Está en la página 1de 30

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Praktikum Pemetaan Topografi acara


Theodolith yaitu untuk membuat peta topografi dalam bentuk poligon
berdasarkan data-data hasil pengolahan yang diambil dari alat theodolit.
Sedangkan tujuan dari praktikum ini mencakup beberapa hal, yaitu :
1.

Mampu

mengenal

dan

menggunakan

alat

theodolit

dalam

pengambilan data lapangan.


2.

Mampu membuat peta topografi dari data-data yang diambil dengan


menggunakan theodolit.

3.

Mengenal semua aspek perbedaan antara kompas dan theodolit, baik


dalam hal penggunaan, prinsip kerjanya, tingkat ketelitian, dan hasil
yang diperoleh.

I.2. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan mulai dari pengambilan


data sampai pembuatan peta, yaitu :

1.

Alat tulis menulis,

2.

Theodolith dan tripod,

3.

Kompas,

4.

Bak ukur,

5.

Payung,

6.

Pita meter dan roll meter,

7.

Senter,

8.

Patok kayu,

9.

Tabel data,

10. Spidol,
11. Kalkulator,
12. Mistar,
13. Kertas grafik,
14. Kertas kalkir,

15.

Rapido graph.

I.3. Waktu dan Lokasi Pengukuran

Pengambilan data lapangan dengan menggunakan theodolit dilakukan


pada siang hari, tepatnya pada pukul 02.00 WITA. Lokasinya berada dalam
lingkungan seputaran Kampus Universitas Hasanuddin, yaitu pada bagian
Barat

Fakultas

Kedokteran

(dekat

Hasanuddin.
I.4. Prosedur Pengolahan Data

Fakultas

Pertanian)

Universitas

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan


data, yaitu :

1.

Menempatkan theodolit pada Patok 1 dan menyentringkan semua


nivonya.

2.

Memulai pengukuran pembacaan depan dari Patok 1 menuju Patok 2


dengan mengarahkan pembidik theodolit pada bak ukur yang telah
ditempatkan di Patok 2.

3.

Melakukan pengukuran sudut biasa dengan menempatkan pusat


teropong pada bak ukur sesuai dengan ketinggian alat dan membaca
benang atas dan benang bawah. Juga membaca sudut vertikal dan
horisontal pada teropong (setelah menyentringkan angka pada
teropong).

4.

Kemudian melakukan pengukuran sudut luar biasa dengan memutar


theodolith 1800 sesuai dengan arah poligon, kemudian melakukan
prosedur sesuai dengan langkah 3.

5.

Mengukur jarak antara Patok 1 dan Patok 2 dengan menggunakan roll


meter.

6.

Melakukan pengukuran pembacaan belakang dari Patok 1 ke Patok 5


dengan tetap menempatkan theodolit pada Patok 1, hanya memutar
alat sehingga mengarah ke bak ukur pada Patok 5. Kemudian memulai
pengukuran sudut biasa dan luar biasa yang sama dengan langkah (3)
dan (5).

7.

Memindahkan theodolit pada Patok 2 dan melakukan prosedur yang


sama dengan langkah (1) sampai (6), hanya saja yang menjadi arah
penembakan adalah Patok 3 dan Patok 1. Begitupun untuk patokpatok selanjutnya.

8.

Untuk patok detail, diperhatikan dari patok utama mana arah


penembakannya. Khusus patok detail, hanya dilakukan pembacaan
sudut biasa dan depan saja, tidak dilakukan pembacaan sudut luar
biasa dan belakang.

9.

Mencatat data pengukuran setiap patok pada tabel data. Data-data


yang dicatat adalah jarak antar patok, tinggi alat, pembacaan rambu,
sudut biasa baik pembacaan depan dan belakang, dan juga sudut luar
biasa baik pembacaan depan dan belakang. Data-data tersebut akan
menjadi data lapangan.

10.

Data lapangan tersebut diolah dengan menggunakan rumus-rumus


matematika yang telah ada. Pengolahan yang dilakukan untuk
mencari titik koordinat dan ketinggian setiap patok.

11. Setelah diperoleh koordinat dan titik ketinggian, kemudian diplot pada
kertas

grafik.

Koordinat

diplot

dengan

menggunakan

diagram

kartesius sedangkan titik ketinggian dipakai dalam penarikan garisgaris kontur.


12. Setelah digrafik, selanjutnya dibuatkan peta aslinya pada kertas kalkir.
BAB II
TEORI RINGKAS

II.1. Bagian-bagian Theodolith dan Fungsinya

Pada alat ukur theodolith, mempunyai beberapa bagian-bagian yang


sangat penting untuk diketahui, dimana hal ini sangat diperlukan dalam
pengguanaan atau pemakaian dari alat ukur ini.

Adapun

bagian

bagian dari alat ukur theodolite ini dan fungsinya masing-masing adalah
sebagai berikut :
1.

Teropong, yang berfungsi untuk mengamati objek ukur dari jarak yang
jauh.

2.

Gelang penyetel jarak, yang berfungsi untuk mengatur fokus teropong


agar tepat pada bak ukur.

3.

Alat pembidik, yang berfungsi untuk membidik arah bak ukur agar
tepat pada sasaran teropong.

4.

Pengatur mikrometer, yang berfungsi juga sebagai pengarah kasar.

5.

Mikrometer pembacaan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melihat


hasil perolehan sudut, baik horizontal maupun vertikal.

6.

Tombol pemilihan pembacaan sudut (H/V), yang berfungsi untuk


menyetel pembacaan sudut yang diinginkan.

7.

Nivo kotak dan nivo tabung, yang berfungsi untuk melihat tingkat
kedataran posisi alat.

8.

Anting optis, yang berfungsi sebagai tempat untuk melihat posisi


unting-unting.

9.

Pesentris, yang berfungsi untuk mengatur posisi kedataran alat.

10. Sekrup penyetel

tinggi,

yang berfungsi

untuk

menyetel tinggi

teropong.
11. Sekrup penyetel putaran, yang berfungsi untuk menyetel arah alat
ukur.
12. Klem penyetel putaran, yang berfungsi untuk mengunci putaran
pesawat.

II. 2. Prinsip Kerja Alat Ukur Theodolith

Theodolith dipergunakan untuk mengukur ketinggian dan jarak pada


daerah yang diukur dengan menggunakan acuan pengukuran sudut
horisontal dan vertikal. Theodolith dapat dipergunakan untuk mengukur
daerah yang lebih luas dan terjal, sebab selalu memiliki sifat trigonometri,
teropongnya juga dapat diputar kearah vertikal.
Ada beberapa ketentuan dalam penggunaan theodolith agar diperoleh
hasil pengukuran yang baik, yaitu :

1.

Sumbu ke satu harus tegak lurus (diatur dengan nivo).

2.

Sumbu kedua harus mendatar

3.

Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar

4.

Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak. Kesalahan ini
disebabkan oleh tidak tepatnya indeks pada bacaan nol. lingkaran

tegak, apabila kedudukan garis bidik mendatar, garis bidik tegak ke


atas tergantung dari sudut miring atau sudut zenith yang terbaca.
Pada Theodolith, terdapat pembacaan sudut biasa dan luar biasa. Cara
untuk mengetahui sudut ini adalah sebagai berikut :
1.

Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga terpenuhi, kemudian garis


bidik ketitik yang agak jauh.

2.

Menyentringkan gelembung nivo lingkaran skala tegak

3.

Membaca lingkaran tegak, misalnya diperoleh bacaan sudut z,

4.

Memutar

teropong

mengelilingi

sumbu

tegak,

kemudian

mengembalikan garis bidik ketitik yang sama,


5.

Membaca penunjukkan vertikal, kedudukan ini disebut kedudukan luar


biasa.

II. 3. Prosedur kerja

Dalam melaksanakan praktikum pemetaan topografi ini, adapun


prosedur kerja yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.

Menyiapkan seluruh peralatan yang akan digunakan.

2.

Memasang patok-patok pada titik-titik yang telah ditentukan dengan


jarak tertentu, kemudian menentukan posisi patok utama dan patok
detail serta menentukan letak patok awal pengukuran yang kemudian
dilakukan pengukuran dengan searah jarum jam.

3.

Memasang kaki tiga (tripod) sehorisontal mungkin yang diletakkan


diatas patok yang telah ditentukan dan menancapkan kaki tiga
tersebut

dalam-dalam

pada

tanah

sehingga

alat

tidak

bergerak/goyang.
4.

Mengencangkan sekrup pada kaki statif serta menggunakan untingunting, vertikal dengan patok utama.

5.

Memasang alat ukur theodolith pada statif kemudian mengencangkan


sekrup pengunci alat yaitu pada patok pertama dengan arah ke patok
kedua, kemudian sentringkan alat.

6.

Melevelkan nivo kotak dengan tiga sekrup penyetel horisontal

7.

Setelah sentring, mengarahkan teropong kearah patok didepannya


atau titik bidik dengan pertolongan visir kasar dengan tepat, kemudian
mengencangkan sekrup horisontal.

8.

Kemudian mengukur tinggi alat serta jarak antara patokm satu dengan
patok lainnya.

9.

Melakukan pembidikan ke patok utama, dengan menempatkan benang


tengah sesuai tinggi alat.

10. Melakukan pembacaan sudut, baik horisontal maupun vertikal. Dalam


pembacaan ini teropong dalam keadaan luar biasa.

11. Mengendorkan sekrup, teropong diputar 1800, membidik sasaran dan


kemudian membaca lingkaran graduasinya.
12. Dalam keadaan pada no. 11, berarti teropong dalam keadaan luar
biasa.

13. Mengendorkan sekrup alat dan membidik sasaran lain namun


sebelumnya mengukur pembacaan belakang yaitu dengan cara
biasa/pengukuran biasa, serta luar biasa baik itu untuk vertikal
maupun horisontal.
14. Pembacaan belakang juga membaca skala garaduasinya.
15. Pada patok detail tidak dilakukan pembacaan luar biasa serta
pembacaan belakang.
16. Setelah pembacaan selesai, kemudian mencatat data yang diperoleh
kedalam tabel pengukuran lalu mengolah data tersebut (untuk
koreksi).
17. Dari pengolahan data akan diperoleh hasil akhir berupa koordinat X
dan Y serata titik ketinggian tiap patok. Dengan koordinat dan titik
ketinggian ini dibuatkan peta sementara pada kertas grafik sebagai
peta awal untuk selanjutnya dibuatkan peta yang sebenarnya pada
kerkas kalkir.

BAB III

PENGOLAHAN DATA

A.

PERHITUNGAN SUDUT DALAM

1. Sudut Dalam Patok Utama (SDPn)


SDPn

( SHblk SHdpn)biasa + ( SHblk SHdpn)luarbiasa


2

SDP1

(181.911111 1 0) + (1.86805555 6 180.001388 9)


2

= 180.0222222222
SDP2

(166.691666 7 340.045833 3) + (264.501388 9 144.704166 7)


2

= 180.0055555556

SDP3

(84.4861111 1 324.656944 4) + (264.501388 9 144.704166 7)


2

= 179.9840277778

SDP4

(1146.2625 2.27916666 7) + (326.229166 7 182.276388 9)


2

= 143.9680555556

SDP5

(184.701388 9 344.872222 2) + (4.775 164.954166 7)


2

= 160.1750000000
SDP6

(144.601388 9 6.35555555 6) + (324.690277 8 186.341666 7)


2

= 138.2972222222

SDP7

(2.82361111 1 163.126388 9) + (182.808333 3 343.126388 9)


2

= 160.3104166667

SDP8

(5.4625 262.429166 7) + (185.473611 1 82.4305555 6)


2

= 180.0048611111

SDP9

(357.568055 6 178.838888 9) + (177.548611 1 358.813888 9)


2

= 179.9972222222

SDP10

(0.06805555 6 188.808333 3) + (180.051388 9 8.84583333 3)


2

= 179.9729166667

SDP11

(109.547222 2 351.8875 ) + (289.551388 9 172.006944 4)


2

= 209.9784111110
SDP12

(349.944444 4 5.91944444 4) + (170.026388 9 185.786111 1)


2

= 179.8923611111

SDP13

(134.461111 1 345.898611 1) + (314.433333 3 165.820833 3)


2

= 180.0250000000

SDP14

(12.6888888 9 156.569444 4) + (192.658333 3 336.6125 )


2

= 143.9173611111
SDP15

(202.583333 3 12.9736111 1) + ( 22.6291666 7 192.976388 9)


2

= 179.9784722222

SDP16

(19.9375 306.527777 8) + (199.918055 6 126.590277 8)


2

= 179.9590277778

SDPn

= 2756.4881333332

2. Koreksi Sudut Dalam (KSDPn)


KSDPn

SDPn (n 2) x180

= 2756.4881333332 - (5 2) x180
= 236,4881333332

3. Faktor Koreksi Sudut Dalam (FKSDPn)


FKSDPn =

KSDPn
xSDPn
SDPn

FKSDP1

236,488133 3332
x180.022222 2222 = 15.4446952910
2756.48813 33332

FKSDP2

236,488133 3332
x180.005555 5556 = 15.4432654030
2756.48813 33332

FKSDP3

236,488133 3332
x179.984027 7778 = 15.4414184640
2756.48813 33332

FKSDP4

236,488133 3332
x143.968055 5556 = 12.3514904000
2756.48813 33332

FKSDP5

236,488133 3332
x160.175000 0000 = 13.7419371770
2756.48813 33332

FKSDP6

236,488133 3332
x138.297222 2222 = 11.8649710600
2756.48813 33332

FKSDP7

236,488133 3332
x160.310416 6667 = 13.7535550150
2756.48813 33332

FKSDP8

236,488133 3332
x180.004861 1111 = 15.4432058240
2756.48813 33332

236,488133 3332
x179.997222 2222 = 15.4425504590
2756.48813 33332

FKSDP10 =

236,488133 3332
x179.972916 6667 = 15.4404652060
2756.48813 33332

FKSDP11 =

236,488133 3332
x 209.978411 1110 = 18.0147347210
2756.48813 33332

FKSDP12 =

236,488133 3332
x179.892361 1111 = 15.4335540810
2756.48813 33332

FKSDP13 =

236,488133 3332
x180.025000 0000 = 15.4449336050
2756.48813 33332

FKSDP14 =

236,488133 3332
x143.917361 1111 = 12.3471411580
2756.48813 33332

FKSDP15 =

236,488133 3332
x179.978472 2222 = 15.4409418350
2756.48813 33332

FKSDP16 =

236,488133 3332
x179.959027 7778 = 15.4392736330
2756.48813 33332

FKSDP9

FKSDPn
4.

236.48813333320 = KSDPn

Sudut Dalam Terkoreksi (SDTPn)

SDTPn

= SDPn FKSDPn (bertanda - karena nilai KSDPn +)

SDTP1

= 180.0222222222 - 15.4446952910 = 195.46691751

SDTP2

= 180.0055555556- 15.4432654030 = 195.44882096

SDTP3

= 179.9840277778- 15.4414184640 = 195.425446240

SDTP4

= 143.9680555556- 12.3514904000 = 156.319545960

SDTP5

= 160.17500000000 - 13.7419371770 = 173.916937180

SDTP6

= 138.29722222220 - 11.8649710600 = 150.162193280

SDTP7

= 160.31041666670 - 13.7535550150 = 174.063971680

SDTP8

= 180.00486111110 - 15.4432058240 = 195.448066940

SDTP9

= 179.99722222220 - 15.442550459= 195.439772680

SDTP10

= 179.97291666670 - 15.4404652060 = 195.413381870

SDTP11

= 209.97841111100 - 18.0147347210 = 227.993145830

SDTP12

= 179.89236111110 - 15.4335540810 = 195.325915190

SDTP13

= 180.02500000000 - 15.4449336050 = 195.469933610

SDTP14

= 143.91736111110 - 12.3471411580 = 156.264502270

SDTP15

= 179.97847222220 - 15.4409418350 = 195.419414060

SDTP16

= 179.95902777780 - 15.4392736330 = 195.398301410

SDTPn

2992.976266670 =(n-2) x 1800

5. Sudut Dalam Patok Detail (SDPdn)

SDPdn

= (SHdn-SHPn) depan biasa

SDPd1

= (96,63055556 359,83333333) + 3600 = 94.541666670

SDPd2

= (81,13333333 359,83333333) + 3600 = 87.163888890

SDPd3

= (81,13333333 359,83333333) + 3600 = 109.515277780

SDPd4

= (34,84444444 355,59166667) + 3600 = 60.969444440

SDPd5

= (30,3 352,86666667) + 3600 = 37.315277780

SDPd6

= (96,63055556 359,83333333) + 3600 = 54.577777780

SDPd7

= (81,13333333 359,83333333) + 3600 = 111.373611110

B.

PERHITUNGAN JARAK HORISONTAL

1. Jarak Horisontal Patok Utama (JHPn)


2.
JHPn

( BA BB) xCOS

JHP1

{ ( SVPndpnluarbiasa 270) + ( 90 SVPndpnbiasa )}

= (158 132) x cos

2
((272,92777778 270) + (90 86,775))
2

= 29.99938569030 m

JHP2

= (162 138) x cos

((271,41111111 270) + (90 86,775)


2

= 29.99590642412 m
JHP3

= (157 139) x cos

((271,1 270) + (90 88,56111111))


2

= 15.99986653145 m
JHP4

= (156 138) x cos

((264,61388889 270) + (90 94,95))


2

= 29.99999647434 m

JHP5

= (163 137 ) x cos

((268,15555556 270) + (90 91,50277778 ))


2

= 30.59642609585 m
JHP6

= (158 132) x cos

((272,92777778 270) + (90 86,775))


2

= 29.99976725135 m
JHP7

= (162 138) x cos

((271,41111111 270) + (90 86,775)


2

= 30.09968743439 m
JHP8

= (157 139) x cos

((271,1 270) + (90 88,56111111))


2

= 39.98074671524 m
JHP9

= (156 138) x cos

((264,61388889 270) + (90 94,95))


2

= 29.99780968770 m

JHP10

= (163 137 ) x cos

((268,15555556 270) + (90 91,50277778 ))


2

= 29.98230388219 m
JHP11

= (158 132) x cos

((272,92777778 270) + (90 86,775))


2

= 29.99817526672 m
JHP12

= (162 138) x cos

((271,41111111 270) + (90 86,775)


2

= 29.99628182060 m

JHP13

= (157 139) x cos

((271,1 270) + (90 88,56111111))


2

= 30.98941637975 m

JHP14

= (156 138) x cos

((264,61388889 270) + (90 94,95))


2

= 29.97750901569 m

JHP15

= (163 137 ) x cos

((268,15555556 270) + (90 91,50277778 ))


2

= 29.99223697787 m

JHP16

= (163 137 ) x cos

((268,15555556 270) + (90 91,50277778 ))


2

= 39.99827609168 m

3. Jarak Horisontal Patok Detail (JHPdn)


JHPdn

= (BA-BB) x cos (900-SVPdn dpn biasa)

JHPd1

= (159-129) x cos (90-89.37361111) = 29.99820720860 m

JHPd2

= (157-127) x cos (90-89.44444444) = 29.99858974522 m

JHPd3

= (158.4-128.8) x cos (90-90.45138889) = 29.59908142223

m
JHPd4

= (157-127) x cos (90-90.55277778) = 29.99860381240 m

JHPd5

= (151-121) x cos (90-89.81944444) = 29.99985104079 m

JHPd6

= (154-124) x cos (90-91.25555556) = 29.99279721448 m

JHPd7

= (152.5-122) x cos (90-90.69444444) = 30.49775976139 m

C.

PERHITUNGAN JARAK VERTIKAL (BEDA TINGGI)

1. Beda Tinggi Patok Utama (BTPn)


BTPn

( BA BB ) x sin

(( SVPndpnluarbiasa 270) + (90 SVPndpnbiasa))


2

BTP1

=(159 129 ) x sin

(270.3666667 270 ) + (90 - 89.63333333

)
2
= 0.19198490728 m
BTP2

=(157 127) x sin

(270.9472222 270 ) + (90 -

89.05416667)
2
= 0.49557824332 m
BTP3

=(151 135 ) x sin

(270.2361111

270

(90

(90

89.76805556)
2
= 0.06535270249 m
BTP4

=(158 128 ) x sin

(270.0263889

270

89.97083333)
2
= 0.01454440986 m
BTP5

=(158,4 127,8 ) x sin (270.8763889 270 ) + (90 - 89.125)

2
= 0.46766458199 m
BTP6

=(157 127 ) x sin

(270.2277778 270 ) + (90 -

89.77638889)
2
= 0.11817302916 m
BTP7

=(158,1 128 ) x sin (270.2625 270 ) + (90 - 89.74027778)


2
= 0.13717270812 m

BTP8

=(162,5 122,5 ) x sin

(270.4902778 270 ) + (90 -

94.04583333)
2
= -1.24092388646 m
BTP9

=(151 121 ) x sin

(270.6930556 270 ) + (90 -

89.30833333)
2
= 0.36251060744 m

BTP10

=(158 128 ) x sin (271.9708333 270 ) + (90 - 88.03472222)


2
= 1.03026885629 m

BTP11

=(152 122 ) x sin (269.3694444 270 ) + (90 - 90.63333333)


2
= -0.33087862869 m

BTP12

=(154 124 ) x sin (269.1 270 ) + (90 - 90.90416667)


2
= -0.47231021525 m

BTP13

=(153,5 122,5) x sin

(165.8208333 270 ) + (90 -

91.50277778)
2
= -0.80998298919 m
BTP14 =(152122) x sin (336.6125 270 ) + (90 - 92.22083333)
2
= -1.16144445153 m

BTP15 =(154124) x sin (192.9763889 270 ) + (90 - 91.30138889)


2
= -0.68243758929 m
BTP16 =(160120) x sin (270.5569444 270 ) + (90 - 89.49305556)
2
= 0.37136194469 m
BTPn

= -1.44336576976 m

| BTPn| = 6.71166586460 m

2. Faktor Koreksi Beda Tinggi (FKBTPn)

FKBTPn =

FKBTPn

BTPn
BTPn
-1.44336576976

6.71166586460
= -0.21505328169 m

3. Koreksi Beda Tinggi (KBTPn)


KBTPn

= BTPn x FKBTPn

KBTP1 = [0,19198490728] x [-0,21505328169] = 0,04128698435 m


KBTP2 = [0.49557824332] x [-0,21505328169] = 0.10657572756 m
KBTP3 = [0.06535270249] x [-0,21505328169] = 0.01405431314 m
KBTP4 = [0.01454440986] x [-0,21505328169] = 0.00312782307 m
KBTP5 = [0.46766458199] x [-0,21505328169] = 0.10057280309 m
KBTP6 = [0.11817302916] x [-0,21505328169] = 0.02541349773 m
KBTP7 = [0.13717270812] x [-0,21505328169] = 0.02949944104 m
KBTP8 = [-1.24092388646] x [-0,21505328169] = 0.26686475410 m
KBTP9 = [0.36251060744] x [-0,21505328169] = 0.07795909578 m
KBTP10 = [1.03026885629] x [-0,21505328169] = 0.22156269856 m
KBTP11 = [-0.33087862869] x [-0,21505328169] = 0.07115653494 m
KBTP12 = [-0.47231021525] x [-0,21505328169] = 0.10157186176 m

KBTP13 = [-0.80998298919] x [-0,21505328169] = 0.17418949994 m


KBTP14 = [-1.16144445153] x [-0,21505328169] = 0.24977244080 m
KBTP15 = [-0.68243758929] x [-0,21505328169] = 0.14676044312 m
KBTP16 = [0.37136194469] x [-0,21505328169] = 0.07986260490 m

4. Beda Tinggi Terkoreksi (BTTPn)


BTTPn

= BTPn KBTPn (bertanda - karena KSDPn bernilai +)

BTTP1

= 0.19198490728 0.04128698435 = 0.15069792294 m

BTTP2

= 0.49557824332 0.10657572756= 0.38900251576 m

BTTP3

= 0.06535270249 0.01405431314= 0.05129838936 m

BTTP4

= 0.01454440986 0.00312782307= 0.01141658679 m

BTTP5

= 0.46766458199 0.10057280309= 0.36709177891 m

BTTP6

= 0.11817302916 - 0.02541349773 = 0.09275953143 m

BTTP7

= 0.13717270812 - 0.02949944104 = 0.10767326708 m

BTTP8

= -1.24092388646 - 0.26686475410 = -1.50778864056 m

BTTP9

= 0.36251060744 - 0.07795909578 = 0.28455151167 m

BTTP10

= 1.03026885629 - 0.22156269856 = 0.80870615773 m

BTTP11

= -0.33087862869 - 0.07115653494 = -0.40203516363 m

BTTP12

= -0.47231021525 - 0.10157186176 = -0.57388207702 m

BTTP13

= -0.80998298919 - 0.17418949994 = -0.98417248913 m

BTTP14

= -1.16144445153 - 0.24977244080 = -1.41121689232 m

BTTP15

= -0.68243758929 - 0.14676044312 = -0.82919803241 m

BTTP16

= 0.37136194469 -0.07986260490 = 0.29149933979 m

BTTPn = 0 m

5. Tinggi Patok Utama


TPn

= TPn-1 + BTTPn-1

TP1

= 32 m

TP2

= 32 + 1,37262041 = 33,3726204 m

TP3

= 33,3726204 + 0,65462663 = 34,027247 m

TP4

= 34,027247 + 0,39227916 = 34,4195262 m

TP5

= 34,4195262 + (-1,64780391) = 32,7717223 m

TP1

= 32,7717223 + (-0,7717223) = 32 m = tinggi GPS

6. Beda Tinggi Patok Detail (BTPdn)


BTPdn

= (BA-BB) x sin (900-SVPdn depan)biasa

BTPd1

= (159-129) x sin (90-89.37361111) = 0.3279699220 m

BTPd2

= (157-127) x sin (90-89.44444444) = 0.2908836506 m

BTPd3

= (158,4-128,8) x sin (90-90.45138889) = -0.2331929684 m

BTPd4

= (157-127) x sin (90-90.55277778) = -0.2894292776 m

BTPd5

= (151-121) x sin (90- 89.81944444) = 0.0945385113 m

BTPd6

= (154-124) x sin (90- 91.25555556) = -0.6573547378 m

BTPd7

= (152,5-122) x sin (90- 90.69444444) = -0.3696613810 m

7. Tinggi Patok Detail (TPdn)


TPdn

= BTPdn + TPn

TPd1

= 0.3279699220 + 40.00000000000= 40.3279699219849 m

TPd2

= 0.2908836506 + 40.15069792294 = 40.4415815735181 m

TPd3

= -0.2331929684 + 40.60241541485 = 40.3692224464896 m

TPd4

= -0.2894292776 + 40.96950719375 = 40.6800779161855 m

TPd5

= 0.0945385113 + 39.66215135170 = 39.7566898630492 m

TPd6

= -0.6573547378 + 40.35337385746 = 39.6960191196573 m

TPd7

= -0.3696613810 + 38.79531929132 = 38.4256579103376 m

BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Pembuatan peta topografi dengan menggunakan alat ukur theodolith


merupakan salah satu cara dalam membuat peta topografi di samping
dengan menggunakan alat-alat ukur lain, sperti compass dan waterpass.
Sebelum membuat peta topografi dengan alat ukur theodolith, maka
terlebih dahulu dimulai dengan pengambilan data di lapangan dengan
peralatan yang ditentukan, terutama adalah theodolith. Data-data yang
telah diperoleh selanjutnya diolah secara matematis dengan mengikuti

formula-formula yang telah ditentukan, sehingga diperoleh hasil akhir


berupa koordinat-koordinat dan ketinggiannya. Dengan koordinat-koordinat
dan ketinggian kemudian dibuat peta topografi dengan menarik garis-garis
kontur di dalam poligon sesuai dengan ketinggiannya. Maka, hasil yang
diperoleh adalah peta topografi skala kecil dalam bentuk poligon.

IV.2. Saran

Hal yang paling sulit dalam pengukuran dengan menggunakan


theodolith adalah pada tahap pengolahan data, dimana digunakan rumusrumus yang cukup banyak dan sangat kompleks. Penggunaan rumus
tersebut tidak dapat menjamin pemahaman secara mendalam bagi para
praktikan dalam pembuatan peta topografi. Sehingga jika acara praktikum
ini telah lewat, kemungkinan langkah-langkah pengolahan data yang telah
dilakukan bisa hilang dari pemikiran para praktikan, sehingga pembuatan
peta topografi dengan metode taping compass ini bisa dikatakan tidak
berhasil. Oleh karena itu, diharapkan dibuat langkah-langkah tertentu agar
pemahaman dari acara ini bias diterima oleh semua praktikan, karena
nantinya hal-hal yang diperoleh dari acara ini akan diturunkan juga pada
generasi-generasi selanjutnya.
Diharapkan pula untuk praktikum mendatang, alat ukur waterpass tetap
diadakan. Mengingat masih banyaknya surveyor menggunakan alat ukur ini
dalam pengambilan data lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus T, Ir , MSi. 2002. Pemetaan Topografi Teknik Geologi.


Universitas Hasanuddin, Makassar.
I. Sinaga, M, Ir, Surv, Sc. 1984. Teori dan Praktek Pengukuran Tanah
Dan Pemetaan. Penerbit Pelangi, Jakarta.
___________.2003. Sap Penuntun Praktikum Pemetaan Topografi
acara

Theodolith Jurusan Teknik Geologi. Universitas

Hasanuddin, Makassar

También podría gustarte