangguan dari CT dan PT. Rele arus lebih akan
mendeteksi gangguan apabila arus pada jaringan melampaui arus pick up, pada
blok arus lebih. Bloking input digunakan untuk bloking rele apabila posisi rele
berada disisi hulu dari sinyal yang diberikan oleh rele disisi hilir yang berada pada
zona proteksi. Apabila bloking input menerima sinyal gangguan, maka rele akan
dicegah beroperasi meskipun arus pick up terlampaui. Blok directional memiliki
kemampuan deteksi arah gangguan. Seting arah adalah maju (forward) atau
mundur (reverse).
Waktu
tunda
Blok rele arus
lebih
AND
CT
VT
Trip
Ia
Ib
Ic
Va
Vb
Vc
Bloking Input
Iabc
Blok
Directional
Blok
Pengukura
n
Ia
Ib
Ic
Va
Vb
Vc
Bloking out put
Directional
trip
Gambar 2.9 Rele arus lebih arah dengan intertripping bloking
Blok directional mendeteksi arah gangguan yaitu maju atau mundur. Jika pada
arah maju maka sinyal maju aktif dibangkitkan, apabila arahnya mundur sinyal
mundur aktif dibangkitkan. Sinyal mundur yang dibangkitkan digunakan untuk bloking
rele disisi hulu. Sinyal bloking aktif apabila blok directional mendeteksi gangguan dalam
arah maju.
Pada blok directional terdapat sinyal trip yang tergantung setting rele. Jika rele di
set dalam arah maju, maka sinyal trip akan aktif apabila gangguan dalam arah maju. Jika
arah gangguan mundur sinyal trip tidak akan dibangkitkan. Kedua sinyal trip blok
directional dan blok arus lebih dikombinasi pada lojik AND. Fungsi AND akan
membangkitkan sinyal trip untuk trips circuit breaker.
2.4.4. Rele arus lebih dengan auto recloser
Auto Reclosure adalah peralatan proteksi arus lebih yang secara otomatis
membuka dan menutup kembali dan membuka terus menerus (lock out) satelah
beberapa kali untuk menghilangkan gangguan sementara atau kegagalan isolasi
permanen. Proses menutup balik dan membuka secara otomatis dapat diatur
selang waktunya. Gangguan yang bersifat temporer tidak menyebabkan Auto
Reclosure sampai lock out. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah
membuka dan menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan sebelumnya
akan lock out sehingga seksi yang dianggap masih ada gangguan akan terisolasi.
Arus dideteksi oleh suatu trafo pendeteksi dengan bushingnya yang berada
didalam reclosure. Disini arus sekundernya dipakai untuk kontrol dengan kabel-
kabel multi konduktor yang juga mengalirkan sinyal untuk trip serta sinyal untuk
menutup kembali ke Auto Reclosure. Ketika arus sekunder ini mengalir melalui
sirkit pendeteksi jika melewati batas minimal trip yang proporsional, level deteksi
sirkit dan sirkit waktu akan bekerja. Setelah berlalunya waktu tunda sebagaimana
yang telah diprogram, sirkit trip mengirim sinyal ke Auto Reclosure untuk
membuka. Secara berurutan kemudian relay akan beroperasi mengakibatkan
menutup kembali dan mereset sirkit pewaktu untuk siap kembali untuk melakukan
operasi berikutnya.
Gambar 2.10. Blok diagram kontrol Auto Reclosure
Berdasarkan gambar 2.4 pada saat normal, arus yang mengalir dari Auto
Reclosure kemudian ke arus deteksi, level deteksi, dan bila arus yang mengalir
masih dibawah setting dari Auto Reclosure, maka arus tersebut akan dialirkan ke
beban. Pada keadaan terjadi gangguan di sekitar beban, maka arus yang mengalir
di beban akan besar dan kemudian arus tersebut akan berbalik arah mengalir ke
Auto Reclosure.
Jika besarnya arus gangguan tersebut melebihi setting yang ditentukan di
level deteksi, maka level deteksi akan memberikan perintah ke sirkit trip untuk
membuka dan sirkit pewaktu akan mulai menghitung mundur waktu sesuai
setting. Apabila setting waktu telah habis, maka sirkit trip akan menutup. Jika
pada saat sirkit trip menutup masih ada gangguan, maka dalam beberapa saat
kemudian sirkit trip akan melakukan operasi yang sama sampai gangguan tersebut
hilang atau dihilangkan.
Jika setelah bukaan yang ke tiga masih saja ada gangguan, maka gangguan
temporer tersebut dikategorikan sebagai gangguan permanen. Sesuai dengan
jumlah setting operasi Auto Reclosure, setelah operasi bukaan sirkit trip yang ke
tiga kalinya, maka sirkit trip akan menutup kembali dan selang beberapa saat
apabila gangguan tersebut masih ada, sirkit trip akan mengalirkan arus gangguan
yang besar tadi ke urutan relay, dimana setelah itu urutan relay melakukan operasi
lock out. Setelah gangguan tersebut dihilangkan atau hilang, maka Auto Reclosure
dapat direset kembali agar jika terjadi gangguan, Auto Reclosure akan
mengerjakan fungsinya sebagai pengaman jaringan dengan prinsip kerja yang
telah dijelaskan diatas.
Waktu membuka dan menutup Auto Reclosure dapat diatur dengan kurva
karakteristiknya. Secara garis besar urutan kerja Auto Reclosure seperti pada
gambar 2.5 dan urutan kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sebelum terjadi gangguan arus mengalir normal.
2. Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui Auto Reclosure sangat
besar dan menyebabkan kontak Auto Reclosure membuka dengan opersi
Fast.
3. Kontak Auto Reclosure akan menutup kembali setelah melewai waktu
beberapa detik sesuai dengan setting yang telah ditentukan. Tujuan
memberikan selang waktu beberapa detik ini adalah menghilangkan penyebab
gangguan dari sistem, terutama gangguan yang bersifat temporer.
4. Jika gangguan yang terjadi adalah permanen maka Auto Reclosure akan
membuka dan menutup kembali sesuai dengan setting yang telah ditentukan
dan kemudian akan lock out (terkunci).
5. Setelah gangguan permanen dibebaskan atau dihilangkan dari sistem.
Gambar 2.11 Urutan Kerja Auto Reclosure
Selang waktu penutupan balik beberapa pilihan waktu penutupan balik
Auto Reclosure dapat dibuat, hal ini sangat dipengaruhi oleh koordinasi dengan
peralatan pengaman yang lain.
1. Menutup balik seketika, setelah kontak Auto Reclosure membuka karena
adanya gangguan maka dengan waktu yang singkat kontak tersebut akan
menutup kembali.
2. Menutup balik setelah dua detik, artinya setelah kontak Auto Reclosure
membuka karena adanya gangguan, maka selang waktu dua detik kemudian
Auto Reclosure akan menutup balik. Bila digunakan diantara Fast trip
operation maka waktu dua detik ini sudah cukup untuk mendinginkan fuse di
sisi beban.
3. Menutup balik setelah lima detik, ini dimaksudkan agar dapat memberi
kesempatan bagi fuse untuk dingin kembali sehingga tidak sampai pada titik
leleh minimumnya.
4. Menutup balik setelah sepuluh detik, lima belas detik, dan seterusnya atau
dikenal juga longger reclosing interval, pada umumnya digunakan apabila
pengaman cadangannya adalah pemutus tenaga yang dikontrol dengan rele.
2.5 Pemodelan Setting dan Time Grading
2.5.1 Parameter Time grading rele elektromekanik
Pada rele elektromekanik untuk mencegah terjadinya hilang selektifitas
(loss of selectivity) digunakan time grading antara 0.3-0.5s (Gers,2004).
Komponen time grading terdiri dari komponen-komponen:
(2.2)
CB
t
drop
t
delay
t
tol
t
grading
t + + + =
Keterangan :
tol
t = waktu tolerasi rele
delay
t
= waktu pick up rele
drop
t
= waktu drop-off rele
CB
t
= waktu switching circuit breaker
Gambar 2.12 : Interval diskriminasi berbasis waktu
Keterangan :
Tc B breaking time dari CB paling hilir, yang meliputi respon waktu
breaker dan arcing time (busur api)
dT time delay tolerances toleransi waktu tunda.
tr overshoot time proteksi diatasnya kearah hulu (upstream)
m. safety margin
T dianggap baik apabila menunjukan : T Tc + tr + 2dT + m.
Nilai T adalah 0.3 detik.
Pada rele elektromekanik dengan vacum CB : Tc = 95 ms, dT = 25 ms,
tr = 55 ms; untuk 300 ms interval diskiminasi, safety margin adalah 100 ms.
Tabel 2.1 Data Rele elektromekanik dan Vacum CB
tol
t (ms)
delay
t (ms)
drop
t (ms)
CB
t (ms)
grading
t
(ms)
m 2xdT tr Tc t
100 50 55 95 300
2.5.1 Parameter Time grading rele numerik
Pada grid TM termasuk RMU dengan CB vacuum and rele digital, time
grading dapat direduksi. Pada tabel 1.1 untuk CB(Circuit Breaker) modern
dengan rele numerik dengan memisahkan komponen ditunjukan pada
(SIEMENS, 2001).
Tabel 2.2 Data Rele dijital dan Vacum CB
tol
t (ms)
delay
t (ms)
drop
t (ms)
CB
t (ms)
grading
t
(ms)
10 30 35 50 125
Untuk menjamin selektifitas menggunakan skim proteksi tradisional
dengan grading 0.3 detik. Nilai pick-up definite over-current relays disetting
berbasis 50% dari arus hubung singkat tiga fasa gangguan pada titik koneksi di
titik koneksi rele (Gers, 2004).
Skim proteksi arus lebih dievaluasi dengan bantuan test grid lengkap.
Gangguan diambil pada satu feeder, pada rele arus lebih konvensional dengan
time grading (300 ms), dan direduksi menggunakan rele numerik dengan 125 ms.
Untuk menjamin selektifitas menggunakan skim proteksi tradisional dengan
grading 0.3 detik. Nilai pick-up definite over-current relays disetting berbasis
50% dari arus hubung singkat tiga fasa gangguan pada titik koneksi di titik
koneksi rele (Gers, 2004).
Formulasi rata-rata waktu kliring (average clearing time). Menguji
pengaruh reduksi kliring time gangguan (fault clearing time) dan reduksi grading
koordinasi proteksi menggunakan parameter kestabilan transien pada jaringan
radial interkoneksi DG. untuk mengamati pengaruh reduksi waktu kliring
gangguan (fault clearing time) dan reduksi grading koordinasi proteksi terhadap
kestabila transient. Untuk membandingkan kinerja sistem proteksi dibuat
formulasi rata-rata waktu kliring (average clearing time). Parameter ini hanya
indikator bukan detil perhitungan yang mengacu pada literatur (Jger, 2004).
Besar arus hubung singkat pada feeder adalah tergantung pada impedansi
feeder dan lokasi gangguan. Arus hubung singkat sebagai fungsi jarak:
(2.3)
z.l Z 3
U
(l) I
grid
"
k
+
=
z adalah impedansi komplek per unit panjang, Zgrid adalah impedansi komplek
grid dan U adalah tegangan line.
Waktu kliring (clearing time)
clear
t sebagai fungsi arus hubung singkat.
Persamaan umum waktu kliring gangguan ( fault clearing time ) dari rele arus
lebih jenis inverse overcurrent relay (Gers,2004):
) 4 . 2 (
1
.
) (
"
"
|
|
.
|
\
|
=
o
|
p
k
p
k clear
I
I
T
I t
Waktu kliring (clearing time) sebagai fungsi panjang feeder. Karakteristik
rele ditentukan dari parameter | dan o , untuk karakteristik normal inverse
14 , 0 = | dan 02 , 0 = o (SIEMENS, 2001). Tp adalah parameter grading dan Ip
adalah arus pick-up. Waktu kliring gangguan ( fault clearing time ) sebagai
fungsi panjang feeder diperoleh dengan mengkombinasi (2.3) dan (2.4) dan
hasilnya pada (2.5).
(2.5)
1
.I z.l Z 3
U
.T
t
p grid
p
m clear,
|
|
|
.
|
\
|
+
=
Untuk feeder dengan n sektor, pada average clearing time sektor m:
(2.6) (l)dl t
l l
1
t
1 m
m
m clear,
m 1 m
m clear,
}
+
+
=
Persamaan (2.6) tidak dapat diselesaikan secara analitis untuk solusi dilakukan
dengan metode numerik integrasi. Average clearing time pada feeder dengan n
sektor diselesaikan dengan persamaan :
(2.7) t
n
1
t
n
1 m
m av, av
=
=
Parameter TAP dan DIAL Setting inverse over-current relay.
Parameter TAP dan DIAL dapat ditentukan. Nilai TAP diperoleh dengan
mengaplikasikan persamaan (2.8) (Gers, 2004).
) 8 . 2 (
. 5 , 1
CTR
I
TAP
nom
=
Pada persamaan (2.8)
nom
I adalah arus nominal dari proteksi feeder dan CTR
adalah rasion transformasi CT. Setting dial, Tp, ditentukan dengan:
) 9 . 2 ( 1
"
, 1 ,
(
(
|
|
.
|
\
|
+ =
+
o
|
p
k
grading
n p n p
I
I
t
T T
n p
T
,
adalah setting dial dari rele pada lokasi n dan
1 , + n p
T adalah setting dial dari
rele pada lokasi hulu (upstream). Setting dial terendah adalah untuk rele yang
berada pada sisi terjauh dari sumber. Setting dial untuk karakteristik normal
inverse 14 , 0 = | dan 02 , 0 = o dan
grading
t =0.3 s.
2.6 Pemodelan Sistem Proteksi Topologi Ring
2.6.1. Proteksi jaringan directional over curent relay
Kinerja hubung singkat pada feeder ini adalah ekivalen dengan grid JTM
ring tertutup. Ketika terjadi gangguan kedua sumber memberi kontribusi terhadap
arus hubung singkat. Untuk memberikan jaminan terhadap feeder rele proteksi
dilengkapi dengan deteksi arah yang sensitif. Anak panah menunjukan arah
proteksi. Elemen arah dari rele hanya akan bereaksi sesuai kontribusi arus hubung
singkat dari sumber 1 atau sumber 2. Sehingga pertimbangan setting untuk pr1a,
pr2a dan pr3a hanya dari sumber 1 dan untuk pr1b, pr2b dan pr3b hanya dari
sumber 2. Selektifitas proteksi t1a > t2a > t3a dan t3b > t2b > t1b.
pr1a
pr2a pr3a
pr1b pr2b pr3b
t1a t2a t3a
t3b
t2b t1b
Gambar 2.13 Skim proteksi topologi ring dengan directional over curent relay
t1a
t2a
t3a
t3b
t2b
t1b
B
C D
A
Gambar 2.14 Grading koordinasi proteksi directional over curent relay
2.6.2. Proteksi jaringan ring dengan directional over curent relay dengan
intertripping.
Skim proteksi lanjut menggunakan jaringan komunikasi antar rele.
Bloking rele proteksi yang terdapat di sisi hulu dapat dilakukan. Prinsip rele sama
dengan model klasik, tetapi dilengkapi fitur bloking rele sisi hulu. Gambar 2.9
menunjukan skim prinsip kerja rele.
pr1a
pr2a pr3a
pr2b
pr3b
pr4a
pr5a pr1b
pr4b
G
Gen 1 Gen 2 Gen 3 Gen 4
pr5b
Gambar 2.15 Skim rele proteksi topologi ring dengan inter tripping
Menggunakan jalur komunikasi rele arah yang ada di sisi hulu diblok oleh
rele arah disisi hilir berikutnya. Pada gambar 2.9 dijelaskan dengan garis putus.
Ketika terjadi gangguan 3 fasa pada feeder 2. Seluruh rele terkait akan mendeteksi
arus gangguan. Rele pr1a dan pr2a sama dengan rele pr2b, pr3b, pr4b dan pr5b
akan mendeteksi arus gangguan. Relay pr2a akan mengirimkan sinyal bloking ke
rele pr1a dan dengan sinyal bloking ini rele pr1a dicegah untuk melakukan
kliring gangguan. Rele pr2b juga mendeteksi arus gangguan dan juga mengirim
sinyal bloking untuk mencegah rele pr3b melakukan kliring gangguan. Dengan
prinsip yang sama akan terjadi bloking pada rele pr3b, pr4b and pr5b. Sehingga
dari seluruh rele yang ada hanya rel pr2a dan pr2b yang aktif untuk kliring
gangguan. Sebagai back-up proteksi ada dua rele arus lebih ditambahkan pada
gardu induk. Aplikasi skim proteksi ini pada JTM akan menghasilkan kliring
gangguan cepat dan menjaga unit DG beroperasi stabil.
Waktu
tunda
Blok rele arus
lebih
AND
CT
VT
Trip
Ia
Ib
Ic
Va
Vb
Vc
Bloking Input
Iabc
Blok
Directional
Blok
Pengukura
n
Ia
Ib
Ic
Va
Vb
Vc
Bloking out put
Directional
trip
Gambar 2.16 Rele arus lebih arah dengan intertripping bloking
Prinsip kerja rele lebih arah ini sesuai gambar 2.10. Input arus gangguan
diperoleh dari CT, dan arah arus gangguan dari CT dan PT. Rele arus lebih akan
mendeteksi gangguan apabila arus pada jaringan melampaui arus pick up, pada
blok arus lebih. Bloking input digunakan untuk blokint rele apabila posisi rele
berada disisi hulu dari sinyal yang diberikan oleh rele disisi hilir yang berada pada
zona proteksi. Apabila bloking input menerima sinyal gangguan, maka rele akan
dicegah beroperasi meskipun arus pick up terlampaui. Blok directional memiliki
kemampuan deteksi arah gangguan. Seting arah adalah maju (forward) atau
mundur (reverse).
Blok directional mendeteksi arah gangguan yaitu maju atau mundur. Jika
pada arah maju maka sinyal maju aktif dibangkitkan, apabila arahnya mundur
sinyal mundur aktif dibangkitkan. Sinyal mundur yang dibangkitkan digunakan
untuk bloking rele disisi hulu. Sinyal bloking aktif apabila blok directional
mendeteksi gangguan dalam arah maju.
Pada blok directional terdapat sinyal trip yang tergantung setting rele. Jika
rele di set dalam arah maju, maka sinyal trip akan aktif apabila gangguan dalam
arah maju. Jika arah gangguan mundur sinyal trip tidak akan dibangkitkan.
Kedua sinyal trip blok directional dan blok arus lebih dikombinasi pada lojik
AND. Fungsi AND akan membangkitkan sinyal trip untuk trips circuit breaker.
2.6.3 Proteksi jaringan ring dengan Autorecloser
R
G
Gen 1 Gen 2 Gen 3 Gen 4
R R R R R
Gambar 2.17 Skim rele proteksi topologi ring dengan autorecloser
2.7 Perkembangan Proteksi Pembangkit Tersebar
Konflik terjadi akibat interkoneksi pembangkit tersebar ke jaringan
distribusi. Pada sistem proteksi terjadi yaitu;
1. Kenaiakan arus hubung singkat,
2. Kekurang efektifan menutup balik setelah gangguan,
3. Mal koordinasi sistem proteksi.
Situasi kritis dapat terjadi, apabila unit pembangkit dan jaringan
memulau akibat pemisahan gangguan jeringan karena gangguan dalam
interkonekasi. Beberapa peneliti memberi istilah Loss Of Mains (LOM) atau
Loss Of Grid (LOG) (Geidl,2005). Ketika LOM terjadi, sumber pada
konsumen(pemakai) menjadi pengendali frekuensi dan tegangan.
Pada peristiwa pemulauan akibat terjadi gangguan pada jaringan, maka
akibat generador yang masih interkoneksi setelah jaringan ke utama dilepas.
Kliring gangguan memungkinkan untuk tidak terjadi. Generator akan melakukan
suplai ke titik busur api gangguan sehingga gangguan tidak segera menghilang
(kliring gangguan tidak terjadi).
Menggunakan skim teknologi sistem proteksi yang berkembang. Secara
umum skim proteksi dikembangkan dengan metode aktif dan metode pasif.
2.7.1 Permasalahan islanding
Situasi kritis dapat terjadi, apabila unit pembangkit dan jaringan
memulau akibat pemisahan gangguan jeringan karena gangguan dalam
interkonekasi. Beberapa peneliti memberi istilah untuk islanding ini dengan ;
Loss Of Mains (LOM) atau Loss Of Grid (LOG) (Geidl,2005). Ketika LOM
terjadi, sumber pada konsumen (pemakai) menjadi pengendali frekuensi dan
tegangan.
Pada peristiwa pemulauan akibat terjadi gangguan pada jaringan, maka
generator yang masih interkoneksi setelah jaringan ke utama dilepas. Kliring
gangguan memungkinkan untuk tidak terjadi. Generator akan melakukan suplai
ke titik busur api gangguan sehingga gangguan tidak segera menghilang (kliring
gangguan tidak terjadi).
Generator kecil sering tidak dilengkapi dengan kendali tegangan (voltage
control), karena itu magnitude tegangan tidak mampu dijaga untuk tetap berada
dalam batas limit yang diharapkan., dan magnitude tegangan tidak mampu
dibedakan selama operasi pemulauan.
Hilang kendali juga memperi dampak kepada ketidakstabilan frekuensi.
Secara praktek sistem tidak pernah mampu mencapai kondisi betul-betul
seimbang. Frekuensi akan berubah karena ketidakseimbangan daya aktif.
Frekuensi yang tidak terkendali akan menjadi permasalahan yang beresiko tinggi
terhadap mesin dan pengendali.
Busur api gangguan biasanya akan kliring setelah interupsi yang cepat dari
system tenaga dari automatic (instantaneous) reclosure sebagai fitur rele yang
umum. Operasi generator yang berlanjut pada jaringan, dapat menimbulkan dua
permasalahan yang akan meningkat ketika jaringan melakukan penutupan balik
pada kondisi generator interkoneksi setelah interupsi yang singkat;
1. Gangguan tidak dapat di kliring karena ada catu dari unit DG, karena itu
keberhasilan menutup balik tidak terjadi.
2. Pada bagian grid yang menjadi pulau, frekuensi menjadi tidak seimbang
karena ketidakseimbangan daya aktif.
Permasalahan dead time (
i
t pada gambar 2.1) menjadi mengacu kepada
pemisahan unit pembangkit dan rekoneksi pada jaringan sumber untuk
memungkinkan terjadi kliring gangguan. Setting off-time dari autoreclosure
adalah pada range 100 ms sampai 1000 ms. Akibat adanya DG di jaringan beban
maka setting off-time menjadi memanjang. Rekomendasi feeder dengan integrasi
DG adalah 1 detik atau lebih.
Pendekatan linear terhadap perubahan frekuensi selama operasi
pemulauan. Laju perubahan prekuensi ( Rate of Change of Frequency atau
ROCOF ) dirumuskan sebagai fungsi daya aktif pada daya aktif yang tidak
seimbang
= A Pi P P
dg
(2.9)
Frekuensi sebelum LOM,
s
f ;
H S
Pf
dt
df
n
s
2
A
= (2.10)
Penarikan secara garis lurus untuk perhitungan perubahan frekuensi
1
2
t
H S
Pf
f
n
s
A
= A (2.11)
Gambar 2.18 : Prosedur menutup balik otomatis
Keterangan :
f
t : waktu gangguan
d
t : waktu pemisahan disconnecting
r
t : waktu rekoneksi generator untuk sinkronisasi
i
t : waktu interval menutup balik
S : kondisi pensakelaran
s
f : frekuensi sinkron
i
f : frekuensi islanding ( pemullauan)
f A : frekuensi drop
Pada pendekatan ini hanya mempertimbangkan perubahan frekueansi karena
pemulauan, permasalahan gangguan tidak dipertimbangkan.
Gambar 2.18 menampilkan contoh prosedur menutup balik otomatis ketika
generator tidak dipisahkan meskipun terjadi pemulauan dengan grid lokal.
Diasumsikan terjadi kekurangan daya aktif setelah pemulauan,
dg
P <
l
P ,
karena itu frekuensi pulau menurun.
LOM dan Auto Reclosure adalah permasalahan proteksi DG yang paling
menantang, dan karenanya banyak riset dilakukan terkait pada area ini. Solusi
permasalahan ini adalah dengan memisahkan unit DG secepatnya segera setelah
terjadi LOM. Sehingga membutuhkan deteksi dini yang cepat dan andal. Banyak
teknologi deteksi ini yang telah dikembangkan.
2.7.2 Metode Pasif
Mempertimbangkan pencegahan dalam melindungi system terhadap
permasalahan pemulauan yang membutuhkan deteksi cepat dan andal.
Perkembangan teknologi membagi kajian terhadap proteksi pemulauan menjadi 2
model deteksi, yaitu deteksi pasif dan deteksi aktif. Metode pasif mendeteksi
LOM menggunakan pengukuran atau monitoring secara pasif kondisi system.
2.7.2.1 Tegangan lebih dan tegangan kurang
Indikasi yang paling jelas dan mudah diamati terjadinya LOM adalah
terjadinya tegangan yang sangat rendah. Jika generator tidak terkendali pada
jaringan, tegangan dapat juga menjadi naik (contoh karena resonansi) melampaui
daerah batas atas pengaturan.
Rele tegangan lebih dan tegangan kurang adalah metode yang digunakan
sebagai proteksi pemulauan. Permasalahannya pada pemulauan dengan tegangan
collapse yang besar akan membutuhkan waktu, karena itu jenis proteksi LOM ini
sering dianggap terlalu lambat.
2.7.2.2 Frekuensi lebih dan frekuensi kurang
Mempertimbangkan bahwa pada jaringan yang sebenarnya sistem tidak
pernah betul-betul seimbang. Setelah LOM terjadi frekuensi di daerah pulau
menjadi berubah sesuai persamaan 2.19. Frekuensi menjadi melampaui batas
dapat terjadi pada operasi pemulauan. Frekuensi tidak akan berubah secara
seketika tetapi kontinyu, sehingga rele frekuensi jua akan dianggap terlalu lambat.
Gambar 2.19 : Pergeseran Tegangan Vektor Setelah Pemulauan.
Rangkaian Ekivalen Tevenin Jaringan dengan
nw nw
Z E ,
Rangkaian Ekivalen Tevenin Generator dengan
dg dg
Z E ,
Gambar 2.20: Perpanjangan setengah siklus karena pergeseran vector tegangan
(voltage vector shift) 0 = 15
0
; ) (
1
t 0 adalah tegangan pada
terminal beban, e adalah frekuensi angular nominal dari system.
2.7.2.3 Laju Perubahan Tegangan (Rate of Change of Voltage )
Pendeteksi LOM menggunakan Laju Perubahan Tegangan (Rate of
Change of Voltage ). Perubahan tegagan yang terjadi pada system interkoneksi
yang besar besar biasanya adalah lambat. Ketika jaringan distribusi dipisahkan,
secara signifikan dapat ditunjukan lebih tinggi dibandingkan pada operasi normal.
Karena itu laju perubahan tegangan (Rate of Change of Voltage ) dapat
digunakan untuk deteksi pemulauan. Permasalahan pada system deteksi proteksi
ini adalah sensitive terhadap gangguan dibandingkan dengan LOM.
2.7.2.4 Rate of Change of Frequency (ROCOF)
Frekuensi pada daerah pulau akan berubah dengan cepat karena ketidak
seimbangan daya aktif. Slope frekuensi dapat digunakan sebagai pendeteksi
LOM. Pada saat
dt
df
melampaui batas tertentu, rele akan trip. Nilai pick up tipikal
berada pada range 0,1 sampai 1,0 Hz/detik, waktu operasi adalh pada kisaran 0,1
sampai 0,5 detik Permasalahan pada proteksi dengan ROCOF adalah terjadinya
tripping yang tidak dikehendaki akibat simpangan frekuensi karena pemutusan
sumber di jaringan utama, seperti terganggunya jaringan transmisi. Contoh
lainnya adalah malfungsi pada pergeseran fasa akibat gangguan pada jaringan
distribusi yang lain.
2.7.2.5 Rate of Change of Power and Power Factor
Digunakan sebagai pembatas fungsi-fungsi untuk mencegah mal-fungsi
dari system karena gangguan. Hasil studi menunjukan bahwa setidaknya
dibutuhkan paling tidak 6 siklus (120 mdetik) untuk mendeteksi LOM. Agak
lambat dibandingkan dengan metode deteksi LOM lainnya. (Salman,2001)
menunjukan variable-variabel yang sangat sensitive terhadap gangguan pada
system yang merupakan penurunan terhadap waktu dari tegangan, arus,
impedansi, dan perubahan factor daya, beberapa diantaranya adalah redundant.
Studi pada situasi tertentu dan menggunakan ljik yang tepat pada rele LOM
diturunkan menggunakan laju perubahan tegangan, dan perubahan factor daya.
2.7.3 Metode Aktif
Disamping metode monitoring dan pengukuran metode pasif juga
dikembangkan metode pengukuran aktif untuk mendeteksi LOM. Metode
merupakan interaksi secara aktif untuk mendapatkan indikasi terjadinya
pemulauan.
2.7.3.1 Reactive Error Export (Simpangan Pengiriman Reaktif)
Metode deteksi LOM dengan keandalan tinggi pada penggunaan metode
ini dapat dirujuk pada (OKane, 1997). Pada metode ini generator mengendalikan
daya out put reaktif tertentu. Pada saat islanding terjadi diasumsikan tidak
mungkin dilakukan pengiriman daya reaktif dalam jumlah tertentu ke grid local
karena sudah tidak terhubung dengan beban. Simpangan dalam pengiriman daya
reaktif ini digunakan sebagai indicator untuk LOM.
2.7.3.2 Monitoring Level Gangguan ( Fault Level Monitoring )
Level gangguan yang terjadi pada suatu titik di grid dapat diukur
menggunakan sebuah titik pada gelombang pensakelaran thyristor. Katup yang
ditriger mengakibatkan voltage zero crossing dan arus yang mengalir melalui
inductor shunt diukur. Impedansi system dan level gangguan dapat diukur dengan
cepat (setiap setengah siklus). Kelemahannya adalah perubahan yang sangat
perlahan dari bentuk tegangan akan mendekati zero crossover.
2.7.3.3 Monitoring Impedansi Sistem ( System Impedance Monitoring )
Metode ini dikenalkan sebagai pendeteksi LOM dengan cara monitoring
secara aktif impedansi pada system (OKane, 1997). Sebuah sumber frekuensi
tinggi ( beberapa volt tegangan pada frekuensi beberapa kHz ) dihubungkan
melalui kopling kapasitor pada titik interkoneksi. Seperti ditampilkan pada
gambar 2.6, kapasitor diseri dengan impedansi jaringan. Ketika system berada
dalam posisi sinkron impedansi
nw dg
Z Z adalah rendah, karena itu HF-ripple
pada titik kopling diabaikan. Setelah pemulauan impedansi secara dramatis akan
naik pada
dg
Z dan dibagi dengan HF-signal akan terdeteksi dengan sangat jelas.
Gambar 2.21 : Monitoring Impedansi sistem. Meter M akan mengukur kenaikan
sinyal HF ketika jaringan dipisah.
2.7.3.4 Pergeseran Frekuensi ( Frequency Shift )
DG dengan inverter dapat diproteksi terhadap LOM menggunakan metode
pergeseran frekuensi. Arus out put dari converter terkendali pada frekuensi yang
kecil perbedaannya terhadap frekuensi nominal sistem. Bekerja berdasarkan
variasi factor kerja selama satu siklus dan sinkronisasi ulang pada awal siklus baru
Pada kondisi normal, frekuensi terminal akan dikendalikan secara penuh oleh
pembangkit utama. Juga suplai utama lepas frekuensi akan menyimpang sampai
level shut down terlampaui.
2.7.4 Perkembangan paket aplikasi rele proteksi pada Distributed
Generation
Kajian system proteksi terkait dengan dua permasalahan, yaitu proteksi
pada jaringan distribusi dan proteksi pada generator DG secara tersendiri. Karena
itu skim proteksi dapat ditinjau dari dua sudut pandang yang berada pada titik
PCC ( Point of Common Coupling ) . (Mozina, 2001) memisahkan sitem proteksi
ini menjadi dua bagian.:
1. Proteksi Interkoneksi : Perlindungan grid terhadap unit DG, Yaitu
mengembangkan system proteksi dari sisi grid untuk operasi parallel grid
dengan DG.
2. Proteksi Generator : Dipasang pada sisi generator pada PCC, melindungi
generator DG dari gangguan internal dan kondisi operasi yang tidak normal.
Konfigurasi typical rele multifungsi untuk interkoneksi dirujuk pada
(Mozina, 2001), skim untuk beberapa proteksi generator. Gambar 2.16
menunjukan konfigurasi tipikal rele generator yang integrasi dengan grid
tegangan menengah (Jenkins,2000). Melindungi generator dari gangguan internal
dan kondisi operasi tidak normal. Gambar 2.8 merupakan rangkaian fungsional
rele dalam ANSI Code Number untuk typical rele multifungsi untuk interkoneksi.
Gambar 2.22 : Skim Proteksi Generator Integrasi pada Grid Tegangan Menengah.
Gambar 2.23: Rele Multifungsi Tipikal untuk Interkoneksi (Mozina, 2001).
2.7.4.2 General Electric Universal Interconnection Device
General Electric mengembangkan universal interconnection device
untuk interkoneksi sumber DG. Komponen utama terdiri dari :
1. Intelligent Electronic Device (IED), berbasis pada teknologi rele yang
digunakan pada saat ini, yang meliputi proteksi, kendali dan fitur lainnya, juga
kendali jarak jauh.
2. Dua buah sakelar yang dapat mengoperasikan parallel DG dengan grid dan
beban local.
3. Dua circuit breaker untuk proteksi darurat ( emergency protection.)
4. Transformator pengukuran untuk metering dan monitoring.
5. Power supply untuk IED, kontak rele dan battery charger.
2.7 Hubungan Transformator pada Integrasi DG
Tidak ada sistem hubungan transformator terbaik yang dapat diterima
sebagai transformator untuk interface pada interkoneksi ke jaringan. Masing
masing hubungan memiliki kelebihan dan kekurangan. Variasi konfigurasi sangat
tergantung sistem lokal yang berlaku dan persyaratan dari sistem pentanahan
(Mozina, 2006).
Ada lima hubungan transformator yang umum digunakan untuk
interkoneksi dengan DG (Mozina, 2006) dan (Key T.S., 2003) adalah;
Delta/Delta , Delta/Wye-Gnd , Wye-Ungnd/Delta, Wye-Gnd/Delta, dan
Wye-Gnd/Wye-Gnd.
Mozina Charles J. , Update on the Current Status of DG Interconnection
Protection-What IEEE 1547 Doesnt Tell You About DG
Interconnection Protection, Beckwith Electric Co., Inc., Ninth Annual
Protection Seminar Sept. 24-28, 2006, Florida, USA.
Key T.S., Sitzlar H.E., Geist T.D., Fast Response, Load-Matching Hybrid Fuel
Cell: Final Technical Progress Report, A report submitted to National
Renewable Energy Laboratory, Colorado, USA.
www.nrel.gov/docs/fy03osti/32743.pdf
Henry LAGLAND, Kimmo KAUHANIEMI, DISTRIBUTION NETWORK
MODELS FOR STUDYING THE EFFECTS OF DISTRIBUTED
GENERATION, University of Vaasa Finland ,
henry.lagland@uwasa.fi, kimmo.kauhaniemi@uwasa.fi
Pisano G. V. Allegranza R. Cicoria A. Iaria G. Celli, F. Pilo. Meshed vs. radial
mv distribution network in presence of large amount of dg. In Power
Systems Conference and Exposition, October 10-13, IEEE, 2004.
Coster E.J., Myrzik J.M.A., and Kling W.L., 2008 Transient Stability of
Distributed Generation in MV-Ring Networks , IEEE Authorized
licensed use limited to: Eindhoven University of Technology.
Downloaded on April 6, 2009 at 06:07 from IEEE Xplore.
Kode rele mengacu pada Ansi Device Numbers
Nomor Kode Nama Rele
2 Time-delay
21 Distance
25 Synchronism-check
27 Undervoltage
30 Annunciator
32 Directional power
37 Undercurrent or underpower
38 Bearing
40 Field
46 Reverse-phase
47 Phase-sequence voltage
49 Thermal
50 Instantaneous overcurrent
51 AC time overcurrent
59 Overvoltage
60 Voltage balance
63 Pressure
64 Apparatus ground
67 AC directional overcurrent
68 Blocking
69 Permissive
74 Alarm
76 DC overcurrent
78 Out-of-step
79 AC reclosing
81 Frequency
85 Carrier or pilot-wire
86 Lock out
87 Differential